Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN PERSEDIAN BAHAN BAKU UTAMA PRODUK


MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) di PT. AJINOMOTO
INDONESIA MOJOKERTO FACTORY

Disusun oleh :

DWI ARIFIANTO
171020700096

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2019
LEMBAR PENGESAHAN I

Disusun oleh :

NAMA : DWI ARIFIANTO


NIM : 171020700096
PRODI : TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
WAKTU : 02 SEPTEMBER 2019 – 02 OKTOBER 2019

Disetujui dan disahkan oleh :

Kaprodi Dosen
Teknik Industri Pembimbing

Atikha Sindhi Cahyana ST., MT Wiwik Sulistiyowati ST., MT


NIK : 201179 NIK : 209365

i
LEMBAR PENGESAHAN II

Disusun oleh :

NAMA : DWI ARIFIANTO


NIM : 171020700096
PRODI : TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
WAKTU : 02 SEPTEMBER 2019 – 02 OKTOBER 2019

Disetujui dan disahkan oleh :

General & Personal Department Pembimbing Lapangan


PT. Ajinomoto Indonesia PT. Ajinomoto Indonesia

Djoko Siswanto Ibadul Wasi’an Nazar

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan. Penulisan
laporan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan.Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih atas
berbagai pihak yang membantu dalam menyelesaikan mata kuliah ini.
1. Dr. Hindarto, S.Kom., MT., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.
2. Atikha Sidhi Cahyana, ST., MT., selaku Kepala Program Studi Teknik
Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
3. Wiwik Sulistiyowati, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan serta bimbingannya dalam pelaksanaan praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi.
4. Bapak Ibadul Wasi’an Nazar selaku pembimbing di instansi yang telah
banyak memberikan arahan secara langsung dan tidak langsung sehingga
dalam Praktek Kerja Lapangan terlaksana dengan baik dan benar.
5. Seluruh staf dan karyawan PT. Ajinomoto Indonesia.
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini penulis menyadari akan
adanya kesalahan atau kekurangan. Baik segi menyita waktu, pengambilan data,
maupun dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan ini. Oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dalam upaya penyempurnaan
laporan.

Sidoarjo, 02 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN I ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN II ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Analisa Situasi ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Alternatif Pemecahan Masalah................................................................... 2

BAB 2 TUJUAN DAN MANFAAT ............................................................................ 3

2.1 Tujuan......................................................................................................... 3

2.1.1 ..................................................................................... Tujuan Umum 3

2.1.2 .................................................................................... Tujuan Khusus 3

2.2 Manfaat....................................................................................................... 4

2.2.1 .................................................................................. Bagi Mahasiswa 4

2.2.2 ................................................................................. Bagi Mitra Kerja 4

BAB 3 METODE PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................... 6

3.1 Jenis Kegiatan ............................................................................................ 6

3.1.1 ............................................................ Waktu Dan Tempat Kegiatan 6

3.1.2 ............................................................... Cara Pelaksanaan Kegiatan 6

3.2 Jadwal Kegiatan ......................................................................................... 8

BAB 4 HASIL DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN .......................... 9

iv
4.1 Gambaran Umum ....................................................................................... 9

4.1.1 ............................................................................. Sejarah Perusahaan 9

4.1.2 .............................................................................. Lokasi Perusahaan 11

4.1.3 ................................................................. Visi Dan Misi Perusahaan 12

4.1.4 ........................................................ Struktur Organisasi Perusahaan


Error! Bookmark not defined.

4.2 Hasil Kegiatan .......................................... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 ........................... Proses Produksi PT Inocycle Technology Group


Error! Bookmark not defined.

4.2.2 ..................................................... Pengadaan Bahan Baku Produksi


Error! Bookmark not defined.

4.2.3 ................................................................................ Biaya Pemesanan


Error! Bookmark not defined.

4.2.4 ............................................................................ Biaya Penyimpanan


Error! Bookmark not defined.

4.3 Evaluasi Kegiatan ..................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan............................................... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ......................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ................................................. Error! Bookmark not defined.

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Selama PKL ....................................................................... 8

Tabel 4.1 Data Kebutuhan Bahan Baku Plastik Periode 2018/2019Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2 Biaya Pemesanan PT Inocycle Technology Group TbkError! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Biaya Penyimpanan PT Inocycle Technology Group TbkError! Bookmark not defined.

Tabel 4.5 Perhitungan Standard Deviasi ..................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.5 Perhitungan Standard Deviasi (Lanjutan…) Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Perbandingan Kebijakan Perusahaan Dengan Metode EOQError! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Persamaan Regresi Linier ........................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.8 Hasil Peramalan Menggunakan Metode Regresi LinierError! Bookmark not defined.

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Halaman Depan PT Hilon Felt ................ Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.2 Grafik Kebutuhan Pemakaian Plastik Periode 2018/2019Error! Bookmark not defined.

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini kita akan membahas mengenai analisa situasi,
perumusan masalah, serta alternatif dari pemecahan masalah dari PT. Ajinomoto
Indonesia.
1.1 Analisa Situasi
PT Ajinomoto Indonesia merupakan salah satu produsen besar yang
memproduksi MSG. MSG (monosodium glutamate) merupakan bahan tambahan
masakan yang tidak lekang dari kebutuhan masyarakat pada umumnya. MSG banyak
digunakan karena dapat meningkatkan cita rasa makanan sebagai enrichment flavour.
Tujuan penggunaan MSG pada masakan umumnya memberikan rasa, warna dan
tekstur yang diinginkan konsumen maupun produsen. PT Ajinomoto merupakan salah
satu perusahaan yang memproduksi produk MSG terbesar di Indonesia dengan bahan
baku tetes tebu. Proses produksi bersifat batch continues proses dengan bahan baku
utama berupa cane molasses, beet molasses, dan tapioka. Salah satu parameter
kualitas produk MSG dilihat dari kondisi MSG tersebut dan penyimpanannya.
Gudang merupakan sarana pendukung produksi sebagai tempat produk MSG
ditempatkan sementara sebelum didistribusikan.
Struktur organisasi perusahaan bertipe lini dan fungsional dengan total tenaga
kerja mencapai 2175 orang. Tipe tata letak product layout dan pola aliran material
odd-angle. Pengendalian mutu dilakukan secara menyeluruh mulai dari pengadaan
bahan baku, proses produksi, hingga produk akhir. Program sanitasi perusahaan
diterapkan pada bahan baku, lingkungan produksi, peralatan, dan pekerja. Pemasaran
produknya dilakukan oleh PT. Ajinomoto Sales Indonesia yang mempunyai beberapa
cabang di kota-kota besar. Manajemen persediaan di PT Ajinomoto Indonesia
dikelola oleh PPC departemen. Tujuan dari manajemen persediaan bahan baku adalah
agar bahan baku sampai tepat waktu, mengontrol bahan baku, tidak terjadi kehabisan
bahan baku, dan peminimalan biaya. PT Ajinomoto Indonesia harus menerapkan

1
sistem pengelolaan pergudangan dengan baik untuk menjaga kualitas produk.
Penyimpanan dan penanganan barang yang efektif dan efisien perlu dipahami agar
fungsi gudang dapat lebih ditingkatkan. Oleh karena itu, pengelolaan pergudangan
harus dilakukan dengan baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa situasi diatas maka perumusan masalah adalah bagaimana
PT. Ajinomoto Indonesia mengelola bahan awal di gudang untuk menjamin proses
produksi sesuai dengan standar yang diterapkan?
1.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk mengetahui proses produksi di PT. Ajinomoto Indonesia dengan cara
melakukan pengamatan langsung di area gudang dan mencatat data yang diperlukan
untuk laporan.

2
BAB 2
TUJUAN DAN MANFAAT

Pada bab tujuan dan manfaat ini akan membahas mengenai tujuan serta manfaat
dari Praktek Kerja Lapangan.
2.1 Tujuan
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini terdapat beberapa tujuan umum
dan tujuan khusus yaitu sebagai berikut:
2.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja di dunia industri,
sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh yang terjadi di
dunia industri.
2. Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara perguruan
tinggi dan dunia kerja sebagai penggunaan outputnya.
3. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dalam memberikan
kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.
4. Mendapatkan pengalaman nyata dan dapat bermanfaat untuk persiapan diri
dalam dunia kerja.
5. Meningkatkan hubungan kerjasama antar perguruan tinggi dengan instansi.
6. Untuk memenuhi kurikulum yang berlaku di Program Studi Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
2.1.2 Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam Praktek Kerja Lapangan
adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi salah satu kurikulum yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S-1
Program Studi Teknik Industri , Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo.

3
2. Mengetahui dan memahami secara langsung proses pembuatan produk dan
pengecekan produk di PT. Ajinomoto Indonesia.
3. Mendapatkan wawasan baik secara teori maupun Praktek Kerja Lapangan
tentang Inventory Control.
4. Mempraktekkan secara lamgsung dengan keterampilan yang memiliki dan
didapat dari bangku kuliah.
5. Mahasiswa dapat mengenal lebih jauh tentang teknologi yang sesuai dengan
bidang yang dipelajari di Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
2.2 Manfaat
Adapun manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini yang dapat diperoleh,
baik bagi mahasiswa maupun bagi perusahaan. Diantaranya sebagai berikut:
2.2.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai pengalaman dalam menghadapi permasalahan yang nyata didunia
industri dan sebagai langkah untuk menerapkan teori yang diperoleh dari
bangku kuliah.
2. Berlatih komunikasi dengan masyarakat industri.
3. Memberikan peningkatan keahlian profesi sehingga menumbuhkan
kepercayaan diri.
4. Memahami sistem produksi dalam perusahaan dan mengetahui perbandingan
antara konsep teoritis dengan praktek nyata.
5. Melalui praktek kerja lapangan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab profesi dalam dirinya melalui praktek kerja lapangan ini.
6. Menambah wawasan setiap mahasiswa mengenai dunia industri dan
meningkatkan keterampilan serta keahlian.
2.2.2 Bagi Mitra Kerja
1. Mendapat manfaat untuk kinerja kita selama praktek kerja lapangan dan
memperoleh masukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Dapat memberikan masukan yang bersifat membangun dalam hal peningkatan
produktivitas , kualitas dan kuantitas maupun alternative investasi.

4
3. Dapat membantu mempersiapkan sumberdaya manusia pada generasi
mendatang.
4. Dapat memberikan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas
perusahaan yang lebih baik.
5. Terwujudnya hubungan yang erat antara perusahaan dengan lembaga
pendidikan.
6. Dapat menjadi bahan masukan untuk menentukan kebijakan perusahaan di
masa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan analisis yang
dilakukan mahasiswa selama proses pelatihan kerja.

5
BAB 3
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Pada bab metode pelaksanaan kegiatan ini akan membahas mengenai jenis
kegiatan, waktu dan tempat pelaksanaan serta jadwal kegiatan.
3.1 Jenis Kegiatan
Berikut adalah jenis kegiatan yang dilakukan selama proses Praktek Kerja
Lapangan adalah sebagai berikut :
3.1.1 Waktu Dan Tempat Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Ajinomoto Indonesia
yang terletak di Jl. Raya Mlirip No 110 Desa Gedong, Kecamatan Jetis, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur 61352. Sesuai dengan waktu dan jadwal kegiatan yang
diambil pada tanggal 02 September 2019 sampai dengan 02 Oktober 2019 (selama 1
bulan).
3.1.2 Metode Pengumpulan Data dan Informasi
Metode pelaksanaan yang akan digunakan selama Praktek Kerja Lapang (PKL)
adalah sebagai berikut
1. Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diproleh secara langsung dalam kegiatan
perusahaan atau objek yang diamati untuk dianalisis lebih lanjut. Data tersebut adalah
data mengenai perusahaan.
1) Pengamatan Langsung (Observasi)
Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan dan peninjauan secara langsung
terhadap objek kegiatan dalam manajemen produksi di PT. Ajinomoto Indonesia.
Proses pengamatan langsung dilakukan untuk memperoleh informasi tentang proses
penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman material.

6
2) Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pembimbing
lapang dan para pekerja yang ada di lokasi baik di fasilitas produksi maupun
manajemen. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi guna melengkapi
data pengamatan langsung.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang sudah diolah atau data yang diperoleh dari
sumber lain yang selanjutnya digunakan sebagai pendukung dan pelengkap dalam
laporan, data tersebut adalah data dari literatur yang berhubungan dengan kegiatan
Praktek Kerja Lapangan.
1) Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan cara pencarian dan pengumpulan dokumen-
dokumen, laporan-laporan, buku-buku yang berhubungan dengan objek pembahasan.
Data yang diperoleh dengan cara dokumentasi terdiri dari sejarah pendirian
perusahaan PT. Ajinomoto Indonesia meliputi latar belakang, lokasi perusahaan,
waktu pendirian, serta tujuan pendirian.
2) Studi Kepustakaan
Teknik ini dilakukan dengan bantuan dari bermacam-macam sumber pustaka
seperti buku, jurnal, dan informasi dari Badan Pusat Statistik. Teknik ini
dimaksudkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan dengan pencarian berbagai literatur yang berhubungan
dengan objek pembahasan.

7
3.2 Jadwal Kegiatan
Berikut data jadwal kegiatan yang telah dilakukan praktek kerja lapangan di
perusahaan PT. Ajinomoto Indonesia selama satu bulan.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Selama PKL
Minggu Minggu Minggu Minggu
Kegiatan PKL
1 2 3 4
Pengenalan Perusahaan
Pengenalan Tempat Bahan Baku
Mempelajari Proses Persediaan Bahan Baku
Penyusunan Laporan

8
BAB 4
HASIL DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN

Pada bab hasil dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ini akan membahas mengenai
gambaran umum PT. Ajinomoto Indonesia.
4.1 Gambaran Umum
PT. Ajinomoto Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyedap
bumbu masakan. Berikut adalah deskriptif tentang PT. Ajinomoto Indonesia.
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Ajinomoto Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
bumbu masak. Tahun 1866, glutamat secara zat alami ditemukan oleh Prof.
Ritthausen dari Jerman, yang berasal dari protein gandum, yaitu gluten. Tahun 1908,
Prof. Dr. Ikeda dari Jepang menemukan glutamat sebagai sumber rasa gurih (Umami)
dari kaldu rumput laut (kombu). Tahun 1909, Prof. Dr. Ikeda merintis proses
produksi MSG (monosodium glutamate) dalam skala besar untuk keperluan
komersial dan dijual pertama kali di Jepang dengan merek AJINOMOTO. Sejak 100
tahun yang lalu hingga kini, perusahaan Ajinomoto Co., Inc yang berpusat di Tokyo
ini telah memasarkan produk hingga hampir ke seluruh penjuru dunia.

