TINJAUAN PUSTAKA
4
5
- Fardiaz (1992)
Fardiaz mendefinisikan fermentasi sebagai proses pemecahan karbohidrat
dan asam amino secara anerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen.
Senyawa yang dapat di pecah dalam proses fermentasi terutama
karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat di fermentasi oleh
beberapa jenis bakteri tertentu.
- Satiawihardja (1992)
Mendefinisikan fermentasi dengan suatu proses dimana komponen-
komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan
maupun metabolisme mikroba. Pengertian ini mencakup fermentasi aerob
dan anaerob.
Setelah Produk glukosa didapatkan maka langka selanjutnya melakukan proses
fermentasi agar menjadi etanol, adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Pada tahap ini proses fermentasi dengan menggunakan bantuan ragi (yeast).
Reaksi yang dihasilkan bersifat eksotermis.
Proses fermentasi dijalankan dalam reaktor (fermentor) pada suhu 300C,
tekanan atmosfer (1 atm), pH 4,5 – 5,5 dengan lama proses fermentasi 48 jam.
Selama proses reaksi berjalan digunakan pendingin air, dimana air pendingin
dimasukkan dalam coil pendingin untuk menjaga agar suhu reaktor tetap.
2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Fermentasi
a. Media
Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama
glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi
bioethanol (Prescott and Dunn, 1959).
b. Suhu
Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan
aktivitasinya adalah 25-35oC. Suhu memegang peranan penting, karena secara
langsung dapat mempengaruhi aktivitas Saccharomyces cereviseae dan secra
tidak langsung akan mempengaruhi kadar bioethanol yang dihasilkan (Prescott
and Dunn, 1959). Pada penelitian ini pertumbuhan Saccharomyces cereviseae
dijaga pada suhu 27oC (Rhonny.A dan Danang J.W, 2003).
Menurut Fardiaz (1992) dan Assegaf, F (2009), Saccharomyces cereviseae
memiliki kisaran suhu pertumbuhan antara 20-30oC. Hal senada dituliskan Amin
J.M. et.al. (2011) bahwa Saccharomyces cereviseae tumbuh optimal pada suhu 28
-32oC dan pH media 4,5 – 4,8. Tetapi Azizah,N.et al (2012),menyatakan bahwa
Saccharomyces cereviseae akan tumbuh optimal dalam kisaran suhu 30- 35oC dan
puncak produksi alkohol dicapai pada suhu 33oC.
c. Volume Starter
Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi.
Jumlah volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta
dapat menghasilkan kadar alcohol yang relative tinggi (Monick, J. A., 1968).
Penambahan volume starter yang sesuai pada proses fermentasi adalah 5%
dari volume fermentasi (Prescott and Dunn, 1959).Volume starter yang terlalu
sedikit akan mengakibatkan produktivitas menurun karena menjadi lelah dan
keadaan ini memperbesar terjadinya kontaminasi. Peningkatan volume starter
akan mempercepat terjadinya fermentasi terutama bila digunakan substrat
berkadar tinggi. Tetapi jika volume starter berlebihan akan mengakibatkan
hilangnya kemampuan bakteri untuk hidup sehingga tingkat kematian bakteri
sangat tinggi.
d. pH
pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat
Saccharomyces cereviseae adalah bahwa pertumbuhan dapat berlangsung dengan
baik pada kondisi pH 4 – 6 (Prescott and Dunn, 1959). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Rhonny.A dan Danang J.W., (2003) pH media fermentasi ( filtrat )
dijaga pada kondisi pH 5.
e. Waktu Fermentasi
Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 5-7 hari. Jika waktunya terlalu cepat
Saccharomyces cereviseae masih dalam masa pertumbuhan sehingga alcohol yang
dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama Saccharomyces cereviseae
akan mati maka alcohol yang dihasilkan tidak maksimal (Prescott and Dunn,
1959).
Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Diah Restu Setiawati, dkk ,.
(2013) Waktu Fermentasi 2 hari menghasilkan bioetanol yang baik sebesar
6,2646%. Sedangkan pada penelitian Retno Dewati, (2008) hasil terbaik dari
fermentasi adalah pada 3 hari dengan kadar ethanol 9,06%.
f. Konsentrasi gula
Hampir semua mikroorganisme dapat memfermentasikan glukosa, fruktosa,
sukrosa, dan galaktosa sampai kadar gula optimum, massa sel akan bertambah
sesuai dengan kadar oksigen yang tersedia hal ini penting dalam proses
pembuatan starter dan ragi roti, konsentrasi gula yang baik antara 10 – 18%,
apabila dipergunakan konsentrasi lebih dari 18% akan mengakibatkan
pertumbuhan ragi terhambatdan waktu fermentasi lama mengakibatkan banyak
gula yang tidak terfermentasi, sehingga hasil alkohol akan rendah begitu jug bila
konsentrasi kurang dari 10%, maka alkohol yang dihasilkan juga rendah
(D.Syamsul Bahri,1973).
Higgins et al. (1984) menyatakan bahwa konsentrasi gula yang paling baik
untuk proses fermentasi adalah 16 - 25%, dimana akan menghasilkan etanol
sebesar 6 - 12%. Konsentrasi gula di atas 25% memperlambat fermentasi
sedangkan di atas 70% proses fermentasi akan terhenti. Hal ini disebabkan adanya
tekanan osmotik (Amerine et al., 1980).
Jika konsentrasi gula dalam substrat terlalu tinggi maka etanol yang terbentuk
akan menghambat aktivitas khamir, sehingga waktu fermentasi menjadi lebih
lama dan efisiensi menjadi rendah, karena tidak semua gula dikonversi menjadi
etanol. Konsentrasi gula yang terlalu rendah menjadikan proses tidak ekonomis,
karena penggunaan fermentor tidak efisien.
Presscot dan Dunn (1959) mengatakan, pada proses fermentasi anggur, jika
konsentrassi terlalu tinggi maka akan dihasilkan kandungan asam menguap yang
meningkat. Sedangkan konsentrasi gula terlalu rendah maka akan menghasilkan
asetaldehid, gliserol, dan asam-asam mudah menguap lainnya.
2.6. Klasifikasi Berdasarkan Metode Fermentasi
Sangjin Ko mengelompokan metode fermentasi menjadi tiga, single step
fermentation, independent two-step fermentation, and simultaneous two step
fermentation. Karakteristik fermentasi berbeda tergantung pada metodenya:
a. Single-step Fermentation
Metode ini paling sederhana dibandingkan dua metode yang lain. Yeast
langsung dapat menggunakan gula dari buah yang digunakan untuk membuat ragi.
b. Independent two-step Fermentation
Metode ini memiliki dua tahap fermentasi, karena yeast tidak dapat
menggunakan pati secara langsung. Tahap sakarifikasi oleh enzim seperti maltose
dibutuhkan sebelum proses fermentasi. Mula-mula pati harus dihidrolisis menjadi
maltose oleh enzim, kemudian yeast menggunakan maltose tersebut untuk
fermentasi.
c. Simultaneous two-step Fermentation
Dalam metode ini, proses sakarifikasi dan fermentasi berlangsung bersamaan
tidak seperti independent two-step fermentation. Pati tidak dapat digunakan yeast,
oleh karena itu amylase berperan dalam memecah karbohidrat bersamaan dengan
yeast. Sebagai enzim tambahan, biasanya digunakan ragi tape dan koji. Metode ini
dapat menghasilkan ragi yang baik dan lebih sedikit risiko terkontaminasi.
2.7. Pertumbuhan Mikrobial
Istilah pertumbuhan umum digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain
dan biasanya mengacu pada perubahan didalam hasil panen sel (pertambahan total
massa sel) dan bukan perubahan individu organisme. Inokulum hampir selalu
mengandung ribuan organism; pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah
massa melebihi yang ada di dalam inokulum asalnya.
Tabel 3. Fase Pertumbuhan Fermentasi
Fase Pertumbuhan Ciri - ciri
Lamban ( lag ) Tidak ada pertambahan populasi.
Sel mengalami perubahan dalam
komposisi kimiawi.
Bertambah ukurannya substansi
intraselular bertambah.
Logaritma atau eksponensial Sel membelah dengan laju konstan.
Massa menjadi dua kali lipat dengan
laju sama.
Aktivitas metabolik konstan.
Statis Penumpukan produk beracun dan /
atau kehabisan nutrient.
Beberapa sel mati sedangkan yang
lain tumbuh dan membelah.
Jumlah sel hidup menjadi tetap.
Penurunan atau kematian Sel menjadi mati lebih cepat daripada
terbentuknya sel – sel baru.
Laju kematian mengalami percepatan
menjadi eksponensial.
Bergantung pada spesiesnya, semua
sel mati dalam waktu.
Beberapa hari atau beberapa bulan.
Selama fase pertumbuhan seimbang (balance growth) pertambahan massa
bakteri berbanding lurus (proposional) dengan pertambahan komponen selular
yang lain seperti protein.
2.8. Alkohol (Etanol)
Etanol adalah etil alkohol atau metil karbonil. rumus kimia etanol adalah
C2H5OH, yaitu suatu cairan tak berwarna, bening, mudah menguap, atau berbau
merangsang, dan mudah larut dalam air. Alkohol dapat dibuat melalui proses
sintesa dan fermentasi (Pringgomulyo dan Wardoyo, 1980).
Table 4. Sifat Fisika dan Sifat Kimia Etanol
Properti Nilai
Berat molekul, gr/mol 46,1
Titik beku, oC -114,1
Titik didih normal, oC 78,32
Densitas, g/mol 0,7983
Viskositas pada 20oC, mPa.s (Cp) 1,17
Panas penguapan normal, J/gr 839,31
Panas pembakaran pada 25oC, J/gr 29676,6
Panas jenis pada 25oC, J (gr. oC) 2,42
Nilai oktan 106 – 111
Wujud pada suhu kamar Cair
Dicampur dengan Natrium Bereaksi
kelarutan dalam air Larut sempurna
Dapat terbakar Ya
Sumber : Kirk- Orthmer, Enncyclopedia of Chemical Technology, vol 9, 1967
Menurut Amerine dan Cruess (1967), selain etanol dan CO2, proses
fermentasi juga menghasilkan hasil sampingan yaitu asam laktat, asam piruvat,
asetaldehid, asam asetat dan gliserol.
Alkohol dapat dihasilkan daritanaman yang banyak mengandung pati
denganmenggunakan bantuan dari aktivitas mikroba. Bioethanol merupakan
senyawa organik yang mengandung gugus hidroksida dan mempunyai rumus
umum CnHn+1OH. Istilah bioethanol dalam industri digunakan untuk
senyawa etanol atau etil bioethanol dengan rumus kimia C2H5OH.
Etanol termasuk bioethanol primer yaitu bioethanol yanh gugus hidroksinya
terikat pada atom karbon primer. Sifat-sifat bioethanol yang mudah menguap,
mudah terbakar, berbau spesifik, cairannya tidak berwarna, dan mudah larut
dalam : air, eter, khloroform, dan aseton (Rhonny. A dan Danang J.W., 2003).
Standar dan mutu (spesifikasi ) bahan bakar nabati (biofuel) jenis
bioetanol sebagai bahan bakar lain yang dipasarkan di dalam negeri yaitu:
Tabel 5. Standar dan Mutu Bahan Bakar Nabati
No Sifat Unit, min/max Spesifikasi
1 Kadar etanol %-v, min 99,5 (sebelum denaturasi)
2.9. Bioetanol
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH,sedang rumus empirisnya C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH.
Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada
kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH).
Secara umum akronim dari Bioetanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)).