Oleh
i
ii
HALAMAN JUDUL
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.)
Di Program Studi Teknologi Industri Pangan
Jurusan Teknologi Pertanian
Oleh
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Tim penilai:
iii
iv
RINGKASAN
Wafi Yudho Prakoso B32161515, 2019. Program Studi Teknologi Industri
Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember. Pengukuruan
Angka Ketidakpastian Pengujian Kimia di PT Greenfields Indonesia, Kabupaten
Malang. Mokhamad Fatoni K S.TP, M.P (Pembimbing I).
iv
v
PRAKATA
Penulis
v
vi
DAFTAR ISI
vi
vii
vii
viii
viii
ix
DAFTAR TABEL
ix
x
DAFTAR GAMBAR
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
2
1.2.3 Manfaat
3. Bagi Instansi
a. Membantu menyelesaikan pekerjaan sehari – hari di instansi tempat
praktek kerja lapang.
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan selama 82 hari yaitu pada
tanggal 5 Maret 2019 hingga tanggal 25 Mei 2019 di PT. Greenfields Indonesia
yang beralamat di Jalan Raya Palaan No.87, RT.03 RW.01, Desa Palaan,
Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
5
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan serta pencatatan terhadap objek sasaran (Fathoni, 2009). Kegiatan
observasi akan dilakukan dengan mengikuti aturan dan jadwal yang telah
diberikan oleh perusahaan.
b. Orientasi
Orientasi dilakukan dengan melakukan kerja layaknya karyawan pada
perusahaan tersebut, sehingga mahasiswa dapat mendapat pengalaman dan
mendapatkan keahlian secara praktik dalam PKL.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data lebih menyeluruh secara
langsung dari karyawan, staf produksi dan quality control ataupun kepala bidang.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses mengabadikan peristiwa melalui dokumen,
foto dan lainnya. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan, mempelajari
serta menyusun data yang telah diperoleh.
e. Studi Literatur
Studi literatur dengan membaca buku-buku literatur dan sumber data
lainnya di perpustakaan yang berkaitan dengan materi praktek kerja lapang. Studi
literatur digunakan untuk mempelajari serta membandingkan antara ilmu yang
didapat selama kuliah dengan keadaan langsung yang ada di lapang.
f. Praktek Kerja
Praktek kerja dilakukan dengan ikut serta melakukan kegiatan produksi
dengan tetap memperhatikan peraturan kerja di perusahaaan seperti pemakaian
pakaian khusus di area pabrik dan tidak mengganggu jalannya proses produksi.
BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Greenfields Indonesia yang dulunya dikenal sebagai PT. Prima Japfa Jaya
berdiri pada tanggal 14 Maret 1997. Nama tersebut berganti pada tahun 1999.
Perusahaan ini dikenal perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan dan
produsen susu segar. Pada bulan Maret 1997, peternakan sapi perah didirikan di
Desa Babadan, Kecamatan Ngajum, Gunung Kawi, Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Jenis sapi yang diternakan adalah sapi Fressian Holstein yang bersal dari
Australia dan mampu memnghasilkan susu dengan jenis A1.
Awal mulanya, 97 ekor sapi didatangkan dari Australia untuk mengisi
peternakan PT. Greenfields Indonesia dan mampu memproduksi susu sebesar 12
liter/hari/ekor sapi. Dengan adanya sistem perbaikan dan manajemen pakan untuk
sapi, akhirnya terdapat peningkatan produksi susu mencapai 27 liter/hari/ekor sapi.
Sampai saat ini, jumlah sapi di PT. Greenfields Indonesia terus berkembang dan
mencapai 7200 ekor sapi. Akan tetapi, sapi produktif yang diperah susunya hanya
berjumlah 2500 ekor sapi dan mampu menghasilkan susu segar sebanyak 27 juta
liter/tahun.
Lokasi peternakan berada pada ketinggihan 1100-1200 mdpl dengan suhu
udara sekitar 18oC. Curah hujan sebesar 2759-3200 mm/tahun dan kelembaban
udara mencapai 45%. Alasan dipilihnya daerah tersebut adalah kondisi udara
segar, bersih, dan berangin yang dapat menunjang pemeliharaan sapi impor.
Kondisi tersebut juga sesuai dengan habitat asli sapi dari Australia.
Unit Pengolahan susu PT. Greenfields Indonesia berada di Jalan Raya
Palaan No 87 RT.3 RW.1, Desa Palaan, Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang,
Jawa Timur dengan luas bangunan sebesar 71.264 m2.
Susu sugar yang dihasilkan oleh sapi impor Australia ini merupakan yang
terbesar dan terbaik di Jawa Timur. Hal tersebut ditunjang dengan adanya
penerapan sistem pemerahan modern Bou Matic dari Australia. Fasilitas maupun
7
8
Visi
Tahun 2020 menjadi leader Dairy Manufacturing yang memproses susu segar
dari Peternakan sendiri untuk menghasilkan produk susu dan olahannya yang
premium dengan operation excellent berkelanjutan.
Misi
10
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Departemen Quality Assurance
11
12
2. HRGA Department
5. Procurement
Departemen ini bertugas untuk menangani proses pengadaan barang.
Barang yang dimaksudkan adalah barang yang dibutuhkan perusahaan baik lokal
ataupun impor. Department ini juga bertugas merencakan, mengkoordinasikan,
hingga membeli barang baik untuk proses produksi atau fasilitas perusahaan.
7. Engineering Department
Departemen ini dikepalai oleh seorang manajer yang membawahi
beberapa bagian. Bagian tersebut juga dikepalai oleh seorang supervisor dan
14
a. Utility: Bagian ini memiliki tugas utama berupa penyedia energy yang
digunakan pada perusahaan. Mulai dari air, steam, pendingingin, udara tekan,
listrik dan juga pengolah limmbah setelah proses produksi
8. Production Department
Departemen ini merupakan departemen yang bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan produksi yang ada di PT. Greenfields Indonesia. Dalam
menjalankan tugasnya, departemen ini dikepali oleh seorang manager produksi.
Adapun dalam departemen ini, masih dibagi menjadi beberapa departemen,
yakni:
a. Quality control
Merupakan saringan utama yang mampu menganalisa, membaca analisa,
dan mengambil keputusan mengenai bahan baku ataupun barang jadi. Mereka
bertugas untuk mengontrol mutu barang masuk dan keluar.
b. UHT section
Menangani seluruh proses pengolahan susu dari susu datang hingga
menjadi susu olahan. UHT section dikepalai oleh section head yang dibantu oleh
seorang administrator yang bertugas untuk mencatat seluruh hal yang berkaitan
dengan proses produksi, baik pada plan Gunung kawi atau Palaan.
15
e. Cheese Section
Tugas utama dari bagian cheese adalah memproduksi keju, mulai dari keju
jenis bocconcini, ricotta, camembert, dan juga mozzarella. Mereka juga
bertanggung jawab dalam mengatur produksi dan mengatur pengiriman keju
menuju distributor. Bagian ini dikepalai oleh sorang supervisor yang
bertanggung jawab ke manajer produksi.
Analis laboratorium yang telah menerima surat jalan dari sopir truk tanki,
selanjutnya menuju ke loading area . Sebelum analis mengecek susu, dilakukan
pengecekan terhadap keadaan segel yang terdapat di main hole (rusak/tidak).
17
18
Truk tanki yang telah masuk ke unloading area dan dinyatakan surat jalan
lengkap dan segel masih baik, maka selanjutnya adalah dilakukan analisis yang
akan dilakukan oleh analis laboratorium.
Analis membuka main hole dan dilakukan pengadukan susu agar ketika
pengambilan sample susu dalam keadaan tercamur rata. Selanjutnya dilakukan
pengukuran suhu menggunakan thermometer fluke dan standar yang di miliki oleh
Departemen QA (Quality Assurance) adalah maksimal 11oC. Kemudian
mengambil sampel sebanyak 1 botol schott untuk di lakukan analisis kimia fisika
dan mikrobiologi.
19
Raw Milk
Dipanaskan Menggunakan
(Dalam Erlemeyer) Water Bath
(Suhu 25°C)
Scanning Menggunakan
Raw Milk
Milko Scan FT2
Pengukuran pH Menggunakan
pH Meter
Pengukuran dengan
Alkohol
(75%, dan 78%)
Pengukuran Total
Keasaman
Hasil Analisis
Pemanasan susu dilakukan karena susu yang di dapat dari road tanker
dalam keadaan dingin atau pada suhu dibawah 11°C. Untuk meuju tahap
pengujian selanjutnya susu yang di peroleh dari road tanker tersebut di panaskan
terlebih dahulu pada suhu 25°C supaya dalam pengujian angka yang di dapatkan
bisa stabil, dan pada saat mengukur pH hasilnya bias lebih akurat.
Pada proses scanning raw milk (susu segar) dilkukan untuk menganalisis
berbagai macam pengujian secara otomatis. Alat yang digunakan untuk
melakukan berbagai macam analisis kimia susu di PT Greenfields Indonesia
adalah Milko Scan FT2. Alat ini mampu menghitung kadar lemak, kadar total
padatan, kadar total padatan selain lemak, kadar protein, kadar lactose, kadar
kasein, kadar urea, berat jenis, freeze point depression, asam lemak bebas,
keasaman, citric, dan total asam.
3.2.4 Pengkuran pH
Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui adanya susu yang rusak, apabila
terdapat butir–butir susu pada dinding tabung menunjukkan susu tersebut positif
telah rusak. Susu segar yang berkualitas baik tidak akan pecah atau menggumpal
bila dipanaskan atau dididihkan. Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan
mengalami penggumpalan bila dipanaskan. Hal itu terjadi karena adanya asam
yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam tersebut
mengakibatkan protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila
dilakukan pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ditumbuhi mikroba akan
menjadi asam dan mudah pecah bila dipanaskan (Soriah 2010).
Gambar 3.7 Buret untuk pengujian Total Asam pada susu segar.
27
3.3 Keju
Pada umumnya keju terbuat dari susu sapi. Proses pengolahan susu
menjadi keju hingga terbentuknya curd dikoagulasi oleh enzim (Potter, 1976).
Penggumpalan susu menjadi curd menggunakan bantuan dari enzim rennet yang
diambil dari perut abdomen hewan memamah-biak. Rennet yang biasa digunakan
untuk membuat homemade cheese di kalangan masyarakat modern yaitu dari
kapang Rhizomucor miehei. Kapang yang digunakan merupakan jenis jamur yang
mengandung enzim protease dan lipase yang mampu mengkoagulasi protein susu
(Mulyani, et.al, 2009). Pembuatan keju dapat juga dilakukan dengan cara
pengasaman langsung. Zat asam dapat menghasilkan gumpalan pada susu. Prinsip
koagulasi kasein susu pada keju terjadi dengan mengunakan asam dan enzim
rennin. Asam akan menurunkan pH susu hingga mencapai titik isoelektrik 4.5-5.4
sehigga dapat mengendapkan kasei. Sedangkan enzim rennin menhidrolisa kappa-
kasein sehinga dapat mengkoagulasi kasein (Pauline, 2006).
29
SUSU
Dipasteurisasi
Diinkubasi Kultur
Whey
Penggaraman
Keju
Keju mozzarella merupakan salah satu jenis keju lunak yang berasal dari
italia. Keju ini akan melar dan meleleh apabila dipanaskan. Secara umum, keju
mozzarella dijadikan salah satu bahan dasar pembuatan pizza (Pratomodjati,
2008). Keju mozzarella merupakan keju lunak yang proses pembuatannya tidak
dimatangkan, atau tidak dimatangkan. Ciri-ciri dari keju mozzarella adalah elastis,
berserabut, dan lunak. Menurut SNI kadar air dari keju mozzarella maksimum
adalah 45% (Sunarya, et, all., 2016).
Keju mozzarella mengandung bakteri asam laktat yang berasal dari susu.
Bakteri ini dapat dikategorikan sebagai bakteri probiotik yang bermanfaat bagi
kesehatan. Tinggi rendahnya kadar air menyebabkan perbedaan kualitas tekstur
dari keju. Selain itu, kadar lemak juga menyebabkan kualitas dari lemak berbeda
pula (Sunarya, et, all., 2016). Berikut adalah proses atau tahapan pembuatan keju
mozzarella (Sukotjo, 2003):
Susu
Dipasteurisasi
Diaduk Starter
Diinkubasi
Whey
Garam
Dipanaskan
Keju
Keju ricotta merupakan keju slah satu produk turunan susu yang berasal
dari Italy. Dalam bahasa itali, ricotta bermakna memasak kembali. Kata tersebut
sesuai karena proses pembuatan ricotta berbahan dasar whey dari produksi keju
sebelumnya yang mengalami pengasaman dan pemanasan. Keju ricotta memiliki
kadar air yang tinggi, tektur yang lembut, dan digunakan sebagai pelengkap
hidangan asal Italia. Di Indonesia sendiri, keju ricotta memiliki rasa yang sedikit
manis, berwarna putih, dan biasnaya dikonsumsi langsung (Zaghloul, et all.,
2010).
Keju ricotta merupakan salah satu produk yang dibuat dengan tujuan
memaksimalkan penggunaan susu. Whey yang dibuang, dijadikan bahan dasar,
dan meminimalisir biaya pembuatan keju. Pada umunya, orang itali membuat keju
ricotta dengan bahan dasar susu domba, namun, di Indonesia, susu domba
digantikan dengan susu sapi karena lebih melimpa (Hani, 2017).
Pada proses pembuatan keju, hal terpenting adalah terbentuknya curd yang
dihasilkan selama proses. Curd merupakan bagian dari susu yang terpisah dari
whey ketika susu diberi perlakuan asam. Asam yang diberikan dapat dilakukan
secara langsung atau melalui proses penambahan mikroba. Apabila diberikan
asam secara langsung, pH dari susu akan turun dan menggumpalkan kasein pada
susu. Sedangkan, apabila diberi mikroba, maka mikroba akan memanfaatkan
laktosa atau gula susu dan diubah menjadi asam organik. Asam ini yang akan
membuat suasana susu menjadi asam dan terjadi penggumpalan susu (Fox, 2017).
Setelah pH dari susu turun, maka akan terjadi proses koagulasi. Pada
umumnya susu memiliki dua jenis protein, yakni kasein yang yang memiliki
kandungan fosfor dan serum kasein yang tidak mengandung fosfor. Pada kaein
yang mengandung fosfor, akan mengalami presipitasi ketika diberi asam hingga
pH mencapai 4.6. Sedangkan, serum kasein tanpa fosfor akan tetap pada kondisi
32
cair pada pH 4.6 atau diisebut juga whey. Apabila kelompok kasein yang
mengandung fosfat berasosiasi dengan kasium, akan membentuk garam kalsium
fosfat. Kasein yang dibelah di antara asam amino tertentu menyebabkan protein
terfragmentasi dan akan mengendap (Kongo, 2016).
Dalam proses pembentukannya, protein akan beragregasi dan sambung
menyambung. Akan tetapi, protein ini akan mengelilingi lemak, sehingga lemak
akan terperangkap di dalam jarring-jaring agregat protein. Dalam proses
pembentukkan keju, lemak akan mengisi pori-pori yang terbentuk. Lemak
berperan dalam menentukan tekstur, warna, rasa, dan juga aroma dari keju.
Apabila protein dalam susu yang digunakan terlalu tinggi, maka akan terbentuk
keju dengan tektur yang lebih keras. Dengan adanya lemak, maka tektur keju akan
lebih lunak. Namun, apabila lemak terlalu tinggi, maka tekstur dari keju akan
sangat lunak (Ong, et, all., 2013).
Kualitas keju dapat diketahui dari beberapa indicator yang diamati, adapun
beberapa indicator yang perlu diamati menurut Estikomah (2012):
a. Nilai pH
Pada proses pembuatan keju, akan terjadi penurunan pH dari susu yang
diberi asam ataupun mikroorganisme. Peurunan pH ini berakibat protein
terkoagulasi dan menyebabkan pembentukan curd. Secara umum, pH yang
dapat membentuk curd keju aldah 4.6. dengan adanya pH yang asam, akan
menghambat pertumbuhan bakteri pathogen yang ada mungkin muncul pada
produk.
b. Kadar lemak
Berdasarkan literature, kandungan lemak pada keju cukup tinggi, akan tetapi
akan menurun sering dengan proses pemeraman. Selama pemeraman akan terjadi
33
degradasi lemak oleh enzim lipase ataupun sebagai energi dari BAL yang hidup
dalam produk. Berdasarkan standar nasional Indonesia, kadar lemak minimum
untuk keju mozzarella atau keju olahan lahinnya adalah 25%.
c. Kadar protein
Berdasarkan literature, kandungan protein yang terdapat pada keju akan
mengalami kenaikan seiring dengan lama pemeraman. Kenaikan protein ini
diakibatkan oleh aktivitas mikroba yang menghidrolisis protein pada curd keju.
Mikroorganisme akan menggunakan enzim-enzim yang mampu mereka produksi.
34
35
Selain itu, bahan utama pembuatan keju ricotta adalah susu segar yang
berasal dari peternakan sendiri. Adapun spesifikasi sama seperti spesifikasi susu
segar yang digunakan untuk membuat keju mozzarella.
4.3.2 CaCl2
4.3.3 Rennet
Bahan tambahan pada proses pembuatan keju ricotta berupa garam, caustic
soda, dan asam laktat. Fungsi dari bahan tersebut antara lain:
Caustic soda berupa NaOH, ditambahkan ketika whey akan berjalan menuju
flocculator. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk menaikkan pH whey hasil
pembuatan keju mozzarella. Apabila whey tidak dinaikkan, saat penambahan susu
segar, maka susu yang ditambahkan akan pecah dan menghasilkan kualitas keju
yang tidak baik. Pada bidang indutri, caustic soda yang berupa NaOH digunakan
sebagai pH regulator, menyerap CO2, CIP dan COP, dll (GPS, 2013).
Asam laktat ditambahkan ke dalam campuran whey dan susu segar ketika
suhunya telah mencapai 88oC. Penambahan asam laktat ini bertujuan untuk
menurunkan pH dan membuat protein terkoagulasi. Dengan adanya koagulasi
protein, akan terbentuk curd yang diproses lebih lanjut menjadi keju ricotta
(Setiawan, 2012).
38
Cooling
Cooling
Brining
Curdling
Stirring Packaging
Scalding
Storage
Draining
Ripening
Milling
Dari gambar di atas, dapat diketahui beberapa tahapan atau proses yang
dilakukan untuk memproduksi keju mozzarella. Mulai dari penerimaan susu,
pasteurisasi, cooling, curdling, cutting, stirring, scalding, ripening, stretching,
molding, cooling, bringing, dry off, packing, dan juga storage.
4.4.2 Pasteurisasi
Setelah susu sampai pada balancing tank, maka selanjutnya susu akan
ddipompa menuju pasteurizer. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 72-75oC selama
15 detik. Apabila suhu tidak tecapai, maka alarm pada pasturizer akan berbunyi
40
dan akan tetap ada di balancing tank (susu tidak akan dialirkan ke dalam
pasteurizer). Laju aliran proses pasteurisasi sebesar 2000L/H.
Proses pasteurisasi memanfaatkan plate heat exchanger yang terpasang
pada sirkuit pasteurizer, sehingga susu yang mengalir akan dipanaskan hingga
suhu yang diinginkan.
Ketika susu masuk ke dalam pasteurizer, susu susu akan mencapai 75oC.
Akan tetapi, ketika susu telah keluar dari dan ditambung dalam cheese fat, suhu
susu telah mencapai suhu ruang, yakni 35-37oC. Hal itu disebabkan adanya proses
cooling yang dilakukan. Proses ini memanfaatkan plate heat exchanger, sehingga
susu yang panas, akan dingin ketika dilewatkan pipa yang telah dipasang plate
heat exchanger tersebut.
4.4.4 Curdling
Ketak susu telah tertampung dalam cheese vat, susu diaduk dengan
kecepatan yang rendah. Pengadukan ditujukan untuk mencampur susu dengan
bahan lainnya. Pengadukkan dilakukan secara perlahan untuk menghindari buih
yang mungkin tercipta akibat proses pengadukkan. Setelah cheese vat penuh,
maka tahap selanjutnya adalah curdling, atau pembentukkan curd susu. Ada tiga
bahan penting yang ditambahkan pada proses ini. Bahan pertama adalah CaCl2
yang telah diencerkan dengan air proses. Konsentrasi CaCl2 adalah 50% dari
41
larutan yang ditambahkan. Fungsi dari CaCl2 adalah sebagai penahbah kalsium
yang berperan dalam pembentukkan struktur dan tekstur keju serta mempercepat
koagulasi dari protein pada susu.
Saat penambahan rennet selesai, susu dibiarkan selama 45 menit agar curd
terbentuk lebih maksimal. pH dari curd akan mencapai 3.2 yang mengindikasikan
bahwa proses curdling telah selesai. Selanjutnya, curd dipotong dalam cheese vat
42
menggunakan alat yang ada pada cheese vat. Pemotongan ini ditujukan untuk
memperkecil ukuran curd dan mempermudah proses penanganan selanjutnya.
Setelah dipotong, curd dan whey diaduk agar merata. Pengadukkan dilakukan
pelan agar tidak terjadi buih.
