PENDAHULUAN
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
1989). Bentuk sediaan tablet selain mengandung bahan aktif juga mengandung
bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Salah satu bahan tambahan
dalam pembuatan tablet adalah pati yang digunakan sebagai bahan pengikat,
pengisi dan penghancur. Banyak penelitian melaporkan bahwa pati yang berasal
pembantu yang telah dikenal dalam formulasi tablet (Rowe et al., 2006).
kekerasan tablet sehingga dapat membentuk tablet yang solid (Anonim, 1995).
Salah satu zat aktif yang memiliki kompaktibilitas dan sifat alir yang buruk adalah
parasetamol (Voigt, 1994). Pemilihan metode pembuatan tablet yang sesuai dapat
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet metode cetak
tidak langsung, yang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cara lain.
Metode granulasi basah merupakan proses pembesaran ukuran partikel kecil yang
fisik kuat, dan partikel asli masih teridentifikasi dan membuat agregat dapat
1
mengalir bebas (Siregar, 2010). Selain itu, kompaktibilitas dan sifat alir dari tablet
parasetamol dapat diperbaiki melalui pemilihan bahan pengikat yang tepat. Bahan
umbian potensial yang dapat diproses untuk menghasilkan pati. Pati bisa diperoleh
dari jagung (Zea mays), beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum),
2007). Singkong, bengkuang dan ubi jalar merupakan umbi-umbian yang mudah
23 % amilosa dan 77% amilopektin (Ayeh, 2013) dan ubi jalar 39% amilosa dan
kompresibilitas dan laju alir yang kurang baik, serta tidak dapat mengembang di
dalam air dingin (Anwar et al., 2006) sehingga pati perlu dimodifikasi baik secara
Suatu bentuk modifikasi pati yang paling sederhana adalah dengan cara
pragelatinasi pati, yang secara mikroskopis dapat mengubah tampilan fisik suatu
pati. Pragelatinasi pati merupakan pati yang diberi perlakuan tambahan melalui
penambahan air dengan jumlah yang tepat dan pemanasan pada suhu yang sesuai
(Rowe et al., 2009). Pengembangan pati oleh adanya suhu yang optimal akan
2
granul yang kuat (Hastuti, 2008) oleh karena itu pati pragelatinasi dapat
digunakan sebagai pengikat dalam sediaan tablet. Selain itu pati pragelatinasi
tablet (Rowe et al, 2003). Adapun contoh bentuk amilum yang sudah dimodifikasi
secara pragelatinasi dan digunakan sebagai pengikat yaitu Starch 1500 (amilum
jagung pragelatinasi).
formulasi tablet Metformin HCl dengan metode granulasi basah yaitu pati alami,
pati pragelatinasi (starch 1500), PVP K30 dan PVP K90. Hasilnya pati
pragelatinasi memiliki kekerasan yang paling kuat, friabilitas 0,45 % dan waktu
hancur 9,6 menit (Block et al., 2009). Sebuah studi juga telah melakukan uji efek
pragelatinasi dari pati alami sorgum dan pisang terhadap sifat mekanik dalam
tingkat kekuatan tertentu dan kerapuhan yang diinginkan (Alebiowu dan Itiola,
2003).
membandingkan potensi pati pregelatinasi dari pati singkong, bengkuang, dan ubi
jalar sebagai bahan pengikat pada tablet paracetamol dengan metode granulasi
basah, sehingga dapat diketahui pati mana yang memberikan hasil yang paling
baik sebagai pengikat tablet. Parameter yang akan diuji adalah sifat fisik tablet,
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Bagian tubuh tanaman singkong terdiri atas batang, daun, bunga dan umbi.
Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya berwarna hijau dan setelah
tua menjadi keputih-putihan, kelabu, atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi
Susunan daun singkong berurat menjari dengan cangap 5-9 helai. daun
demikian dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasa pahit
4
Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang
Bentuk umbi biasanya bulat memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis (ari) berwarna
(basah); dan daging berwarna putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang
Adapun komposisi kimia ubi kayu atau singkong dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
Komponen Kadar
5
2.2 Tanaman Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L. Urban)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Pachyrrhizus
selebaran per daun, banyak bunga dan sekali berbunga memiliki panjang hingga
55 cm. Bunga dari jenis polong-polongan ini memiliki kelopak biru atau putih,
muda. Bentuk benih pipih, bulat atau persegi, berwarna cokelat, hijau atau
2008).
kultivar dan kematangan bagian tanaman. Pada bentuk umbi siap panen,
6
0,5 – 1% serat, 0,1 – 0,2% lemak dan vitamin C. Pada buah muda bengkuang
mengandung 86% air, 10% karbohidrat, 2,6% protein, 0,9% serat, 0,3% lemak
dan vitamin C. Pada bentuk benih yang sudah matang, mengandung 30%
rotenoid. Pada bagian daun bengkuang mengandung kurang dari 0,01% rotenon
dan rotenoid, tetapi pada bagian umbi tidak memiliki senyawa ini (Chooi, 2008)
7
2.3 Tanaman Ubi Jalar Putih ( Ipomoea batatas (L.) Lam )
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
menjalar dan daun berbentuk jantung hingga bundar yang bertopang tangkai daun
bengkokdan bergantung pada panjang ruas batang, dapat terlihat berupa semak.
Tipe kultivar yaitu semak, semak menjalar, atau menjalar, lebih ditentukan oleh
panjang ruas daripada oleh panjang batang, percabangan batang berbeda – beda
daun melekat pada buku-buku batang (Suparman, 2007). Mahkota bunga menyatu
8
membentuk terompet, berdiameter 3 – 4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan
leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga
‘mekar pagi’ (morning glory). Bunga mekar pada pagi hari, dan menutup serta
layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji berbentuk
organisme tanaman. Pati disimpan dalam biji (beras, gandum, jagung), umbi
(kentang), akar (singkong, ubi, pati garut) dan empulur berwarna (sagu) pada
tanaman. Secara mikroskopis terlihat bahwa pati terdiri dari granul kecil, putih,
berdiameter antara 2-100 µm. Bentuk dan ukuran dari granul bervariasi pada
9
Granul pati tidak larut dalam air pada suhu di bawah 50oC. Saat suspensi
pati dipanaskan pada suhu kritis, granul menyerap air dan mengembang. Suhu
bergantung pada jenis pati (Swinkles, 1985). Pati mengandung dua macam
- Amilosa
yang terdiri dari molekul-molekul glukosa yang terikat satu sama lain melalui
ikatan α-1,4-glikosidik. Amilosa merupakan bagian dari pati yang larut dalam air,
yang mempunyai berat molekul antara 50.000-200.000 dan bila ditambah dengan
terdapat pada pati. Rantai polimer yang terdapat pada amilosa berbentuk pilinan
atau heliks, sehingga dapat membentuk senyawa inklusi dengan iodium. Inklusi
iodium menyebabkan efek dipole imbas dan resonansi yang ditimbulkan oleh
polimer heliks. Setiap putaran heliks terdiri dari enam monomer glukosa dan
10
mengikat satu molekul iodium, sehingga semakin panjang rantai maka akan
- Amilopektin
dari molekul-molekul glukosa yang terikat satu sama lain melalui ikatan 1,4-
unit molekul glukosa. Amilopektin merupakan bagian dari pati yang tidak larut
Tingkat percabangan pada amilopektin sangat tinggi, yaitu antara 4-6% ikatan α-
1,6 glikosidik, serta memiliki panjang rantai 20-25 unit molekul. Hal inilah yang
11
bagian pati. Amilopektin bercabang karena adanya ikatan α-1,6 glikosidik pada
tititk tertentu dalam molekul. Cabang amilopektin terpendek terdiri dari ± 20-30
monomer glukosa, oleh karena itu cabang terluarnya akan memberikan warna
Pati memiliki sifat tidak berasa, tidak berbau, berwarna putih dan memiliki
bentuk dan ukuran granul yang bervariasi bergantung jenis tanaman dari pati
tersebut. Pati tidak larut dalam air dingin dan etanol (Rowe et al., 2006). Pati
yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat dan bahan penghancur.
