LAPORAN PRAKTIKUM
KELOMPOK 11
NUR AINI FAUZIYAH H0915058
RAMAH SUGIHATI
H0915064
RAUDA ALFADILA
H0915065
RONALDI SETIAWAN
H0915071
SALWA AL ARIBAH
H0915075
H0915079
ACARA III
TRANSFER MASSA UAP AIR SELAMA PENGERINGAN
89
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara III Transfer Massa Uap Air Selama
Pengeringan ini adalah untuk mengetahui laju transfer massa uap air selama
pengeringan dan mengetahui faktor pengeringan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan
salah satu sumber karbohidrat lokal Indonesia yang menduduki urutan
ketiga setelah padi dan jagung. Tanaman ini merupakan bahan baku paling
potensial untuk pembuatan tepung (Askurrahman, 2010). Bentuk dan
ukuran ubi sangat beragam, ada yng ramping memanjang ada pula yang
memanjang taoi bundar. Ubi kayu berfungsi untuk menyimpan karbohidrat
dan pati. Bagian luar ubi berupa kulit yang cukup tebal (10-20 % dari tebal
total singkong), kemudian kulit gabus (0,5-2 % dari total berat ubi), dan
bagian dalam merupakan daging ubi (80 % dari total berat ubi). Singkong
segar (daging ubi) mempunyai komponen kimiawi terdiri dari kadar air
sekitar 60-65 %, pati 30-35 %, serat kasar 1-2 %, kadar protein 1-2 %,
kadar lemak 0,2-0,4 %, dan mineral 1-1,5 % (Islami, 2015). Singkong
segar mengandung senyawa glokosida sianogenik dan bila terjadi proses
oksidasi oleh enzim linamarase maka akan dihasilkan glukosa dan asam
sianida (HCN) lebih dari 50 ppm. Ubi kayu segar juga mengandung
senyawa polifenol dan bila terjadi oksidasi akan menyebabkan warna
coklat oleh enzim fenolase ( Kurniawati, 2012).
memiliki kadar air sekitar 60-70 %, namun setelah dikeringkan kadar air
ubi kayu menjadi 10-12 % (Nugroho, 2012).
2. Tinjauan Teori
perubahan
suhu
pengering
sedangkan
transfer
momentum
terjadinya
atmosfir
jenuh
yang
akan
memperlambat
memiliki keuntungan yaitu suhu dan aliran udara dapat diatur sehingga
waktu pengeringan dapat ditentukan dengan tepat (Winarno, 1984). Salah
satu metode yang dapat digunakan untuk pengeringan yaitu Pengeringan
Cabinet (cabinet drying). Metode ini menggunakan alat pengering untuk
sistem batch dengan proses pengeringan dilakukan pada suhu yang
konstan. Pada alat ini kelembaban udara dapat mengalami peurunan. Alat
ini terdiri dari ruang tertutup dengan alat pemanas, kipas untuk sirkulasi
udara, dan alat pengatur kecepatan udara, serta inlet dan outlet udara. Alat
pengeringan ini biasanya digunakan untuk pengembangan produk baru
sebelum diproduksi skala besar (Estiasih, 2009).
Alat pengering lemari (cabinet dryer) bentuknya seperti sebuah
ruangan yang dibatasi oleh sekat-sekat. Dimana diletakkan baki atau
nampan tempat pengeringan. Pada pengering ukuran besar baki-baki dapat
diganti dengan lori yang dipakai untuk menempatkan baki-baki tersebut.
Hal ini terutama untuk memudahkan penanganan. Apabila pengering
berukuran kecil , baki-baki ditempatkan permanen. Dengan kipas udara
dihembuskan melalui pemanas (biasanya berupa kumparan). Udara yang
telah dipanasi ini, akan melalui baki-baki yang berisi bahan yang
dikeringkan diatasnya. Alat ini biasanya digunakan untuk penelitian di
laboratorium (Departemen Pendidikan, 1981).
Cabinet dryer adalah terdiri dari satu ruang atau cabinet yang di
dalamnya tersusun atas rak - rak yang digunakan untuk tempat meletakkan
bahan yang akan dikeringkan. Alat ini dilengkapi dengan fan atau pemanas
uap (steamheater). Bahan yang akan dikeringkan, diletakkan diatas rak-rak
yang dapat diambil dan dipasang kembali. Udara pengering disirkulasikan
dan mengalir paralel atau sejajar dengan permukaan rak. Pada cabinet
dryer, pemanasan dilakukan secara konveksi dan konduksi. Secara
konveksi, digunakan aliran udara kering secara alami. Secara konduksi,
digunakan sejumlah tray secara bertingkat (Napitupulu dkk, 2012).
Kelemahan cabinet dryer adalah kurangnya pengontrolan aliran
udara yang bergerak sehingga bila aliran udara terlalu kencang,
menyebabkan aliran turbulen dalam chamber, yang menghambat
C. Metodologi Percobaan
a. Alat
1. Pisau
Pengupasan ubi kayu
2. Pemarut
3. Pemotong
4. Timbangan
5. Pengering
(Cabinet
Dryer) 5 bagian. Bagian 1,2 diparut, bagian 3,4,5 dipo
Penimbangan masing-masing
500 gram
sebanyak
b. Bahan
1. Ubi kayu (rajang dan parut)
c. Cara Kerja
Penghamparan diatas rak pengering
Waktu
Pengeringan
(jam)
0,5
1
1.5
2
13
470
410
360
260
7,8
14
470
400
290
230
9
0,5
1
1,5
2
280
245
180
150
280
200
150
110
290
210
150
110
220
220
180
170
240
230
160
130
Tabel 3.2 Laju Transfer Massa Uap Air Ubi Kayu Rajang dan Ubi Kayu
Parut
Shi
ft
1
Waktu
(jam)
0,5
1
1,5
2
Ratarata
2
0,5
1
1,5
2
Ratarata
65
30
37,
5
50
40
47,
5
60
40
47,
5
120
130
102,5
70
30
42,
5
130
60
100
80
120
80
240
260
140
60
75
95
95
205
85
tekanan uap air ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari dalam bahan
ke udara sehingga meningkatkan kecepatan penguapan bahan. Tekanan uap
air bahan yang lebih besar daripada tekanan uap air udara menyebabkan
proses perpindahan massa air dalam bahan ke udara. Semakin tinggi suhu
udara pengering, semakin besar perbedaan suhu pemanas dengan bahan
maka makin cepat terjadinya transfer panas sehingga semakin banyak air
yang teruapkan dan kecepatan pengering semakin cepat. Semakin tinggi
suhu udara pengering maka semakin besar energi panas yang dibawa ke
udara sehingga makin cepat transfer massa yang terjadi (Dwika, 2012).
Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara
karena perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan yang
dikeringkan.
Laju
pemindahan
kandungan
air
dari
bahan
akan
aliran
turbulen
dalam
chamber,
yang
menghambat
120
100
80
kel 12
60
kel 13
kel 14
40
kel 5&6
20
0
0.5
kel 7&8
1
1.5
kel 9
Waktu Pengeringan
(jam)
Grafik 3.1 Hubungan antara Jumlah Air yang Diuapkan dengan Waktu
Pengeringan pada Ubi Kayu Rajang
Dari grafik 3.1 hubungan antara jumlah air yang diuapkan dengan
waktu pengeringan pada ubi kayu rajang dari kedua shift dapat diketahui
bahwa grafik cenderung naik setelah 1 jam pengeringan, dan untuk
kelompok 12, 14, 5 dan 6 grafik semakin naik setelah 1,5 jam pengeringan,
namun pada kelompok 13, 7, 8 dan 9 grafik cenderung mengalami
penurunan. Pada saat 2 jam pengeringan ternyata grafik cenderung
menurun. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
semakin lama waktu pengeringan maka semakin sedikit jumlah air yang
diuapkan (Muchtadi, 2008). Pada grafik 3.1 menunjukan penurunan,
namun pada kelompok 12 dan 13 terjadi ketidaksesuaian dengan teori, hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu massa ubi kayu yang banyak
hilang karena terjatuh saat penimbangan setiap 0,5 jam, letak rak pada
cabinet dryer, dan konsentrasi air yang tinggi pada alat karena sirkulasi
yang kurang optimal sehingga mempengaruhi pengeringan, selain itu ubi
kayu rajang memiliki luas permukaan yang lebih kecil dari luas permukaan
ubi kayu parut, sehingga waktu pengeringannya lebih ama dari ubi kayu
parut.
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0.5
kel 10
kel 11
kel 1&2
kel 3&4
1
1.5
Waktu Pengeringan
(jam)
Grafik 3.2 Hubungan antara Jumlah Air yang Diuapkan dengan Waktu
Pengeringan pada Ubi Kayu Parut
Dari grafik 3.2 hubungan antara jumlah air yang diuapkan dengan
waktu pengeringan pada ubi kayu parut dari 2 shift dapat diketahui bahwa
pada pengeringan selama 0,5 jam grafik menunjukkan kenaikan, pada
pengeringan selama 1 jam grafik cenderung mengalami penurunan, pada
kelompok 10, 1, 2, 3, 4 setelah 1,5 jam grafik mengalami kenaikan, dan
untuk kelompok 11 grafik mengalami penurunan. Setelah 2 jam
pengeringan, ternyata pada kelompok 10, 3, dan 4 grafik mengalami
penurunan dan pada kelompok 11, 1, dan 2 grafik megalami kenaikan.
240
200
160
kel 12
120
kel 13
kel 14
80
kel 5&6
40
0
0.5
kel 7&8
1
1.5
kel 9
Waktu Pengeringan
(jam)
Grafik 3.3 Hubungan antara Laju Transfer Massa Uap Air dengan
Waktu Pengeringan pada Ubi Kayu Rajang
Dari grafik 3.3 hubungan antara laju transfer massa uap air dengan
waktu pengeringan pada ubi kayu rajang dapat diketahui bahwa pada
pengeringan selama 1 jam grafik cenderung mengalami kenaikan, namun
pada pengeringan selama 1,5 jam pada kelompok 12, 14, 5, dan 6
mengalami kenaikan dan pada kelompok 13, 7, 8, dan 9 grafik mengalami
penurunan. Setelah pengeringan selama 2 jam didapat hasil bahwa grafik
cenderung mengalami penurunan kecuali kelompok 12 dan 13. Hal
tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin lama waktu pengeringan maka
400
360
320
280
240
kel 10
kel 11
120
kel 1&2
80
kel 3&4
40
0
0.5
1.5
Waktu Pengeringan
(jam)
Grafik 3.4 Hubungan antara Laju Transfer Massa Uap Air dengan
Waktu Pengeringan pada Ubi Kayu Parut
Dari grafik 3.4 hubungan antara laju transfer massa uap air dengan
waktu pengeringan pada ubi kayu parut dapat diketahui bahwa grafik
cenderung mengalami penurunan pada saat 1 jam pengeringan, dan
mengalami kenaikan pada 1,5 jam pengeringan serta mengalami
penurunan kembali pada 2 jam pengeringan hal tersebut sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa semakin lama waktu pengeringan maka
kadar air dalam bahan semakin berkurang, namun dengan kecepatan
penurunan kadar air makin melambat. Dari grafik tersebut diketahui bahwa
semakin lama waktu pengeringan maka kecepatan penurunan kadar air
makin melambat (Fadilah, dkk, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transfer massa uap air selama
pengeringan yaitu ukuran bahan, suhu, kecepatan udara, dan kelembaban
udara. Ukuran bahan yang diiris atau dipotong dapat mempercepat
pengeringan. Hal tersebut karena pemotongan atau pengirisan bahan akan
memperluas permukaan bahan dan menyebabkan lebih banyak air yang
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
PERHITUNGAN
A. Ubi Kayu Rajang
- Jumlah Air Yang Diuapkan
= massa awal massa akhir
a. Waktu (0,5 jam)
Kelompok 12
= 500 470 = 30 gram
Kelompok 13
= 500 470 = 30 gram
Kelompok 14
= 500 470 = 30 gram
b. Waktu (1 jam)
Kelompok 12
= 470 440 = 30 gram
Kelompok 13
= 470 410 = 60 gram
Kelompok 14
= 470 400 = 70 gram
c. Waktu (1,5 jam)
Kelompok 12
= 440 390 = 50 gram
Kelompok 13
= 410 360 = 50 gram
Kelompok 14
= 400 290 = 110 gram
d. Waktu (2 jam)
Kelompok 12
= 390 320 = 70 gram
Kelompok 13
= 360 260 = 100 gram
Kelompok 14
= 290 230 = 60 gram
-
V =
60 gram
0,5 jam
d. Waktu (2 jam)
Kelompok 12
70 gram
V = 0,5 jam
= 140 gram H2O / jam
Kelompok 13
100 gram
V = 0,5 jam
= 200 gram H2O / jam
Kelompok 14
60 gram
V = 0,5 jam
= 120 gram H2O / jam
B. Ubi Kayu Parut
V =
10 gram
0,5 jam
2. DOKUMENTASI