Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik Biodegradable

Plastik biodegradable merupakan jenis plastik yang terbuat dari biopolimer.


Biopolimer adalah polimer yang tersusun atas biomassa yang dapat diperbaharui[3].Selain
penyusunnya, perbedaan antara plastik biodegradable dengan plastik biasa adalah
biodegrability atau tingkat penguraian plastik biodegradable yang dapat terdegradasi dengan
lebih mudah daripada plastik biasa. Hal tersebut menyebabkan plastik biodegradable
merupakan plastik alternatif yang ramah lingkungan [3].

Pada umumnya, plastik biodegradable dapat dikategorikan menjadi dua kelompok


besar berdasarkan sumber penyusun biopolimer. Kedua kelompok tersebut adalah biopolimer
yang sudah ditemukan di dalam organisme hidup dan biopolimer yang harus dipolimerisasi
terlebih dahulu [8]. Biopolimer yang berasal dari organisme hidup antara lain adalah pati. Pati
merupakan polimer, yang ditemukan di jaringan tumbuhan dan tersusun atas rantai panjang
glukosa [8].

Plastik biodegradable yang berbahan dasar pati disebut plastik berbasis pati.
Pembuatan plastik tersebut meliputi pembuatan tepung pati yang kemudian diproses dengan
menambahkan plasticizer seperti gliserin. Guna 14 pemberian plasticizer adalah
[3]
menambahkan elastisitas dan fleksibilitas pada produk . Pembuatan plastik berbahan dasar
pati memiliki potensi yang tinggi di Indonesia karena terdapat berbagai tumbuhan penghasil
pati seperti jagung, singkong, pisang, dan lainnya [3].

Selain biopolimer pati, poliester alami pun dapat digunakan sebagai bahan dasar
plastik biodegradable. Poliester alami tersebut berasal dari reaksi kimiawi bakteri. Polimer
yang dihasilkan dari reaksi tersebut adalah poli-3-hidroksibutirat atau PHB sehingga produk
yang dihasilkan dikenal sebagai plastik biodegradable PHB . Sintesis plastik biodegradable
PHB menggunakan mikroorganisme Ralstonia eutropha. Biopolimer yang harus
dipolimerisasi terlebih dahulu Asam laktat merupakan salah satu molekul yang dapat
dipolimerisasi guna menghasilkan suatu biopolimer[8].
Proses yang dilalui untuk menghasilkan plastik biodegradable tersebut adalah a)
produksi asam laktat melalui proses fermentasi glukosa dengan bantuan bakteri, b) asam
laktat yang didapatkan dipolimerisasi menjadi suatu polimer yakni asam polilaktik atau PLA.
Plastik biodegradable yang diproses dengan metode tersebut dikenal sebagai plastik PLA [3].