Sebagai pati normal penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini
disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang
baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi
tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai mucilago,
bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar et al, 2004).
sifat alami pati sehingga dapat digunkan secara luas dalam industri makanan dan
industri farmasi. Jenis modifikasi pati yang telah diteliti antara lain sebagai
1. Modifikasi Fisika
Modifikasi fisika yang dilakukan terhadap pati antara lain meliputi pati
12
fungsional pati seperti laju alir, kompresibilitas dan kelarutannya dalam air tanpa
2. Modifikasi Kimia
Modifikasi kimia yang dilakukan terhadap pati antara lain reaksi oksidasi,
secara kimia dapat dilakukan terhadap pati dalam keadaan kering, dalam bentuk
suspensi pati dalam air atau dalam bentuk pasta pati. Modifikasi kimia dari pati
ini akan mengubah sifat kelarutan pati, hidrofilisitas dan ketahanannya terhadap
dan piridin) dalam reaksi esterifikasi ini dapat menghasilkan pati termodifikasi
dengan substitusi yang tinggi. Namun penggunaan pelarut organik sangat beresiko
bagi kesehatan pasien jika sisa reaksinya tidak terbuang seluruhnya setelah proses
sintesis.
3. Modifikasi Enzimatis
dengan cara enzimatis juga ditujukan untuk mendapatkan sifat fungsional yang
diinginkan. Enzim akan menghidrolisis ikatan (1→4) atau (1→6). Enzim yang
isoamilase. Enzim-enzim tersebut diisolasi dari jamur, ragi, bakteri dan tumbuhan.
13
Modifikasi enzimatis terhadap pati dapat dilakukan dengan menggunakan
satu enzim atau lebih, pada kondisi yang sesuai, bergantung dari jenis atau sumber
modifikasi fisika terhadap pati. Pragelatinisasi pati dibuat melalui proses yang
melibatkan air dan panas untuk memecah semua atau sebagian granul kemudian
dikeringkan dan digiling sesuai dengan ukuran serbuk yang diinginkan (Rowe et
birefringence. Pati memiliki sifat birefringence yaitu sifat granul pati utuh yang
dapat membentuk dua warna bersilang pada permukaan akibat dilewatkan pada
14
Alat yang digunakan untuk mengamati sifat birefringence adalah
pecahnya granul pati saat proses pengeringan dengan alat drum dryer. Pada
pragelatinisasi pati parsial masih terlihat adanya birefringence dalam jumlah kecil
penghancur tablet. Pregelatinasi pati juga digunakan sebagai pengisi kapsul keras
Bila dibandingkan dengan pati alami, pregelatinasi pati memiliki laju alir
dan komresibilitas yang lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai pengisi,
pengikat dan penghancur tablet dengan metode granulasi basah pada konsentrasi
mengembang yang lebih besar dibandingkan pati alami sehingga memiliki waktu
hancur yang lebih cepat (Alebiowu dan Itiola, 2003). Suhu gelatinasi singkong
al., 2012) dan suhu gelatinasi ubi jalar putih 67 oC (Amellia, 2009).
15
2.7 Parasetamol
Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
2.7.2 Farmakologi
dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995).
16
hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di
mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada
(Andrianto.P., 1985).
2.8 Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih bahan obat atau dengan atau tanpa zat tambahan
ketepatan dosis, praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah
dikemas, tahan alam penyimpanan, mudah dibawa, serta bentuk yang memikat
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan
1. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong air ke
dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet
17
2. Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, menghasilkan tablet
yang keras.
3. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tidak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
yang turut memberikan bentuk pada sediaan. Pada dasarnya bahan tambahan
harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin tidak
1) Bahan pengisi
sehingga menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Siregar,
2010).
a) Non toksik.
e) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau
18
f) Bebas dari mikroba.
Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: laktosa, sukrosa, amilum,
kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa, dan bahan lain
2) Bahan pengikat
bagi tablet yang dicetak langsung. Penggunaan bahan pengikat yang terlalu
banyak akan menghasilkan massa granul yang terlalu basah dan granul yang
terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang
lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang
lemah, sehingga tablet akan rapuh dan terjadi capping (Siregar, 2010). Bahan
pengikat yang biasa digunakan adalah polivinil pirolidon (PVP), gom akasia,
mikrokristal.
3) Bahan penghancur
tablet ketika kontak dengan cairan saluran pernafasan. Dapat juga berfungsi
menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi
(Siregar, 2010)
19
Bahan penghancur yang dapat digunakan adalah pati dan selulosa yang
4) Bahan pelicin
Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan pemisah
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena itu kadar
pelicin yang berlebihan harus dihindari. Bahan pelicin yang biasa digunakan
antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam stearat, asam
fisik lebih kuat dan partikel orisinil masih terindentifikasi dan membuat agregat
mengalir bebas.
Granuasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang
Metode ini merupakan metode paling tua dan paling konvensional dalam
pembuatan tablet. Walaupun metode ini sangat karya dan paling mahal, namun
serbuk dengan beraneka ragam cairan yang juga dapat bertindak sebagai pembawa
20
bahan tertentu, sehingga meningkatkan karakteristik dan sifat-sifat fisik granulasi
yang baik dan mempunyai banyak keuntungan. Dalam granulasi basah, sifat
2) Meningkatkan kompresibilitas
4) Mengontrol pelepasan
(Supriyatna, 2009)
divalidasi
21
3) Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
a) Binding
Kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang
cetakan.
b) Sticking / picking
Perlekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah akibat permukaan punch
tidak licin, ada lemak pada pencetak, zat pelicin kurang atau massa basah.
c) Whiskering
Terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan atau terjadi pelelehan
zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya, pada penyimpanan
dalam botol, sisi-sisi yang berlebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
d) Splitting / capping
Splitting, lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet yang terutama pada
bagian tengah. Capping, melepasnya tablet pada bagian atas. Penyebabnya adalah:
3. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara
yang berada diatas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
22
4. Formulanya tidak sesuai.
e) Mottling
Terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.
f) Crumbling
Tablet menjadi retak dan rapuh, penyebabnya adalah kurang tekanan pada
23
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan terhitung
Tinggi Ilmu Farmasi Riau (STIFAR) Pekanbaru dan PT. Nusantara Beta Farma
Padang.
a Alat
tablet rotary multi punch, jangka sorong, friability tester, desintegrator tester,
dissolution tester, alat pengukur kadar air (Moisture Balance), piknometer, beker
gelas, pipet tetes, labu ukur, pipet volume, kertas saring, gelas ukur, dan
spektrofotometer UV.
b. Bahan
erosus), Ubi jalar putih (Ipomoea batatas L), Avicel pH 101, laktosa, Magnesium
24
3.2.2 Rancangan Penelitian
1. Pengambilan sampel
2. Identifikasi tanaman
(Pachyrrhizus erosus L. Urban) dan ubi jalar putih (Ipomoea batatas L.)
batatas L.)
6. Rancangan formula
7. Pembuatan granul
8. Evaluasi granul
e. Factor hausner
f. Porositas
g. Kompresibilitas
25
i. Kadar air
9. Pencetakan tablet
b. Keseragaman bobot
c. Kekerasan tablet
d. Friabilitas
e. Friksibilitas
h. Uji disolusi
esculenta Crantz), Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L. Urban) dan Ubi jalar putih
(Ipomoea batatas L.), yang diperoleh dari Pasar Simpang Baru Panam, Pekanbaru.
(Pachyrrhizus erosus L. Urban) dan ubi jalar putih (Ipomoea batatas L.)
26
dilakukan di Laboratotium Botani Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
dengan aquadest selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu 50oC selama
24 jam kemudian dihaluskan dan diayak dengan ayakan mesh 80 (Wathoni, 2009).
Dibuat suspensi masing-masing pati dalam air dengan konsentrasi 5% b/v lalu
gelatinasi masing-masing umbi singkong (57oC), bengkuang (58oC) dan ubi jalar
(65oC) selama 5 menit. Kemudian didinginkan lalu dikeringkan dalam oven pada
temperatur 50oC dan terakhir diayak dengan ayakan nomor 70 (Beynum dan
Roels, 1985).
27
3.3.5 Pemeriksaan zat aktif dan bahan tambahan tablet
No Formula
Bahan
I II III
28
3.3.7 Pembuatan granul parasetamol
Semua bahan yang akan digunakan ditimbang. Buat mucilago untuk pati
hotplate pada suhu terkontrol sekitar 50-70 0C hingga membentuk mucilago atau
kanji yang baik, kemudian dinginkan. Campur parasetamol ( zat aktif ), avicel
pH101 ( bahan penghancur ) dan laktosa ( bahan pengisi fase dalam ) gerus
hingga terbentuk masa yang dapat dikepal. Adonan tersebut kemudian diayak
dengan ayakan mesh no.14 dan hasilnya ditampung pada wadah, untuk
selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering granul selama 1-2 jam. Granul
yang telah kering diayak dengan mesh no.16 dan ditimbang, kemudian dilakukan
selanjutnya ayakan dengan ukuran lubang paling kecil dan seterusnya di atasnya
diletakkan yang lebih besar sehingga ayakan dengan lubang yang lebih besar
terletak paling atas. Kemudian ayakan ditutup lalu dijalankan alat dengan
29
B. Bobot jenis benar (Voigt,1994)
Piknometer kosong yang telah diketahui volumenya (a) ditimbang (b), kemudian
diisi dengan parafin cair dan ditimbang lagi (c). Bobot jenis parafin cair dihitung
dengan persamaan:
c−b
ρ parafin = (g/ ml)
a
parafin cair ke dalam piknometer sampai kira-kira setengahnya, tutup dan biarkan
selama 5 menit sambil digoyang-goyang, setelah itu ditambahkan lagi parafin cair
hingga piknometer penuh dan timbang kembali beratnya (e). Bobot jenis benar
(d − b)
Bj benar = x ρ parafin
(d − b) + (c − e)
Sebanyak 100 gram granul (W), dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml,
kemudian permukaan atas granul diratakan dan volumenya dibaca (Vo). Bobot
W
Bobot Jenis nyata =
Vo
30
D. Bobot jenis mampat
guncangan) sebanyak 100 gram (W) dan permukaan atas serbuk diratakan dan
volumenya dapat dibaca (Vo), alat volumeter dijalankan dan terjadi ketukan
sebanyak 1250 kali. Catat volume Vt1 kemudian ulangi lagi hentakan 1250 kali
catat volume Vt2 . Jika selisih Vt2 dengan Vt1 tidak melebihi dari 2 ml, maka Vt1
adalah volume mampat. Bobot jenis mampat dihitung dengan persamaan (Ben,
2008) :
𝑊
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 =
𝑉𝑡
ρm
FH =
ρn
31
F. Kompresibilitas
Bj mampat − Bj nyata
%K = x 100%
Bj mampat
Bj nyata
E = (1 − ) x 100%
Bj benar
alat. Siapkan wadah utuk menampung granul pada bagian bawah corong. Buka
tutup corong sehingga granul mulai meluncur melewati corong, catat waktu yang
diperlukan hingga semua granul telah melewati lubang corong. Kecepatan aliran
32
dihitung dengan membagi bobot granul dengan waktu yang dibutuhkan granul
Timbunan granul ditampung dalam kertas millimeter blok. Ukur tinggi (h)
h
sudut diam → tan α =
r
Jika sudut istirahat (α) :
< 20o : Sifat alir sangat baik
(Aulton, 2001)
I. Kadar Air.
Pada uji ini digunakan alat moisture balance. 1 gram sampel dimasukkan
pada alat tersebut yang sudah disetarakan dean suhu 1050C dan selanjutnya diukur
kadar airnya dengan menekan tombol start maka akan didapat persen kadar air.
paracetamol telah dicampurkan terlebih dahulu dengan bahan tambahan fase luar
33
yaitu Avicel pH 101 dan Mg Stearat. Dengan mengatur bobot tablet dan kekerasan
yang diinginkan.
tablet menggunakan alat mikrometer atau jangka sorong yang bersifat manual.
(Anonim, 1979).
lain diameter tablet tidak boleh melebihi tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga tebal tablet. Perbandingan ini ada kaitannya dengan penampilan yang
menarik sebagai hasil perkiraan bobot tablet sesuai dengan jumlah zat khasiat
yang dikandungnya.
b. Keseragaman Bobot
bobot rata-rata.
34
Apabila tablet ditimbang satu per satu, Farmakope Indonesia menyatakan
bahwa tidak lebih dari dua tablet mempunyai penyimpangan yang lebih besar dari
kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan
Bobot rata-rata A B
c. Kekerasan Tablet
meletakkan sebuah tablet diantara pengapit tetap dengan plat datar yang diam,
kemudian tablet dijepit dengan memutar alat penekan. Angka yang ditunjukkan
oleh jarum pada skala dinyatakan sebagai titik nol. Alat penekan diputar
kembali sampai tablet retak atau pecah. Catat skala yang terukur, kekerasan
tablet adalah selisih skala terukur saat tablet pecah dengan skala yang dianggap
sebagai titik nol (Voight, 1994). Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke-10
tablet dan variasi kekerasan dilihat dari harga SD. United states pharmacopeia
35
d. Kerapuhan tablet (Friabilitas)
lakukan pemutaran dengan alat friabilator sebanyak 100 putaran. Setelah itu tablet
W1−W2
F= x 100%
W1
e. Friksibilitas
kecepatan 25 rpm. Setelah diputar tablet dikeluarkan kembali. Setelah itu tablet
dibersihkan lagi dan ditimbang (W2). Tablet yang baik memiliki friksibilitas
kurang dari 1%. Friksibilitas tablet dihitung dengan rumus sebagai berikut:
W1−W2
F= x 100%
W1
kemudian alat dijalankan. Gunakan air bersuhu 37o ± 2o sebagai media kecuali
36
dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir
batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati
semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak
hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang 16 dari
18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Anonim, 1995). Kecuali dinyatakan
lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari
sebagai berikut :
paracetamol murni sebanyak 10 mg. Larutkan dalam labu ukur 100 ml dengan
NaOH 0,1 N hingga tanda batas. Pipet 1 ml kemudian masukan kedalam labu
ukur 10 ml tambahkan NaOH 0,1 N hingga tanda batas (larutan induk baku
100 ml tadi dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm.
serapannya
37
3. Penetapan kadar tablet parasetamol. Ambil 10 tablet paracetamol secara acak,
10 ml, kemudian ditambahkan dengan NaOH 0,1 N sampai tepat tanda batas,
parasetamol.
1. Penentuan λ maksimum.
murni sebanyak 10 mg. larutkan dalam labu ukur 100 ml dengan dapar fosfat pH
5,8 hingga tanda batas . Pipet 1 ml kemudian masukkan kedalam labu ukur 10 ml
tambahkan dapar fosfat pH 5,8 hingga tanda batas. Ukur panjang gelombang
38
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi.
larutan 100 ml tadi dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm.
Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah terisi 900 ml
medium disolusi dapar fosfat pH 5,8 yang bersuhu 37oC ± 2oC, lalu dayung
diputar dengan kecepatan 50 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30 menit,
dan bagian atas dari alat dayung serta tidak kurang dari 1 cm dari dinding wadah.
Cairan yang diambil diganti dengan medium disolusi dengan suhu dan volume
yang sama.
10 ml larutan dapar fosfat pH 5,8 dalam labu ukur dan diukur serapannya pada
terhadap 6 tablet, dimana dalam 30 menit tablet harus terdisolusi 80% (Q)
39
3.3.11 Analisa Data
Pada penelitian ini dilakukan analisa data secara deskriptif dalam bentuk
tabel dan grafik dan dibandingkan dengan persyaratan dalam FI edisi IV.
Kemudian hasil tiap formula dibandingkan satu sama lain mana formula yang
paling baik.
40
BAB IV
4.1 Hasil
berikut :
formula adalah 1,331 g/ml, 1,274 g/ml dan 1,267 g/ml (Lampiran 7, Tabel
13).
faktor Hausner dan porositas dapat dilihat pada (lampiran 7, tabel 14)
c. Hasil pemeriksaan kecepatan alir dan sudut diam dapat dilihat pada
d. Hasil pemeriksaan kadar air untuk ketiga formula adalah 1,84 %, 1,49 %
4. Pencetakan tablet
41
5. Evaluasi tablet (Lampiran 9, Tabel 17)
persyaratan yakni diameter tidak boleh melebihi 3 kali dan tidak kurang
19 ).
tabel 22.
waktu hancur untuk tablet biasa dapat dilihat di lampiran 9, tabel 23.
42
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini pati pregelatinasi singkong, bengkuang dan ubi jalar
fase dalam dan fase luar dan Mg stearat sebagai pelicin. Tablet ini dibuat menjadi
agregat (gumpalan) yang lebih besar, secara fisik kuat, dan partikel asli masih
granul dengan ayakan vibrasi, kecepatan alir dan sudut diam, bobot jenis nyata
(𝜌𝑛), bobot jenis benar (𝜌𝑏), bobot jenis mampat (𝜌𝑚), kompresibilitas, faktor
Hausner, dan porositas. Pengujian sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui
apakah granul yang dibuat mempunyai sifat alir yang baik, karena sifat alir granul
43
akan sangat berpengaruh pada daya alir granul saat proses pengempaan (Voigt,
1994). Selain itu dapat mengetahui kualitas granul yang dihasilkan apakah granul
mempengaruhi daya mengalir granul, berat rata-rata tablet, variasi berat tablet
keseragaman bobot tablet (Fudholi, 1983). Pada evaluasi ini diharapkan kurva
terbalik dan persen granul yang ada di ayakan paling bawah tidak boleh lebih dari
10% karena bila lebih dari 10% maka waktu alir lama sehingga mempengaruhi
pencetakan tablet (Gusmayadi, 2006). Hasil uji distribusi ukuran granul semua
formula tablet diperoleh kurva distribusi ukuran granul tidak berbentuk lonceng
terbalik. Sedangkan untuk fines yang dihasilkan dari ketiga formula tersebut
yang baik yaitu kurang dari 1,25. Bila Faktor Hausner lebih dari 1,5 maka sifat
alir tidak bagus (Voigt, 1994). Dari ketiga formula hanya Formula I dan Formula
II yang nilai faktor hausner < 1,25 sedangkan pada Formula III nilai nya 1,28.
44
Hal ini karena formula III memiliki nilai porositas yang tinggi pula. Nilai
dan kompak bila diberi tekanan. Besar kecilnya kompresibilitas dipengaruhi oleh
bentuk granul, kerapatan dan ukuran granul. Banyaknya fines (serbuk) yang
besar jumlah fines maka fines akan masuk dan mengisi ruang kosong antar
kompresibilitas juga semakin besar. Ini terbukti pada Formula III nilai
Formula I dan Formula II. Sehingga nilai persen kompresibilitas tinggi, namun
cukup baik. Persyaratan yang ditentukan yaitu < 20 % sifat alir baik dan < 25 %
cukup baik (Siregar, 2010). Ini dapat dilihat pada tabel 15 (lampiran 7).
Nilai porositas dari ketiga formula yaitu Formula I (67,9 %), Formula II
(69,1 %) , dan Formula III (69,3 %) . Nilai porositas yang paling kecil terdapat
pada Formula I, kecilnya porositas akan berpengaruh pada waktu hancur tablet.
Karena ruang antar granul atau ruang antar partikel didalam tablet akan semakin
kecil dan sempit sehingga air akan lambat diserap masuk kedalam tablet. Ini
mengalir pada saat proses sebelum pengempaan tablet yaitu ketika granul-granul
masuk melewati corong menuju tablet die. Kecepatan alir granul akan
45
juga berpengaruh terhadap keseragaman kadar obat dalam tablet. Dari hasil
evaluasi hanya granul Formula I yang mempunyai kecepatan alir kurang dari 10
gram per detik. Formula II dan III mempunyai kecepatan alir lebih dari 10 gram
per detik yang berarti formula II dan III kurang memenuhi persyaratan. Sifat
aliran dipengaruhi oleh ukuran partikel dan bentuk partikel, partikel yang lebih
besar dan bulat menunjukan aliran yang lebih baik. Bentuk partikel yang kasar
umumnya kurang kohesif dari pada partikel halus. Selain itu sifat alir juga
dipengaruhi oleh bobot jenis, muatan elektrostatik, dan lembab yang diadsorpsi
(Siregar, 2010).
dengan permukaan horizontal. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30º
biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih
besar atau sama dengan 40º biasanya daya mengalirnya kurang baik (Voigt,
1994). Uji ini merupakan rangkaian dari uji waktu alir yang bertujuan untuk
mengetahui baik tidaknya kecepatan alir granul. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap sudut diam yaitu gaya tarik dan gaya gesek antar partikel.
Jika gaya tarik dan gaya gesek kecil maka granul akan lebih cepat dan akan
mudah mengalir (Siregar, 2010). Dari hasil evaluasi formula yang menunjukkan
sudut diam dibawah 30º yaitu Formula I (28,46o) dan Fomula II (29,16o), hal ini
berarti granul memiliki sifat alir yang baik, sedangkan Formula III (31,71o) cukup
baik.
kelembaban granul. Hasil uji penentuan kadar air granul dari masing-masing
46
formula memenuhi persyaratan granul yang baik karena granul berada pada
rentang kelembaban granul 1%-5% (Voigt, 1994), dapat dilihat pada tabel 16
(Lampiran 7). Kelembaban yang dimiliki granul tidak boleh terlalu tinggi ataupun
terlalu rendah. Kelembaban granul yang terlalu tinggi akan menyebabkan bahan
melekat pada permukaan die dan punch. Sedangkan kelembaban granul yang
terlalu rendah akan menyebabkan tablet menjadi rapuh. Selain itu, kelembaban
granul yang terlalu tinggi dapat menyebabkan granul mudah ditumbuhi oleh jamur
dan bakteri, karena air merupakan media pertumbuhan yang baik untuk jamur dan
Setelah dilakukan uji sifat fisik dari granul, tahap selanjutnya dilakukan
dihasilkan tablet dengan kekerasan antara 4-8 kg/cm2 (USP). Kekerasan diatur
formula II dan formula III. Hal ini dipengaruhi oleh kadar amilopektin dari pati
pregelatinasi singkong lebih tinggi dibanding pati bengkuang dan ubi jalar.
Semakin tinggi kekerasan tablet maka ikatan antar partikel penyusun tablet
47
semakin kuat, tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan (kompresi) namun dapat
pecah/retak pada permukaan tablet. Friabilitas dipengaruhi oleh sudut tablet yang
kasar, kurang daya ikat serbuk, terlalu banyak serbuk halus, pemakaian bahan
yang tidak tepat, dan massa cetak yang terlalu kering (Ben, 2008). Kerapuhan
sebaiknya tidak melebihi 0,8 % (Voigt, 1994). Dari hasil uji kerapuhan, seluruh
formula tablet mempunyai nilai persen kerapuhan dibawah 0,8%, yaitu friabilitas
dan friksibilitas formula I 0,38% dan 0,13%, formula II 0,75% dan 0,38% dan
formula III 0,69% dan 0,18%, sehingga dapat dikatakan bahwa tablet telah
memenuhi syarat uji kerapuhan tablet. Dapat dilihat pada tabel 21 (lampiran 9).
formula dengan pati pregelatinasi singkong memiliki persen kerapuhan yang lebih
kecil dibandingkan formula dengan pati pregelatinasi bengkuang dan ubi jalar.
formula dengan pati pregelatinasi singkong menghasilkan tablet yang lebih keras.
Tablet yang lebih keras tersebut memiliki daya ikat antar granul dan kekompakan
memenuhi syarat karena tidak lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang
5% dan tidak ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang 10% dari bobot
48
rata-rata dapat dilihat pada tabel 19 (Lampiran 9). Faktor-faktor yang
mempengaruhi keseragaman bobot tablet antara lain: sifat alir granul, distribusi
ukuran granul, bahan tambahan lain dan kondisi peralatan tablet (Ben, 2008).
terdapat pada Farmakope Indonesia Edisi III yaitu kecuali dinyatakan lain,
diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet
hancur menjadi granul atau partikel penyusunnya. Untuk jenis tablet peroral biasa
menurut Farmakope Indonesia Edisi III yaitu kecuali dinyatakan lain, waktu
hancur yang dibutuhkan tablet untuk hancur kurang dari 15 menit (Anonim,
1979). Hasil uji waktu hancur ketiga formula memenuhi persyaratan Farmakope
Indonesia Edisi III. Namun Formula I sedikit lebih lama dibandingkan Formula II
dan Formula III. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat kekerasan yang berbeda,
dimana tablet yang dihasilkan dari formula dengan pati pregelatinasi singkong
lebih keras. Pada umumnya tablet yang lebih keras memiliki porositas yang lebih
kecil sehingga daya penetrasi dan absorpsi air kedalam pori-pori tablet lebih sulit,
yang menyebabkan ikatan antar partikel granul sulit terlepas sehingga waktu
49
Uji penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui kandungan zat aktif tiap
tablet. Kadar zat aktif yang diterima dalam tablet paracetamol terletak pada
rentang nilai 90%-110% (Anonim, 1995). Dari hasil uji ketiga formula yang telah
dilakukan diketahui bahwa kadar zat aktif seluruh formula berada pada rentang
nilai 95,35% - 105,6%, sehingga hasil uji tablet masing-masing formula masih
memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Dapat dilihat pada tabel 23 (Lampiran
10).
Disolusi tablet ini berhubungan dengan waktu hancur, dimana semakin cepat
tablet hancur maka akan semakin cepat pula tablet terdisolusi melepaskan zat aktif
Hasil uji disolusi tablet parasetamol dalam medium dapar fosfat pH 5,8
parasetamol yang terlarut tidak kurang dari 80% (Anonim, 1995). Selain itu dapat
dilihat bahwa semakin besar jumlah amilopektin yang terkandung dalam pati yang
parasetamol, dimana pelepasan zat aktif semakin lambat (tabel 26, lampiran 11).
50
Berdasarkan keseluruhan hasil uji evaluasi tablet yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa tablet yang dihasilkan dari keseluruhan formula
BAB V
5.1 Kesimpulan
bengkuang merupakan bahan pengikat yang memberikan daya ikat yang paling
baik dengan nilai persen terdisolusi paling tinggi yaitu 92,38 % dalam 30 menit.
5.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
Allem AC. 2002. The Origins and Taxonomy of Cassava. Di dalam Hillocks RJ,
Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and
Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16.
Alebiowu, G. dan Itiola, 2001, Pharmaceutical Technology. Effects of Natural and
Pregelatinized Sorghum,Plantain, and Corn Starch Binderson the
Compressional Characteristics of a Paracetamol Tablet Formulation.
Nigeria : Faculty of Pharmacy.
Amellia, S., 2009, Penggunaan pati buah sukun (Artocarpus communis,F) dan pati
ubi jalar (Ipomoea batatas,L) sebagai bahan penghancur pada tablet
dekstrometrofan HBr, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Andalas,
Padang.
Anonim, 2007, The United State Pharmacopeia-National Formulary,Thirthy
Revision, Washington Dc, 242,643,1269
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1992. Undang-Undang Kesehatan (UU RI No. 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan). Indonesian Legal Center Publishing. Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
52
Arshanda, F. R. D., S. Umar dan R. Devi, 2012, ”Karakteristik Fisika Pati
Bengkuang(Pachyrrhizus Erosus Urban) Pregelatinasi”, Riset Informasi
Kesehatan, Vol. 2, No. 3, Halaman : 117-123
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,
Churchill Livingstone Inc, New York.
Block, L.C., Schmeling, L.O., Couto, A.G., 2009, “Effect of Binders on 500mg
Metformin Hydrochloride Tablets Produced by Wet Granulation”, Journal
of Basic and Applied Pharmaceutical Sciences, 30(2), 145-152
Bolhuis, G. K. and Chowhan, Z.T., 1996, Material for Direct Compaction, dalam.
Alderborn, G. and Nystrom, C., 1996, Pharmaceutical Powder
Compaction Technology. Marcel Dekker Inc, New York
Chooi, O. H., 2008, Vegetables for Health and Healing. Utusan Publications &
Distributors Sdn Bhd, Kuala Lumpur.
Gusmayadi, L., 2006, Uji Campuran 70% Amilum Umbi Singkong Dengan 30%
Amilum Umbi Talas Sebagai Bahan Pengisi Dalam Pembuatan Tablet,
Jurnal Bahan Alam Indonesia, FMIPA UHAMKA, Jakarta.
Hastuti, M. 2008. Pengaruh Perbedaan Suhu Dalam Pembuatan Amilum singkong
Pregelatinasi Terhadap Sifat Fisik Tablet Chlorpheniramin Maleat Secara
53
Kempa Langsung. Skripsi. Fakultas Farmasi universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Horton, H. R., Moran, L. A., Ochs, R. S., Rawn, J. D., and Scrimgeour, K.
G.,2002, Principles of Biochemistry, Prentice Hall, USA.
Koswara, 2006, Teknologi Modifikasi Pati, Ebook Pangan.
Lachman, L. H. A., Lieberman dan J.L. Kanig, 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri II, Edisi ketiga, Diterjemahan oleh Siti Suyatmi, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Lieberman, H. A., Lachman, L., Schwartz, J.B., 1989, Pharmaceutical Dosage
Form : Tablets. The United States of American: Marcel Dekker, Inc.
Manoi, K., & Rizvi, S. S., 2010, Physicochemical Characteristics of
Phosphorylatedcross-linked Starch Produced by Reactive Supercritical
Fluid extrusion,Carbohydrate Polymers. 81:687-694
Priyambodo B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,
Yogyakarta.
Richana, N. dan Widaningrum, 2009, “ Penggunaan Tepung Dan Pasta Dari
Beberapa Varietas Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Mi”, J. Pascapanen, Vol
6, No 1, 43-53
Rowe, R. C., Heskey, P.J., dan Weller, P.J., 2003, Handbook of Pharmacheutical
Exicipients, American Pharmaceutical Asociation, United Kigdom.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Owen, S. C., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients (5th ed), London: Pharmaceutical Press, 124-127, 691-694,
725-733.
Rukmana, Rahmat, 1997, Ubi Kayu Budi Daya dan Pasca panen, Yogyakarta :
Kanisius
Rutenberg, M. W., & Solarek, D., 1984, Starch Derivatives: Production and Uses,
In R. L. Whistler, J. N. Bemiller, & E. F. Paschall (Eds.), IN starch
Chemistry and Technology, Orlando, USA: Academic Press, Inc. 311
388.
54
Salim, E., 2011, Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf, Lily Publisher,
Yogyakarta.
Siregar, Charles J.P., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Safalina, K., 2011, Karakterisasi Fisik-Kimia Pati Ubi Jalar Dari beberapa
Varietas Ubi Jalar (Ipomea batatas (Lamb).L), Skripsi, Fakultas
Teknologi Pertanian, Univesitas Brawijaya, Yogyakarta.
Steenis, Van C.G.G.J.. 2005. Flora. Jakarta: PT Pradnya
Suhery, W. N., A. Halim dan H. Lucida, 2013, “Uji Sifat Fisikokimia Mocaf
(Modified cassava Flour) dan Pati Singkong Termodifikasi untuk
Formulasi Tablet”, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol .6. No. 3, Halaman
129-137.
Suparman, 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Azka Mulia Media. Jakarta.
Suprapti, M. Lies., 2005, Tepung Tapioka, Pembuatan dan Pemanfaatannya,
Kanisius, Yogyakarta.
Supriyatna, 2009, Farmasetik Dasar Konsep Teoritis dan Aplikasi Pembuatan
Obat, Bandung,.
Subagio, A., Windrati, W. S., Witono, Y., dan Fahmi, F., 2008, Prosedur Operasi
Standar (POS) Produk Mocal Berbasis Kluster, Southeast Asian Food &
agricultural Science & Technology (SEAFAST) Centre-Institut
Pertanian Bogor.
Swarbrick, J., 2007, Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology Third Edition,
Pharmacetech, Inc, USA, Hal : 526
Swinkels, J,J,M,. 1985, Composition and Properties Of Commersial Native
starches, Starch/staerke, 25:17
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, diterjemahkan oleh
Dr.Soedani Noerono, Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Wardhani, I. K., 2010, “Karakterisasi Fisikomekanik Amilum Singkong (Manihot
esculenta Crantz) Pregelatinasi Sebagai Eksipien Dalam Formulasi Tablet”,
Skripsi, Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Wathoni, N., B. Soebagio dan R. R. K., Meko, 2009, Profil Aliran Dispersi Pati
Ubi Jalar (Ipomea Batatas (L)), Farmaka, Vol. 6, No. 2
55
Zubaidi, J., 1980. Analgesik, Antipiretik, Antireumatik dan Obat Pirai. Dalam:
Farmakologi dan Terapi. Edisi 2. Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia . hal 166-68. Jakarta.
