Anda di halaman 1dari 13

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan yang
mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses pengayakan
juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang ukurannya berbeda
dengan bahan baku. Pengayakan dengan berbagai rancangan telah banyak digunakan
dan dikembangkan secara luas pada proses pemisahan butiran - butiran berdasarkan
ukuran. Pengayakan yaitu pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesin kawat ayakan,
bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari diameter mesin akan lolos dan bahan
yang mempunyai ukuran lebih besar akan tertahan pada permukaan kawat ayakan.
Pengayakan memudahkan kita untuk mendapatkan pasir dengan ukuran yang
seragam. Bahan-bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai ukuran yang
seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan untuk dilakukan penggilingan ulang.
Dengan demikian pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan
berbagai campuran partikel padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam
serta terbebas dari kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda dengan
menggunakan alat pengayakan.
Pada praktikum pengayakan ini digunakan bahan yaitu bubuk jagung
kemudian dimasukkan dalam alat pengayak agar diketahui fineless modulusnya dan
juga rata-rata diameter partikel.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui nilai fineless modulus,
rata-rata diameter partikel, dan massa jenis partikel.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengayakan


Menurut Fellows (1990), pengayakan adalah suatu unit operasi dimana suatu
campuran dari berbagai jenis ukuran partikel padat dipisahkan kedalam dua atau lebih
bagian-bagian kecil dengan cara melewatkannya di atas screen (ayakan). Atau dengan
kata lain pengayakan adalah suatu proses pemisahan bahan berdasarkan ukuran
lubang kawat yang terdapat pada ayakan, bahan yang lebih kecil dari ukuran
mesh/lubang akan masuk, sedangkan yang berukuran besar akan tertahan pada
permukaan kawat ayakan. Setiap fraksi tersebut menjadi lebih seragam dalam
ukurannya dibandingkan campuran aslinya. Screen adalah suatu permukaan yang
terdiri dari sejumlah lubang-lubang yang berukuran sama. Permukaan tersebuat dapat
berbentuk bidang datar (horizontal atau miring), atau dapat juga berbentuk silinder.
Screen yang berbentuk datar yang mempunyai kapasitas kecil disebut juga
ayakan/pengayak (sieve).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengayakan


Menurut Zulfikar (2010) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengayakan antara lain:
1) Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu
optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk
sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya
terlalu lama maka tidak terayak sempurna
2) Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak. Jika
sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak
3) Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan semakin
banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan terkikisnya partikel.
Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran tertentu
4) Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik mewakili
semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud adalah
keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke yang paling
kasar.

2.3 Pengertian Bubuk Jagung


Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung
kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan
dibanding produk setengah jadi lainnya, karena tepung lebih tahan disimpan, mudah
dicampur, dapat diperkaya dengan zat gizi (fortifikasi), dan lebih praktis serta mudah
digunakan untuk proses pengolahan lanjutan. Jagung kuning maupun putih dapat
diolah menjadi tepung jagung, perbedaan produk hanya terletak pada warna tepung
yang dihasilkan. Selama proses pengolahan tepung jagung, cara-cara penanganan
yang diterapkan oleh pekerja akan berdampak terhadap mutu jagung. Cara-cara yang
kasar, tidak bersih dan higienis akan menyebabkan penurunan mutu dan tercemarnya
jagung hasil olahan.
Tabel 1. Komposisi kimia Jagung dengan Berbagai Varietas
Air Abu Protein Serat Kasar Lemak Karbohidrat
Varietas
(%)
Kristalin 10,5 1,7 10,3 2,2 5,0 70,3
Floury 9,6 1,7 10,7 2,2 5,4 70,4
Starchyn 11,2 2,9 9,1 1,8 2,2 72,8
Manis 9,5 1,5 12,9 2,9 3,9 69,3
Pop 10,4 1,7 13,7 2,5 5,7 66,0
Hitam 12,3 1,2 5,2 1,0 4,4 75,9
Srikandi Putih *) 10,08 1,81 9,99 2,99 5,05 73,07
Srikandi
11,03 1,85 9,95 2,97 5,10 72,07
Kuning*)
Anoman* ) 10,07 1,89 9,71 2,05 4,56 73,77
Lokal pulut*) 11,12 1,99 9,11 3,02 4,97 72,81
Lokal nonpulut*) 10,09 2,01 8,78 3,12 4,92 74,20
Bisi 2**) 9,70 1,00 8,40 2,20 3,60 75,10
Lamuru**) 9,80 1,20 6,90 2,60 3,20 76,30
Widowati dkk. (2005).
2.4 Alat Pengayakan
Menurut Zulfikar (2010) beberapa ayakan yang sering digunakan antara lain:
a. Grizzly, merupakan jenis ayakan dimana material yang diayak mengikuti
aliran pada posisi kemiringan tertentu.
b. Vibrating screen, ayakan dinamis dengan permukaan horizontal dan miring
digerakkan pada frekuensi 1000-7000 hertz. Satuan kapasitas tinggi dengan efisiensi
pemisahan yang baik yang digunakan untuk interval ukuran perikel yang luas.
c. Oscilating screen, ayakan dinamis pada frekuensi yang lebih rendah dari
vibrating screen (100-400 hertz) dengan waktu yang lebih lama, lebih linear dan lebih
tajam.
d. Reciprocating screen, ayakan dinamis yang dioperasikan dengan gerakan
menggoyangkan pukulan yang panjang (20-200 hertz).
e. Shifting screen, ayakan dinamis yang dioperasikan dengan gerakkan memutar
dalam bidang permukaan ayakan. Gerakan actual dapat berupa putaran atau getaran
memutar. Digunakan untuk pengayakan material basah atau kering.
f. Revolving screen, ayakan dinamis dengan posisi miring berotasi pada
kecepatan rendah (10-20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material-
material relative kasar.
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

1. Baskom
2. Tampah
3. Tisu
4. Neraca digital
5. Sendok
6. Mesin pengayak (60, 70, dan 80 mesh)
7. Jangka sorong
3.1.2 Bahan
1. Bubuk Jagung
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

Serbuk Jagung

Penimbangan 500 gram

Dimasukkan ke dalam ayakan

Perhitungan Fineless modulus, diameter


dan massa jenis

Praktikum pengayakan yang dilakukan pada kali ini dengan bahan yang
digunakan adalah bubuk jagung dengan alat yang digunakan adalah ayakan
bersusun. Secara umum pengayakan ini dilakukan bertujuan untuk menghasilkan
padatan dengan ukuran maupun spesifik permukaan tertentu . Pengayakan dilakukan
dengan cara menuangkan bahan melalui ayakan sehingga didapatkan butir-butiran
dengan berbagai ukuran (kelas-kelas butir). Sebelum dilakukan pengayakan, bahan
terlebih dahulu di kecilkan dengan cara digiling atau diblender. Pengecilan ukuran
ditujukan untuk mereduksi ukuran suatu padatan agar diperoleh luas permukaan yang
lebih besar.
Bubuk jagung yang akan digunakan dalam proses pengayakan ini ditimbang
terlebih dulu menggunakan neraca digital sehingga diketahui berat bahan yang
diinginkan yang akan digunakan pada praktikum pengayakan yaitu sebanyak
500gram. Kemudian bubuk jagung dimasukkan kedalam wadah alat ayakan.
Pengayakan ini menggunakan alat ayakan satu set ayakan yang mempunyai ukuran
lubang yang berangsur mengecil. Penyusunannya berturut-turut dari yang paling
bawah adalah 60 mesh, 70 mesh, dan 80 mesh. Cara menggunakan alat ayakan ini
yaitu bahan dimasukkan ke dalam ayakan paling atas dan pengayak diguncang secara
mekanis selama beberapa waktu tertentu hingga dikira cukup. Pengayakan bubuk
jagung ini bertujuan untuk suatu teknik pemisahan bahan padat berdasarkan pada
ukuran agar dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan besar atau diameter partikel yang
diinginkan partikelnya. Partikel yang tertahan pada setiap ayakan dikumpulkan dan
ditimbang menggunakan neraca digital sesuai dengan meshnya. Partikel yang lolos
melalui ukuran saring tertentu disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan
diatas saringan tertentu diatas saringan disebut oversize. Setelah data berat bahan
pada tiap mesh pengayak kemudian dilakukan perhitungan fineles modulus dan
diameter rata – rata partikel bahan. Fineless modulus merupakan partikel halus yang
didapatkan dari proses pengayakan bahan.
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


Ukuran ayakan (mess) Massa sampel total (g) Massa bahan tertahan (g)
60 500 54
70 500 106
80 500 2

4.2 Hasil Perhitungan


Ukuran ayakan % komulatif Finelles Diameter rata-rata Massa
(mess) tertahan Modulus partikel (jam) jenis
60 10,8 % 0,00324 0,0041 0,52 g/ml
70 21,2 % 0,00324 0,0041 0,52 g/ml
80 0,4 % 0,00324 0,0041 0,52 g/ml
BAB 5 PEMBAHASAN

Pada praktikum pengayakan, bahan yang digunakan yaitu bubuk jagung yang
diperoleh dari biji jagung yang sebelumnya telah melalui proses pengecilan ukuran
dengan cara dihaluskan (digiling). Dan alat yang digunakan, yaitu ayakan tyler.
Sebelum dilakukan proses pengayakan, bubuk jagung ditimbang terlebih dahulu
untuk mengetahui jumlah bahan yang digunakan. Kemudian bahan dimasukkan
kedalam ayakan tyler dengan ukuran lubang 60 mesh, 70 mesh, dan 80 mesh. Setelah
proses pengayakan, bahan pada tiap mesh pengayak dihitung beratnya. Dan langkah
terakhir, dilakukan perhitungan fineless modulus, persentase kumulatif, diameter rata-
rata, dan massa jenis partikel. Rumus untuk melakukan perhitungan sebagai berikut:
massa kumulatif tertahan
Persen komulatif tertahan = x 100%
massa sampel total

∑ persen kumulatif bertahan


Fineless modulus =
100

Diameter rata-rata partikel (D) = 0,0041 (2)FM


Pada praktikum yang sudah dilakukan tingkat kerapatan 60 mesh dengan
massa bahan total sebesar 500 g dan massa bahan yang tertahan 54 g. Pada pengayak
tingkat kerapatan 70 mesh dengan massa bahan total sebesar 500 g dan massa bahan
yang tertahan sebesar 106 g. Pada pengayak tingkat kerapatan 80 mesh dengan massa
bahan total sebesar 500 g dan massa bahan yang tertahan 2 g. Selanjutnya, dilakukan
perhitungan % kumulatif tertahan pada ayakan sehingga diperoleh data hasil dari 60
mesh sebesar 10,8 %, pada kerapatan pengayakan 70 mesh sebesar 21,2 % dan pada
ayakan dengan kerapatan 80 mesh persen komulatifnya sebesar 0,4 % dan nilai FM
yang didapatkan sebesar 0,316 dan untuk diameter rata – rata partikelnya sebesar
0,0041 inch, serta massa jenis 0,52 g/ml.
Berdasarkan literatur (Makky dkk, 2017) hasil pengayakan yang diperoleh
dari masing-masing mesh berbeda. Pada rendemen hasil pengayakan yang terbesar
terdapat pada ukuran mesh 10, sedangkan rendemen terkecil terdapat pada ukuran
mesh 80. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil ini antara lain adalah lamanya
proses pengayakan, intensitas getaran pengayak dan metode pengambilan sampel.
Hasil praktikum menunjukka hasil yang sama dengan literature yaitu massa bahan
yang tertahan terbesar berada pada ukuran ayakan 60 mesh (yang paling besar) dan
massa bahan yang tertahan terkecil berada pada ukuran ayakan 80 mesh (yang paling
kecil). Hal ini menunjukkan bahwa hasil ayakan 80 mesh lebih halus dan ukuran
partikelnya lebih kecil daripada ayakan 60 dan 70 mesh. Nomor ukuran ayakan
berbanding terbalik dengan hasil ayakan. Semakin besar nomor ukuran ayakan berarti
semakin kecil partikel hasil ayakan yang dihasilkan. Oleh karena itu pengayakan 80
mesh menghasilkan bubuk jagung yang lebih halus.
Berdasarkan hasil data praktikum dan literatur terjadi kesuaian dan ketidak
sesuaian hasil. Hal tersebut dikarenakan pada ukuran 70 mesh, berat bahan
tertahannya lebih besar dari ukuran 60 mesh yaitu sebesar 104. Sedangkan yang lain
hasil berat bahan tertahan pada ukuran 60 dan 80 mesh sudah sesuai dengan literatur.
Masalah ini dapat ditimbulkan karena kurangnya ketelitian praktikan saat melakukan
pengayakan. Proses pengayakan dan metode atau cara pengayakan yang dilakukan
praktikan tentu mempengaruhi hasil ayakan. Sehingga menyebabkan berat bahan
pada ukuran 70 mesh tidak sesuai dengan literatur.
Persentase kumulatif (lolos ayakan) untuk tepung jagung pada ukuran ayakan
60 dan 80 mesh yaitu minimal 99% dan minimal 70% (Badan Standarisasi Nasional,
1995). Terjadi tidak kesesuaian data, karena hasil data praktikum sangat kecil yaitu
hanya sebesar 10,8 % (60), 21,2 % (70); 0,4 % (80). Hal ini dapat disebabkan karena
pada SNI metode yang dilakukan tidak menggunakan alat pengayak bersusun, selain
itu massa yang digunakan pada penelitian juga berbeda.
Ukuran partikel tepung biasanya sebesar 150 µmm - 200µmm (Juniawati,
2003). Berdasarkan data praktikum dan literatur terjadi tidak terjadi kesesuaian hasil
karena nilai ukuran rata – rata partikel ini dipengaruhi nilai FM, sedangakan nilai FM
data praktikum hasilnya tidak memenuhi standar. Menurut Juniawati (2003), massa
jenis tepung jagung sebesar 1600 – 2180 kg/m3 berdasarkan literatur dan data
praktikum terjadi kesesuaian data.
BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum pengayakan ini adalah hasil dari
perhitungan nilai fineless modulus, rata-rata diameter partikel, dan massa jenis
partikel menggunakan rumus didapatkan hasil fineless modulus sebesar 0,00324,
rata-rata diameter partikel 0,0041, dan massa jenis partikel sebesar 0,52 gr/ml.

6.2 Saran
Sebaiknya pada saat proses pengayakan, dilakukan dengan benar sehingga
diperoleh hasil yang optimal dan tidak ada bubuk jagung yang terbuang.
DAFTAR PUSTAKA

BSN. 1995. Tepung Jagung (SNI 01-3727-1995). Jakarta: Badan Standarisasi


Nasional.

Fellows, P. 1990. Food Processing Technology Principles and Practice. New York:
Ellis Horwood.

Juniawati. 2003. Optimasi Proses Pengolahan Mi Jagung Instan Berdasarkan


Preferensi Konsumen. (Skripsi). IPB. Bogor. 34-67.

Makky dkk. 2017. Handbook of Food Engineering. Marcell Dekker, Inc., New York.

Widowati dan Hartatik, W., L.R..2005. Pengaruh Kompos Pupuk Organik yang
Diperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap Sifat-sifat
Tanah, Serapan Hara, dan Produksi Sayuran Organik. Laporan Proyek
Program Pengembangan Agribisnis. Balai Penelitian Tanah.

Zulfikar. 2010. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai