Anda di halaman 1dari 26

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sedimentasi merupakan salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan
cairan (slurry) menjadi cairan bening dan slurry yang memiliki konsentrasi tinggi
dengan menggunakan gaya gravitasi. Proses sedimentasi berperan penting dalam
berbagai proses industri, misalnya pada proses pemurnian air limbah, pengolahan
air sungai, pengendapan partikel padatan pada bahan makanan cair, pengendapan
kristal dari larutan induk, pengendapan partikel terendap pada industri minuman
beralkohol, dan lain-lain (Warren, 1993).
Pada suatu proses sedimentasi, data hubungan waktu pengendapan (t)
dengan tinggi endapan (Z) dapat diubah kedalam bentuk persamaan matematika.
Penentuan bentuk persamaan pada umumnya dilakukan dengan cara linierisasi
hubungan kurva. Cara linearisasi hubungan kurva banyak digunakan untuk
menentukan persamaan empiris. Selama ini persamaan kecepatan sedimentasi
yang dibuat adalah persamaan kecepatan sedimentasi pada kondisi free settling,
yaitu persamaan Stokes, persamaan Farag, persamaan Ferguson-Church, dan
persamaan Gibbs Mathew-Link (Warren, 1993).
Pada praktikum sedimentasi digunakan bubuk jagung dan bubuk kacang
hijau yang telah diayak dengan ukuran mesh berbeda dan di endapkan dalam gelas
ukur 100ml untuk menentukan kecepatan sedimentasi densitas dari bahan yang
digunakan.

1.2 Tujuan
Praktikum ini dilakukan bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan
kecepatan sedimentasi suspensi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sedimentasi


Salah satu sistem operasi yang penting dalam pengolahan pangan yaitu
sedimentasi, yaitu teknik pemisahan suspensi berdasarkan perbedaan densitasnya
melalui suatu medium alir. Sedimentasi (pengendapan) mempergunakan gaya
gravitasi atau gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel dari aliran bahan cair.
Partikel biasanya bahan padat, dimana bahan padat akan mengendap didalam
bahan cair yang kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan bahan padat tersebut
(Earle, 1982).
Sedimentasi juga dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya
(suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air. Proses sedimentasi
adalah proses separasi secara mekanis yang memanfaatkan gaya grafitasi bumi.
Sedimentasi dilakukan untuk memisahkan partikel-partikel padat maupun cair dari
suatu cairan atau gas tertentu. Melalui proses sedimentasi ini, maka partikel-
partikel padat dapat diklasifikasikan menurut massa jenis dan ukuran partikelnya
(Praptiningsih, 1999).
Untuk mempercepat proses sedimentasi dapat digunakan gaya sentrifugal.
Dengan metode ini terutama campuran cair/padat dan cair/cair dapat dipisahkan,
dibandingkan dengan metode yang menggunakan gaya berat, kecepatan
pengendapan dengan gaya sentrifugal jauh lebih baik. Untuk meningkatkan laju
pengendapan, gaya gravitasi yang bekerja pada partikel itu dapat digantikan
dengan gaya sentrifugal. Dalam operasi produksi, separator sentrifugal sudah
banyak menggantikan separator gravitasi karena separator sentrifugal itu jauh
lebih efektif dengan partikel dan tetesan halus, disamping volumenya yang jauh
lebih kecil untuk kapasitas tertentu (Bernasconi, 1995).

2.2 Pengertian Bahan


2.2.1 Bubuk Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditi pertanian yang
termasuk ke dalam tanaman biji-bijian keluarga rumput-rumputan (Graminae).
Jagung dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, pakan ternak, dapat
diambil minyaknya, serta dapat dijadikan sebagai bahan baku berbagai macam
industri. Jagung yang telah direkayasa genetika juga dapat digunakan untuk bahan
farmasi (Koswara, 1982).
Secara umum biji jagung terdiri dari endosperma, lembaga, perikarp, dan
tipcap (tudung pangkal biji). Bagian utama yaitu endosperma yang merupakan
bagian terbesar dari biji jagung dengan hampir seluruh bagiannya terdiri dari
karbohidrat baik pada bagian lunak (fluory endosperm) maupun pada bagian yang
keras (horny endosperm). Pati pada endosperm tersusun dari senyawa
anhidroglukosa yang terdiri dari dua molekul utama yaitu amilosa dan
amilopektin (Rukmana, 1997).
Biji jagung dalam penggunaannya dalam diolah menjadi tepung jagung
maupun dilakukan pengecilan ukuran dengan mengubahnya menjadi serbuk
jagung. Tepung jagung adalah tepung yang diperoleh dengan cara menggiling biji
jagung yang bersih dan baik sedangkan serbuk jagung adalah biji jagung yang
telah dikeringkan, lalu dihancurkan menggunakan blender atau penumbukan
untuk kemudian diayak menggunakan ayakan dan menghasilkan serbuk jagung
(Rukmana, 1997). Pada tabel 1 ditampilkan komposisi kimia biji jagung.
Tabel 1. Komposisi Kimia Biji Jagung
Komponen Pati Protein Lipid Gula Abu Serat
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Biji Utuh 73,4 9,1 4,4 1,9 1,4 9,5
Endosperma 87,6 8,0 0,8 0,62 0,3 1,5
Lembaga 8,3 18,4 33,2 10,8 10,5 14
Perikarp 7,3 3,7 1,0 0,34 0,8 90,7
Tip Cap 6,3 9,1 3,8 1,6 1,6 95
Sumber : Watson, 2003.
2.2.2. Bubuk Kacang Hijau
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan
ketiga yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau
merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek kurang lebih 60
hari. Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Susunan
tubuh tanaman (morfologi) kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga,
buah dan biji. Tanaman kacang hijau berakar tunggang, batangnya berbentuk
bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau
kecokelatan atau kemerahan (Lakitan, 1993).
Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A,B1, C, dan E),
serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia, seperti
amilum, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium dan niasin.
Selain bijinya, daun kacang hijau muda sering dimanfaatkan sebagai sayuran.
Kacang hijau bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan menambah
semangat (Purwono dan Hartono, 2005).
Kacang hijau dalam penggunaannya dalam diolah menjadi tepung kacang
hijau maupun dilakukan pengecilan ukuran dengan mengubahnya menjadi serbuk
kacang hijau. Tepung kacang hijau diolah dengan cara memilih kacang hijau yang
berkualitas baik dengan klasifikasi butiran utuh dan tidak bau apek maupun berulat dan
masih segar. Kemudian dilakukan proses pengupasan, penepungan kemudian kacang
hijau digiling sampai halus dan diayak untuk mendapatkan tekstur tepung yang baik.
Sedangkan untuk pengecilan ukurannya, kacang hijau dikeringkan lalu di blender untuk
kemudian dilakukan pengayakan menggunakan ayakan dengan ukuran mesh yang
berbeda untuk menghasilkan serbuk kacang hijau (Hubeis, 1984). Komposisi zat gizi dan
zat kimia pada kacang hijau (100 gr) dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi dan Zat Kimia pada Kacang Hijau (100 gr).
Komponen Jumlah
Air (%) 11,7
Energi (kal) 340
Protein (g) 24,1
Lemak (g) 1,3
Karbohidrat (g) 60,3
Serat (g) 4,9
Abu (g) 2,6
Ca (mg) 64
P (mg) 340
Fe (mg) 5,1
Na (mg) 35
K (mg) 1055
Vitamin A (IU) 120
Thiamin (mg) 0,75
Ribovlavin (mg) 0,29
Niacin (mg) 3,0
Sumber : Rukmana, 1997.

2.3 Pengertian Hindered Settling, Free Settling, dan Hukum Stokes


2.3.1 Hindered Settling
Hindered settling adalah pengendapan partikel dengan konsentrasi yang
lebih pekat dan terjadi apabila konsentrasi padatan itu tinggi, maka partikel tidak
dapat mengendap secara bebas, karena aliran pertikel yang satu akan
mempengaruhi aliran disekitar partikel yang lain karena jumlah partikel cukup
banyak, maka partikel yang satu dengan partikel yang lain akan saling berdesakan,
sehingga kecepatan pengendapan partikel akan semakin kecil. Dalam pengamatan
di laboratorium, kondisi seperti ini dapat terjadi jika digunakan peralatan dengan
diameter kecil, maka partikel yang mengendap tersebut dipengaruhi oleh halangan
(hindered) (Walas dkk, 2005).
2.3.2 Free Settling
Free settling merupakan tahap dimana kecepatan jatuh partikel relatif
konstan , kecepatan sedimentasi akan linier hingga waktu tertentu. Pada saat awal
sedimentasi pertikel yang jatuh dianggap hanya satu partikel, tidak dipengaruhi
oleh partikel lain. Free settling pada umumnya berlangsung di awal proses
sedimentasi dimana konsentrasi tumpukan partikel masih rendah sekali. Peristiwa
ini terjadi jika jumlah partikel dalam pengendapan cukup sedikit, partikel cukup
jauh dari dinding dan jarak antara partikel satu dengan partikel yang lain cukup
jauh, sehingga jatuhnya partikel dalam suatu fluida tidak dipengaruhi oleh dinding
dan faktor benturan dengan partikel lain, maka laju pengendapan akan semakin
cepat.
2.3.3 Hukum Stokes
Hukum Stokes menyatakan bahwa “bila fluida sempurna yang viskositasnya
nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola bergerak dalam
suatu fluida yang diam, garis-garis arusnya akan membentuk suatu pola yang
simetris sempurna disekeliling bola itu. Tetapi jika fluida itu mempunyai
kekentalan, akan ada seretan kekentalan terhadap bola itu” (Dudgale. 1986).
Hukum Stokes digunakan untuk menentukan kecepatan sedimentasi pada
partikel jatuh bebas dalam memperkirakan kecepatan jatuh partikel padat yang
tidak porous dan non compresible dan melalui media yang juga non compresibble
dalam aliran yang laminair. Sedangkan pada daerah yang turbulen, kecepatan
jatuh atau naiknya partikel padat berbanding langsung dengan akar dari
diameternya. Pada proses sedimentasi terjadi gerakan browning yang merupakan
gerak partikell yang lurus dan terputus-putus, yang terjadi adanya tumbukan antar
partikel dalam medium alir (While, 1988).
Menurut hukum stokes, kecepatan pengendapan berbanding lurus dengan
ukuran diameter partikel, dimana jika diameter partikelnya kecil, maka kecepatan
pengendapan juga kecil (lama). Sediaan suspensi yang baik menggabungkan sisi
positif dari masing-masing system flokulasi dan deflokulasi, yaitu sediaan
suspensi yang laju pengendapannya kecil, namun dengan pengocokan ringan
sudah dapat tersuspensi kembali. Kecepatan pengendapan dinyatakan oleh hukum
stokes (Dudgale. 1986) :
Vt = D2g (ρp – ρ)

18 μ
Keterangan :
D = diameter ayakan (m)
g = gravitasi (10 m/s2)
ρp = densitas bahan (kg/m3)
ρ = densitas air (kg/m3)
μ = viskositas (0,9142 x 10-3)

2.4 Macam-macam Aliran / Jenis Aliran


Aliran laminer adalah aliran yang partikel-partikel fluida yang bergeerak
secara acak (tidak saling memotong), atau aliran fluida yang bergerak dengan
kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan
satu sama lain. Aliran laminer juga aliran fluida tanpa arus turbulent (pusaran air).
Contohnya aliran lambat dan kental. Perlu diketahui suatu aliran fluida (gas atau
cairan) dapat berupa aliran laminer atau turbulent ditentukan atau dapat dihitung
berdasarkan angka Reynold-nya (reynold number). Partikel fluida mengalir atau
bergerak dengan garis lurus dan sejajar. Laminer dalah ciri dari arus yang
berkecepatan rendah, dan pertikel sedimen dalam zona aliran berpindah dengan
menggelinding (rolling) ataupun terangkat (saltation). Pada laju aliran rendah,
aliran laminer tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang aliran.
Aliran laminer mempunyai bilangan reynold lebih kecil dari 2300 (Re < 2300)
(Dixon, 1986).
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran
turbulen. Keadaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan dan
lain-lain yang menyangkut geometri aliran dimana nilai bilangan Reynoldsnya
antara 2300 sampai dengan 4000 (2300<Re<4000) (Dixon, 1986).
Aliran turbulen adalah kecepatan aliran yang relatif besar akan
menghasilakan aliran yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan gerak
partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan
Ciri dari lairan turbulen: tidak adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran
banyak bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar dan
viskositasnya rendah. Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya
pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus
antara partikel partikel cairan di seluruh penampang aliran. Aliran turbulen
mempunyai bilangan Reynold lebih besar daripada 4000 (Re>4000) (Dixon,
1986).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Gelas ukur 100 ml
2. Gelas beaker
3. Neraca analitik
4. Kertas
5. Spatula
6. Sendok
7. Baskom
8. Label
3.1.2 Bahan
1. Serbuk jagung
2. Serbuk kacang hijau
3. Air
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja
Air, bubuk jagung,
dan bubuk kacang
hijau

Penimbangan bahan 9 gram

Pemasukan air 90 ml dalam gelas ukur 100 ml

Penambahan bahan

Pengocokan

Pengamatan pertambahan
volume suspensi

Pengocokan

Pengamatan waktu pengendapan


hingga mencapai 10 ml dan
perhitungan densitas partikel

3.2.2 Fungsi Perlakuan


Pada praktikum sedimentasi digunakan bahan berupa serbuk jagung dan
serbuk kacang hijau yang telah diayak dengan ayakan 30 mesh dan 60 mesh.
Sehingga menghasilkan hasil ayakan serbuk 30 mesh, serbuk yang tertinggal di
ayakan 30 ke 60 mesh, dan serbuk 60 mesh. Masing-masing serbuk kemudian
ditimbang seberat 9 gram menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan berat
bahan sesuai kebutuhan. Kemudian disiapkan gelas ukur 100 ml sebanyak 6 buah
(bergantian tiap 2 kelompok) dan dimasukkan air hingga mencapai 90 ml. Bahan
yang telah ditimbang sebelumnya dimasukkan dalam gelas ukur yang telah diisi
air sebanyak 90 ml. Lalu dilakukan pengocokan agar larutan dapat terlarut untuk
kemudian diamati pertambahan volume suspensi yang dihasilkan. Setelah itu
dilakukan pengocokan kembali untuk kemudian diamati waktu pengendapan
partikel yang dihasilkan dan perhitungan densitas partikel.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


A. Jagung
Variabel 30 Mesh 30-60 Mesh 60 mesh
Massa Bahan 9 x 10-3 9 x 10-3 9 x 10-3
Volume Air Awal (ml) 9 x 10-5 9 x 10-5 9 x 10-5
Volume Air Akhir (ml) 9,65 x 10-5 9,65 x 10-5 9,65 x 10-5
Waktu Pengendapan (s) 2,5 6 56

B. Kacang Hijau
Variabel 30 Mesh 30-60 Mesh 60 mesh
Massa Bahan 9 x 10-3 9 x 10-3 9 x 10-3
Volume Air Awal (ml) 9 x 10-5 9 x 10-5 9 x 10-5
Volume Air Akhir (ml) 9,7 x 10-5 9,8 x10-5 9,8 x 10-5
Waktu Pengendapan (s) 4 9 189

4.2 Hasil Perhitungan


A. Jagung
Ukuran Densitas Diameter Vt nRe cd Jenis
Partikel (kg/m3) (m) Laminer Aliran
(Mesh) (m/s)
30 1384 0,542 x10-3 0,063 40,019 0,557 Transisi
30-60 1384 0,395 x10-3 0,031 15,507 1,296 Transisi
60 1384 0,248 x10-3 0,014 3,879 3,488 Transisi
B. Kacang Hijau
Ukuran Densitas Diameter Vt nRe cd Jenis
Partikel (kg/m3) (m) Laminer Aliran
(Mesh) (m/s)
30 1285,7 0,542 x 10-3 0,05 28,6 0,76 Transisi
30-60 1125 0,395 x10-3 0,01 4,3 3,28 Transisi
60 1125 0,248 x10-3 0,004 1 6 Transisi
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Ukuran Pengayakan Terhadap Sedimentasi


Pada praktikum sedimentasi digunakan bahan berupa serbuk jagung dan
serbuk kacang hijau yang dihasilkan dari ayakan 30 mesh, 30-60 mesh, dan
ayakan 60 mesh. Setelah dilakukan pengocokan dan pengamatan didapatkan data
rata-rata yaitu pada serbuk jagung 30 mesh diketahui massa bahan 9 x 10-3
memiliki volume air awal 9 x 10-5 dan volume air akhir 9,65 x 10-5 dengan waktu
pengendapan selama 2,5 detik. Serta pada serbuk jagung 30 mesh menghasilkan
densitas 1384 kg/m3 dengan diameter 0,542 x10-3 m, Vt laminer sebesar 0,063
m/s, nilai nRe 40,019, nilai cd sebesar 0,557 dan merupakan jenis aliran transisi.
Pada serbuk jagung 30-60 mesh diketahui massa bahan 9 x 10-3 memiliki volume
air awal 9 x 10-5 dan volume air akhir 9,65 x 10-5 dengan waktu pengendapan
selama 6 detik. Serta pada serbuk jagung 30-60 mesh menghasilkan densitas 1384
kg/m3 dengan diameter 0,395 x10-3 m, Vt laminer sebesar 0,031 m/s, nilai nRe
15,507, nilai cd sebesar 1,296 dan merupakan jenis aliran transisi. Pada serbuk
jagung 60 mesh diketahui massa bahan 9 x 10-3 memiliki volume air awal 9 x 10-5
dan volume air akhir 9,65 x 10-5 dengan waktu pengendapan selama 56 detik.
Serta pada serbuk jagung 60 mesh menghasilkan densitas 1384 kg/m3 dengan
diameter 0,248 x10-3 m, Vt laminer sebesar 0,014 m/s, nilai nRe 3,879, nilai cd
sebesar 3,488 dan merupakan jenis aliran transisi.
Pada serbuk kacang hijau 30 mesh diketahui massa bahan 9 x 10-3
memiliki volume air awal 9 x 10-5 dan volume air akhir 9,7 x 10-5 dengan waktu
pengendapan selama 4 detik. Serta pada serbuk kacang hijau 30 mesh
menghasilkan densitas 1285,7 kg/m3 dengan diameter 0,542 x10-3 m, Vt laminer
sebesar 0,05 m/s, nilai nRe 28,6, nilai cd sebesar 0,76 dan merupakan jenis aliran
transisi. Pada serbuk kacang hijau 30-60 mesh diketahui massa bahan 9 x 10-3
memiliki volume air awal 9 x 10-5 dan volume air akhir 9,8 x 10-5 dengan waktu
pengendapan selama 9 detik. Serta pada serbuk kacang hijau 30-60 mesh
menghasilkan densitas 1125 kg/m3 dengan diameter 0,395 x10-3 m, Vt laminer
sebesar 0,01 m/s, nilai nRe 4,3, nilai cd sebesar 3,28 dan merupakan jenis aliran
transisi. Pada serbuk kacang hijau 60 mesh diketahui massa bahan 9 x 10-3
memiliki volume air awal 9 x 10-5 dan volume air akhir 9,8 x 10-5 dengan waktu
pengendapan selama 189 detik. Serta pada serbuk kacang hijau 60 mesh
menghasilkan densitas 1125 kg/m3 dengan diameter 0,248 x10-3 m, Vt laminer
sebesar 0,004 m/s, nilai nRe 1, nilai cd sebesar 6 dan merupakan jenis aliran
transisi.
Ukuran partikel memiliki pengaruh langsung terhadap diameter partikel
yang digunakan. Jika ukuran partikel semakin besar maka akan semakin besar
pula permukaan dan volumenya. Sehingga partikel yang mempunyai ukuran yang
besar dan kasar akan sangat mudah untuk mengendap dari pada partikel yang
halus (Earle, 1982).
Aliran laminer terjadi jika viskositas fluida tinggi dan kecepatan fluida
rendah. Aliran laminer mempunyai bilangan reynold lebih kecil dari 2300 (Re <
2300). Aliran turbulen terjadi jika viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida
tinggi. Aliran turbulen mempunyai bilangan Reynold lebih besar daripada 4000
(Re>4000). Aliran transisi adalah proses diantara terjadinya aliran laminar ke
aliran turbulen. Aliran transisi memiliki bilangan Reynolds antara 2300 sampai
dengan 4000 (2300<Re<4000) (Dixon, 1986).
Berdasarkan data hasil praktikum, dapat diketahui bahwa data yang
diperoleh sudah sesuai dengan literatur yaitu semakin besar ukuran partikel maka
akan semakin mudah terjadinya proses pengendapan. Namun untuk jenis aliran
terdapat ketidaksesuaian, dimana data yang diperoleh jenis aliran semua bahan
ialah transisi. Ketidaksesuaian data hasil praktikum disebabkan karena
pengocokan yang dilakukan kurang tepat dan pada saat pengocokan, air dalam
bahan ada yang tumpah.

5.2 Pengaruh Jenis Bahan dan Ukuran Terhadap Sedimentasi


Pada praktikum sedimentasi digunakan bahan berupa serbuk jagung dan
serbuk kacang hijau yang dihasilkan dari ayakan 30 mesh, 30-60 mesh, dan
ayakan 60 mesh. Setelah dilakukan pengocokan dan pengamatan didapatkan data
rata-rata waktu pengendapan yaitu pada serbuk jagung 30 mesh waktu
pengendapan yang dibutuhkan selama 2,5 detik, pada serbuk jagung 30-60 mesh,
waktu pengendapan yang dibutuhkan ialah selama 6 detik, dan pada serbuk
jagung 60 mesh waktu pengendapan yang dibutuhkan ialah selama 56 detik.
Untuk serbuk kacang hijau 30 mesh waktu pengendapan yang dibutuhkan ialah
selama 4 detik, pada serbuk kacang hijau 30-60 mesh waktu pengendapan yang
dibutuhkan ialah 9 detik, dan pad serbuk kacang hijau 60 mesh waktu
pengendapan yang dibutuhkan ialah selam 189 detik.
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang memiliki
pengaruh pada gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi
kecepatan pengendapan suatu partikel dalam fluida statis. Densitas partikel yang
semakin besar akan menyebabkan gaya apung menjadi semakin kecil sedangkan
gaya gravitasi semakin besar sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan
penjumlahan dari gaya drag, gaya apung, dan gaya gravitasi akan semakin besar
pula, hal itu menandakan bahwa pengendapan akan semakin besar (Zailani, 1996).
Partikel yang mempunyai ukuran yang besar dan kasar akan sangat mudah
mengendap dari pada partikel halus, untuk padatan yang halus diusahakan
menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar cepat mengendap (Zailani,
1996).
Berdasarkan data hasil praktikum dan literature menunjukkan kesesuaian,
yaitu densitas partikel yang semakin besar akan semakin mempercepat terjadinya
proses pengendapan, begitu pula dengan partikel yang berukuran besar dan kasar
akan lebih mudah mengendap jika dibandingkan dengan partikel yang halus,
karena partikel yang besar tentu akan lebih berat sehingga mudah untuk
mengendap.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa mengetahui semakin besar ukuran partikel yang digunakan maka akan
semakin mudah terjadi proses pengendapan dan semakin besar berat jenis atau
densitas suatu bahan maka semakin proses pengendapan juga akan semakin cepat.

6.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum, sebaiknya praktikan dapat menaati tata
tertib yang berlaku di laboratorium dan diharapkan praktikan lebih berhati-hati
saat menggunakan alat gelas maupun non gelas yang ada dalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia Jilid 2 Edisi pertama. Jakarta : PT.


Pradaya Paramita.

Dion, S.L. 1986. Mekanika Fluida Termodinamika. Jakarta : UI Press.

Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga

Earle, R.L. 1982. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Bogor : PT Sastra
Hudaya

Hubeis, M. 1984. Pengantar Pengolahan Tepung Serealia dan Biji-Bijian


Teknologi Pangan dan Gizi. Bogor : FATETA IPB

Koswara, J. 1982. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata). Bogor :


Fakultas Pertanian IPB. 50 Hal.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Rajawali Press.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Depok: Penebar Swadaya.

Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta :


Kanisius.

Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius. 84 hlm.

Suriawiria U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan Buangan


Secara Biologis. Bandung: Penerbit Alumni.

Walas, Stanley M. dkk. 2005. Chemical Process Equipment. 2nd Ed. United States of
America : Elsevier Inc.

Watson, S.A. 2003. Description, development, structure, and composition of the


corn kernel. Di dalam: White PJ., Johnson LA., editor. Corn: Chemistry
and Technology. 2nd Ed. Minnesota: American Association Of Cereal
Chemists Inc. St. Paul, Minnesota, USA. 69-101.

Warren, Mc Cabe. 1993. Operasi Teknik Kimia I. Jakarta : Erlangga

While, Frank. 1988. Mekanika Fluida edisi ke-2 jilid I. Jakarta : Erlangga

Zailani. 1996. Analisa Operasional. Jakarta : UI-Press.


LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Kelompok 1 (Jagung)
Diketahui :
Massa bahan : 9 x 10-3 kg
Volume = ( V.akhir – V.awal)
- 30 mesh = (96 x 10-6) – (90 x 10-6) = 6 x 10-6 m3
- 30-60 mesh = (96,5 x 10-6) – (90 x 10-6) = 6,5 x 10-6 m3
- 60 mesh = (97 x 10-6) – (90 x 10-6) = 7 x 10-6 m3
𝑚
1. Densitas 𝜌 = 𝑣
9 𝑥 10−3
 30 mesh = = 1500 kg/m3
6 𝑥 10−6
9 𝑥 10−3
 30-60 mes = = 1384 kg/m3
6,5 𝑥 10−6

9 𝑥 10−3
 60 mesh = = 1250 kg/m3
7 𝑥 10−6

2. Diameter from Tabel 1. Tyler Screens


(30−28)
 30 mesh = 0.589 + (32−28) (0.495 – 0.589)
2
= 0.589 + ( 4) (-0.094)

= 0.542 x 10-3 m
30 𝑚𝑒𝑠ℎ+60 𝑚𝑒𝑠ℎ
 30-60 mesh = 2

= 0.542 + 0.248
= 0.395 x 10-3 m
 60 mesh = 0.248 x 10-3 m
𝑔𝐷 2 (𝜌𝑝−𝜌)
3. Vt = (Laminer)
18µ

9.8𝑥(0.542 𝑥 10−3 ) 2 (1500−997)


 30 mesh = = 0.162 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
9.8𝑥(0.395 𝑥 10−3 ) 2 (1384−997)
 30-60mesh = = 0.035 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
9.8𝑥(0.248 𝑥 10−3 ) 2 (1250−997)
 60 mesh = = 0.009 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
𝜌𝐷𝑉𝑡
4. NRe = µ

997𝑥0.542𝑥10−3 𝑥0.162
 30 mesh = = 95. 756
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.395𝑥10−3 𝑥0.035
 30-60 mesh = = 15.077
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.248𝑥10−3 𝑥0.009
 60 mesh = = 2.434
0.9142𝑥10−3
24
5. Cd = 𝑁𝑅𝑒+3
24
 30 mesh = 95.756+3 = 0.243
24
 30-60 mesh =15.077+3 = 1.327
24
 60 mesh = 2.434+3 = 4.416

4 𝐷𝑝(𝜌𝑝−𝜌)
6. Vt (Transisi/Turbulen) = √ 3𝐶𝑑𝜌

4𝑥0.542𝑥10−3 (1500−997)
 30 mesh = √ = 0.118 m/s
3𝑥0.243𝑥997

4𝑥0.395𝑥10−3 (1384−997)
 30-60 mesh =√ = 0.038 m/s
3𝑥1.327𝑥997

4𝑥0.248𝑥10−3 (1250−997)
 60 mesh =√ = 0.0136 m/s
3𝑥4.416𝑥997

Rata-rata Jagung
Diketahui :
Massa bahan : 9 x 10-3 kg
Volume = ( V.akhir – V.awal)
- 30 mesh = (96.5 x 10-6) – (90 x 10-6) = 6.5 x 10-6 m3
- 30-60 mesh = (96.5 x 10-6) – (90 x 10-6) = 6.5 x 10-6 m3
- 60 mesh = (96.5 x 10-6) – (90 x 10-6) = 6.5 x 10-6 m3
𝑚
1. Densitas 𝜌 = 𝑣
9 𝑥 10−3
 30 mesh = = 1384 kg/m3
6.5 𝑥 10−6
9 𝑥 10−3
 30-60 mesh = = 1384 kg/m3
6,5 𝑥 10−6
9 𝑥 10−3
 60 mesh = = 1384 kg/m3
6.5 𝑥 10−6

2. Diameter from Tabel 1. Tyler Screens


(30−28)
 30 mesh = 0.589 + (32−28) (0.495 – 0.589)
2
= 0.589 + ( 4) (-0.094)

= 0.542 x 10-3 m
30 𝑚𝑒𝑠ℎ+60 𝑚𝑒𝑠ℎ
 30-60 mesh = 2

= 0.542 + 0.248
= 0.395 x 10-3 m
 60 mesh = 0.248 x 10-3 m
𝑔𝐷 2 (𝜌𝑝−𝜌)
3. Vt = (Laminer)
18µ

9.8𝑥(0.542 𝑥 10−3 ) 2 (1384−997)


 30 mesh = = 0.067 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
9.8𝑥(0.395 𝑥 10−3 ) 2 (1384−997)
 30-60mesh = = 0.035 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
9.8𝑥(0.248 𝑥 10−3 ) 2 (1384−997)
 60 mesh = = 0.014 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
𝜌𝐷𝑉𝑡
4. NRe = µ

997𝑥0.542𝑥10−3 𝑥0.067
 30 mesh = = 40.019
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.395𝑥10−3 𝑥0.035
 30-60 mesh = = 15.507
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.248𝑥10−3 𝑥0.014
 60 mesh = = 3.879
0.9142𝑥10−3
24
5. Cd = 𝑁𝑅𝑒+3
24
 30 mesh = 40.019+3 = 0.557
24
 30-60 mesh =15.507+3 = 1.296
24
 60 mesh = 3.879+3 = 3.488
4 𝐷𝑝(𝜌𝑝−𝜌)
6. Vt (Transisi/Turbulen) = √ 3𝐶𝑑𝜌

4𝑥0.542𝑥10−3 (1384−997)
 30 mesh = √ = 0.063 m/s
3𝑥0.243𝑥997

4𝑥0.395𝑥10−3 (1384−997)
 30-60 mesh =√ = 0.031 m/s
3𝑥1.327𝑥997

4𝑥0.248𝑥10−3 (1384−997)
 60 mesh =√ = 0.014 m/s
3𝑥4.416𝑥997

2. Kelompok 2 (Jagung)
Diketahui :
Massa bahan : 9 x 10-3 kg
Volume = ( V.akhir – V.awal)
- 30 mesh = (97 x 10-6) – (90 x 10-6) = 7 x 10-6 m3
- 30-60 mesh = (96.5 x 10-6) – (90 x 10-6) = 6.5 x 10-6m3
- 60 mesh = (96 x 10-6) – (90 x 10-6) = 6 x 10-6 m3
𝑚
7. Densitas𝜌 = 𝑣

9 𝑥 10−3
 30 mesh = = 1285.7 kg/m3
7 𝑥 10−6
9 𝑥 10−3
 30-60 mesh = = 1384.6 kg/m3
6.5 𝑥 10−6
9 𝑥 10−3
 60 mesh = = 1500 kg/m3
6 𝑥 10−6

8. Diameter from Tabel 1. Tyler Screens


(30−28)
 30 mesh= 0.589 + (32−28) (0.495 – 0.589)
2
= 0.589 + ( 4) (-0.094)

= 0.542 x 10-3m
30 𝑚𝑒𝑠ℎ+60 𝑚𝑒𝑠ℎ
 30-60 mesh = 2

= 0.542 + 0.248
= 0.395 x 10-3m
 60 mesh = 0.248 x 10-3 m
𝑔𝐷 2 (𝜌𝑝−𝜌)
9. Vt = (Laminer)
18µ

9.8𝑥(0.542 𝑥 10−3 ) 2 (1285.7−997)


 30 mesh = = 0.05 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3

9.8𝑥(0.395 𝑥 10−3 ) 2 (1384.6 −997)


 30-60mesh = = 0.36 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3

9.8𝑥(0.248 𝑥 10−3 ) 2 (1500−997)


 60 mesh = = 0.18 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
𝜌𝐷𝑉𝑡
10. NRe = µ

997𝑥0.542𝑥10−3 𝑥0.05
 30 mesh = 0.9142𝑥10−3
= 29.8
997𝑥0.395𝑥10−3 𝑥0.36
 30-60 mesh = = 15.5
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.248𝑥10−3 𝑥0.18
 60 mesh = = 5.02
0.9142𝑥10−3
24
11. Cd =𝑁𝑅𝑒+3
24
 30 mesh = 29.8+3 = 0.73
24
 30-60 mesh =15.5+3 = 1.29
24
 60 mesh = 5.02+3 = 2.99

4 𝐷𝑝(𝜌𝑝−𝜌)
12. Vt (Transisi/Turbulen) = √ 3𝐶𝑑𝜌

4𝑥0.542𝑥10−3 (1285,7−997)
 30 mesh =√ = 0.01694
3𝑥0.73𝑥997

4𝑥0.395𝑥10−3 (1384.6−997)
 30-60 mesh =√ = 0.0126
3𝑥1.29𝑥997

4𝑥0.248𝑥10−3 (1500−997)
 60 mesh =√ = 0.0074
3𝑥2.99𝑥997

3. Kelompok 3 (kacang hijau)


Diketahui :
Massa bahan : 9 x 10-3 kg
Volume = ( V.akhir – V.awal)
- 30 mesh = (97 x 10-6) – (90 x 10-6) = 7 x 10-6 m3
- 30-60 mesh = (98 x 10-6) – (90 x 10-6) = 8 x 10-6 m3
- 60 mesh = (98,5 x 10-6) – (90 x 10-6) = 8,5 x 10-6 m3
𝑚
1. Densitas 𝜌 = 𝑣
9 x10−3
 30 mesh = = 1285,7 kg/m3
7 x 10−6
9 𝑥 10−3
 30-60 mesh = = 1125 kg/m3
8 𝑥 10−6
9 x10−3
 60 mesh = 8,5 x 10−6 = 1125 kg/m3

2. Diameter from Tabel 1. Tyler Screens


(30−28)
 30 mesh = 0.589 + (32−28) (0.495 – 0.589)
2
= 0.589 + ( 4) (-0.094)

= 0.542 x 10-3 m
30 𝑚𝑒𝑠ℎ+60 𝑚𝑒𝑠ℎ
 30-60 mesh = 2

= 0.542 + 0.248
= 0.395 x 10-3 m
 60 mesh = 0.248 x 10-3 m
𝑔𝐷 2 (𝜌𝑝−𝜌)
3. Vt = (Laminer)
18µ

9.8𝑥(0.542 𝑥 10−3 ) 2 (1285,7−997)


 30 mesh = = 0,05 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
9.8𝑥(0.395 𝑥 10−3 ) 2 (1125−997)
 30-60mesh = = 0.01 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
9.8𝑥(0.248 𝑥 10−3 ) 2 (1125−997)
 60 mesh = = 0.004 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
𝜌𝐷𝑉𝑡
4. NRe = µ

997𝑥0.542𝑥10−3 𝑥0.05
 30 mesh = = 28,6
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.395𝑥10−3 𝑥0.01
 30-60 mesh = = 4,3
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.248𝑥10−3 𝑥0.004
 60 mesh = =1
0.9142𝑥10−3
24
5. Cd = 𝑁𝑅𝑒+3
24
 30 mesh = 28,6+3 = 0.76
24
 30-60 mesh =4,3+3 = 3,28
24
 60 mesh = 1+3 =6

4 𝐷𝑝(𝜌𝑝−𝜌)
6. Vt (Transisi/Turbulen) = √ 3𝐶𝑑𝜌

4𝑥0.542𝑥10−3 (1285,7−997)
 30 mesh = √ = 0.017 m/s
3 𝑥 0,76 𝑥 997

4𝑥0.395𝑥10−3 (1125−997)
 30-60 mesh =√ = 0.0045 m/s
3 𝑥 3,28 𝑥 997

4𝑥0.248𝑥10−3 (1125−997)
 60 mesh =√ = 0.0027 m/s
3 𝑥 6 𝑥 997

4. Kelompok 4 (kacang hijau)


Diketahui :
Massa bahan : 9 x 10-3 kg
Volume = ( V.akhir – V.awal)
- 30 mesh = (97 x 10-6) – (90 x 10-6) = 7 x 10-6 m3
- 30-60 mesh = (98 x 10-6) – (90 x 10-6) = 8 x 10-6 m3
- 60 mesh = (98.5 x 10-6) – (90 x 10-6) = 8.5 x 10-6 m3
𝑚
13. Densitas 𝜌 = 𝑣

9 𝑥 10−3
 30 mesh = = 1285.7 kg/m3
7 𝑥 10−6
9 𝑥 10−3
 30-60 mesh = = 1125 kg/m3
8 𝑥 10−6
9 𝑥 10−3
 60 mesh = = 1058.8 kg/m3
8.5 𝑥 10−6

14. Diameter from Tabel 1. Tyler Screens


(30−28)
 30 mesh = 0.589 + (32−28) (0.495 – 0.589)
2
= 0.589 + ( 4) (-0.094)

= 0.542 x 10-3 m
30 𝑚𝑒𝑠ℎ+60 𝑚𝑒𝑠ℎ
 30-60 mesh = 2

= 0.542 + 0.248
= 0.395 x 10-3 m
 60 mesh = 0.248 x 10-3 m

𝑔𝐷 2 (𝜌𝑝−𝜌)
15. Vt = 18µ

9.8𝑥(0.542 𝑥 10−3 ) 2 (1285.7−997)


 30 mesh = = 0.05 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3

9.8𝑥(0.395 𝑥 10−3 ) 2 (1125−997)


 30-60mesh = = 0.12 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3

9.8𝑥(0.248 𝑥 10−3 ) 2 (1058.8−997)


 60 mesh = = 0.23 m/s
18 𝑥 0.9142 𝑥 10−3
𝜌𝐷𝑉𝑡
16. NRe = µ

997𝑥0.542𝑥10−3 𝑥0.05
 30 mesh = = 29.6
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.395𝑥10−3 𝑥0.12
 30-60 mesh = = 47.3
0.9142𝑥10−3
997𝑥0.248𝑥10−3 𝑥0.23
 60 mesh = = 62.2
0.9142𝑥10−3
24
17. Cd = 𝑁𝑅𝑒+3
24
 30 mesh = 29.6+3 = 0.74
24
 30-60 mesh =47.3+3 = 0.48
24
 60 mesh = 62.2+3 = 0.37

Anda mungkin juga menyukai