- Dienaptuangkan
- Air dipisahkan dari endapan pati
56
Air Endapan Pati Bersih
Singkong (Manihot
utillisima Pohl.),
Bengkuang (Pachyrhizus
erosus L. Urban),
Ubi Jalar (Ipomoea batatas
L.)
- Masing-masing disuspensikan
menggunakan aquades 5 % b/v
Suspensi Pati
Pati Pregelatinasi
Gambar 5. Skema Kerja Pembuatan Pati Pregelatinasi (Beynum dan Roels, 1985)
57
Lampiran 3. Skema kerja formulasi tablet granulasi basah parasetamol
497,8818 g
= x 100%
3400 g
= 14,64 %
149,8221 g
Rendemen pati pregelatinasi = x 100%
150 g
= 99,88%
59
Lampiran 5. Data Pemeriksaan Parasetamol dan Bahan Tambahan
Persyaratan
menurut Hand
Nama bahan
Pemeriksaan Book of Pengamatan
tambahan
Pharmaceutical
dan FI ed.IV
A. Bentuk Serbuk halus Serbuk halus
B. Warna Putih Putih
Parasetamol C. Bau Tidak berbau Tidak berbau
D. Rasa Pahit Pahit
E. Kelarutan 1 : 70 dalam air Agak sukar larut
A. Bentuk Serbuk Kristal Serbuk Halus
B. Warna Putih Putih
Avicel PH-101 C. Bau Tidak berbau Tidak berbau
D. Rasa Tidak berasa Tidak berasa
E. Kelarutan Praktis tidak larut Praktis tidak larut
air air
A. Bentuk Serbuk halus Serbuk halus
B. Warna Putih Putih
Mg Stearat C. Bau Khas Khas
D. Rasa Tidak berasa Tidak berasa
E. Kelarutan Praktis tidak larut Praktis tidak larut
Pati singkong A. Bentuk Serbuk halus Serbuk halus
pregelatinasi B. Warna putih putih
60
C. Bau Tidak berbau Tidak berbau
D. Rasa Tidak berasa Tidak berasa
E. Kelarutan Larut air dingin Praktis tidak larut
Lampiran 5. Lanjutan
61
Lampiran 6. Hasil pemeriksaan mikroskopik pati
62
Gambar 8. Hasil Mikroskopik Pati Singkong Alami Perbesaran 10 x
Lampiran 6. Lanjutan
63
Gambar 10. Hasil Mikroskopik Pati Pregelatinasi Bengkuang Perbesaran 10 x
Lampiran 6. Lanjutan
64
Gambar 11. Hasil Mikroskopik Pati Ubi Jalar Perbesaran 10 x
Sudut diam (°) 28,46° 29,16° 31,71° < 20° Sifat alir
sangat baik
(Aulton, 2001)
65
2010)
1-5 %
1,84 1,49 1,50
Kadar air (%) (Lachman, 2008)
Lampiran 7. lanjutan
Tabel 10. Data Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel Granul Formula I
( pati singkong pregelatinasi )
Jumlah
Diameter frekuensi
Ukuran partikel (µm) Partikel nxd
(d) (%)
(n)
0 – 149 75 0.12 8.74 0.39
150- 179 164.5 5.57 915.68 18.55
180 – 211 195.5 1.25 243.49 4.15
212 – 249 230.5 0.51 117.35 1.70
250 – 354 302 4.97 1499.78 16.55
355 – 424 389.5 2.32 904.71 7.74
425 – 499 462 1.74 803.83 5.80
500 – 599 549.5 13.53 7436.77 45.11
Jumlah
30 11930.34 100
Diameter aritmatik rata-rata:
∑ 𝑛𝑑 11930,34
𝑑 𝑖𝑛 = ∑𝑛
= = 397,67 µ𝑚
30
66
Keterangan : 𝑑 𝑖𝑛 = rata-rata diameter panjang
∑ 𝑛𝑑 = jumlah diameter rata-rata dikalikan jumlah partikel
∑ 𝑛 = jumlah partikel
50
40
Frekuensi (%)
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Ukuran Partikel
Lampiran 7. Lanjutan
Tabel 11. Data Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel Granul Formula II
( pati pregelatinasi bengkuang )
Ukuran Jumlah
Diameter Frekuensi
partikel partikel nxd
(d) (%)
(µm) (n)
0 – 149 75 1.13 84.45 3.75
150- 179 164.5 2.55 420.08 8.51
180 – 211 195.5 0.76 148.91 2.54
212 – 249 230.5 0.37 85.88 1.24
250 – 354 302 2.44 735.55 8.12
355 – 424 389.5 1.96 763.77 6.54
425 – 499 462 1.90 878.77 6.34
500 – 599 549.5 18.89 10378.63 62.96
Jumlah
30 13496.05 100
∑ 𝑛𝑑 13496,05
𝑑 𝑖𝑛 = = = 449,86 µ𝑚
∑𝑛 30
67
70
60
50
Frekuensi (%)
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Ukuran Partikel
Lampiran 7. Lanjutan
Tabel 12. Data Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel Granul Formula III
( pati pregelatinasi ubi jalar )
Ukuranpartikel Jumlah
(µm) Diameter ukuran frekuensi
nxd
(d) partikel (%)
(n)
0 – 149 75 2.45 183.84 8.17
150- 179 164.5 1.81 297.17 6.02
180 – 211 195.5 0.79 154.50 2.63
212 – 249 230.5 0.33 75.83 1.10
250 – 354 302 3.36 1015.60 11.21
355 – 424 389.5 1.72 671.03 5.74
425 – 499 462 1.87 861.63 6.22
500 – 599 549.5 17.67 9710.93 58.91
Jumlah 30 12970.53 100
Diameter aritmatik rata-rata:
∑ 𝑛𝑑 12970,53
𝑑 𝑖𝑛 = = = 432,35 µ𝑚
∑𝑛 30
68
70
60
Frekuensi (%) 50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Ukuran Partikel
Lampiran 7. Lanjutan
a 10 ml 10 ml 10 ml
b 15,998 15,999 16,003
c 24,699 24,719 24,725
d 18,263 18,393 18,008
e 25,484 25,475 25,351
ρ 0,8701 g/ml 0,872 g/ml 0,872 g/ml
Bj benar 1,331 g/ml 1,274 g/ml 1,267 g/ml
Keterangan:
a = Volume piknometer
69
e = berat piknometer + granul + parafin liquid
c–b
ρ=
a
(d – b)
Bj benar = xρ
(d – b) + (c – e)
24,699 – 15,998
ρ=
10 ml
ρ = 0,8701 g/ml
(18,263-15,998)
Bj benar = x 0,8701
(18,263-15,998)+ (24,699-25,484)
Lampiran 7. Lanjutan
2,265
Bj benar = x 0,8701
1,48
Bj benar = 1,331 g/ml
Tabel 14. Data Hasil Evaluasi Bobot Jenis Nyata, Bobot Jenis Mampat,Persentase
Kompresibilitas, Faktor Hausner, dan Porositas
Volume
Volume
setelah
F Setelah
ketukan ρn ρm
(30 ketukan %K FH Ε
Volume 1250 x (g/mL) (g/mL)
g) 1250 x
awal (mL) (Vt)2
(Vt)1 (mL)
(mL)
70
57 55
61 60
II 76 0,394 0,491 19,75 1,24 69,1
60 59
III 77 0,389 0,500 22,2 1,28 69,3
˂20
˂1.25
%
Persyaratan sifat
sifat
alir
aliran
baik
baik
Lampiran 7. Lanjutan
Perhitungan :
Formula I
𝑤
𝜌𝑛 =
𝑣
30
𝜌𝑛 =
70
𝜌𝑛 = 0.428 𝑔/𝑚𝐿
Formula I
𝑤
𝜌𝑚 =
𝑉𝑡
71
30
𝜌𝑚 =
57
𝜌𝑚 = 0,526 𝑔/𝑚𝐿
Formula I
𝜌𝑚 − 𝜌𝑛
%𝐾 = × 100%
𝜌𝑚
0.526 − 0,428
%𝐾 = × 100%
0.526
%𝐾 = 18,63 %
72
Lampiran 7. Lanjutan
Formula I
𝜌𝑚
𝐹𝐻 =
𝜌𝑛
0.526
=
0.428
= 1.22
Porositas (E)
Formula I
𝜌𝑛
𝜀 =1− × 100%
𝜌𝑏
0.428
𝜀 =1− × 100%
1.331
𝜀 = 67,9 %
73
Lampiran 7. Lanjutan
Tabel 15. Data Hasil Evaluasi Kecepatan Alir dan Sudut Diam
Kecepatan Sudut
Formula Waktu Tinggi Diameter
Replikasi alir diam
(30 g) (det) (cm) (cm)
(°)
I 2,58 2,8 10
II 2,82 2,8 10
I 0,91 28,46°
III 2,83 2,8 11
rata-rata 2,74 2,8 10,33
I 3,0 2,8 11
II 3,19 3,0 10,5
II 1,04 29,16°
III 3,24 3,0 10
rata-rata 3,14 2,93 10,5
I 3,43 3,1 10,4
II 3,32 3,2 10
III 1,14 31,71°
III 3,56 3,1 10
rata-rata 3,43 3,13 10,13
74
Lampiran 8. Pencetakan Tablet
FORMULA I
FORMULA II
FORMULA III
75
Lampiran 9. Data evaluasi Tablet
76
Lampiran 9. Lanjutan
77
Lampiran 9. Lanjutan
78
Lampiran 9. Lanjutan
Kekerasan (kg/cm2)
Tablet ke-
Formula I Formula II Formula III
1 10 9 8.5
2 7 8 7
3 7.5 7 7
4 10 8 10
5 8 7 8
6 6 7.5 8
7 14 7.5 9
8 11 9 5
9 7 10 8.5
10 8 9 9
11 10 8 6
12 9 8 8
13 9 6 10
14 7 6 8
15 9 5 8
16 10 7.5 8
17 7 7 7
18 7 6 6.5
19 7 9 7
20 8 5 8
Rata-rata
SD 8.5 ± 1.886 7.4 ± 1.381 7.8 ± 1.238
79
Lampiran 9. Lanjutan
Perhitungan :
Kerapuhan (friabilitas) tablet
Formula I
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔) − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔)
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑢ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)
13,069 − 13,019
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑢ℎ𝑎𝑛 = × 100%
13,069
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑢ℎ𝑎𝑛 = 0,38%
Perhitungan :
Kerapuhan (friksibilitas) tablet
Formula I
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔) − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑔)
𝑓𝑟𝑖𝑘𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)
13,057 − 13,040
𝑓𝑟𝑖𝑘𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
13,057
𝑓𝑟𝑖𝑘𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 0,13%
80
Lampiran 9. Lanjutan
81
Lampiran 10. Data Penetapan Kadar Paracetamol
82
Lampiran 10. Lanjutan
y = 0.07868 x + 0.02835
0.600 = 0.07868 x + 0.02835
0.600 – 0.02835
x =
0.07868
= 7,265 µg/mL
Kadar = 7,265 µg/ml x 100 ml x(10/1)x (10/1)
= 72650 µg/ml
= 72,65 mg
72,65
% kadar = x 100%
75
= 96,87 %
83
Lampiran 11. Data Disolusi Tablet Paracetamol
Gambar 17. Kurva kalibrasi parasetamol dalam medium dapar fosfat pH 5,8
84
Lampiran 11. Lanjutan
85
Lampiran 11 . Lanjutan
100
90
80
70
60
Formula 1
50
Formula 2
40
Formula 3
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Gambar 16. Kurva % Disolusi Tablet Parasetamol Formula I, II, dan III.
Absorban ( A ) : 0,208
Waktu ( t ) : 5 menit
y = 0,08492x + 0,00268
0,208 = 0,08492x + 0,00268
X = 2,4178 µg/mL
86
Lampiran 11. Lanjutan
Absorban ( A ) : 0,312
Waktu ( t ) : 10 menit
y = 0,08492x + 0,00268
0,312 = 0,08492x + 0,00268
X = 3,6425 µg/mL
Absorban ( A ) : 0,430
Waktu ( t ) : 15 menit
y = 0,08492x + 0,00268
0,430 = 0,08492x + 0,00268
X = 5,0320 µg/mL
87
Lampiran 11. lanjutan
Absorban ( A ) : 0,532
Waktu ( t ) : 20 menit
y = 0,08492x + 0,00268
0,532 = 0,08492x + 0,00268
X = 6,2332 µg/mL
\
Absorban ( A ) : 0,637
Waktu ( t ) : 25 menit
y = 0,08492x + 0,00268
0,637 = 0,08192x + 0,00268
X = 7,4696 µg/mL
88
Lampiran 11. lanjutan
Absorban ( A ) : 0,752
Waktu ( t ) : 30 menit
y = 0,08492x + 0,00268
0,752 = 0,08192x + 0,00268
X = 8,8238 µg/mL
89
Lampiran 12. Surat Identifikasi
90
Lampiran 13. Sertifikat Analisis Paracetamol
91
Lampiran 14. Sertifikat Analisis Avicel PH 101
92
Lampiran 15. Sertifikat Analisis Mg Stearat
93
Lampiran 16. Sertifikat Analisis Laktosa
94
Lampiran 17. Gambar Alat
95