2.2 Pisang Kepok

Pisang merupakan salah satu buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Negara
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia.
Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20 % dari total produksi dunia, 50 % produksi
[5]
pisang Asia berasal dari Indonesia .Menurut Winarno (1982), tanaman pisang merupakan
suatu tumbuhan yang dari akar hingga daunnya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia.
Pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) merupakan jenis pisang olahan yang
paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng dalam berbagai variasi, sangat
cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan tradisional, dan tepung. Pisang
dapat digunakan sebagai alternatif pangan pokok karena mengandung karbohidrat yang
tinggi, sehingga dapat menggantikan sebagian konsumsi beras dan terigu[6].
Pisang kepok memiliki kulit yang sangat tebal dengan warna kuning kehijauan dan
kadang bernoda cokelat, serta daging buahnya manis. Pisang kepok tumbuh pada suhu
optimum untuk pertumbuhannya sekitar 27 0C dan suhu maksimum 38 0C. Bentuk buah
pisang kepok agak gepeng dan bersegi. Ukuran buahnya kecil, panjangnya 10-12 cm dan
beratnya 80-120 gram[5].
Berdasarkan klasifikasi taksonomi pisang kepok kuning termasuk ke dalam family
Musaceae yang berasal dari India Selatan. Kedudukan taksonomi, tanaman pisang kepok
adalah sebagai berikut[5]:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca forma typica
Sewaktu pisang masih mentah asam organik utamanya adalah asam oksalat,
tetapi setelah tua dan matang asam organik yang utama adalah asam malat. Perubahan
tersebut mengakibatkan pH menurun dari 5,4 (mentah) menjadi 4,5 ketika pisang menjadi
matang. Kandungan nilai gizi beberapa varietas pisang (per 100 gram) dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nilai gizi beberapa varietas pisang (per 100 gram)
Zat Gizi Ambon Nangka Kepok Raja Sereh Siam
Energi (Kal) 92 121 115 108 268
Protein (g) 1,0 1,0 1,2 1,3 4,3
Lemak (g) 0,3 0,1 0,4 0,3 12,6
Karbohidrat (g) 24,0 28,9 26,8 28,2 58,1
Kalsium (mg) 20 9 11 16 20,4
Fosfor (mg) 42 37 43 38 44,2
Besi (mg) 0,5 0,9 1,2 0,1 1,6
Vitamin A (RE) 0 0 0 0 17
Vitamin B (mg) 0,05 0,13 0,1 1,002 20,4
Vitamin C (mg) 5,0 3,4 0,2 2 0,01
Air (g) 75,8 68,9 70,7 69,3 62,0
Bagian yang 70 72 62 86 75
dapat dimakan
(%)
Sumber : Munadjim,2011

Menurut Munajim (2011), pisang yang baik untuk pembuatan tepung pisang
adalah pisang yang dipanen pada saat mencapai tingkat ketuaan tiga perempat penuh atau
kira-kira berumur 80 hari setelah berbunga. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut
pembentukan karbohidrat telah mencapai maksimum, dan sebagian besar tannin telah terurai
menjadi senyawa ester aromatik dan fenol sehingga dihasilkan rasa asam dan manis yang
seimbang, jika pisang yang digunakan terlalu matang maka rendemen tepung yang dihasilkan
sedikit dan juga selama pengeringan akan terbentuk cairan. Hal ini karena karbohidrat telah
terhidrolisis menjadi gula-gula sederhana sehingga kandungan karbohidratnya menurun, jika
pisang yang digunakan terlalu muda akan menghasilkan tepung pisang yang mempunyai rasa
sedikit pahit dan sepat karena kandungan tannin yang cukup tinggi sementara kandungan
karbohidratnya masih terlalu rendah. Pembuatan tepung pisang dilakukan dengan memotong
daging pisang dengan ketebalan 1 cm, dikeringkan di dalam oven (Suhu 60 - 750C selama 6 -
8 jam), kemudian dihaluskan dan diayak dengan ukuran mesh 80 100[3].
2.3 Gliserol

Beberapa jenis plasticizer yang dapat digunakan dalam pembuatan biodegradable


film antara lain gliserol, lilin lebah, polivinil alkohol dan sorbitol[3]. Gliserol adalah senyawa
golongan alkohol polihidrat dengan 3 buah gugus hidroksil dalam satu molekul (alkohol
trivalen). Gliserol memiliki berat molekul 92,1 g/mol dan massa jenis 1,23 g/cm2 . Rumus
molekul gliserol adalah C3H8O3 dengan nama kimia 1,2,3, - propanatriol. Gliserol terdapat
pada lemak hewani dan minyak nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat dan oleat[6].

Gliserol adalah senyawa netral, rasa manis, tidak berwarna, cairan kental dengan
titik lebur 20o C dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290o C. Gliserol dapat larut
sempurna dalam air dan alkohol namun tidak larut dalam minyak. Oleh karena itu gliserol
merupakan pelarut yang baik . Gliserol memiliki titik didih tinggi karena adanya ikatan
hidrogen yang sangat kuat antar molekul gliserol (Austin, 1985). Gliserol bermanfaat sebagai
anti beku (antifreeze) serta mencegah kekeringan pada tembakau, pembuatan parfum, tinta,
kosmetik, makanan dan minuman lainnya. Campuran antara gliserol dan asam lemak
digunakan sebagai bahan kosmetika dan obat-obatan [6].

2.4 Kitosan

Kitosan merupakan polimer alam kationik yang banyak diteliti di bidang


bioteknologi dan biomedis, karena sifatnya yang nontoksik, biodegradable, dan mampu
membentuk gel dalam media suasana asam melalui protonasi gugus amina. Kitosan dibuat
dari deasetilasi kitin yang bersifat alkali. Selain itu kitosan mengacu pada kelompok
kopolimer dengan berbagai pecahan dari unit deasetilasi. Di alam, kitin umumnya tidak
mengalami asetilasi yang komplit. Biasanya satu monomer dalam setiap satuan tidak
mengandung gugus asetil. Kitin terdapat sebagai makro polisakarida yang berikatan dengan
garam-garam organik terutama kalsium karbonat (CaCO3), protein, dan lipida.Kitin
dipercaya untuk menjadi material melimpah kedua setelah bahan kimia untuk cat atau kertas.
Binatang berkulit keras mengandung 15-20% kitin dari berat kering. Kitin yang ditemukan di
alam adalah sumber daya yang dapat diperbaharui [7].
Kitosan memiliki nama kimia (1-4)-2-amino-2-deoksi-D-glukosa[8]. Kitosan
berbentuk spesifik dan mengandung gugus amino dalam rantai panjangnya. Kitosan dapat
menghambat sel tumor, anti kapang, anti bakteri, anti virus, menstimulasi sistem imun, dan
mempercepat germinasi tumbuhan [2]. Struktur kitosan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur kitosan

Kitosan termasuk salah satu jenis polisakarida yang dapat digunakan sebagai
edible film. Pelapis dari polisakarida merupakan penghalang (barrier) yang baik karena dapat
membentuk matriks yang kuat dan kompak. Penggunaan kitosan sebagai lapisan pelindung
terus dikembangkan antara lain sebagai pelapis semipermeabel yang bersifat edible atau
dapat dimakan sehingga mengurangi ketergantungan produsen terhadap pemakaian bahan
plastik sebagaibahan pengemas[4].

Plastik film dengan bahan kitosan mempunyai sifat yang kuat, elastis, fleksibel,
dan sulit untuk dirobek. Kebanyakan dari sifat mekanik sebanding dengan polimer komersial
dengan kekuatan sedang.Film dari kitosan mempunyai nilai permeabilitas air yang cukup dan
bisa digunakan untuk meningkatkan umur simpan produk segar, dan sebagai cadangan
makanan dengan nilai aktivitas air yang lebih tinggi [4]. Astuti et al ( 2008) mengamati bahwa
kitosan film merupakan penghalang yang baik terhadap oksigen tetapi penghalang yang
kurang terhadap uap air.
Daftar Pustaka :

1. Krochta, 1994, Edible Film and Coating to Improve Food Quality, Technomic
Publishing Company, New York.
2. Luengo, J., Garcia, B., Sandoval, A., Naharro, G. & Olivera, E. 2003.
Biodegradableplast from microorganisms. Current Opinion in
Microbiology. 6:251-260
3. Darni, Y. Chici, A. & Ismiyati, S. 2008. Sintesa Plastik biodegradable dari Pati
Pisang dan Gelatin dengan Plastikizer Gliserol. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi-II. Universitas Lampung.
4. Astuti, Betti Cahyaning, 2008, Pengembangan Edible Film Kitosan dengan
Penambahan Asam Lemak dan Esensial Oil: Upaya Perbaikan Barrier dan
Aktivitas Antimikroba, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
5. Munadjim,Drs. Teknologi Pengolahan Pisang.Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.2011.
6. Winarno, FG. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia,Jakarta, 1982.
7. Utari, Maya, dkk, 2008, Pemanfaatan Agar-agar Gracilarna Coronapifolia dan
Kitosan untuk Pembuatan Plastik Biodegradable dengan Gliserol sebagai
Plasticizer, Skripsi, Universitas Negeri Lampung, Lampung.
8. Pudjaatmaka, A. Hadyana, 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai