Anda di halaman 1dari 23

Plastik Biodegradabel dari Limbah Nasi dan Minyak Jelantah

Aminatu Zuhro dan Erinda Novela Khoiriah


MAN Insan Cendekia Paser Kalimantan Timur

Abstrak
Limbah Nasi dan Minyak Jelantah di MAN Insan Cedekia Paser kurang
dimanfaatkan. Limbah nasi ini biasanya hanya digunakan sebagai bahan pakan
ternak dan limbah minyak jelantah biasanya langsung di buang tanpa ada proses
pengolahan lagi dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Dari sinilah penulis
menemukan solusi untuk lebih memanfaatkannya dengan membuat plastik
biodegradabel. Kebutuhan akan plastik selalu meningkat karena bahannya yang
praktis dan ringan membuat banyak kalangan yang menggunakannya. Untuk
menghasilkan plastik biodegradabel terdapat dua proses yaitu, menghasilkan
tepung pati dari limbah nasi dan gliserol dari limbah minyak jelantah. Formula
kesatu dengan komposisi gliserol 10 ml, tepung limbah nasi 100 gram, air 200 ml,
asam asetat 50 ml dan tambahan tepung jagung sebagai pelengkap sebanyak 20
gram adalah variabel yang menghasilkan plastik biodegradabel yang lebih optimal
daripada formulasi kedua dengan komposisi gliserol 30 ml, tepung limbah nasi
100 gram, air 200 ml, asam aseta 50 ml. Masih deperlukan penelitian lanjutan
untuk mengetahui kualitas plastik yang dihasilkan.

Kata kunci : Plastik Biodegradabel, limbah nasi dan limbah minyak jelantah

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Madrasah Insan Cendekia Insan Cendekia paser adalah salah satu


sekolah dengan sistem boarding school, yang mewajibkan semua siswanya
tinggal di asrama. Hampir semua kebutuhan siswa dipenuhi oleh sekolah,
salah satunya adalah kebutuhan makan setiap hari. Data yang diperoleh dari
catering MAN Insan Cendekia Paser setiap harinya dapat menghabiskan 30
Kg beras. Dari sekitar 10 Kg limbah makanan, sekitar 27% berupa nasi atau 2
Kg limbah nasi dihasilkan setiap harinya. Limbah nasi yang tersisa dibuang
begitu saja tanpa dimanfaatkan, biasanya diberikan kepada peternak bebek
yang ada di sekitar sekolah. Jika limbah nasi dihasilkan rata-rata 2,7 kg/hari,
maka dalam sebulan dihasilkan 81 Kg limbah nasi. Demikian halnya dengan
penggunaan minyak goreng, catering MAN Insan Cendekia Paser dapat
menghabiskan 5 liter minyak goreng perhari, dan dihasilkan minyak jelantah
sebanyak 2 liter/hari. Minyak jelantah yang dihasilkan masih mengandung
asam lemak bebas, apabila dibuang sembarangan akan sangat berbahaya
karena dapat mencemari lingkungan dan dapat merusak persediaan air tanah.

Kebutuhan masyarakat akan plastik tidak dapat diragukan lagi,


semua kalangan masyarakat menggunakannya, demi memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Plastik memang tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat,
karena bahannya yang ringan dan praktis membuat banyak kalangan
masyarakat yang menggunakannya. Tetapi, plastik menimbulkan masalah
yang besar, plastik tersusun oleh polimer polyethylene, yang pengurainnya
membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat terurai oleh mikroorganisme
yang ada di dalam tanah. Polyethylene terbuat dari gas etena yang hasil
polimerisasinya tidak dapat diuraikan secara sempurna oleh mikroorganisme.
Akibat dari masalah ini, kami menemukan solusi untuk mengurangi lamanya

2
proses penguraian plastik yaitu dengan plastik biodegradabel. Plastik
biodegradabel adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan
mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh
cuaca (kelembaban dan radiasi sinar matahari). Plastik biodegradabel ini
bebrbahan dasar pati, pati adalah zat tepung yang terdiri dari dua jenis
polisakarida, amilosa dan amilopektin. Pati ini dapat kita temukan di dalam
nasi.

Selain pati, gliserol juga dibutuhkan demi meningkatkan


mekanisme dari plastik biodegradabel. Gliserol adalah
adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang
bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang
menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis
saat dikecap, dan di anggap tidak beracun. Gliserol berfungsi sebagai
pemplastis yaitu untuk memperbaiki sifat fisik, sifat mekanismenya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian


dengan memanfaatkan limbah nasi dan minyak jelantah menjadi bahan
pembuat plastik biodegradabel.

1.2 Batasan Penelitian


Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh oleh peneliti
maka adapun batasan dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada
bagaimana formulasi yang tepat untuk menghasilkan plastik biodegradabel
yang optimal. Peneliti lebih membahas pada cara pembuatan dan kualitas
plastik biodegradabel yang dihasilkan dari formulasi yang tepat.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pembuatan plastik biodegradable dari limbah nasi dan minyak
jelantah?
2. Bagaimana formulasi yang oftimal untuk menghasilkan plastik
biodegradabel dari limbah nasi dan minyak jelantah?

3
1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan diatas, maka tujuan penelitian ini antara lain:


1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan plastik Biodegradabel dari
limbah nasi dan minyak jelantah.
2. Untuk mengetahui formulasi yang optimal untuk menghasilkan plastik
biodegradabel dari limbah nasi dan minyak jelantah yang tepat.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menambah ilmu pengetahuan
tentang pembuatan dan kualitas plastik biodegradabel dari limbah nasi dan
minyak jelantah. Selain itu juga dapat menambah pengalaman dan
pemahaman dari sebuah informasi atau fakta yang terjadi.

1.4.2 Bagi sekolah


Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk menambah pengetahuan
bagaimana daur ulang limbah nasi dan minyak jelantah yang tidak
bermanfaat lagi menjadi suatu produk yang bermutu tinggi. Sehingga
limbah tersebut bisa lebih bermanfaat dan tidak terbuang sia-sia.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengurangi dampak dari
pencemaran tanah. Karena dengan plastik biodegradabel dapat
mempercepat proses terurainya oleh mikroorganisme yang terdapat
dalam tanah, sehingga mengurangi tingkat pencemaran tanah dan
lingkungan yang semakin meningkat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendapatkan gambaran dan memperoleh pemahaman yang cukup


dalam penelitian ini, maka sangat diperlukan teori dasar.

2.1. Beras
Beras adalah salah satu bahan makanan pokok yang mudah
disajikan, enak lagi pula mempunyai nilai energi yang cukup tinggi,
sehingga berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Badan yang
sehat akan lebih mampu menyelesaikan tugas dengan baik, terutama
pekerjaan yang menggunakan tenaga badan , Beras mempunyai bermacam –
macam komponen bahan atau susunan zat gizi yang lengkap sehingga
walaupun dalam jumlah terkecil dapat dipenuhi oleh beras. Komposisi
bahan makanan dalam 100 gram beras mengandung 360 kalori, 6,7 gram
protein, 0,7 gram lemak, 7,9 gram karbohidrat, 10 mg vitamin B 1, 0,03 mg
vitamin B 2 dan niacin 1,6 mg ( Sukartinah, 1980 ). Kebutuhan pokok
makanan orang Asia tenggara umumnya adalah kandungan karbohidrat
yang cukup tinggi yaitu antara 70 – 80 %. Bahan makanan tersebut dapat
diperoleh dari butir padi padian, umbi, akar dan sebagainya. Fungsi utama
karbohidrat adalah sebagai penghasil energi, di dalam hati digunakan
sebagai detoksifikasi, disamping itu dapat juga membantu dalam
metabolisme lemak dan protein (Suhardjo, 1990 ).
Bagi yang sudah terbiasa makan nasi, bahan ini tidak mudah
digantikan perannya dengan bahan makanan lain. Seiring dengan
perkembangan ekonomi Indonesia yang kurang mendukung dan jumlah
penduduk miskin yang makin meningkat maka akan berdampak pada
keterbatasan daya beli, sehingga beras yang bagus akan menjadi mahal dan
beras dengan kualitas jelek menjadi alternatif untuk dikonsumsi. Menurut
berbagai laporan, karena tidak terjangkaunya lagi mendapatkan bahan

5
makanan maka nasi yang sudah tidak dimakan kemudian dikeringkan diolah
kembali untuk dikonsumsi ( limbah nasi ).

2.2. Minyak Jelantah


Minyak goreng berulang kali atau yang lebih dikenal dengan
minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis
minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin
dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga yang dapat digunakan kembali untuk keperluan kuliner, akan
tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses
penggorengan sehingga dapat menyebabkan penyakit kanker dalam jangka
waktu yang panjang (Tamrin, 2013).
Menurut Ketaren (2005), tanda awal dari kerusakan minyak goreng
adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini
menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi
makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng berulang kali.
Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak
jenuh atau akrolein. Skema proses terbentuknya akrolein dapat dilihat pada
gambar

Gambar 2.1 Skema terbentuknya akrolein

6
Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi (Ketaren,
2005). Maka minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul,
sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan
minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan
yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan
trigliserida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) atau asam lemak jenuh.
Selain itu, minyak jelantah ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin.
Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan
penyakit pada hati.
Sifat-sifat minyak jelantah dibagi menjadi sifat fisik dan sifat kimia
(Ketaren, 2005) yaitu:

a. Sifat Fisik
1) Warna, terdiri dari dua golongan : golongan pertama yaitu zat warna
alamiah, yaitu secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung
minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat
warna tersebut antara lain α dan β karoten (berwarna kuning), xantofil
(berwarna kuning kecoklatan), klorofil (berwarna kehijauan) dan
antosyanin (berwarna kemerahan). Golongan kedua yaitu zat warna dari
hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh
proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna cokelat
disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau
rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak tidak jenuh.
2) Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor
oil), dan minyak sedikit larut dalam alkohol, etil eter, karbon disulfida
dan pelarut-pelarut halogen.
3) Titik cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat pada
suatu nilai temperatur tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana
terdapat lebih dari satu bentuk kristal.
4) Titik didih (boiling point), titik didih akan semakin meningkat dengan
bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.

7
5) Titik lunak (softening point), dimaksudkan untuk identifikasi minyak
tersebut.

b. Sifat Kimia
1) Hidrolisa, dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air
dalam minyak tersebut.
2) Oksidasi, proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara
sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak.
3) Hidrogenasi, proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan
7 rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.
4) Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam
lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan
prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang
menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang
bersifat tidak menguap, sifat fisik dan kimia minyak jelantah secara
sederhana dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Sifat Fisik Minyak Jelantah Sifat Kimia Minyak Jelantah


Warna cokelat kekuning-kuningan Hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol

Berbau tengik Proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak


antara sejumlah oksigen dengan minyak

Terdapat endapan Proses hidrogenasi bertujuan untuk


menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai
karbon asam lemak pada minyak
(Sumber: geminastiti, 2012)

8
2.3. Plastik Biodegradable

Biodegradable dapat diartikan dari tiga kata yaitu bio yang berarti
makhluk hidup , degra yang berarti terurai dan able berarti dapat . jadi film
biodegradable plastik adalah film plastik yang dapat terurai oleh
mikroorganisme. Film plastik ini, biasanya digunakan untuk pengemasan.
Kelebihan film plastik antara lain tidak mudah ditembus uap air sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengemas (Mahalik, 2009 dalam
Agustina Putri Serly,2014). (Griffin, 1994 dalam Aryani Riski,2014), plastik
biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu tertentu
mengalami perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi sifat-
sifat yang dimilikinya karena pengaruh mikroorganisme (bakteri, jamur,
alga). Menurut (Seal,1994 dalam Aryani Putri,2014), kemasan plastik
biodegradable adalah suatu material polimer 14 yang merubah pada
senyawa yang berat molekul rendah dimana paling sedikit satu tahap pada
proses degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami.

Plastik biodegradable berbahan dasar pati/amilum dapat


didegradasi oleh bakteri pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer
menjadi monomer – monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi
polimer selain menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan
senyawa organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya
bagi lingkungan . Sebagai perbandingan, plastik tradisional membutuhkan
waktu sekitar 50 tahun agar dapat terdekomposisi alam, sementara plastik
biodegradable dapat terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat. Plastik
biodegradable yang terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya.
Kualitas tanah akan meningkat dengan adanya plastik biodegradable, karena
hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah.

Plastik biodegradable dapat dihasilkan melalui beberapa cara, salah


satunya adalah biosintesis menggunakan bahan berpati atau berselulosa.
Cara pembuatan biodegradable plastic yang berbasis pati antara lain :

9
a. Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam
jumlah kecil (10-20%)
b. Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti
PCL, dalam komposisi yang sama (50) 15.
c. Menggunakan proses ekstraksi untuk mencampur pati dengan bahan –
bahan seperti protein kedelai, gliserol, alginate, lignin dan sebagainya
sebagai bahan plasticizer ( Flieger et al, 2003 dalam Ummah Al
Nathiqoh,2013).

2.4. Hidrolisis asam lemak


Hidrolisis adalah jenis reaksi kimia yang terjadi antara air dan
senyawa lain.
Hidrolisa CPO dengan H2O merupakan metoda yang umum
dipakai untuk menghasilkan asam lemak. Reaksi ini akan menghasilkan
gliserol sebagai produk samping. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 skema

Trigliserida air gliserol asam lemak Reaksi ini dilakukan pada suhu 240
o
C – 260 oC dan tekanan 45 – 50 bar. Pada proses ini derajat pemisahan mampu
mencapai 99%. Hal yang membuat proses ini kurang efisien adalah karena
proses ini memerlukan energi yang cukup besar dan komponen-komponen
minor yang ada di dalamnya seperti β-karoten mengalami kerusakan

10
2.5. Kerangka Pemikiran

Limbah nasi dan Minyak Jelantah

Alternatif Pengelolaan Limbah


dengan Proses Hidrolisis dan
Polimerisasi

Plastik Biodegradabel

3.3. Hipotesis
Limbah nasi dan minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat plastik biodegradabel.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan adalah eksperimen, metode ini digunakan
untuk menetukan formulasi yang tepat untuk menghasilkan produk plastik
biodegradable yang optimal.

3.2 Prosedur Penelitian


Proses I: Mengahasilkan Pati dari Limbah nasi

Digiling menjadi
Nasi dijemur Tepung Pati
tepung

Proses II: Hidrolisis minyak jelantah, menghasilkan Gliserol

Minyak Jelantah Membuat larutan


HCL Gliserol
dipanaskan NaOH

Proses III: Pembuatan Plastik

Tepung Pati Asam Asetat Gliserol Dipanaskan

Plastik Dikeringkan
Biodegradabel dibawah sinar
matahari

12
Pada proses pertama nasi yang tersisa dikeringkan menggunakan
oven dengan temperatur 70OC selama 20 jam atau bisa juga dengan menjemur
nasi dibawah sinar matahari hingga nasi tersebut berubah menjadi beras
kembali dengan tekstur yang keras dan berwarna kuning. Diharapkan kadar air
yang berada pada nasi dapat berkurang atau hilang. Setelah kering dan menjadi
limbah nasi selanjutnya dihaluskan dengan mesin penggiling dan disaring
sehingga partikel berukuran 60 mesh. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menghasilkan tepung pati.

Pada proses kedua, reaksi antara pencampuran minyak goreng


bekas dengan HCL dan larutan NaOH. Larutan NaOH berguna sebagai katalis
pengganti KOH, karen aKOH yang mengeluarkan gas berbahaya saat
dipanaskan. Minyak gorneg bekas dipanaskan hingga mendidih kemudian
larutan NaOH dibuat dengan cara memanaskan 200 ml etanol dengan 9 gram
NaOH. Minyak goreng bekas yang teh dipanaskan di saring dengan kertas
penyaring lalu panaskan lagi dengan temperatur 55 o C. Kemudian dilakukan
pencampuran antara minyak goreng bekas dan larutan NaOH. Satelah itu,
tambahkan HCL 17 ml. Dari proses ini akan dihasilkan gliserol.

Proses Pembuatan Plastik Biodegradabel

1. 100 gram tepung limbah nasi di blender kemudian di tambahkan air


hingga menyatu dan mencair.
2. Kemudian dilarutkan dengan 50 ml asam asetat 2% dengan pengadukan
pada temperatur 65oC. Setelah itu, tambahkan tepung jagung sebagai
pelengkap sebanyak 20 gram.
3. Selanjutnya, ditambahkan dengan gliserol dan melakukan pengadukan
dan pemanasan selama 15 menit dan temperatur mencapai 65 oC hingga
mengental.
4. Cetakan dibersihkan dengan alkohol 96% dan selanjutnya menuangkan
larutan plastik biodegradabel ke cetakan
5. Dipanaskan di bawah sinar matahari hingga terbentuk seperti plastik

13
Plastik biodegradabel siap dianalisa
Pada proses pembuatan plastik biodegradabel dilakukan variasi komposisi
bahan pembuatan plastik biodegradabel yang dimulai dengan variasi volume
gliserol yaitu 10 ml dan 30 ml dengan tepung limbah nasi dan asam asetat yang
tetap, dan penambahan tepung jagung dengan variasi 20 gram dan 30 gram
sebagai pelengkap.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu
atau obyek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2010:173)
menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.”
Sedangakan menurut Sugiyono (2010:80) populasi adalah “wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.” Maka dari penejelasan para ahli tersebut,
peneliti menetapkan populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Limbah
Nasi dan Limbah Minyak Jelantah

3.4 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan
1) Beaker Glass 1000 ml dan 500 ml
2) Corong Kaca
3) Mortar
4) Kertas Saring
5) Timbangan electric
6) Kompor listrik
7) Statif Klem
8) Corong Pisah
9) Termometer
10) Blender

14
11) Pengaduk kaca
Bahan yang digunakan:
1) Minyak Jelantah 800 ml
2) Alkohol 200 ml
3) NaOH 9 gram
4) HCL 17 ml
5) Tepung 100 gram
6) Tepung Jagung 20 gram dan 30 gram
7) Air
8) Gliserol
9) Tepung
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan langsung
terhadap dua formulasi yang berbeda.
Formulasi pertama menggunakan bahan gliserol sebanyak 10 ml,
teppung pati 100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml, dan tepung jagung
sebagai pelengkap 20 gram.
Formulasi kedua menggunakan gliserol sebanyak 30 ml, epung pati
100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml, dan tepung jagung sebagai
pelengkap 30 gram.
3.6 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga
memberikan informasi yang berguna. Teknik analisis dimaksudkan untuk
mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa melakukan generalisasi.
Pada umumnya penelitian kuantitatif mengupayakan penelitian dapat
digeneralisasikan namun, apabila peneliti hanya menghitung data yang
berlaku pada sampel yang diteliti saja maka, peneliti menggunakan
statistik deskriptif. Statistik deskriptif yang digunakan adalah dengan
tabel, diagram, dan grafik.

15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan

16
Gambar 4.1. Plastik Biodegradabel

17
Pada Gambar 4.1. Plastik biodegradabel yang dihasilkan, yaitu
berupa lembaran tipis dan transparan. Plastik Biodegradabel yang dihasilkan
ini adalah dari formulasi pertama, yaitu dengan komposisi gliserol 10 ml,
tepung limbah nasi 100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml dan penambahn
tepung jagung sebanyak 20 gram, mengahasilkan hasil yang lebih optimum
dari pada formulasi kedua yaitu dengan komposisi gliserol 30 ml, tepung
limbah nasi 100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml dan penambahan
tepung jagung sebanyak 30 gram.

Pada limbah nasi akan menghasilkan pati, pati adalah karbohidrat


yang merupakan polimer glukosa yang terdirir dari amilosa dan amilopektin
Pati ini berfungsi sebagai bahan baku untuk membuat plastik biodegradabel.
Pembentukan plastik mengggunakan prinsip gelatinisasi, yaitu pati
dilarutkan dengan sejumlah air dan kemudian dipanaskan dengan
temeperatur tertentu sehingga menguapkan kandungan air dan
meninggalkan lapisan filma yang bersifat kaku dan stabil.
Pada limbah minyak jelantah akan menghasilkan gliserol, gliserol
adalah senyawa turunan alkohol yang memilki tiga gugus alkohol (-OH) ang
terikat pada 3 gugus alkil. Gliserol merupakan hasil samping dari proses
biodiesel. Gliserol memilki rasa manis dan tidak berbau, gliserol merupakan
plasticizer yang efektif karena memiki kemampuan untuk mengurangi
ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolecular. Jika pemakaian
plasticizer terlalu banyak, maka akan menurunkan sifat mekanis dari plastik
biodegradabel dan menaikkan presentase elongation of break. Semakin
banyak penggunaan plasticizer maka akan meningkatkan kelarutannya.
Begitu jga dengan penggunaan plasticizer yang bersifat hidrofilik berfungsi
untuk menurunkan kekakuan pada molekul plastik. Konsentrasi gliserol
yang terlalu tinggi juga kana memberi efek negatif terhadapa plastik yang
dihasilkan. Yaitu plastik akan mudah sobek karena sifat elastis dari plastik
yang terlalu besar.

18
Asam asetat cair memilki konstanta dielektrik yang kecil sehingga
asama asetat cenderung lebih membentuk pasangan ion dan lebih sering
digunakan dalam memebentuk senyawa kompleks. Asam asetat digunakan
karena bersifat proktik hidrofilik, yaitu senyawa asam yang menukarkan
satu buah proton yang bersifat asam dan hidrofilik karena larut dalam air.
Asam asetat dapat melarutkan senyawa-senyawa organik, glukosa, senyawa
polar dan senyawa non polar seperti minyak. Air digunakan sebagai bahan
pelarut dan tepung digunakan sebagai bahan pelengkap saja
Dari bahan-bahan inilah terbentuk plastik biodegradabel, dengan
formulasi pertama lebih unggul. Pada formulasi pertama ini menghasilkan
plastik biodegrabel yang transparan dan tipis, dan belum elastis, maka dari
itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas plastik
biodegradabel yang baik.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa plastik
biodegradabel dari limbah nasi dan minyak jelantah pada formulasi satu
lebih baik daripada formulasi dua. Pada formulasi satu memilki
komposisi gliserol yang lebih sedikit daripada formulasi ke dua. Gliserol
yang digunakan sebanyak 10 ml pada formulasi satu dan 30 ml pada
formulasi dua. Ketika gliserol yang ditambahkan semakin banyak maka
akan menghasilkan plastik biodegradabel yang kurang optimal.

5.2 Saran
Dalam penelitian plastik bioderadabel dari limbah nasi dan
minyak jelantah ini masih memilki kelemahan, diantaranya adalah
masih bersifat kaku (kurang elastis) dan mudah rapuh. Selain itu, pada
penelitian ini pun belum melakukan uji tarik, uji elongasi dan mekanik
terhadap plastik biodegradabel yang dihasilkan untuk mengetahui
kualitas plastik tersebut. Maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui kualitas plastik biodegradabel yang baik.

20
Lampiran

Penghalusan limbah nasi menjadi tepung Penyaringan Gliserol

21
Pecampuran Minyak dengan NaOH Pemisah gliserol dengan minyak

Pembuatan plastik
Biodegradabel

Daftar Pustaka

AAK, Budidaya Tanaman Padi, Yogyakarta, Aksi Agraris Kanisius, 1990

Agustina , Putri Serly. Teknik Kimia: Pembuatan Plastik Biodegradable


Menggunakan Pati Dari Umbi Gadung. Politeknik Negeri Sriwijaya:
Palembang.

Aksi Agraris Kanisius. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Penerbit


Kanisius

Ariyadi, T. dan H. Anggraini. 2010. Penetapan Kadar Karbohidrat Pada Nasi


Aking Yang Dionsumsi Masyarakat Desa Singorojo Kabupaten Kendal.
Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Aryani,Riski.2014. Teknik Kimia : Pembuatan Film Biodegradable Menggunakan


Pati Dari Singkong Karet (Manihot Glazovii). Politeknik Negeri
Sriwijaya: Palembang

Aziz, Isalmi. Nurbayanti,Siti. dan Suwandari, Juwita. 2013. Pembuatan Gliserol


Dengan reaksi Hidrolisis Minyak goreng Bekas. Jurnal Prodi Kimia,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

H. Sukartinah, Laporan Penelitian Perbaikan Kualitas Nasi, Jakarta, 1980

Ketaren,S.2005.Minyak Dan Lemak Pangan.Jakarta;Penerbit Universitas


Indonesia. Halaman 284

22
Kumoro, A.C, dan Purbasari A. 2014. Sifat Mekanik Dan Morfologi Plastik
Biodegrdable Dari Limbah Tepung Limbah nasi Dan Tepung Tapioka
Menggunakan Gliserol Sebagai Plasticizer. Jurnal Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.

Prasadja, M.E., 2011, Pembuatan Gliserol Dari Minyak Kelapa Sawit Dengan
Proses Hidrolisis, Jurnal Kimia dan Teknologi, 5: 59-66.

Rahayu, S.S., Bendiyasa I.M., Muhandis & Purwandaru, U., 2005, Hidrolisis
Minyak Sawit : Katalitik dan Non Katalitik, Forum Teknik, 29: 182-189

Seal, K.J. and Griffin, G.J.L. 1994. Test Methods and Standards for
Biodegradable Plastic. Chemistry and Technology of Biodegradable
Polymer. Blackie Academic and Proffesional. Chapman and Hall.

Selpiana*. Riansya, Jeo Fitra. dan Yordan,Kevin. Nd. Pembuatan Plastik


Biodegrdable Dari Tepung Limbah nasi. Jurnal Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.

Suhardjo, Pangan Gizi dan Pertanian, UI Press, 1990

23

Anda mungkin juga menyukai