Gambar 4.1 Halaman Depan PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

9
Ajinomoto aktif di 23 negara dan daerah di dunia, dengan memperkerjakan
sekitar 24.861 orang (pada tahun 2004), dengan pendapatan tahunan $9,84 milyar
USD. Perusahaan ini dapat dengan cepat berkembang ke negara lainnya, dengan
Ajinomoto U. S. A., Inc diresmikan pada tahun 1956. Sejak saat itu, Ajinomoto telah
menjadi perusahaan konglomerat yang bergerak ke bidang lainnya, meskipun tetap
pada industri makanan. PT. Ajinomoto Indonesia adalah perusahaan yang selalu
berusaha mengikuti perkembangan kebutuhan manusia dengan fokus pada produk
bumbu olahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya produk baru yang
diproduksi oleh PT. Ajinomoto Indonesia seperti Masako (1989), Sajiku (1999),
Saori (2005) dan Mayumi (2012). dan juga produk olahan minuman Birdy (1997).
Hasil sampingan dari proses produksi pun diolah menjadi produk baru yang memiliki
nilai jual seperti pupuk cair dan produk pakan ternak.
Di Indonesia, pabrik PT. Ajinomoto Indonesia telah berdiri di Mojokerto sejak
tahun 1969 dan mulai beroperasi pada tahun 1970. Pada tahun 1987 dibangunlah PT
Ajinex Internasional di Mojokerto yang lokasinya berdampingan dengan PT
Ajinomoto Indonesia dan mulai beroperasi pada tahun 1989. PT Ajinex Internasional
ini memproduksi MSG yang kemudian di ekspor ke luar negeri. Pada tahun 1990, PT.
Ajinomoto Sales Indonesia mulai beroperasi sebagai pemasar produk PT Ajinomoto
Indoensia dan pada tahun 2011 didirikan pula pabrik PT Ajinomoto Indonesia di
Karawang.

Gambar 4.2 Logo Perusahaan PT. Ajinomoto Indonesia

10
Berkembangnya PT Ajinomoto Indonesia ini tentu tidak lepas dari filosofinya
yaitu “Menciptakan kehidupan yang lebih baik secara global dengan memberikan
kontribusi bagi kemajuan yang lebih berarti dalam bidang makanan dan kesehatan
serta berkarya bagi kehidupan”. Filosofi ini digambarkan melalui sebuah tagline yang
sering kita dengar dari Ajinomoto, yaitu “Eat Well, Live Well”.
4.1.2 Lokasi Perusahaan
Berikut adalah lokasi dari PT. Ajinomoto Indonesia yang bertempat di
Mojokerto adalah sebagai berikut :
a. Alamat : Jl. Raya Mlirip No 110 Desa Gedong, Kecamatan Jetis, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur 61352.
b. Telp : (0321) 8497779
PT. Ajinomoto Indonesia dibatasi oleh :
- Utara : Desa Mlirip
- Selatan : Sungai Brantas
- Timur : Rumah penduduk
- Barat : Desa Padangan

Gambar 4.3 Lokasi Perusahaan PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

11
Strategi lokasi adalah hal yang tidak dapat diabaikan oleh perusahaan, karena
lokasi untuk operasional sangat mempengaruhi biaya baik biaya tetap maupun biaya
variabel. Lokasi sangat mempengaruhi resiko dan keuntungan perusahaan secara
keseluruhan. PT. Ajinomoto Indonesia memilih lokasi pabrik di Mojokerto dengan
alasan sebagai berikut:
1. Kemudahan mendapatkan Cane Molasess (tetes tebu) sebagai bahan baku
utama karena pabrik gula sebagian besar terletak di daeraah Jawa Timur.
2. Berhadapan dengan Sungai Brantas, sehingga mudah mendapatkan air untuk
keperluan pabrik maupun energi, dan juga mudah untuk sistem pembuangan
limbah cair yang telah melalui proses pengolahan.
3. Kota Mojokerto memiliki fasilitas transportasi yang baik, didukung dengan
jalan yang lebar dan luas sehingga alat transportasi yang dibutuhkan oleh
perusahaan dapat digunakan. Selain itu, mobilitas alat transportasi di daerah ini
cenderung lancar karena tidak terjadi kemacetan.
4. Dekat dengan Surabaya sehingga untuk pengiriman barang yang melalui jalur
darat maupun laut dapat dengan mudah dilakukan.
5. Kemudahan mendapatkan SDM di sekitar pabrik dan produktivitas kerja
pegawai yang tinggi.
6. Tidak terlalu padat sehingga besar lahan yang digunakan memadai, selain itu
jauh dari gunung dan laut sehingga ressiko terjadinya gangguan alam di lokasi
pabrik sangat minimum.
4.1.3 Visi Dan Misi Perusahaan
Visi dari PT. Ajinomoto Indonesia:
“Menjadi pabrik yang atraktif untuk berkontribusi bagi Indonesia dan
masyarakat muslim global”.
Misi dari PT. Ajinomoto Indonesia:
“Menyediakan produk dengan nilai-nilai 5A untuk pelanggan melalui produksi
yang stabil”.
Maksud nilai 5A adalah:

12
1. Available = Tersedia dimana-mana, mudah untuk memperoleh dan sesuai
waktu atau kebutuhan.
2. Applicable = Mudah dipakai, cara pemakaian tidak sulit.
3. Affordable = Harga terjangkau.
4. Acceptable = Rasa lezat dan mudah diterima.
5. Attractive = Menawan (wujud fisik produk dan kemasan).
4.1.4 Struktur Organisasi
Menurut Hasibuan (2010), struktur organisasi adalah suatu gambar yang
menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi kedudukan, dan jenis
wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung
jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Menurut Siswanto (2005),
struktur organisasi menspesifikasikan pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana
fungsi atau aktivitas yang beraneka ragam yang dihubungkan sampai batas tertentu,
juga menunjukkan tingkat spesialisasi aktivitas kerja. Pengertian lain dari struktur
organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan
kerangka itu tugas–tugas pekerjaan dibagi–bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan
(Robbins dan Coulter, 2007).
PT. Ajinomoto Indonesia sendiri memiliki struktur organisasi yang memiliki
tipe lini dan fungsional. Struktur organisasi lini dan fungsional ini memanfaatkan
tenaga ahli dalam bidang khusus semaksimal mungkin, sehingga memungkinkan
seorang pekerja bisa memiliki lebih dari seorang pemimpin, dimana masing – masing
pimpinan tersebut dapat memerintah sesuai dengan keahliannya. Di dalam struktur
lini pejabat lini diisi oleh Vice President Director yang memiliki garis komando atau
perintah bukan hanya sampai ke Factory Manager yang bertanggung jawab terhadap
semua aktivitas yang berlangsung di pabrik tetapi sampai pada departemen –
departemen yang ada pada perusahaan sedangkan pejabat fungsional diduduki oleh
para pekerja yang ada pada setiap seksi yang memiliki garis koordinasi antar seksi.
Garis koordinasi menunjukkan hubungan kerja antar seksi sehingga terjadi
harmonisasi kegiatan kerja. Bentuk struktur organisasi ini dapat dilihat pada Gambar

13
Job description masing – masing jabatan yang ada di PT. Ajinomoto
Indonesia, Mojokerto Factory yakni sebagai berikut :
1. Direktur
a) Bertanggung jawab atas jalannya perusahaan;
b) Menentukan alur kebijakan baik internal maupun eksternal;
c) Merumuskan dan mengembangkan rencana produksi yang meliputi
jumlah dan kualitas produksi, pemakaian bahan baku, tenaga kerja dan
lainnya;
d) Mengambil tindakan yang mendukung kelanjutan produksi;
e) Mengangkat dan memberhentikan karyawan.
2. Manajer pabrik
a) Menentukan keputusan yang berhubungan dengan desain dari system
produksi pabrik yang bersangkutan;
b) Menentukan keputusan yang berhubungan dengan operasi dan
pengendalian system tersebut baik dalam jangka waktu panjang maupun
pendek.
3. Wakil manajer pabrik mempunyai tugas dan bertanggung jawab membantu
kerja dari manajer pabrik dalam menjalankan tugas – tugasnya, termasuk dalam
memberikan saran dan mengambil keputusan – keputusan penting.
4. Departemen Umum dan Personalia
a) Seksi Masalah Umum, menangani hal – hal yang berhubungan dengan
perijinan, kesehatan pekerja dan kesejahteraan karyawan, transportasi,
keamanan dan lingkungan hidup;
b) Seksi Personalia, menangani hal – hal yang berkaitan dengan recruitment
karyawan serta seleksi penempatan, gaji karyawan dan pembinaan
organisasi internal.
5. Departemen Keuangan dan Akuntansi mempunyai tugas merencanakan
keuangan perusahaan, administrasi perusahaan serta akuntansi perusahaan.
Serta bertanggung jawab pada pengelolaan keuangan perusahaan.
6. Departemen Pembelanjaan

14
a) Seksi Kontrol bertanggung jawab atas perencanaan produksi perusahaan
yang meliputi jumlah produksi yang disesuaikan dengan permintaan pasar
dan distribusi produk jadi serta mengendalikan proses produksi;
b) Seksi Pembelanjaan bertanggung jawab atas pengadaan bahan baku
utama, bahan pembantu serta peralatan yang berhubungan dengan proses
produksi.
7. Departemen Fisik dan Distribusi
a) Seksi Ekspor dan Impor bertanggung jawab atas persiapan dokumen dan
administrasi serta pengiriman barang sampai ke tangan pemesan.
Demikian juga halnya jika perusahaan mengimpor bahan untuk produksi
maupun peralatan;
b) Seksi Pengendali bertanggung jawab dalam pelaksanaan system distribusi
produk dan bertanggung jawab pada produk yang dihasilkan;
c) Seksi Pergudangan bertanggung jawab atas penyimpanan bahan baku
utama, bahan pembantu maupun produk jadi MSG yang dihasilkan dalam
bentuk bulk maupun MSG yang siap dipasarkan dalam bentuk produk jadi
lainnya. Selain itu juga bertanggung jawab untuk distribusi raw material.
8. Departemen Quality Assurance dan Planning
a) Seksi QC bertanggung jawab terhadap mikrobiologi dan sensori, seta
physical dan chemist;
b) Seksi QA bertanggung jawab terhadap administrasi bahan serta produk
– produk yang dianalisa.
9. Departemen Engineering dan Maintenance
a) Seksi T-1 bertanggung jawab terhadap maintenance, yaitu menangani
dalam hal pemeliharaan fasilitas, mesin, dan alat – alat yang ada di
pabrik;
b) Seksi T-2 bertanggung jawab terhadap desain dan konstruksi.
Departemen ini bertugas menangani dalam hal pergantian mesin yang
baru, gedung baru, atau penyempurnaan mesin dan gedung yang sudah
ada;

15
c) Seksi T-3 bertanggung jawab terhadap elektrik dan instrumentasi, yaitu
menangani dalam hal pengadaan fasilitas telepon dan penerangan;
d) Seksi T-4 bertanggung jawab terhadap food’s engineering.
10. Departemen Produksi MSG Bulk (FI-1)
a) Seksi H-1 bertanggung jawab terhadap proses dekalsifikasi atau pre-
treatment raw material dan sakarifikasi;
b) Seksi H-2 bertanggung jawab terhadap fermentasi;
c) Seksi H-4 bertanggung jawab terhadap proses isolasi;
d) Seksi H-5/H-6 bertanggung jawab terhadap proses purifikasi.
11. Departemen Produksi 1 (FP-1)
a) Seksi EMP bertanggung jawab terhadap proses ekstraksi;
b) Seksi Masako Bulk bertanggung jawab terhadap bulk masako;
c) Seksi Masako Pack bertanggung jawab terhadap pengemasan masako.
12. Departemen Produksi 2 (FP-2)
a) Seksi Sajiku Production bertanggung jawab terhadap produksi sajiku;
b) Seksi Sajiku Supporting bertanggung jawab membantu proses produksi;
c) Seksi Mayumi bertanggung jawab terhadap produksi mayumi.
13. Departemen Utility bertanggung jawab terhadap utilitas pabrik, seperti suplai
energi, air, dan lain sebagainya. Departemen ini dibagi menjadi seksi utility I
(maintenance material), utility II (energy), utility III (waste water treatment).
14. Departemen Agri Development, bertanggung jawab terhadap pembuatan pupuk
cair amina yang merupakan produk samping dari pembuatan MSG.

16
Factory Division Sub-Division (Area)
Vice President Director / Factory Manager General Manager Departemen Manager Section Manager

Vice President Dir/Factory Manager Dir/Deputy FM HSE HSE M1 Reza Mahardika


T. Kazarimoto Yudho K Hariyono M4 Padmo Yatmoko

GA M2 Hari Budi Sugiarto


General Administration G&P
Personnel M1 Lutfia Anggraeni
M4 Gatut Indharto M3 Cahya Prihandono
Legal M2 Izuko Oscar Assafi

Finance & Accounting


FA M2 Suprapto
M4 Gatut Indharto

Quality Assurance QA M1 Erlina Swardani


M3 Agus Dharmawan QC M1 Hernizal Fahrudin

Dir/Deputy FM Production Planning & Inventory Control Inventory Control IC Material M2 Dhoni Nurasa
Jasman S Jasman S M2 Heru Naviyanto IC Finished Goods M1 Heru Sutarno

Procurement & Exim Procurement M1 Didik Sulistyo


M3 Rudy Ichwantoko Exim M2 I Ketut Arthana

EDC
EDC M2 Rudiyanto
M3 Mujibur Rokhman

Masako & Mayumi M1 Nursyamsu K


PPC
STB & RTUS M2 Abdurahman Hadi
M4 Slamet Lestari
MSG M1 M. Bachrun
Film & Packaging M1 Moch. Fachrudin

Masako Bulk M1 Suyanto


Food Products FP – 1
Masako Pack M1 Sumardiono
Jasman S M3 Hari Widyatmoko
EMP M2 Anang Nuriedi

Sajiku - Production M2 Samin


FP-2
Sajiku - Supporting M1 Toni Asmoro
M3 Munawar Shodiq
Mayumi M1 Imron Rusyadi

H1 De-Ca & Saccharification M2 Hendro Marsono


Food Ingredients FI-1
H2 Fermentation M2 Andi Sedyo I
M4 Aris Mahendri M3 Eko Febrianto
H4 Isolation M1 Sugitayono Iknes Wadi
H5,6 Purification M2 Ardani Purwantoro

FI-2 Production M2 Salim


M5 Daru Darmo P Supporting M2 Kusdwiyanto

Printing M1 Purwanto
Film FL-1
Laminating M1 Djudjut Agus S
Y Miyajima M5 Daru Darmo P
Supporting M5 Daru Darmo P

T-1 Maintenance M1 Havis Fikri


Production Support E&M
T-2 Design & Const. M2 Sukrisno
M4 Aris Mahendri M3 Iwan Ary R
T-3 Elect & Inst. M1 Agus Hermawan

Utility - 1 M2 Suwito Yulianto


Utility
Utility - 2 M1 Fernandi
M3 Anton Febrianto
WWT M2 Alif Faudji

Agri-Dev Agri Products M2 Ferry Eko Irianto


M4 Bagus Utilization M1 Riduwan

IFTC IFTC - MJK Food Development M2 Ahmad Rahmad


K Hanyuda M3 Soesanto Packing & Printing M1 Anim Nuju

IFTC – Engineering Eng – Food & MSG M3 Puguh K


M3 Puguh K

H Terashima (Eng.)
Advanced Eng. T Satake (Eng.)

IFTC – KRW Food Development


H Takayama Packing

Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

17
4.1.5 Sertifikasi Produk
Sesuai dengan visi dan misi PT. Ajinomoto Indonesia maka perusahaan ini
memiliki komitmen untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan aman
untuk dikonsumsi. Komitmen tersebut tercapai dengan berbagai sertifikasi produk
yang didapat oleh perusahaan. Sertifikasi tidak semua bersifat selamanya, namun
sertifikasi dilakukan berkesinambungan dengan adanya sistem audit, sehingga hal ini
membuat PT. Ajinomoto Indonesia benar benar terpercaya dalam menghasilkan
berbagai produk. Berikut adalah beberapa sertifikasi yang didapatkan oleh
perusahaan:
a) Produsen MSG pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi Sistem
Jaminan Halal pada tahun 2010. Sistem Jaminan Halal adalah suatu sistem
manajemen yang disusun, diterapkan, dan dipelihara oleh perusahaan pemegang
sertifikat halal untuk menjaga kesinambungan produksi halal sesuai dengan
ketentuan LPPOM MUI. Sistem Jaminan Halal diperoleh PT. Ajinomoto
Indonesia melalui perbaikan terus menerus sehingga dapat menyelesaikan 3
proses audit dengan capaian 3 kali status “A”.
b) ISO 9001, tipe ISO ini bukan merupakan standar produk karena tidak
menyatakan persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi sebuah produk. ISO
9001 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas (Quality
Management System), namun bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk
yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas internasional akan
berkualitas dengan baik.
c) ISO 14001 merupakan standar internasional untuk sistem pengelolaan atau
manajemen lingkungan (Environmental Management System). Prinsip dasar
ISO 14001 adalah kontrol terhadap semua aspek yang berdampak negatif
terhadap lingkungan. Ketika perusahaan beroperasi, maka proses bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut berpotensi untuk menimbulkan dampak
terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Semua
dampak tersebut akan memberikan resiko yang mempengaruhi bisnis yang
dijalankan oleh perusahaan. PT. Ajinomoto Indonesia berupaya untuk

18
menerapkan ISO 14001, maka perusahaan tersebut telah memiliki komitmen
untuk memperbaiki secara terus menerus kinerja lingkungannya. Sehingga ISO
14001 bisa dikatakan merupakan standar yang memadukan dan
menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan lingkungan hidup
d) OHSAS 18001 merupakan standar internasional yang dikembangkan oleh
British Standard Institute untuk Sistem Manajemen Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja PT. Ajinomoto Indonesia menerapkan standar ini karena
berkemauan untuk menghapuskan atau meminimalkan resiko bagi para
karyawan dan pemegang kepentingan lainnya yang berhubungan langsung
dengan resiko K3 menyertai aktivitas yang ada. Perusahaan yang
mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang
terorganisir dengan wewenang dan tanggung jawab yang tegas, sasaran
perbaikan yang jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang
terstruktur untuk penilaian resiko. Demikian pula, pengawasan terhadap
kegagalan manajemen, pelaksanaan audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang
kebijakan dan sasaran K3.
e) ISO 22000, yang merupakan suatu standar internasional yang menggabungkan
dan melengkapi elemen utama ISO 9001 dan HCCP (Hazard Analysis &
Critical Control Points) dalam hal penyediaan suatu kerangka kerja yang
efektif untuk pengembangan, penerapan dan peningkatan berkesinambungan
dari Sistem Manajemen Keamanan Pangan (Food Safety Management System).
PT. Ajinomoto Indonesia ingin menjamin keamanan pangan dan mengurangi
resiko yang berkaitan dari produk yang dihasilkannya. Dengan demikian
konsumen pun akan semakin percaya dengan hasil yang diproduksi perusahaan
dan eksistensi perusahaan akan tetap terjaga.
f) Penghargaan Zero Emission pada tahun 2009 dari Ajinomoto Co. Inc, Jepang.
Program untuk mencapai emisi nol dimulai pada tahun 2002 oleh PT.
Ajinomoto Indonesia dengan tujuan untuk meminimalkan dampak lingkungan
dari opersional pabrik. Program ini mencakup usaha untuk mengurangi emisi
CO2, mengurangi limbah dan air buangan dari PT. Ajinomoto Indonesia

19
merupakan grup perusahaan yang pertama kali mendapatkan penghargaan
untuk kategori “Zero Emission”.
4.2 Hasil Kegiatan
4.2.1 Persiapan dan Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku adalah syarat berlangsungnya suatu proses produksi, dimana
jumlah dan kualitas dari bahan baku akan mempengaruhi produk yang dihasilkan.
Bahan baku yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu bahan baku utama dan bahan
baku pendukung dimana kedua bahan tersebut sangat menentukan keberhasilan dan
ketercapaian target proses produksi. PT Ajinomoto Indonesia memiliki standar untuk
pemilihan bahan baku dan standar terhadap produk akhir, dimana standar ini
memiliki tingkatan yang lebih ketat jika dibandingankan dengan SNI (Standar
Nasional Indonesia) adapun standar yang di terapkan PT Ajinomoto ini disebut
dengan AJIS (Ajinomoto Japan International Standard).
A. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan oleh PT Ajinomoto Indonesia dalam
memproduksi MSG adalah sumber gula yang nantinya akan difermentasi. Jenis gula
yang digunakan dalam memproduksi MSG ini beragam, karena menyesuaikan
dengan potensi dan ketersediaan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Adapun
sumber gula yang digunakan dalam proses pembuatan MSG di PT Ajinomoto
Indonesia antara lain :
1. Tetes tebu (Cane Molasses)
Bahan baku utama yang digunakan adalah tetes tebu (cane molasses) yang
berfungsi sebagai sumber karbon dalam proses fermentasi MSG. Tetes tebu yang
digunakan merupakan hasil samping industri pembuatan gula yang masih
mengandung glukosa tetapi tidak dapat dikristalisasi lagi menjadi gula. Penampilan
fisik dari tetes tebu adalah berupa cairan berwarna kecoklatan, beraroma karamel,
kental dengan pH sekitar 5,5 – 5,6. Tetes tebu dikatakan sedikit bersifat agak asam
karena adanya asam asam organik bebas yang terkandung didalamnya.
Tetes tebu digunakan sebagai bahan baku utama dalam proses produksi MSG
oleh PT Ajinomoto Indonesia karena tetes tebu memiliki kandungan gula yang realit

20
tinggi yaitu sekitar 40-60%. Selain itu tetes tebu ini juga mudah diperoleh karena
pabrik gula di Jawa Timur banyak seperti pabrik gula di Malang, Probolinggo,
Pasuruan, Lamongan, Nganjuk, Kediri, dan Mojokerto. Kemudian harga tetes tebu
relatif murah. Harga tetes tebu ini bergantung pada jumlah gula yang terkandung
didalamnya. Semakin banyak gula yang yang terkandung, maka semakin mahal harga
dari tetes tebu tersebut. Harga rata-rata dari tetes tebu ini adalah Rp 4.000,- per
kilogram. Tetes tebu yang digunakan oleh PT Ajinomoto Indonesia adalah tetes tebu
yang telah memenuhi spesifikasi dari AJIS. Standar tetes tebu PT Ajinomoto
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Standar tetes tebu AJIS
Parameter Nilai
Total Padatan Min 85oBE
Gula Min 50%
Kadar Ca (kalsium) Max 1,2%
Kadar K (Kalium) Max 2%
Warna 0,02-2
Sumber : PT Ajinomoto Indonesia
2. Tepung Tapioka
Tepung tapioka merupakan tepung yang diperoleh dari olahan singkong
(Monhot esculante cranz). Tepung tapioka menyimpan karbohidrat yang masih dalam
bentuk pati sehingga dalam penggunaannya perlu dilakukan sakarifikasi untuk
mengubah pati menjadi glukosa. Tepung tapioka digunakan oleh PT Ajinomoto
Indonesia karena glukosa tetes tebu yang dihasilkan semakin menurun akibat
berkembangnya teknologi industri pembuatan gula. Tepung tapioka ini digunakan
sebagai alternatif bahan baku untuk memenuhi standar kandungan glukosa. Biasanya
tepung tapioka ini diperoleh dari supplier di Lampung dan juga dari Thailand.
3. Beet Molases
Beet molasses merupakan hasil samping pengolahan gula yang tebuat dari beet,
yaitu ubi bit merah (red beet/beet root) sejenis umbi-umbian yang banyak tumbuh
subur di daerah sub-tropis. Beet Molasses memiliki fungsi yang sama seperti tetes

21
tebu yaitu sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri fermentasi namun
penggunaannya hanya dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini disebabkan kualitas
dari beet molasses yang lebih baik daripada tetes tebu yaitu kadar glukosanya yang
lebih tinggi. Disamping itu, harga beli beet molases saat ini juga lebih mahal karena
jenis ini hanya dapat ditemukan dinegara empat musim, yang biasanya beet molasses
di impor dari negara Mesir, Ukraina, dan Rusia.
Pada proses produksi MSG saat ini, PT Ajinomoto Indonesia menggunakan
bahan utama tetes tebu dan bahan baku tambahan berupa tepung tapioka yang
diproses sakarifikasi (pengubahan pati menjadi glukosa) dan juga beet molasses.
Penggunakan ketiga bahan baku tersebut dengan proporsi cane molasses : tepung
tapioka : beet molasses sebesar 50-70% : 25-40% : 5-15%. Proporsi ini tergantung
pada ketersediaan dan harga dari bahan baku di pasaran. Adapun perbedaan dari
ketiga jenis bahan baku ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perbedaan bahan baku MSG
Bahan Baku Utama
Parameter
Cane Molasess Tepung Tapioka Beet Molasess

Kadar glukosa ±44% ±70% ±66%


Pretreatment Dekalsifikasi Sakarifikasi Tidak ada
Ketersediaan Mulai berkurang Cukup melimpah Sulit diperoleh
Lampung dan Impor dari negara 4
Pabrik gula di
Asal bahan baku impor dari musim (Mesir,
Jawa Timur
Thailand Ukraina, Rusia)
Sumber : PT Ajinomoto Indonesia
4. Mikroorganisme Penghasil Asam Glutamat
Bahan baku utama lainnya pada proses pembuatan MSG adalah
mikroorganisme penghasil asam glutamat yaitu Brevibacterium lactofermentum.
Mikroorganisme ini berguna pada proses fermentasi untuk menghasilkan asam
glutamat. Menurut Abdurahman (2008), Bravibacterium Lactofermentum merupakan
salah satu mikroba yang banyak dimanfaatkan untuk mengahasilkan asam glutamat

22
sebagai komponen penyedap rasa. Bakteri ini digunakan untuk menghasilkan lisin
dan triptophan. Strain Brevebacterium lactofermentum dikembangkan secara terpusat
di Ajinomoto, Tokyo, dan perbanyakan kultur baru dilakukan di PT Ajinomoto
Indonesia terhadap strain yang diterima dari Ajinomoto Tokyo. Perbanyakan kultur
dalam bentuk ampul kaca dengan menggunakan pengawetan freeze drying. Bakteri
jenis ini memiliki pH yang optimum sekitar 7-8 untuk menghasilkan asam glutamat.
B. Bahan Pendukung
Untuk mendukung proses produksi MSG, PT Ajinomoto Indonesia juga
menggunakan berbagai macam bahan pendukung antara lain:
1. Asam Sulfat (H2SO4) 98%
Asam Sulfat (H2SO4) digunakan dalam proses pembuatan MSG. Asam sulfat
yang dalam bentuk larutan ini digunakan pada proses sakarifikasi, dekalsifikasi, dan
asidifikasi. Pada proses sakarifikasi asam sulfat ditambahakan untuk mencapai pH 4,
pada proses dekalsifikasi bertujuan untuk mengikat Ca2+ yang digunakan untuk
memutihkan/pemurnian, sehingga Ca2+ berikatan dengan H2SO4, sedangkan pada
proses asidifikasi ditambahkan hingga pH mencapai 3,3. Asam sulfat ini diperoleh
dari PT. Petro Kimia Gresik, Jawa Timur yang kemudian ditampung dalam tangki
penampungan yang terbuat dari carbon steel.
2. Natrium Hidroksida (NaOH) 20%
Pada proses sakarifikasi penambahan NaOH bertujuan untuk mengatur pH
hingga pH menjadi 6. Pada proses netralisasi ditambahkan untuk menetralkan asam
glutamat yang dihasilkan oleh bakteri Brevibacterium lactovermentum sehingga
terbentuk monosodium glutamat. Larutan asam glutamat yang mempunyai pH kurang
lebih 3 dinetralkan dengan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu dalam tangki
netralisasi sehingga pH naik menjadi 6,2-6,5. NaOH diperoleh dari PT Industri Soda
Kimia dalam bentuk padatan kristal yang disimpan dalam kemasan 50 kg yang
kemudian dalam penggunaannya harus dilarutkan terlebih dahulu.
3. Amoniak (NH3)
Amoniak digunakan pada proses fermentasi untuk pembentukan asam glutamat.
Ada 3 fungsi dari amoniak, yaitu:

23
a. Sebagai sumber N (nitrogen) bagi bakteri Brevibacterium lactofermentum
untuk melakukan proses fermentasi.
b. Sebagai pengatur pH saat fermentasi agar tetap pada pH netral.
c. Sebagai pembelok jalur dalam siklus Krebs dari α ketoglutarat membentuk
asam glutamat melalui proses transaminasi.
Amoniak dipasok dari PT Petrokimia Gresik dan PT. Pupuk Kujang dalam bentuk
cair. Penyimpanan amoniak dilakukan dalam tangki yang terbuat dari carbon steel
diatur secara otomatis selama fermentasi.
4. Karbon Aktif (Active Carbon)
Karbon aktif merupakan bahan pendukung yang digunakan dalam proses
pembuatan MSG pada proses dekolorisasi untuk menyerap warna kecoklatan dari
MSG cair. Menurut Muchtaridi dan Sandri (2007), karbon aktif mempunyai luas
permukaan yang sangat besar sehingga daya adsorpsinya pun sangat kuat. Karbon
aktif dapat mengadsorpsi bau, rasa, warna dan ebberapazat organik. Penggunaan
karbon aktif dilakukan dengan mencampurkan pada MSG cair yang masih berwarna
kecoklatan. Karbon aktif digunakan karena lebih efektif dalam penyerapan warna dan
tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Karbon aktif yang digunakan dalam
bentuk serbuk yang diperoleh dari PT Intan Prima Surabaya dan dikemas dalam
wadah kontainer 250 kg. Kelebihan karbon aktif sebagai bahan penjernih adalah
efektif dalam penyerapan, tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan, dan bernilai
ekomis.
5. Anti Buih (Anti Foam)
Anti buih merupakan bahan pendukung pembuatan MSG yang digunakan untuk
mencegah terbentuknya buih yang timbul selama proses fermentasi akibat agitasi dan
aerasi. Agitasi merupakan sistem pengadukan, pengadukan ini dilakukan untuk
menghasilkan campuran yang homogen. Pencampuran dengan sistem agitasi sangat
penting untuk transfer oksigen dalam fermentasi aerobik (Zakaria dkk, 2016). Aerasi
adalah suatu operasi kontak gas-cairan yang umum dijumpai dimana udara yang
terkompresi dimasukkan ke bagian bawah sebuah tangki berisi air melalui dispersor
berlubang kecil (Welty dkk, 2008). Adanya buih akan menyebabkan autolisis dan

24
mengurangi jumlah sel bakteri serta menaikkan beban agitasi. Menurut Hasan dkk
(2015), autolisis merupakan penghancuran jaringan atau sel-sel dari suatu organisme
oleh enzim yang dipros=duksi oleh sel itu sendiri. Buih-buih ini akan menggangu
kelarutan oksigen didalam medium sehingga perlu ditambahkan anti buih. Anti buih
yang digunakan memiliki pH relatif rendah ±3,3 yang merupakan poliglikol asam
lemak jenuh yang aman untuk manusia. Anti buih di pasok dai Jepang dengan merek
dagang AZ yang berjenis AK12.
6. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral merupakan bahan pendukung yang digunakan dalam
proses fermentasi pada produksi MSG. Fungsi dari vitamin dan mineral dalam proses
fermentasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan bakteri Brevibacterium
lactofermentum dalam pertumbuhannya. Vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A
dan vitamin B serta biotin, sedangkan mineralnya berupa H2PO4, MnSO4, MgSO4,
dan FeSO4. Semua bahan tersebut dipasok dari Jepang dalam bentuk padatan yang
disimpan dalam kemasan.
7. Resin Penukar Ion
Resin juga merupakan bahan pendukung dalam produksi MSG. Menurut
Lestari dan Setyo (2007), resin penukar ion berfungsi untuk mengambil pengotor
yang tidak dikehendaki dengan cara reaksi pertukaran ion yang mempunyai tanda
muatan yang sama antara air sebagai bahan baku dengan resin penukar ion yang
dilaluinya. Bahan ini digunakan untuk mengabsorbsi warna cairan induk yang berasal
dari unit kristalisasi pada proses purifikasi sebelum didaur ulang ke proses
dekolorisasi. Selain itu, resin juga digunakan dalam proses pengolahan air
8. Koagulasi (Aronvis)
Aronvis merupakan zat yang berfungsi sebagai koagulan. Koagulasi adalah
penurunan daya larut molekul-molekul protein atau perubahan bentuk dan cairan
menjadi bentuk padat atau semi padat (Purwaningsih, 2007). Aronvis ini digunakan
pada proses dekalsifikasi dan hasil dari penambahan koagulan ini akan menghasilkan
produk samping atau by product berupa gypsum.

25
9. Air
Proses pembuatan MSG membutuhkan air. Beberapa jenis air yang digunakan
dalam industri pembuatan MSG, antara lain adalah :
a. Pure Water (PW) merupakan air murni H2O
b. Industrial Water (IW) merupakan H2O yang mengandung mineral. Biasanya
digunakan untuk pelarut bahan baku dan pencuci mesin produksi.
c. Mix Water (MW) terdiri dari 80% PW dan 20% IW. Air inilah yang digunakan
dalam proses pembuatan MSG.
d. Chilled Water (CW) terbagi menjadi dua macam yaitu air dengan suhu 10oC
dan suhu 15oC. Air CW merupakan air MW yang didinginkan menggunakan
refrigerant.
e. Cooling Tower Water (CTW) berasal dari air MW yang suhunya dikontrol
≤30oC. Air ini didinginkan secara alami ataupun dengan angin.
f. River Water (RW) air yang masih banyak menggunakan kontaminan dan
mineral.
10. Enzim
Enzim juga merupakan bahan pendukung dalam proses pembuatan MSG.
Enzim yang digunakan adalah α-amilase dan glukoamilase yang digunakan dalam
proses sakarifikasi tepung tapioka. Enzim α-amilase berfungsi untuk mengubah
tepung tapioka yang berupa polisakarida menjadi dextrin sedangakan enzim
glukoamilase digunakan untuk mengubah dextrin menjadi glukosa.
11. Bahan Pendukung Lain
Bahan pendukung lainnya yang digunakan dalam produksi MSG adalah
Mameno atau hidrolisat protein kedelai sebagai sumber nitrogen pada saat
penyimpanan kultur. POEFE (Polioks Etilen Fatty Ester) yang digunakan dalam
proses fermentasi sebagai zat antibiotik untuk mengurangi kelebihan kandungan
biotin dalam tetes tebu. HSC (Hytlo Super Cell) digunakan sebagai filter dalam
proses pemisahan padatan dan cairan. HMP (Hexa Mono Phospat) digunakan untuk
meningkatkan kelarutan dari unsur penyebab kesadahan air, yaitu Ca dan Mg. PG
(Propylen Glycol) digunakan sebagai brine chiller proses pengeringan MSG.

26
4.2.2 Manajemen Persediaan PT Ajinomoto Indonesia
Manajemen Persediaan (Inventory Control) adalah kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dan penentuan kebutuhan
material/produk sehingga kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan
persediaan dan persediaan dapat ditekan secara optimal. Manajemen persediaan
digunakan untuk mengontrol material yang berhubungan dengan produksi baik bahan
baku utama maupun tambahan, spare parts, produk setengah jadi, produk jadi yang
siap untuk dipasarkan. Manajemen persediaan berkaitan dengan manajemen logistik
yang membahas mengenai pergudangan, pergerakan (pemindahan) dan penyimpanan.
PT Ajinomoto Indonesia merupakan perusahaan yang memproduksi
monosodium glutamat (MSG) yang wilayah pemasarannya meliputi seluruh wilayah
Indonesia dan beberapa negara. Produk yang dihasilkan PT Ajinomoto Indonesia
termasuk produk fungsional, sehingga sistem akan difokuskan pada upaya untuk
meminimumkan biaya disepanjang persediaan dan pendistribusian. Salah satu
kegiatan pengupayaan tersebut adalah strategi persediaan yang digunakan untuk
produksi maupun untuk pemasaran.
Pada PT Ajinomoto Indonesia departemen yang mengatur perencanaan,
pengawasan dan pelaksanaan material/produk adalah departemen PPC. Tugas utama
dari departemen ini adalah planning, purchasing, invetory, dan delivery. Pada
planning, PPC bertugas untuk membuat perencanaan produksi, material yang
dibutuhkan, kontrol biaya produksi, kontrol pengembangan produksi. Pada bagian
purchasing, PPC bertugas untuk mengirim Pre Order (PO) ke supplier, informasi
abnormal material, konfirmasi jadwal dan pengiriman, dan pembelian. Pada bagian
inventory, PPC bertugas sebagai kontrol persediaan material dan stok, kontrol
abnormal material. Pada delivery, PPC bertugas sebagai kontrol persediaan produk,
kontrol permintaan sales, kontrol space dan pallet gudang, monitoring pelepasan dan
kesiapan produk.
4.2.3 Manajemen Persediaan Bahan baku Produk MSG
Penempatan bahan baku di gudang didasarkan berdasarkan waktu kedatangan
bahan baku yang datang dari supplier. Penggunaan bahan baku untuk produksi

27
didasarkan dari bahan baku yang memiliki tanggal kadaluwarsa lebih awal. Metode
ini disebut dengan FEFO atau First Expired First Out.
Manajemen Organisasi
Manajemen merupakan ketrampilan untuk meramu komponen dan unsur-unrus
yang terlibat dalam suatu sistem untuk mencapai hasil/tujuan yang direncanakan.
Manajemen organisasi merupakan dasar utama yang digunakan pada pengaturan kerja
agar efektif dan efisien. Dalam manajemen organisasi terdapat 4 unsur pokok yaitu
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, pengendalian atau disingkat dengan POAC
(Supriyanto dan Muhsin, 2008).
Penerapan manajemen organisasi PT Ajinomoto Indonesia pada manajemen
persediaan bahan bakunya sedikit berbeda dari konsep manajemen organisasi.
Terdapat 6 unsur yang diterapkan pada manajemen persediaan bahan baku yaitu :
a. See
b. Thinking
c. Planning
d. Do
e. Control
f. Actuating
Keenam unsur ini disingkat dengan STPDCA. See adalah melihat permasalah
baik dari supplier, sales, atau dari sumber lain. Thinking adalah memikirkan solusi
dari permasalahan yang didapat, biasanya dilakukan oleh R&D. Planning adalah
melakukan perencanaan untuk pelaksanaan dari solusi yang sudah dipilih. Do adalah
pelaksanaan dari perancangan sebelum dilakukan di lapangan. Control adalah
pengawasan yang dilakukan terhadap proyek yang telah direncanakan. Jika terjadi
kesalahan perlu dilakukan perbaikan sebelum dilakukan di lapangan. Actuating
adalah pelaksanaan di lapangan. Hal ini dilakukan bila proyek telah siap untuk
direaliasasikan.
1. Perencanaan Persediaan
Aspek perencanaan persediaan dilakukan untuk menentukan produk apa yang
akan disediakan, alokasi waktu, dan minimasi biaya. Dalam perencanaan persediaan

28
bahan baku digunakan untuk menentukan material apa yang harus disediakan, alokasi
waktu agar datang tepat waktu, dan meminimalkan biaya. Perencanaan persediaan
bahan baku didasarkan pada rencana produksi. Perencanaan persediaan bahan baku
disesuaikan dengan kapasitas produksi PT. Ajinomoto Indonesia sendiri.
Rencana produksi dibuat oleh PT. Ajinomoto Indonesia secara tahunan yang
kemudian dibreakdown menjadi bulanan kemudian di breakdown kembali menjadi
harian. Rencana produksi tidak serta merta ditentukan oleh departemen PPC
melainkan berdasarkan permintaan dari PT. ASI. Permintaan dari PT. ASI didasarkan
pada target penjualan per tahun. Hasil dari breakdown rencana produksi disesuaikan
dengan kapasitas produksi. Apabila sesuai maka akan diproduksi, apabila terlalu
terlalu tinggi maka akan dikurangi sehingga sesuai dengan kemampuan atau kapasitas
produksi. Sehingga setiap bulan akan ada meeting dengan sales sebanyak 2 kali.
Dalam merencanakan persediaan bahan baku perlu memperhatikan banyak
faktor mulai dari sifat bahan hingga lokasi supplier. Bahan baku utama dari
monosodium glutamat (MSG) adalah cane molasses, beet molasses, dan tapioka.
Setiap bahan memiliki lebih dari 1 supplier. Supplier cane molasses berasal dari jawa
timur, supplier beet molasses dari luar negeri, sedangkan supplier tapioka berasal dari
domestik dan luar negeri. Untuk produksi Cane molasses dan beet molasses bersifat
musiman. Untuk cane molasses produksi dibulan Juni-Desember, beet molasses
produksi di bulan Desember-Januari, sedangkan tapioka dapat diperoleh kapan saja.
Selain itu faktor harga juga diperhatikan. Oleh karena itu, beberapa faktor tersebut
mempengaruhi berapa jumlah bahan baku yang harus disediakan, berapa bahan baku
yang digunakan sebagai safety stock, kapan bahan baku tersebut harus sampai di
perusahaan, dan berapa total biaya yang perlu dikeluarkan.

4.2.2.3 Forecasting
Forecasting atau peramalan adalah suatu cara untuk mengukur atau
menaksirkan kondisi bisnis di masa mendatang. Pengukuran tersebut dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Pengukuran secara kuantitafi biasanya menggunakan
metode statistik dan matematik. Sedangkan pengukuran secara kualitatif biasanya

29
menggunakan judgement (Sirait, 2006). Forecasting digunakan PT. Ajinomoto
Indonesia untuk meramalkan inventory perusahaan di masa yang akan datang, salah
satunya adalah meramalkan kebutuhan bahan baku MSG.
Forecasting material ini termasuk pengukuran kuantitaf sehingga perlu
menggunakan metode statistik dan matematik. Program yang digunakan adalah
TIPIK yang berfungsi sebagai penentuan kebutuhan material dan bantuan Ms Excel
sebagai metode matematiknya. Perhitungan forecasting yang dilakukan PT.
Ajinomoto Indonesia untuk 1 tahun mendatang, berlaku untuk bahan baku maupun
permintaan konsumen.dalam meramalkan forecasting, PT. Ajinomoto Indonesia
membutuhkan informasi atau data tahun masa lalu untuk meramalkan jumlah yang
dibutuhkan di massa mendatang.
4.2.3 Sistem Persediaan
Dalam manajemen persediaan bahan baku perlu adanya aliran yang jelas mulai
dari pemesanan terhadap supplier hingga material datang ke perusahaan. Fungsi dari
aliran bahan tersebut agar jalannya atau perpindahan material jelas. Sehingga jika
terjadi kesalahan bisa dievaluasi pada bagian mana yang bermasalah. Aliran
manajemen persediaan yang diterapkan PT. Ajinomoto Indonesia ada 2 yaitu flow
request material dan flow incoming material. Flow request material merupakan aliran
permintaan material terhadap perusahaan. Aliran ini menjelaskan langkah-langkah
pemesanan mulai dari produksi hingga supplier. Flow request material dapat dilihat
dilihat pada Gambar 5.1
Gambar 5.1 Flow Request Material

Request Request SS
Production PPC Department
Vendor
Selection

Supplier
30
Aliran ini dimulai dari bagian produksi yang meminta material apa yang digunakan
untuk produksi terhadap PPC. Setelah mendapat list material, PPC mengirimkan
permintaan vendor atau supplier yang akan digunakan terhadap SS departemen. SS
departemen ini adalah departemen yang berfungsi untuk mencari, memilih, dan
bernegosiasi dengan calon supplier yang akan diajak bekerja sama. SS departemen ini
tidak berada di Mojokerto, melainkan di Jakarta. Pertimbangan pemilihan supplier
oleh SS departemen adalah dari kualitas, harga dan jarak. SS departemen akan
bernegosiasi dengan beberapa calon supplier dan melakukan perjanjian. Supplier
yang sudah pasti akan diinfokan kembali kepada PPC. Setelah mendapat list supplier
yang pasti, PPC akan melakukan pemesanan dan mengirimkan jadwal pengiriman
material terhadap supplier
Aliran yang kedua adalah Flow Incoming Material atau aliran kedatangan material.
Aliran ini menjelaskan langkah-langkah kedatangan material dari supplier hingga
bagian produksi. Flow incoming material dapat dilihat pada Gambar 5.2
Production
request
PPC
request
supplier
Vendor selection
SS Departemen
92

31
Gambar 5.2 Flow Incoming Material
Aliran ini dimulai dari supplier yang mengirimkan material yang diminta oleh
departemen PPC. Supplier yang telah menerima jadwal pengiriman harus
mengirimkan material secara tepat waktu. Seluruh material yang dikirim dari supplier
dikirimkan ke PD departemen untuk menyimpan material. Namun sebelum material
disimpan oleh PD departemen, material harus dicek secara sampling oleh departemen
QC. Penyamplingan ini berfungsi untuk menguji apakah material telah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan PT. Ajinomoto Indonesia. Jika sesuai maka material
dapat masuk dan disimpan departemen PD. Jika tidak sesuai atau mengalami
kecacatan maka material harus dikembalikan ke supplier. Pengembalian material
harus melalui departemen PPC. Sebelum pengembalian, departemen PPC harus
menginformasikan terlebih dahulu material apa yang dikembalikan dan mengapa
dikembalikan. Setelah material dikembalikan, material akan ditukar dengan material
yang baru.
Supplier
QC Departement
PD Departement
PPC Departement
sampling
sesuai
Tidak sesuai
Return
abnormal

32
33

Anda mungkin juga menyukai