1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum pembekuan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prinsip-prinsip pembekuan pada ikan.
2. Mengetahui perubahan-perubahan sebelum dan sesudah proses pembekuan.
3. Menghitung dan menganalisa hasil laju pembekuan dengan kurva
pembekuan, selisih tebal ikan, dan selisih berat ikan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu metode pengawetan pangan, dimana
produk pangan diturunkan suhunya sehingga berada dibawah suhu bekunya.
Selama pembekuan terjadi pelepasan energi (panas sensible dan panas laten).
Pembekuan menurunkan aktivitas air dan mengehntikan aktivitas mikroba
(bahkan beberapa dirusak, reaksi enzimatis, kimia dan biokimia. Dengan
demikian produk beku dapat memiliki daya awet yang lama (Kusnandar, 2010).
Pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan yang disertai dengan
perubahan fase dari cair ke padat dan merupakan salah satu proses pengawetan
yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan. Proses pembekuan dapat
mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan pangan yang lebih baik dari pada
metode lain, karena pengawetan dengan suhu rendah (pembekuan) dapat
menghambat aktivitas mikroba, menghambat terjadinya reaksi kimia, dan aktivitas
enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan pangan. Proses pembekuan
terdir dari tahap penurunan suhu diatas titik beku bahan, perubahan fase cair
menjadi fase padat yang ditandai dengan proses kristalisasi yaitu terjadinya
bongkahan-bongkahan es kecil akibat perubahan fase dan penurunan suhu bahan
bawah titik beku bahan. Dalam proses pembekuan juga terjadi fenomena
supercooling, suhu air menurun di bawah suhu bekunya (Kusnandar, 2010).
Pembekuan didasarkan pada dua prinsip menurut Syamsir (2008) yaitu
1. Suhu yang sangat rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan
memperlambat aktivitas enzim dan reaksi kimiawi.
2. Pembentukan Kristal es yang menurunkan ketesediaan air bebas di dalam
pangan sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Pada beberapa
bahan pangan, proses blansir perlu dilakukan sebelum pembekuan untuk
menginaktifkan enzim penyebab pencoklatan. Pada skala domestik, pangan
yang akan dibekukan diletakkan di dalam freezer, dimana akan terjadi proses
pindah panas yang berlangsung secara konduksi (untuk pengeluaran panas
dari produk).
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pembekuan
Perkiraan laju pembekuan dan pada akhirnya lama pembekuan merupakan
faktor atau kriteria paling utama dalam pemilihan ataupun desain proses
pembekuan. Selama proses pembekuan, panas dipindahkan secara konduksi dari
bagian dalam (interior) produk pangan menuju ke permukaan dan kemudian
diambil oleh media pembeku. Lama pembekuan sangat tergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
1. Ukuran dan bentuk produk yang dibekukan.
2. Konduktivitas panas produk yang dibekukan.
3. Luas area (permukaan) produk yang dibekukan sebagai media pindah panas.
4. Koefisien pindah panas dipermukaan produk yang dibekukan dan medium
pembeku.
5. Perbedaan suhu antara produk yang dibekukan medium pembeku.
6. Jenis pengemas yang digunakan untuk mengemas produk yang dibekukan,
jika produk dibekukan dalam keadaan terkemas (Adnan, 1998).
Pengambilan Ikan
1. 3 Ekor Ikan X
2. 3 Ekor Ikan Y
3. 5 Ekor Ikan X
4. 5 Ekor Ikan Y
5.1. Kenampakan
Pada praktikum pembekuan ini terdapat 2 (dua) sampel yang digunakan
yaitu ikan lele (Y) dan ikan kembung (X). Setelah dilakukan proses pembekuan
diperoleh data sebagai berikut, pada perlakuan I dengan 3 ekor ikan kembung
kenampakan yang diperoleh yaitu ikan berwarna pucat, mata pucat, kulit
mengkerut, tekstur agak keras dan tidak berlendir. Pada perlakuan II dengan 3
ekor ikan lele kenampakan yang diperoleh yaitu ikan berwarna lebih hitam, kulit
mengkerut, daging memadat, dan tekstur kaku. Pada perlakuan III dengan 5 ekor
ikan kembung kenampakan yang diperoleh yaitu ikan berwarna sedikit pucat, kulit
tidak mengkerut, tekstur keras, dan tidak berlendir. Pada perlakuan IV dengan 5
ekor ikan lele kenampakan yang diperoleh yaitu ikan berwarna pucat, kulit
mengkerut, teksturnya kaku dan tidak berlendir.
Uji organoleptik pada bahan baku ikan kenampakannya masih utuh, tidak
cacat dan kulit masih elastis, bau masih segar, dan daging masih elastis yang
menunjukan bahwa bahan baku masih segar (Vatria, 2012). Menurut Fujaya
(2004), menyatakan bahwa perubahan warna pada ikan yang telah dilakukan
proses pembekuan akan berubah menjadi gelap atau putih keabu-abuan.
Berdasarkan hasil praktikum dan literatur diatas diperoleh kesesuaian data.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu jenis dan tingkat
kesegaran ikan yang digunakan. Apabila ikan yang digunakan memiliki tingkat
kesegaran yang rendah, maka akan mempengaruhi kualitas dan kenampakan ikan
yang dihasilkan setelah dilakukan pembekuan. Faktor lain yaitu lama proses
pembekuan, teknik pembekuan dan jumlah sampel yang digunakan.
25
21
20
15
Suhu
10
5 3
1 0.8 0.5
0
0 15 30 45 60
Waktu
20
Suhu
15
10
5 5.3
2.2
1 0.5
0
0 15 30 45 60
Waktu
Menurut Heldman dan Singh (1981) menyatakan laju pembekuan pada
ikan kembung tergolong cepat untuk sampai pada suhu 00C hanya memerlukan
waktu 60-75 menit. Proses pembekuan sendiri dapat dikategorikan menjadi
beberapa bagian. Pertama bahan pangan didinginkan hingga mencapai suhu di
bawah titik bekunya. Kemudian terjadi peningkatan penurunan suhu bahan hingga
mencapai titik beku. Setelah itu, merupakan periode pembentukan kristal es.
Setelah itu, terjadi penurunan suhu bahan pangan kembali hingga mencapai suhu
pembekuan yang diinginkan (Fellows, 2000).
Berdasarkan hasil praktikum dan literatur diatas diperoleh kesesuaian data.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh es
batu yang digunakan dalam proses pembekuan. Apabila jumlah es batu yang
digunakan banyak akan mempercepat penurunan suhu pada tubuh ikan. Faktor
lain yaitu lama proses pembekuan, semakin lama waktu pembekuan maka suhu
tubuh ikan akan terus mengalami penurunan hingga suhu mencapai 00C.
5.2.3. Perlakuan III
Pada perlakuan III, sampel yang digunakan yaitu 5 ekor ikan kembung.
Setelah dilakukan pengamatan selama proses pembekuan, diperoleh data
temperatur tubuh ikan sebagai berikut : pada menit ke-0 temperatur tubuh ikan
sebesar 14,40C ; pada menit ke-15 temperatur tubuh ikan menurun menjadi 2,10C ;
pada menit ke-30 temperatur ikan kembali menurun menjadi 0,90C ; pada menit
ke-45 temperatur ikan kembali menurun menjadi 0,60C ; dan pada menit ke-60
temperatur ikan menurun menjadi 0,50C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
perlakuan I suhu tubuh pada ikan mengalami penurunan. Data tersebut kemudian
dibuat kurva laju pembekuan seperti pada grafik dibawah ini
.
Grafik 3. Kurva Laju Pembekuan pada 5 Ekor Ikan Kembung.
