Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SISTEM K3

ANALISIS POSTUR TUBUH DAN SUHU DI TEMPAT KERJA

Dosen Pembimbing Sistem K3 : Boy Isma Putra, ST., MM

Disusun Oleh :
M. Irwan Wijayanto 171020700064
M. Dio Dwi Septian 171020700069

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN PELAJARAN 2018
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunian-Nya sehingga penyusunan makalah dapat diselesaikan. Tidak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
makalah ini.
Dengan makalah ini diharapkan baik penyusun sendiri maupun pembaca dapat memilki
pengetahuan yang lebih luas mengenai analisis postur tubuh dan suhu di tempat kerja.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan saya sendiri
khususnya.

Sidoarjo, 10 Oktober 2018

Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya di lokasi tambah atau konstruksi, akan tetapi
K3 juga harus diterapkan di kantor serta di perusahaan jasa dan manufaktur. Adapun kegiatan
yang berhubungan dengan K3 di perusahaan manufaktur maupun kantor yaitu bekerja material
handling, bekerja berhadapan dengan komputer, dan masih banyak lagi. Bahaya yang akan
timbul di lapangan dapat dirasakan langsung akan tetapi bahaya apabila di kantor penyebab
bahaya tidak dirasakan secara langsung. Butuh beberapa waktu penyakit tersebut dapat dirasakan
oleh karyawan yang bekerja di kantor, tidak menutup kemungkinan yang bekerja di lapangan
juga ada yang membutuhkan beberapa waktu penyakit yang dialami bisa dirasakan. Penyakit
akibat bekerja di kantor maupun di lapangan selalu dihubungkan dengan ergonomis dimana
penyakit yang terjadi akibat posisi tubuh yang salah saat melakukan suatu pekerjaan baik itu
duduk, berdiri, berputar, bekerja di hadapan komputer dan masih banyak lagi.

Posisi tubuh yang salah dapat mempengaruhi efisiensi sistem muskuluskeletal serta
kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh. Posisi tubuh yang salah juga dapat
menghambat kesejajaran, mobilitas, atau keduanya sehingga membatasi rentang gerak pada
beberapa sendi. Maka dari itu untuk melakukan pencegahan posisi tubuh yang salah dapat
dilakukan dengan melakukan pengaturan tubuh yang sesuai, memiliki pengetahuan mengenai
kekuatan otot, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan dan kemampuan untuk
mengikuti instruksi juga penting dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Nordic Body Map ?
2. Jelaskan penyebab munculnya penyakit sakit nyeri di tempat kerja ?
3. Berikan penjelasan mengenai penyakit akibat posisi tubuh yang salah dan kurangnya
ventilasi di ruang kerja tertutup ?
4. Solusi apa yang digunakan untuk mengatasi risiko dan mengurangi masalah kesehatan ?
5. Berikan contoh tindakan yang diambil untuk mengurangi risiko serupa di masa lalu ?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Nordic Body Map
2. Mengetahui penyebab munculnya penyakit seperti sakit nyeri di tempat kerja
3. Mengetahui penyakit akibat posisi tubuh yang salah dan akibat kurangnya ventilasi di ruang
kerja tertutup
4. Mengetahui solusi apa yang diambil untuk mengatasi risiko dan mengurangi masalah
kesehatan
5. Mengetahui contoh tindakan yang diambil untuk mengurangi risiko serupa di masa lalu

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian K3 dan Ergonomi


K3 belum ada pembahasan
Ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. Kata “ergonomi” berasal dari
kata Yunani yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti hukum alam, dapat didefinisikan
sebagai studi tentang aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan dan desain (Nurmianto, 1996).
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan
antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: Pertama, keluhan
sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis,
namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan. Kedua,
keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan
kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Gangguan atau pencederaan pada sistem musculoskeletal hampir tidak pernah langsung,
tetapi lebih merupakan suatu akumulasi dari benturan-benturan kecil maupun besar yang terjadi
secara terus-menerus dan dalam waktu yang relative lama, bisa dalam hitungan hari, bulan atau
tahun, tergantung dari berat ringannya trauma setiap kali dan setiap hari, sehingga akan terbentuk
cedera yang cukup besar yang diekspresikan sebagai rasa sakit, nyeri atau kesemutan,
pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau gerakan minim pada jaringan tubuh yang
terkena trauma.

2.2 Musculoskeletal Disorder (MSDs)

Menurut NIOSH (1997) yang dimaksud Musculoskeletal Disorder adalah sekelompok kondisi
patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang
mencakup sistem saraf, tendon, otot dan struktur penunjang seperti discus intervetebral.

3
2.3 Risiko Kerja
Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang dapat menghambat
perusahaan mencapai tujuan, sasaran dan target-target yang ditetapkan, atau terjadinya peristiwa
atau kejadian yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan dan/atau akan mengganggu
kelangsungan hidup perusahaan.
Penilaian risiko merupakan proses menyeluruh dalam memperkirakan besarnya risiko dan
menentukan apakah risiko tersebut bisa di toleransi. Berdasarkan hasil proses identifikasi risiko
yang telah dilaksanakan di masing – masing unit kerja terkait sesuai dengan proses bisnis yang
ada, kemudian dilakukan evaluasi terhadap sumber risiko dan penyebab risiko tersebut, untuk
selanjutnya diukur peluang/kemungkinan terjadinya serta dampaknya terhadap pencapaian
kinerja perusahaan. Proses penilaian risiko ini akan digunakan sebagai dasar untuk memetakan
dan menetapkan prioritas risiko yang harus dikendalikan.
Penilaian risiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan pengaruh atau
akibat pemaparan bahaya yang dilaksanakan melalui tahap atau langkah yang
berkesinambungan. Oleh karenanya dalam melakukan penilaian risiko ada dua komponen yang
utama yaitu :
a. Analisis Risiko
Risiko tidak hanya berupa ancaman (threats) yang menyebabkan kerugian/hal yang negaif
bagi perusahaan atau sering disebut downside risk, tetapi juga dapat berupa peluang
(opportunity) yang akan hilang apabila tidak dikelola dengan baik sehingga menjadi risiko
hilangnya suatu kesempatan/peluang atau sering disebut upside risk. Dalam kegiatan ini, semua
jenis bahaya, sumber bahaya, penyebab bahaya, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang
terjadinya risiko, akibat yang mungkin timbul, dibahas secara rinci dan dicatat selengkap
mungkin.
b. Evaluasi Tingkat Risiko
Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat risiko melalui evaluasi dan merupakan
langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian tingkat risiko. Untuk menghitung
besarnya tingkat risiko dihitung berdasarkan perkalian antara dampak risiko dan peluang risiko.
1. Dampak Risiko
Merupakan ukuran risiko atau besarnya pengaruh terjadinya risiko terhadap tenaga kerja
atau manusia.

4
2. Peluang Risiko
Merupakan besarnya kemungkinan atau frekuensi terjadinya risiko tersebut dalam setiap
kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan skala pengukuran Peluang risiko didasarkan atas
kriteria sebagai berikut :

Kriteria dampak dan peluang dalam skala pengukuran 1 sampai 5 terlebih dahulu harus
ditetapkan dan disepakati oleh masing-masing Unit Kerja dan ditetapkan sebagai standar
baku oleh Unit Kerja yang bersangkutan dan dievaluasi secara periodik.
3. Penentuan Tingkat Risiko
Tingkat atau besarnya risiko diperoleh dari hasil perkalian dampak dan peluang risiko
tersebut.
Risiko = Dampak x Peluang

5
4. Pemetaan dan Penetapan Prioritas Risiko
Mengingat besar dan kompleksitas jenis risiko yang dihadapi perusahaan, maka terlebih
dahulu harus dilakukan pemetaan risiko untuk kemudian ditetapkan prioritas risiko yang
secara signifikan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Untuk
menetapkan prioritas risiko dilakukan dengan cara menganalsis hasil akhir dari proses
pengukuran risiko, yaitu dengan berdasarkan hasil ranking. Berdasarkan hasil
ranking/urutan tingkat risiko yang ada, dilakukan pemetaan risiko. Besarnya risiko dapat
dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkatan berdasarkan hasil analisis dampak dan peluang
risiko, yaitu:
Risiko tinggi : nilai > 12 -25
Risiko sedang : nilai > 5 – 12
Risiko rendah : nilai 1 – 5
Tingkat risiko yang tertinggi adalah bernilai = 25 (5 x 5), sedang tingkat risiko yang
terendah adalah bernilai = 1 (1 x 1).

6
Adapun cara pemetaan risiko sebagai berikut:

2.4 Nordic Body Map


Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang dilakukan dengan menganalisis peta
tubuh (NBM) yang dapat menunjukkan kelelahan pada tiap bagian tubuh. Dengan melihat dan
menganalisis peta tubuh (NBM) akan dapat II-2 diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal
yang dirasakan oleh pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada
pekerja.

7
2.5 Kesalahan Posisi Tubuh

Anda mungkin juga menyukai