4.4.6 Scalding
4.4.7 Draining
Setelah campuran curd dan keju masuk ke dalam trolley, dipisahkan whey
dan curd. Whey akan masuk ke dalam balancing tank apabila memproduksi keju
ricotta. Akan tetapi, jika tidak, whey akan dibuang. Draining ini akan membuat
curd terpisah dan diolah selanjutnya menjadi keju.
43
Setelah whey dan curd terpisah, curd tetap ada di trolley table dan
mengalami proses ripening. Yakni, pendiaman curd selama beberapa saat agar
tektur dari keju lebih kompak. Setelah beberapa saat, curd diberi perlakuan
milling. Proses milling dilakukan dengan memotong curd menggunakan pisau
besar. Tujuan dari milling adalah memperkecil ukuran curd, sehingga mudah
ketika dimasukkan ke dalam stretcher.
Setelah dirasa sudah cukup tekstur dan elastisitas dari curd, maka curd
akan dicetak dengan menggunakan mesin moder. Molder ini akan mendorong
curd menuju cetakan dengan berat 1 kg. Ketika keluar dari moler, keju disiram
dengan air proses secara kontinyu agar suhu keju menurun. Suhu yang turun akan
memudahkan pengambilan curd yang telah terbentuk. Curd yang telah terbentuk,
dimasukkan ke dalam kotak pencetak agar curd memiliki bentuk balok yang utuh
dan halus.
4.4.10 Cooling II
Setelah cooling, tahap selanjutnya adalah brining. Di tahap ini, balok keju
mozzarella direndam dalum larutam garam konsentrasi tinggi, yakni 22 Boume
atau sekitar 23%. Brining adalah proses CCP kedua setelah pasteurisasi, dimana
pengendalian mikroba terakhir ada dalam proses ini. Dalam brining, bertujuan
untuk menghilangkan mikroorganisme pathogen yang mungkin ikut selama proses
produksi dan juga memberi rasa keju. Waktu brining bervariasi, tergantung dari
balok keju. Apabila keju yang direndam ukuran 1 kg, maka membutuhkan waktu
brining 2 jam. Sedangkan, apabila keju yang direndam berupa balok 200 gram,
maka hanya membutuhkan waktu 15 menit perendaman.
Setelah melalui proses brining, tahap selanjutnya adalah dry off dimana,
keju yang sudah direndam, ditiriskan pada trolley. Secara manual, keju diambil
dengan cara disaring. Setelah itu, ditata dalam trolley dan dimasukkan ke dalam
frozen storage. Tujuan dari dry off ini adlah menghilangkan kadar air berlebih dari
keju. Waktu dari dry off juga bervariasi, mulai dari minimal 15 menit untuk
mozzarella blok 200 gram dan 2 jam untuk keju mozzarella blok 1 kg.
4.4.13 Packing
Ketika kadar air berlebih dari keju telah hilang, maka selanjutnya adalah
proses pengemasan keju. Keju dikemas dalam plastic PE dengan sistem vaccum.
Di PT. Greenfields Indonesia, khususnya unit keju, terdapat dua mesin vaccum.
Mesin vaccum pertama untuk membungkus keju dengan ukuran blok 1 kg dan
mesin kedua untuk keju blok 200 gram. Cara kerja dari mesin vaccum juga hampir
sama, dimana beberapa keju ditata di atas plastic PE. Setelah itu, keju juga
diselimuti dengan plastik PE sehingga kaju terbungkus pada bagian atas dan
bawah. Lalu mensin vaccum ditekankan ke atas produk dan ditunggu beberapa
saat. Panas dari mesin vaccum akan membungkus mozzarella dalam plastic PE.
Apabila plastic sudah selesai memvakumkan plastil, maka seca otomatis mesin
vakum tadi akan terbuka. Setelah itu, dipotong-potong plastic yang membungkus
keju agar tepisah tiap biji kejunya. Lalu keju akan masuk ke dalam konveyor dan
melewati sensor untuk pemberikan nomor produksi dan tanggal kadaluarsa.
47
Setelah itu, keju akan jatuh ke atas sebuah meja. Di meja tersebut, sudah
siap beberapa tenaga kerja untuk memberikan sleeve berupa nama dan jenis
produk yang diproduksi oleh PT. Greenfilds Indonesia. Secara manual pula, keju
yang telah diberi sleeve, dimasukkan ke dalam karton yang ditata sebanyak 12
biji/karton untuk keju mozzarella 200 gram. Lalu karton tersebut dibungkus
dengan pengerat besar.
4.4.14 Storage
Transfer to Flocculator
1. Salt
2. Lactic acid 0.15% (at
88oC)
Heating up II
90oC
Time off
Transfer to Mixer-Homogenizer
Mixing-Homogenizing
Hot Filling
Scaling
Packing
Dari gambar di atas dapat diketahui beberapa proses yang dilakukan untuk
memproduksi keju ricotta. Dalam proses tersebut ada beberapa tahapan yang
49
harus dilalui, mulai dari reception whey yang berasal dari proses draining keju
mozzarella, adjusting pH, heating up, Time off, Draining, Mixing-homogenizing,
Filling, dan juga packing.
4.5.2 Heating up I
4.5.3 Heating up II
berubah. Time off dilakukan agar memberi waktu bagi campuran whey dan susu
membentuk curd dan terpisah dari cairan whey sisa. Dalam waktu 20 menit, curd
akan memisahkan dan menuju ke permukaan. Hal itu terjadi karena massa jenis
curd lebih rendah dibandingkan dengan whey sisa.
4.5.5 Draining
Setelah curd dan whey sisa telah terpisah, maka whey sisa akan dibuang.
Dengan memutar salah satu katup yang ada di flocculator, whey sisa yang panas
akan terbuang ke pembuangan melalui pipa. Selanjutnya, curd yang ada, dialirkan
menuju trolley yang telah ditutupi dengan kain penyaring. Dengan tenaga manual,
curd yang terbentuk diangkat dan whey sisa akan jatuh melalui pori-pori kain
penyaring. Katup trolley akan dibuka sehingga whey keluar dari katup dan curd
akan terperangkap pada kain penyaring.
4.5.6 Mixing-Homogenizing
Ketika curd telah didapatkan, maka melalui sebuah katup, curd ditransfer ke
dalam mixer-homogenizer. Di dalam alat ini, curd melalui proses pencampuran
dan penghomogenan, baik secara tekstur, ukuran, dan kandungan airnya. Curd
terlebih dahulu masuk ke dalam mixer Di dalam mixer, terjadi pemanasan dengan
suhu 80oC dan pemutaran searah dengan memanfaatkan agitator yang ada pada
mixer.
Setelah itu, sedikit demi sedikit, curd masuk ke dalam homogenizer. Di dalam
homogenizer, dilakukan penimpaan oleh homogenizer dengan tekanan 40 bar.
Curd ditimpa sampai globula lemak, ukuran partikel, dan pengikatan air oleh tiap
partikel. Proses mixing-homogenizing berlangsung selama dua jam untuk curd
yang berasal dari 1500 liter whey dan 150 liter susu segar.
52
4.5.7 Filling
4.5.8 Packing
Setelah produk ter-sealing dengan baik dan beratnya telah sesuai dengan
standar yang ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah proses pengemasan. Di
atas aluminium foil, ditambahkan lagi tutup PET yang telah diberi label kode
produksi dan tanggal expired. Bukan hanya itu saja, terdapat sleeve yang
membungkus cup ricotta yang menjelaskan info produk. Mulai dari nama produk,
komposisi, tabel nilai gizi, dan juga tanggal kadaluarsa.
Setelah semua produk terpacking dengan rapi, tahap selanjutnya dalah
memasukkan produk tersebut ke dalam kemasan sekunder dari produk. Kemasan
sekunder berupa karton yang berisi nama produk, kode produksi, dan tanggal
kadaluarsa. Satu box karton berisi 12 cup produk. Selama menunggu distribusi,
produk disimpan di dalam cold storange dengan suhu 2-4oC agar kualitas tetap
terjaga.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
54
55
5.2 Saran
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
Araque, L.C.O., Magali D., Cristian M.O., Juam F.M., Ariel R.V. 2017. Anuality
and Yield Ricotta Cheese as Affected by Milk Fat Content and Coagulant
Type. International Journal of Dairy Industry. 70: 1-7
Awad S, Hassan A, dan Muthukumarappan K. 2005. Application of
Exopolysaccharide-Producing Cultures in Reduced Fat Cheddar Cheese
Texture and Melting Properties. Journal Dairy Science 88: 4204-4213
Buckle K.A., R.A. Edwards., G.H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.
Jakarata: Penerbit University Press
Budiharjo. 2014. Panduan Praktis menyusun SOP. Raih Asa Sukses, Jakarta
56
57