16 14.4
14
12
10
Suhu
4
2.1
2 0.9 0.6 0.5
0
0 15 30 45 60
Waktu
24
25
20
Axis Title
15
10
5 2
0.6 0.3 0.3
0
0 15 30 45 60
Axis Title
50
14.4 Perlakuan II
40
Perlakuan III
30 21
Perlakuan I
20 2
5.3
10 2.1
3 0.6
2.2 0.3
1
0.9
1 0.6
0.8 0.3
0.5
0
0 15 30 45 60
Waktu
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa pada menit ke-60 suhu tubuh
ikan terkecil berada pada perlakuan IV. Hal ini menandakan bahwa dari keempat
perlakuan diatas, penurunan suhu paling cepat mendekati suhu 00C adalah pada
perlakuan IV yaitu pada sampel 5 ekor ikan lele.
Menurut Heldman dan Singh (1981) menyatakan laju pembekuan
pada ikan kembung tergolong cepat untuk sampai pada suhu 00C hanya
memerlukan waktu 60-75 menit. Proses pembekuan sendiri dapat dikategorikan
menjadi beberapa bagian. Pertama bahan pangan didinginkan hingga mencapai
suhu di bawah titik bekunya. Kemudian terjadi peningkatan penurunan suhu
bahan hingga mencapai titik beku. Setelah itu, merupakan periode pembentukan
kristal es. Setelah itu, terjadi penurunan suhu bahan pangan kembali hingga
mencapai suhu pembekuan yang diinginkan (Fellows, 2000).
Berdasarkan hasil praktikum dan literatur diatas diperoleh kesesuaian data.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengaruh es
batu yang digunakan dalam proses pembekuan. Apabila jumlah es batu yang
digunakan banyak akan mempercepat penurunan suhu pada tubuh ikan. Faktor
lain yaitu lama proses pembekuan, semakin lama waktu pembekuan maka suhu
tubuh ikan akan terus mengalami penurunan hingga suhu mencapai 00C.
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum pembekuan adalah sebagai berikut :
1. Prinsip utama pembekuan yaitu penggunaan suhu yang sangat rendah untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan kristal es
yang dapat menurunkan keterseediaan air bebas dalam suatu bahan pangan.
2. Sampel yang telah dilakukan proses pembekuan akan mengalami
perubahan-perubahan seperti kulit menyusut, tubuh ikan mengeras/kaku dan
mengalami perubahan tebal serta berat ikan. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengaruh dari es batu dan lama proses pembekuan.
3. Pada praktikum ini juga menganalisa laju pembekuan dengan pembuatan
kurva. Dari keempat perlakuan diperoleh bahwa keempat perlakuan diatas
mengalami penurunan suhu dengan estimasi waktu ±60 menit. Untuk tebal
ikan mengalami penambahan setelah dilakukan proses pembekuan pada
perlakuan I, II, dan IV, sedangkan pada perlakuan III tebal ikan mengalami
penyusutan. Untuk berat ikan mengalami penurunan pada perlakuan I, II,
dan III, sedangkan pada perlakuan IV berat ikan bertambah.
6.2. Saran
Adapun saran pada praktikum pembekuan adalah sebagai berikut :
1. Seharusnya praktikan lebih memperhatikan lagi skema kerja atau alur kerja
dalam praktikum ini untuk meminimalisir kesalahan.
2. Seharusnya praktikan lebih teliti dalam menyusun sampel pada es batu agar
hasil yang diperoleh optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah. 2006. Pengolahan dan Pengawetan Ikan . Jakarta: Bumi Aksara. Hal.
1-2, 5.
Fellows, A.P. 2000. Food Procession Technology, Principles and Practise.2nd ed.
Woodread.Pub.Lim. Cambridge. England. Terjemahan Ristanto.W
dan Agus Purnomo.
Heldman, D.R. and P.R. Singh. 1981. Food Process Engineering. 2nd ed. The
AVI Publ. Comp., Inc. Westport, CT, USA.
Kriswantoro dan Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Jakarta : Badan Penerbit
Karya Bani.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Jakarta :
Bina Rupa Aksara.
Yulisma, A., Yulvizar, C., dan Rudi, E., 2012. Pengaruh Konsentrasi Kitosan dan
Lama Penyimpanan terhadap Total Plate Count (TPC) Bakteri pada
Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Asin. Universitas Syiah Kuala :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.