Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biji Nangka


Buah nangka atau Artocarpus heterophyllus merupakan buah yang dapat
ditemukan di Indonesia. Buah ini memiliki biji di dalamnya yang berbentuk oval
dengan ukuran panjangnya 2 hingga 3 cm dan diameter 1 hingga 1,5 cm. Biji nangka
merupakan jenis biji berkeping dua denganluar bijinya tertutup lapisan tipis berwarna
coklat yang disebut spermoderm. Spermoderm yang ada di biji nangka ini menutup
ktiledon biji nangka yang berwarna putih. Kotiledon ini memiliki kandungan pati yang
tinggi (Mukprasirt dan Sajjaanantakul, 2004). Biji nangka sendiri memiliki 83,73%
amilopektin dan 16,23% amilosa di dalamnya (Irwansyah, 2010). Kandungan pati pada
biji nangka lebih baik dari umbi rambat, talas, uwi, dan sebagainya (Daud, 1991). Selain
itu, biji nangka juga memiliki kandungan pati yang lebih besar dibandingkan kandungan
pati yang ada di dalam biji durian, biji alpukat, biji salak, dan biji cempedak.
Perbandingan kandungan biji nangka dengan biji durian, biji alpukat, biji salak, dan biji
cempedak dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan kandungan biji nangka per 100 gram


Komposisi Biji Nangka Biji Durian Biji Alpukat Biji Salak Biji Cempedak
Kalori (kal) 165 147 85 63 116
Protein (g) 4,2 1,47 0,9 1 3
Lemak (g) 0,1 5,33 6,5 0,2 0,4
Karbhidrat (g) 36,7 27,09 7,7 16,1 28,6
Kalsium (mg) 33 6 10 18 20
Besi (mg) 200 0,43 0,9 0,9 1,5
Fosfor (mg) 1 38 20 9 30
Vitamin A (SI) 0 45 180 0 200
Vitamin B1 (mg) 0,2 0,2 0,05 0,05 0
Vitamin C (mg) 10 14,7 13 9 15
Air (g) 57,7 64,99 84,3 82 67
Sumber: Fairus dkk, 2010., Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.

Biji nangka juga mengandung karbohidrat serta protein di dalamnya. Kandungan


di dalam biji nangka juga terdapat mineral seperti kalsium dan fosfor yang tinggi.
Dengan adanya kemajuan di bidang bioteknologi, biji nangka dapat diubah menjadi
beberapa produk baru serta beberapa hasil olahan yang bermutu. Contohnya adalah biji
nangka yang diolah menjadi pati biji nangka. Hal tersebut mengakibatkan pati biji
nangka dapat berpotensi sebagai bahan dalam pembuatan bioplastik daripada dibuang
sebagai limbah. Pati biji nangka dapat dimanfaatkan untuk pembuatan plastik
biodegradable hingga botol plastik biodegradable.

2.2 Amilosa dan Amilopektin


Amilosa dan Amilopektin merupakan dua jenis molekul polisakarida yang
merupakan polimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik yang dimana amilosa dan
amilopektin terdistribusi dalam granula pati sehingga dapat terhubung dengan ikatan
hidrogen.
2.2.1 Amilosa
Amilosa merupakan salah satu komponen yang ada di dalam pati. Amilosa
memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen atau mengalami retrogradasi
serta amilosa memiliki struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Beberapa
molekul pati khususnya amilosa yang dapat terdispersi dalam air air panas,
meningkatkan granula-granula yang membengkak dan masuk ke dalam cairan yang ada
di sekitarnya. Amilosa yang semakin tinggi pada pati akan membatasi pengembangan
granula dan mempertahankan integritas granula serta semakin kuatnya intramolekul di
dalamnya.
Amilosa yang memiliki selang konsentrasi 0% sampai 0,6% dengan peningkatan
konsentrasi amolosa dapat meningkatkan viskositasnya. Viskositas pasta amilosa sendiri
memiliki hubungan linear dengan konsentrasinya. Amilosa dapat membentuk film serta
serat (fiber) dengan kekuatan mekanik yang tinggi sehingga memungkinkan untuk
dipergunakan atau dibuat menjadi bahan plastik seperti botol plastik.
2.2.2 Amilopektin
Amilopektin merupakan salah satu komponen yang ada di dalam pati dan dapat
membentuk kristalin granula pati. Amilopektin memiliki cabang dengan ikatan α-(1,4)-
D-glukosa sebanyak 4-5% dari berat total. Amilopektin juga dapat mengalami
peningkatan viskositas pastanya apabila konsentrasinya dinaikkan 0% hingga 3%.
Namun, hubungan ini tidak linear sehingga diperkirakan akan terjadi interaksi atau
pengikatan secara acak di antara molekul-molekul cabangnya (Ulyatri, 1997).
2.3 Plastik Biodegradable
Plastk biodegradable merupakan plastik ramah lingkungan yang dapat hancur di
alam oleh mikroorganisme tanah (Puspita, 2013). Penggunaan plastik saat ini yang
beredar di masyarakat merupakan plastik sintesis yang terbuat dari minyak bumi yang
terbatas jumlahnya serta tidak mudah teruai oleh lingkungan sehingga menyebabkan
adanya limbah sampah plastik yang menumpuk. Oleh karena itu, dengan adanya plastik
biodegradable dibuat untuk mengurangi limbah sampah plastik serta mengurangi
masalah lingkungan yang sudah tercemar sampah plastik sintesis.
Plastik biodegradable cenderung bersifat mikroba dan dapat terdegradasi tanpa
adanya kerusakan lingkungan. Penggunaan plastik ini telah terbukti dapat meningkatkan
kualitas tanah melalui pembusukan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah
sehingga tanah dapat lebih subur. plastik biodegradable ini terbuat darri polimer alami
yang berjenis polyhidroksialkanoat acid (PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari
sel bakteri, polylactic acid (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil
perubahan zat pati oleh mikroorganisme, serta poliaspartat sintesis yang dapat
terdegradasi.
Plastik biodegradable berbahan dasar pati merupakan jenis bioplastik yang
paling banyak diproduksi (Swamy and Sigh 2010). Di Indonesia sendiri pati menjadi
pilihan sebagai bahan baku plastik biodegradable karena ketersediaannya cukup
melimpah. Salah satunya yaitu pati yang berasal dari biji nangka. Tingginya kandungan
pati pada biji nangka dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang mempunyai nilai
guna seperti pembuatan botol plastik dari plastik biodegradable berbahan dasar pati biji
nangka sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah botol plastik serta dapat
memanfaatkan limbah yang tidak dapat dipakai kembali.

Anda mungkin juga menyukai