Anda di halaman 1dari 37

GROUP TECHNOLOGY

AND
CELLULAR MANUFACTURING

Wiwik Sulistiyowati, ST., MT


Ir. MT SAFIRIN, MT
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Pengertian Group Technology

 Group Technology adalah suatu filosofi


manufaktur dimana komponen-komponen
yang memiliki kesamaan desain atau
proses produksi diberi identitas dan
dikelompokkan dalam satu group
(kelompok).

 Kelompok-kelompok tersebut dinamakan


Part Family (keluarga komponen)
Example of Group Technology
 Sebuah Rencana yaitu memproduksi 10,000 komponen
yang berbeda mungkin dapat dijadikan sebuah kelompok
komponen ini 30-40 kelompok.
Hal ini beralasan bahwa proses setiap anggota terdapat
kelompok yang sama, dan hasilnya adalah efisiensi
manufacturing.
Efisiensi dicapai dengan menyusun peralatan produksi
dalam sebuah kelompok mesin untuk memperlancar aliran
kerja.

 Pengelolaan peralatan produksi ke dalam sebuah machine


cell, dimana setiap cell k husus dalam sebuah produksi
dari keluarga komponen disebut Cellular Manufacturing.
Aplikasi dari Group Technology
 Indentifying the part families
 Rearranging production machine into machine cell
(pemakaian waktu dan biaya)

Manfaat Group Technology (GT)


 GT mendorong standarisasi tooling, fixturing, dan setup.
 Penanganan Bahan terkurangi, karena jarak dalam sebuah machine cell
lebih pendek daripada dalam satu pabrik.
 Penjadwalan produksi dan perencanaan proses tersederhanakan
 Waktu setup terkurangi, yang menghasilkan waktu tunggu/tenggang
manufaktur yang lebih rendah.]
 Work in Process (WIP) terkurangi.
 Kepuasan pekerja biasanya membaik ketika pekerja-pekerja berkolaborasi
dalam suatu cell GT.
 Pekerjaan berkualitas lebih tinggi dengan menggunakan GT.`
PART FAMILIES …
 Sekumpulan komponen yang serupa atau sama baik karena
bentuk geometris dan ukuran atau karena operasi
manufaktur yang diperlukan.

Contoh part
family
karena
kesamaan
proses
manufaktur
Contoh Lay Out sebelum dilakukan GT
Cotoh Lay Out Setelah dilakukan GT
Contoh Lay Out Sebelum dan Sesudah GT
Metode Pengelompokkan Komponen

 Visual Inspection
 Part Clasification and Coding
 Production Flow Analysis
Add.1 Visual Inspection
 Inspeksi Visual adalah metode yang sederhana dan
metode yang paling murah.

Add.2 Part Classification and Coding


 Time consuming
 Design attribute and manufacturing attribute similiarities.

 Benefit of Part Classification and coding:


a. Design retrieval
b. Automated process planning
c. Machine cell design
Features of Part Classification and
Coding System
 Cara penggolongan komponen :
a. Sistem yang didasarkan pada “atribut-
atribut desain” komponen.
b. Sistem yang didasarkan pada “atribut-
atribut manufaktur” komponen.
c. Sistem yang didasarkan pada atribut-
atribut manufaktur maupun desain.
Struktur Pengkodean dan Klasifikasi
 Struktur Hirarkis, dikenal sebagai “mono code”, dimana
penafsiran terhadap masing-masing simbol yang berturut-
turut tergantung pada nilai simbol-simbol sebelumnya.

 Struktur berantai, dikenal sebagai “polycode”, dimana


penafsiran terhadap masing-masing simbol dalam urutan
itu selalu sama tidak tergantung pada nilai simbol-simbol
sebelumnya.

 Struktur model campuran, atau HYBRID (penyatuan)


dalam dua kode sebelumnya.
CONTOH SISTEM PENGKODEAN DAN
KLASIFIKASI KOMPONEN
 Opit classification System (USA)
 Brisch-Birn, Inc ( British)
 CODE (Manufacturing Data System)
 CUTPLAN (Metcut Association)
 DCLASS (Brigam Young University)
 Multiclass (OIR-Organisation for Industrial
Research)
 Part Analog System (Lovelace), Lawrence & Co,
Inc))
Contoh : Opitz Clasification System
 Dikembangkan oleh H. Opitz di
University of Aachen-Jerman.
 Merupakan pionir GT
 Ditujukan untuk mengelompokkan
komponen yang akan dimesin (diproses)
 Digit yang digunakan : 12345 6789 ABCD
- 12345 = kode bentuk
- 6789 = kode suplemen
- ABCD = kode sekunder
Add. 3 Production Flow Analysis (PFA)
 Dipelopori oleh J. Burbidge
 Dasar pengelompokkan adalah kelompok mesin
yang digunakan sesuai dengan urutan mesin.
 Dapat dipergunakan untuk menentukan sel
mesin dalam GT.
 Komponen yang secara geometris berbeda bisa
jadi memiliki proses yang mirip.
 Komponen yang memiliki geometris yang sama
bisa jadi prosesnya sama sekali berbeda.
Langkah-langkah PFA
Prosedur production flow dimulai dengan
menetapkan scope perencanaan. Populasi
komponen yang dianalisa perlu ditetapkan
terlebih dahulu.
Langkah-langkahnya :
1. Pengumpulan data
2. Sortation pengaturan rute proses
3. Grafik PFA
4. Analisis cluster
Pengertian Manufaktur Seluler
 Suatu aplikasi group teknologi dimana
mesin-mesin atau proses-proses yang
serupa digabungkan ke dalam sel-sel,
yang masing-masing dipersembahkan
untuk memproduksi suatu komponen
atau keluarga produk atau sekelompok
terbatas keluarga produk.
Tujuannya ….
 Memperpendek MLT
 Mengurangi persediaan WIP
 Memperbaiki kualitas
 Menyederhanakan penjadwalan
produksi
 Mengurangi waktu setup/persiapan
Desain Sel Mesin
 Desain sel mesin akan menentukan kinerja
sel itu.
 Tipe sel mesin :
a. Sel Mesin Tunggal
b. Sel Mesin kelompok dengan manual
handling
c. Sel mesin kelompok dengan handling semi
terpadu/semi terintegrasi
d. Sistem manufaktur fleksibel atau sel
manufaktur fleksibel.
Pertimbangan Gerakan Komponen untuk
Memilih Lay Out
 Repeat Operation, operasi berulang, dimana operasi
berikunya dilakukan pada mesin yang sama sehingga
bagian/komponen itu tudak sungguh-sungguh bergerak
(multiple station)

 In-sequence move, perpindahan berurutan dimana komponen


dari mesin satu ke mesin lain terdekat dalam arah maju (in-line
lay out)

 By-passing move, dimana komponen bergerak kedepan dari


mesin satu ke mesin lainnya yang berada pada dua mesin
atau lebih lainnya (U-shape lay-out)

 Back trackingmove, dimana komponen bergerak dari satu


mesin mundur ke suatu mesin lain (rextangular lay-out).
 Faktor-faktor tambahan yang harus
diperhitungkan dalam desain sel itu
mencakup :
1. Kuantitas pekerjaan yang akan
ditangani oleh sel itu.
2. Ukuran, bentuk, bobot dan atribut-
atribut fisik lain pada komponen itu.
Penerapan GT
 Dengan memanfaatkan coding system
dan production flow analys, GT dapat
bermanfaat pada :
1. Penerapan GT dalam manufaktur
2. Penerapan GT dalam perancangan
produk
Aplikasi GT dalam Manufaktur
 Penjadwalan dan routing komponen-komponen yang
sama melalui mesin-mesin tertentu secara informal.

 Sel mesin virtual, pendekatan ini telah menentukan


keluarga-keluarga komponen dan perlengkapan
manufakturnya, tetapi tanpa penataan kembali fisik mesin-
mesin ke dalam sel-sel formal.

 Sel-sel mesin formal, pendekatan GT konvensional


dimana sekelompok mesin-mesin yang berbeda
dipindahkan secara fisik ke dalam suatu sel yang
diperuntukkan bagi proses produksi satu atau sekelompok
keluarga komp
Aplikasi GT dalam Perancangan Produk
 Dipergunakan dalam perancangan
produk baru dengan memanfaatkan
Product design retrieval system
 Menyederhanakan dan menstandarkan
parameter-parameter rancangan
 Dapat menghemat waktu perancangan
 Dapat menurunkan biaya perusahaan
(cost saving)
Analisa Kuantitatif Dalam Sel Manufaktur

 Sejumlah teknik telah dikembangkan.


Terdapat 2 area problem :
1. Pengelompokkan komponen dan mesin
ke dalam suatu family
2. Pengaturan mesin dalam sel GT
Rank Order Clustering…
1. Buat part-machine incidence matrix
2. Bekerja Pada Baris. Hitung decimal equivalent setiap baris
dengan menjumlahkan nilai biner pada setiap kotaknya.
3. Perhatikan nilai decimal equivalent dan beri urutan baris
(rank) sesuai nilai tersebut.
4. Ubah posisi baris sesuai dengan urutan menurun, bila urutan
baris tidak berubah maka selesai, bila berubah maka
lanjutkan.
5. Bekerja pada kolom, Hitung decimal equivalent setiap kolom
dengan menjumlahkan nilai biner pada setiap kotaknya.
6. Perhatikan nilai decimal equivalent dan beri urutan kolom
(rank) sesuai nilai tersebut
7. Ubah posisi kolom sesuai dengan urutan menurun, bila
urutan kolom tidak berubah maka selesai, bila berubah maka
lanjutkan langkah 2.
Contoh Rank Order Clustering
 Alternatif Code Number untuk Sortation
dalam PFA
Mesin Operasi Kode
Cut Off 001
Lathe 002
Turent Lathe 003
Mill 004
Drill, Manual 005
NC Drill 006
Grind 007
Contoh Rank Order Clustering
1. Part Machine Incident matrix (PFA Chart)
Machine (j) A B C D E F G H I
1 1 1 1
2 1 1
3 1 1 1
4 1 1
5 1 1
6 1 1
7 1 1 1
Contoh Rank Order Clustering
Bekerja Dalam Baris

Binary Value 28 27 26 25 24 23 22 21 20
Part
Machine A B C D E F G H I DE R
1 1 1 1 290 1
2 1 1 17 7
3 1 1 1 81 5
4 1 1 136 3
5 1 1 258 2
6 1 1 65 6
7 1 1 1 140 4

DE 1 = (1 x 28 ) + (0 x 27) + …+ ( 0 x 20) = 290 dst


Contoh Rank Order Clustering
 Bekerja dalam baris…(lanjutan)
Binary Value 28 27 26 25 24 23 22 21 20
Part
Machine A B C D E F G H I DE R
1 1 1 1 290 1
5 1 1 258 2
7 1 1 1 140 3
4 1 1 136 4
3 1 1 1 81 5
6 1 1 65 6
2 1 1 17 7
Contoh Rank Order Clustering
 Bekerja Pada Kolom
Part
Machine A B C D E F G H I Binary Value
1 1 1 1 26
5 1 1 25
7 1 1 1 24
4 1 1 23
3 1 1 1 23
6 1 1 22
2 1 1 20
DE 96 24 6 64 5 24 16 96 7
R 1 4 8 3 9 5 6 2 7
Contoh Rank Order Clustering
 Bekerja dalam kolom…(lanjutan)
Part
Machine A H D B F G I C E Binary Value
1 1 1 1 26
5 1 1 25
7 1 1 1 24
4 1 1 23
3 1 1 1 23
6 1 1 22
2 1 1 20
DE 96 96 64 24 24 16 7 6 5
R 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penyusunan Mesin dalam GT Cell
dengan method Hollier
 Langkah-langkah
1. Buat grafik “ From-To”. Data dalam
sebuah grafik mengindikasikan jumlah dari
komponen yang bergerak antara
mesin/workstation dalam sel.
2. Tentukan “From/To Ratio” setiap mesin
diperoleh dengan membagi “ From” sum
dengan “To” sum.
3. Susun mesin kebawah “From/To Ratio
Contoh GT mesin menggunakan metode Hollier

 Tabel From/To chart


From To0

1 2 3 4 Langkah 1
1 0 5 0 25
2 30 0 0 15
3 10 40 0 0
4 10 0 0 0

From To
1 2 3 4 “From” sum From/To ratio
1 0 5 0 25 30 0,6
2 30 0 0 15 45 1,0
3 10 40 0 0 50 ∞
4 10 0 0 0
10 0,25
“To” Sum 50 45 0 40 135

Sel Mesin disusun mengikuti : 3-2-1-4 Langkah 2 dan 3


Pengukuran Kinerja untu Mesin dalam
GT Cell
 Dari perhitungan dengan menggunakan
metode Hollier, maka dapat dihitung :
a. Persentase dari In-Sequence Moves
= 40+30+25 = 95  95 / 135 = 0,704 = 70,4 %
b. Persentase dari By-passing Moves
= 10 + 15 = 25  25/135 = 0,185 = 18,5 %
c. Persentase dari backtracking moves
= 5 + 10 = 15  15/135 = 0,111 = 11,1 %
*Note : Total number = 95+25+15 = 135
Contoh :
1. Apply the ranks order clustering technique to the
part machine incidence matrix in the table that
follow to identify logical part families and machine
groups. Parts are identified by letters and
machine are identified numerically.
Parts
Machine A B C D E F G H I
1 1 1
2 1 1
3 1 1 1
4 1 1 1
5 1 1
6 1 1
7 1 1
8 1 1
2.

Anda mungkin juga menyukai