1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui nilai fineless modulus,
rata-rata diameter partikel, dan massa jenis partikel.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Baskom
2. Tampah
3. Tisu
4. Neraca digital
5. Sendok
6. Mesin pengayak (60, 70, dan 80 mesh)
7. Jangka sorong
3.1.2 Bahan
1. Bubuk Jagung
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Serbuk Jagung
Praktikum pengayakan yang dilakukan pada kali ini dengan bahan yang
digunakan adalah bubuk jagung dengan alat yang digunakan adalah ayakan
bersusun. Secara umum pengayakan ini dilakukan bertujuan untuk menghasilkan
padatan dengan ukuran maupun spesifik permukaan tertentu . Pengayakan dilakukan
dengan cara menuangkan bahan melalui ayakan sehingga didapatkan butir-butiran
dengan berbagai ukuran (kelas-kelas butir). Sebelum dilakukan pengayakan, bahan
terlebih dahulu di kecilkan dengan cara digiling atau diblender. Pengecilan ukuran
ditujukan untuk mereduksi ukuran suatu padatan agar diperoleh luas permukaan yang
lebih besar.
Bubuk jagung yang akan digunakan dalam proses pengayakan ini ditimbang
terlebih dulu menggunakan neraca digital sehingga diketahui berat bahan yang
diinginkan yang akan digunakan pada praktikum pengayakan yaitu sebanyak
500gram. Kemudian bubuk jagung dimasukkan kedalam wadah alat ayakan.
Pengayakan ini menggunakan alat ayakan satu set ayakan yang mempunyai ukuran
lubang yang berangsur mengecil. Penyusunannya berturut-turut dari yang paling
bawah adalah 60 mesh, 70 mesh, dan 80 mesh. Cara menggunakan alat ayakan ini
yaitu bahan dimasukkan ke dalam ayakan paling atas dan pengayak diguncang secara
mekanis selama beberapa waktu tertentu hingga dikira cukup. Pengayakan bubuk
jagung ini bertujuan untuk suatu teknik pemisahan bahan padat berdasarkan pada
ukuran agar dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan besar atau diameter partikel yang
diinginkan partikelnya. Partikel yang tertahan pada setiap ayakan dikumpulkan dan
ditimbang menggunakan neraca digital sesuai dengan meshnya. Partikel yang lolos
melalui ukuran saring tertentu disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan
diatas saringan tertentu diatas saringan disebut oversize. Setelah data berat bahan
pada tiap mesh pengayak kemudian dilakukan perhitungan fineles modulus dan
diameter rata – rata partikel bahan. Fineless modulus merupakan partikel halus yang
didapatkan dari proses pengayakan bahan.
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Pada praktikum pengayakan, bahan yang digunakan yaitu bubuk jagung yang
diperoleh dari biji jagung yang sebelumnya telah melalui proses pengecilan ukuran
dengan cara dihaluskan (digiling). Dan alat yang digunakan, yaitu ayakan tyler.
Sebelum dilakukan proses pengayakan, bubuk jagung ditimbang terlebih dahulu
untuk mengetahui jumlah bahan yang digunakan. Kemudian bahan dimasukkan
kedalam ayakan tyler dengan ukuran lubang 60 mesh, 70 mesh, dan 80 mesh. Setelah
proses pengayakan, bahan pada tiap mesh pengayak dihitung beratnya. Dan langkah
terakhir, dilakukan perhitungan fineless modulus, persentase kumulatif, diameter rata-
rata, dan massa jenis partikel. Rumus untuk melakukan perhitungan sebagai berikut:
massa kumulatif tertahan
Persen komulatif tertahan = x 100%
massa sampel total
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pengayakan ini adalah hasil dari
perhitungan nilai fineless modulus, rata-rata diameter partikel, dan massa jenis
partikel menggunakan rumus didapatkan hasil fineless modulus sebesar 0,00324,
rata-rata diameter partikel 0,0041, dan massa jenis partikel sebesar 0,52 gr/ml.
6.2 Saran
Sebaiknya pada saat proses pengayakan, dilakukan dengan benar sehingga
diperoleh hasil yang optimal dan tidak ada bubuk jagung yang terbuang.
DAFTAR PUSTAKA
Fellows, P. 1990. Food Processing Technology Principles and Practice. New York:
Ellis Horwood.
Makky dkk. 2017. Handbook of Food Engineering. Marcell Dekker, Inc., New York.
Widowati dan Hartatik, W., L.R..2005. Pengaruh Kompos Pupuk Organik yang
Diperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap Sifat-sifat
Tanah, Serapan Hara, dan Produksi Sayuran Organik. Laporan Proyek
Program Pengembangan Agribisnis. Balai Penelitian Tanah.