Buah nangka atau Artocarpus heterophyllus merupakan buah yang dapat ditemukan di Indonesia. Buah ini memiliki biji di dalamnya yang berbentuk oval dengan ukuran panjangnya 2 hingga 3 cm dan diameter 1 hingga 1,5 cm. Biji nangka merupakan jenis biji berkeping dua denganluar bijinya tertutup lapisan tipis berwarna coklat yang disebut spermoderm. Spermoderm yang ada di biji nangka ini menutup ktiledon biji nangka yang berwarna putih. Kotiledon ini memiliki kandungan pati yang tinggi (Mukprasirt dan Sajjaanantakul, 2004). Biji nangka sendiri memiliki 83,73% amilopektin dan 16,23% amilosa di dalamnya (Irwansyah, 2010). Kandungan pati pada biji nangka lebih baik dari umbi rambat, talas, uwi, dan sebagainya (Daud, 1991). Selain itu, biji nangka juga memiliki kandungan pati yang lebih besar dibandingkan kandungan pati yang ada di dalam biji durian, biji alpukat, biji salak, dan biji cempedak. Perbandingan kandungan biji nangka dengan biji durian, biji alpukat, biji salak, dan biji cempedak dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan kandungan biji nangka per 100 gram
Biji nangka juga mengandung karbohidrat serta protein di dalamnya. Kandungan
di dalam biji nangka juga terdapat mineral seperti kalsium dan fosfor yang tinggi. Dengan adanya kemajuan di bidang bioteknologi, biji nangka dapat diubah menjadi beberapa produk baru serta beberapa hasil olahan yang bermutu. Contohnya adalah biji nangka yang diolah menjadi pati biji nangka. Hal tersebut mengakibatkan pati biji nangka dapat berpotensi sebagai bahan dalam pembuatan bioplastik daripada dibuang sebagai limbah. Pati biji nangka dapat dimanfaatkan untuk pembuatan plastik biodegradable hingga botol plastik biodegradable.
2.2 Amilosa dan Amilopektin
Amilosa dan Amilopektin merupakan dua jenis molekul polisakarida yang merupakan polimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik yang dimana amilosa dan amilopektin terdistribusi dalam granula pati sehingga dapat terhubung dengan ikatan hidrogen. 2.2.1 Amilosa Amilosa merupakan salah satu komponen yang ada di dalam pati. Amilosa memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen atau mengalami retrogradasi serta amilosa memiliki struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Beberapa molekul pati khususnya amilosa yang dapat terdispersi dalam air air panas, meningkatkan granula-granula yang membengkak dan masuk ke dalam cairan yang ada di sekitarnya. Amilosa yang semakin tinggi pada pati akan membatasi pengembangan granula dan mempertahankan integritas granula serta semakin kuatnya intramolekul di dalamnya. Amilosa yang memiliki selang konsentrasi 0% sampai 0,6% dengan peningkatan konsentrasi amolosa dapat meningkatkan viskositasnya. Viskositas pasta amilosa sendiri memiliki hubungan linear dengan konsentrasinya. Amilosa dapat membentuk film serta serat (fiber) dengan kekuatan mekanik yang tinggi sehingga memungkinkan untuk dipergunakan atau dibuat menjadi bahan plastik seperti botol plastik. 2.2.2 Amilopektin Amilopektin merupakan salah satu komponen yang ada di dalam pati dan dapat membentuk kristalin granula pati. Amilopektin memiliki cabang dengan ikatan α-(1,4)- D-glukosa sebanyak 4-5% dari berat total. Amilopektin juga dapat mengalami peningkatan viskositas pastanya apabila konsentrasinya dinaikkan 0% hingga 3%. Namun, hubungan ini tidak linear sehingga diperkirakan akan terjadi interaksi atau pengikatan secara acak di antara molekul-molekul cabangnya (Ulyatri, 1997). 2.3 Plastik Biodegradable Plastk biodegradable merupakan plastik ramah lingkungan yang dapat hancur di alam oleh mikroorganisme tanah (Puspita, 2013). Penggunaan plastik saat ini yang beredar di masyarakat merupakan plastik sintesis yang terbuat dari minyak bumi yang terbatas jumlahnya serta tidak mudah teruai oleh lingkungan sehingga menyebabkan adanya limbah sampah plastik yang menumpuk. Oleh karena itu, dengan adanya plastik biodegradable dibuat untuk mengurangi limbah sampah plastik serta mengurangi masalah lingkungan yang sudah tercemar sampah plastik sintesis. Plastik biodegradable cenderung bersifat mikroba dan dapat terdegradasi tanpa adanya kerusakan lingkungan. Penggunaan plastik ini telah terbukti dapat meningkatkan kualitas tanah melalui pembusukan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah sehingga tanah dapat lebih subur. plastik biodegradable ini terbuat darri polimer alami yang berjenis polyhidroksialkanoat acid (PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel bakteri, polylactic acid (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil perubahan zat pati oleh mikroorganisme, serta poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi. Plastik biodegradable berbahan dasar pati merupakan jenis bioplastik yang paling banyak diproduksi (Swamy and Sigh 2010). Di Indonesia sendiri pati menjadi pilihan sebagai bahan baku plastik biodegradable karena ketersediaannya cukup melimpah. Salah satunya yaitu pati yang berasal dari biji nangka. Tingginya kandungan pati pada biji nangka dapat dimanfaatkan menjadi suatu produk yang mempunyai nilai guna seperti pembuatan botol plastik dari plastik biodegradable berbahan dasar pati biji nangka sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah botol plastik serta dapat memanfaatkan limbah yang tidak dapat dipakai kembali.