Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

(PT BIO NUSANTARA TEKNOLOGI)

Disusun Oleh :
Nama : 1. Hepi Mayasari (E1G017085)
2. Jenny Intan Pratiwi (E1G017069)
3. Najah Amatulah Sakhikhah (E1G017081)
4. Rayendra Agustian (E1G017089)
5. Trio Putra Setiawan (E1G017049)
6. Yudha Oktavyalie (E1G017077)
Kelompok : 1 (Satu)
Shift : Jumat, 16.00 – 18.00 wib
Dosen : 1. Ir. Meizul Zuki, MS
2. Dr. Ir. Pandu Imam SA, MS
Co-ass : Yola Denita Damayanti (E1G016021)

LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pabrik merupakan tempat dilakukannya suatu proses produksi yang memerlukan perencanaan dan
perancangan tata letak fasilitas yang baik. Suatu urutan operasi yang saling berkaitan tertentu disebut
dengan proses. Adalah hal yang penting untuk mengetahui urutan suatu proses sebagai pedoman
bagi perancang dalam mendesain tata letak dan fasilitas. Selain itu menganalisa data  juga
merupakan suatu hal penting dilakukan untuk merancang suatu tata letak fasilitas pabrik.
Definisi tata letak secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan
fasilitas-fasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi. Perancangan tata
letak meliputi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk
penempatan mesin-mesin, bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, personalia, dan semua peralatan serta
fasilitas yang digunakan dalam suatu produksi.
Di dalam melakukan perancangan terhadap susunan unsur fisik dari suatu industri
manufaktur, maka sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu proses-proses operasi dari produk yang
akan dihasilkan. Salah satuu metode yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan peta kerja. Peta kerja
adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas.
Dengan adanya peta kerja ini maka kita dapat melakukan analisis terhadap aliran suatu produk. Oleh
sebab itu pelaksanaan pratikum Tata Letak Fasilitas Pabrik bertujuan untuk menganalisis data
agar proses produksi pada pabrik berjalan dengan baik.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui jenis tata letak yang digunakan pada industri
2. Mahasiswa mengetahui alur produksi industri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak
pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan
produksi dan dalam beberapa hal akanjuga menjaga kelangsungan hidup atau keberhasila suatu
perusahaan. Peralatan produksi yang canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa
akibat perencanaan tata letak yang sembarangan saja. Karena aktivitas produksi suatu industri
secara normal harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan tata letak yang tidak
berubah-rubah, maka kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan
kerugian yang tidak kecil (Ramos, 2014).
Dalam suatu pabrik banyak dijumpai berbagai macam fasilitas produksi agar suatu
kegiatan operasional produksi dapat berjalan dengan lancar, baik berupa mesin, peralatan
produksi, pekerja dan fasilitas penunjang lainnya yang harus disediakan dan ditempatkan pada
tempat masing-masing agar berfungsi secara optimal (Purnomo, 2014).
Pemilihan dan penempatan alternatif tata letak merupakan langkah yang kritis dalam
proses perencanaan fasilitas produksi, karena tata letak yang dipilih akan menentukan hubungan
fisik dari aktivitas produksi yang berlangsung.Penetapan mengenai macam spesifikasi, jumlah
dan luas area dari fasilitas produksi yang diperlukan merupakan langkah awal sebelum
perencanaan pengaturan tata letak fasilitas (Wignjosoebroto, 2009).
Tata letak tipe produk didasarkan pada pengelompokkan produk atau komponen yang
akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompok berdasarkan langkah-langkah proses,
bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai dan sebagainya. Disini pengelompokkan tidak
didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir seperti halnya pada tipe produk tata letak. Pada
tipe kelompok produk, mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya juga akan dikelompokkan
dan di tempatkan dalam sebuah manufacturing sel. Karena disini setiap kelompok produk akan
memiliki urutan proses yang sama maka akan menghasilkan tingkat efisien yang tinggi dalam
proses manufakturingnya. Efisiensi tinggi tersebut akan dicapai sebagai konsekuensi pengaturan
fasilitas produksi secara kelompok atau sel yang menjamin kelancaran aliran kerja (Hadiguna et
all, 2008).
Tata letak fasilitas manufaktur memiliki tipe-tipe dasar tata letak yang akan dibahas
secara terperinci pada bagian berikutnya. Tipe-tipe tata letak adalah tata letak produk, tata letak
proses, tata letak posisi tetap, tata letak seluler. Kita sangat memerlukan tipe-tipe tata letak dalam
merancang tata letak yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang telah ditetapkan. Pemilihan tipe tata
letak umumnya dilakukan dengan menganalisis jumlah produksi dan jumlah ragam produk yang akan
dihasilkan. Cukup banyak metode yang telah dikembangkan untuk merancang tata letak fasilitas
manufaktur, mulai pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Perangkat lunak untuk membantu
perancang pun telah banyak dikembangkan dan selanjutnya dikenal dengan istilah Computer Aided
Layout (tata letak berbantuan komputer) (Sofjan, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
1. Kamera
2. Alat tulis
3. Helm Proyek
3.2 Prosedur Kerja
1. Mendengarkan Co-ass melakukan pengarahan tentang kunjungan industri
2. Menyiapkan pertanyaan apa saja yang akan ditanyakan
3. Melakukan kunjungan ke Pt. Bio Nusantara
4. Mengamati tata letak setiap mesin dan peralatan yang ada pada industri tersebut
5. Mengamati aliran proses industri
6. Menanyakan semua pertanyaan yang sudah disusun sebelum melakukan kunjungan
industri
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
DENAH TATA LETAK INDUSTRI PT. BIO NUSANTARA

Keterangan :
1. Mobil masuk
2. Timbangan TBS
3. Sortasi
4. Perebusan
5. Threser
6. Digester
7. Screw Press
8. Fibrating screen
9. CST
10. Sludge Tank
11. Dekanter

4.2 Pembahasan
Pabrik kelapa sawit PT. Bio Nusantara Teknologi Berlokasi di Kabupaten Bengkulu
Tengah, kebun ini hanya berjarak kurang lebih 20 km dengan jarak tempuh 45 menit dari pusat
kota sehingga merupakan kebun sawit terdekat dengan kota Bengkulu. Hal ini memberikan
banyak kemudahan bagi Perusahaan terkait infrastruktur dan logistik serta akses kepada
Pemerintahan. Keuntungan ini menjadikan BIO memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat
melakukan berbagai pengembangan strategis.
Faktor lokasi ini juga mengkondisikan BIO berada cukup dekat dengan lingkungan
tinggal masyarakat setempat, di mana terdapat lebih dari 20 desa di sekeliling kebun BIO.
Kondisi ini selain membawa manfaat di antaranya potensi plasma sawit, juga mengharuskan BIO
untuk mampu mengembangkan program kemasyarakatan yang efektif.
Kebun sawit BIO seluas 6.000 hektar mulai beroperasi tahun 1980-an. Kondisi tanah yang
cenderung berkontur dan berbagai kendala teknis maupun sosial pada saat pembangunan awal
menyebabkan pembangunan kebun belum seluruhnya memenuhi kriteria standar perkebunan
yang baik. Saat ini Perusahaan terus melakukan perbaikan operasional melalui program
replanting dan berbagai program intensifikasi perkebunan lainnya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kinerja. Dalam proses bertumbuhnya, BIO menyadari selalu ada potensi yang
dapat dikembangkan dari setiap tahapan proses. Kemampuan untuk memahami sistem secara
utuh, mendorong terciptanya berbagai unit usaha baru, yang diarahkan untuk mengatasi masalah
yang terjadi akibat proses operasional, menekan biaya dan bahkan memberikan tambahan nilai
ekonomis bagi proses bisnis perusahaan. Dengan mengembangkan unit-unit usaha baru, BIO
mewujudkan idealismenya untuk dapat menjalin sinergi dari berbagai proses input-output dalam
operasi bisnis sawit; sehingga industri ini menjadi terintegrasi dan memberikan nilai ekonomis
serta manfaat sosial yang menjanjikan.
Seperti sebuah bangunan, tidak ada yang dapat berdiri tanpa fondasi yang kuat. Tidak ada
yang dapat saling menunjang tanpa ikatan yang utuh. Tidak ada langkah yang seirama tanpa
tujuan yang sama. Dan tidak ada bangunan masa depan yang megah tanpa materi yang baik,
proses panjang yang berkualitas dan kepedulian yang konsisten pada hasil akhir.
PMKS yang kami kunjungi mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS)
menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit
sampai menjadi minyak sawit (CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
1. Jembatan Timbang
Pada Pabrik Kelapa Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem
komputer untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang
melewati jembatan timbang berhenti, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS
dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat
awal dan akhir adalah berat TBS yang ditrima dipabrik.
2. Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis
buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang
panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan
TBS (Tandan Buah Segar). Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan
sementara ( Loding ramp ) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan ( Sterilizer ).
3. Proses Perebusan (Sterilizer)
Tujuan perebusan :
 Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
 Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
 Menurunkan kadar air.
 Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
Dalam melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang
disalurkan dari boiler.
4. Pemipilan
Pemipilan, pada proses ini adalah pemisahan berondolan dari janjangan dengan
cara dibanting, pemipilan ini harus dilakukan semaksimal mungkin untuk menghindari
kehilangan minyak yang lebih tinggi, tidak sempurnanya pemipilan akan mempengaruhi
efisiensi pabrik, batas toleransi yang di izinkan untuk berondol yang tidak terlepas adalah
< 3%. Perlu diperhatikan juga kecepatan putar harus di atur sesuai dengan kapasitas
pabrik dan thresher. Kesalahan yang sering terjadi adalah pada alat ini gir pada threser
rawan anjlok. 
Pencacahan, hal yang harus diperhatikan pada proses ini adalah kapasitas tidak
boleh terlalu penuh, dan harus selalu di pantau alatnya, karena pada proses pencacahan
ini alatnya sering bermasalah, kecepatan putarnya pun harus sesuai.
5. Proses Penebah (Thereser Process)
 Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori ke
bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang sudah
direbus.
 Thereser
Fungsi dari Theresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan cara
mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty bunch
conveyor.
6. Proses Pengempaan (Pressing Process)
            Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa
Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan
mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :
 Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara buah
masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit
Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor
yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester.
Fungsi Digester :
a. Melumatkan daging buah.
b. Memisahkan daging buah dengan biji.
c. Mempersiapkan Feeding Press.
d. Mempermudah proses di Press.
e. Menaikkan Temperatur.
 Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang,
dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah
diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan
kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa
( twin screw press  ).
7. Stasiun Klarifikasi
Tujuan stasiun klarifikasi adalah untuk memisahkan minyak dari bahan non minyak
seperti serat, kotaran dan pasir yang terbawa selama proses pengolahan.
8. Stasiun Penyimpanan Minyak
Tahapan terakhir yang dilakukan pada pengolahan kelapa sawit adalah mengirim
minyak CPO (minyak sawit) tersebut ke tangki penyimpanan untuk di simpan sebelum di
lakukan pengiriman atau dilakukan tahapan pengolahan selanjutnya.

Berdasarkan hasil praktikum/kunjungan industri ke pabrik pengolahan kelapa sawit dapat


di ambil kesimpulan bahwa proses pengolahan kelapa sawit untuk dijadikan minyak kelapa sawit
(CPO) melalui beberapa tahapan yaitu penimbangan, sortasi, perebusan, pengepressan,
pemurnian dan penyimpanan.
Dalam pengolahan CPO di pabrik tersebut hanya memerlukan waktu 2 jam untuk
kapasitas 30 ton/jam dengan jam kerja selama 20 jam kerja. Hal yang harus dihindari adalah
loses yang terjadi pada pengolahan dan juga kurang maksimalnya kinerja alat, sehingga
menyebabkan CPO yang dihasilkan juga ikut berpengaruh.
PT Bio Nusantara menggunakan tipe tata letak produk karena tata letak tipe didasarkan
pada pengelompokkan produk atau komponen yang akan dibuat. Produk-produk yang tidak
identik dikelompok berdasarkan langkah-langkah proses, bentuk, mesin atau peralatan yang
dipakai dan sebagainya. Disini pengelompokkan tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk
akhir seperti halnya pada tipe produk tata letak. Pada tipe kelompok produk, mesin-mesin atau
fasilitas produksi nantinya juga akan dikelompokkan dan di tempatkan dalam sebuah
manufacturing sel. Karena disini setiap kelompok produk akan memiliki urutan proses yang
sama maka akan menghasilkan tingkat efisien yang tinggi dalam proses manufakturingnya.
Efisiensi tinggi tersebut akan dicapai sebagai konsekuensi pengaturan fasilitas produksi secara
kelompok atau sel yang menjamin kelancaran aliran kerja (Hadiguna et all, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. PT Bio Nusantara menggunakan tipe tata letak produk karena tata letak tipe
didasarkan pada pengelompokkan produk atau komponen yang akan dibuat. Produk-
produk yang tidak identik dikelompok berdasarkan langkah-langkah proses, bentuk,
mesin atau peralatan yang dipakai dan sebagainya. Disini pengelompokkan tidak
didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir seperti halnya pada tipe produk tata
letak. Pada tipe kelompok produk, mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya juga
akan dikelompokkan dan di tempatkan dalam sebuah manufacturing sel. Karena
disini setiap kelompok produk akan memiliki urutan proses yang sama maka akan
menghasilkan tingkat efisien yang tinggi dalam proses manufakturingnya. Efisiensi
tinggi tersebut akan dicapai sebagai konsekuensi pengaturan fasilitas produksi secara
kelompok atau sel yang menjamin kelancaran aliran kerja
2. Alur produksi Pt Bio Nusantara dimulai dari Timbangan TBS, Sortasi, Rebusan,
Threser, Digester, Screw Press, Fibrating screen, CST, Sludge tank dan Dekanter

5.2 Saran
Harapannya praktikan dapat bekerja sama dengan baik dalam melakukan praktikum,
sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal. Harapannya untuk seluruh anggota kelompok
agar dapat bersikap profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiguna, R.A. dan Setiawan, H. 2008. Tata Letak Pabrik.Yogyakarta : Penerbit Andi.
Purnomo, Hari. 2014. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta.Cetakan Pertama.Penerbit Graha
Ilmu.
Ramos, M, J., et al. 2014. Perancangan Ulang Tata Letak Fasiltas Produksi Dengan
Pendekatan Group Tecnology dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos
Material Handling. Jurnal Teknologi. AKPRIND Yoyakarta: FTI. Jurusan Teknik
Industri.
Wignjosoebroto. 2009.TataLetak Pabrik dan Pemindahan Barang.Surabaya : Penerbit Guna
Widya
Sofjan Assauri.2014.Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta.Lembaga Penerbit FEUI.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai