Abstrak
Limbah Nasi dan Minyak Jelantah di MAN Insan Cedekia Paser kurang
dimanfaatkan. Limbah nasi ini biasanya hanya digunakan sebagai bahan pakan
ternak dan limbah minyak jelantah biasanya langsung di buang tanpa ada proses
pengolahan lagi dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Dari sinilah penulis
menemukan solusi untuk lebih memanfaatkannya dengan membuat plastik
biodegradabel. Kebutuhan akan plastik selalu meningkat karena bahannya yang
praktis dan ringan membuat banyak kalangan yang menggunakannya. Untuk
menghasilkan plastik biodegradabel terdapat dua proses yaitu, menghasilkan
tepung pati dari limbah nasi dan gliserol dari limbah minyak jelantah. Formula
kesatu dengan komposisi gliserol 10 ml, tepung limbah nasi 100 gram, air 200 ml,
asam asetat 50 ml dan tambahan tepung jagung sebagai pelengkap sebanyak 20
gram adalah variabel yang menghasilkan plastik biodegradabel yang lebih optimal
daripada formulasi kedua dengan komposisi gliserol 30 ml, tepung limbah nasi
100 gram, air 200 ml, asam aseta 50 ml. Masih deperlukan penelitian lanjutan
untuk mengetahui kualitas plastik yang dihasilkan.
Kata kunci : Plastik Biodegradabel, limbah nasi dan limbah minyak jelantah
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
proses penguraian plastik yaitu dengan plastik biodegradabel. Plastik
biodegradabel adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan
mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh
cuaca (kelembaban dan radiasi sinar matahari). Plastik biodegradabel ini
bebrbahan dasar pati, pati adalah zat tepung yang terdiri dari dua jenis
polisakarida, amilosa dan amilopektin. Pati ini dapat kita temukan di dalam
nasi.
3
1.3 Tujuan penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beras
Beras adalah salah satu bahan makanan pokok yang mudah
disajikan, enak lagi pula mempunyai nilai energi yang cukup tinggi,
sehingga berpengaruh terhadap aktivitas tubuh dan kesehatan. Badan yang
sehat akan lebih mampu menyelesaikan tugas dengan baik, terutama
pekerjaan yang menggunakan tenaga badan , Beras mempunyai bermacam –
macam komponen bahan atau susunan zat gizi yang lengkap sehingga
walaupun dalam jumlah terkecil dapat dipenuhi oleh beras. Komposisi
bahan makanan dalam 100 gram beras mengandung 360 kalori, 6,7 gram
protein, 0,7 gram lemak, 7,9 gram karbohidrat, 10 mg vitamin B 1, 0,03 mg
vitamin B 2 dan niacin 1,6 mg ( Sukartinah, 1980 ). Kebutuhan pokok
makanan orang Asia tenggara umumnya adalah kandungan karbohidrat
yang cukup tinggi yaitu antara 70 – 80 %. Bahan makanan tersebut dapat
diperoleh dari butir padi padian, umbi, akar dan sebagainya. Fungsi utama
karbohidrat adalah sebagai penghasil energi, di dalam hati digunakan
sebagai detoksifikasi, disamping itu dapat juga membantu dalam
metabolisme lemak dan protein (Suhardjo, 1990 ).
Bagi yang sudah terbiasa makan nasi, bahan ini tidak mudah
digantikan perannya dengan bahan makanan lain. Seiring dengan
perkembangan ekonomi Indonesia yang kurang mendukung dan jumlah
penduduk miskin yang makin meningkat maka akan berdampak pada
keterbatasan daya beli, sehingga beras yang bagus akan menjadi mahal dan
beras dengan kualitas jelek menjadi alternatif untuk dikonsumsi. Menurut
berbagai laporan, karena tidak terjangkaunya lagi mendapatkan bahan
5
makanan maka nasi yang sudah tidak dimakan kemudian dikeringkan diolah
kembali untuk dikonsumsi ( limbah nasi ).
6
Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi (Ketaren,
2005). Maka minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul,
sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan
minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan
yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan
trigliserida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) atau asam lemak jenuh.
Selain itu, minyak jelantah ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin.
Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan
penyakit pada hati.
Sifat-sifat minyak jelantah dibagi menjadi sifat fisik dan sifat kimia
(Ketaren, 2005) yaitu:
a. Sifat Fisik
1) Warna, terdiri dari dua golongan : golongan pertama yaitu zat warna
alamiah, yaitu secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung
minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstrasi. Zat
warna tersebut antara lain α dan β karoten (berwarna kuning), xantofil
(berwarna kuning kecoklatan), klorofil (berwarna kehijauan) dan
antosyanin (berwarna kemerahan). Golongan kedua yaitu zat warna dari
hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh
proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna cokelat
disebabkan oleh bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau
rusak, warna kuning umumnya terjadi pada minyak tidak jenuh.
2) Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor
oil), dan minyak sedikit larut dalam alkohol, etil eter, karbon disulfida
dan pelarut-pelarut halogen.
3) Titik cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat pada
suatu nilai temperatur tertentu. Polymorphism adalah keadaan dimana
terdapat lebih dari satu bentuk kristal.
4) Titik didih (boiling point), titik didih akan semakin meningkat dengan
bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
7
5) Titik lunak (softening point), dimaksudkan untuk identifikasi minyak
tersebut.
b. Sifat Kimia
1) Hidrolisa, dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat menyebabkan
kerusakan minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air
dalam minyak tersebut.
2) Oksidasi, proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara
sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak.
3) Hidrogenasi, proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan
7 rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.
4) Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam
lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan
prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang
menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang
bersifat tidak menguap, sifat fisik dan kimia minyak jelantah secara
sederhana dapat dilihat pada Tabel 2.1.
8
2.3. Plastik Biodegradable
Biodegradable dapat diartikan dari tiga kata yaitu bio yang berarti
makhluk hidup , degra yang berarti terurai dan able berarti dapat . jadi film
biodegradable plastik adalah film plastik yang dapat terurai oleh
mikroorganisme. Film plastik ini, biasanya digunakan untuk pengemasan.
Kelebihan film plastik antara lain tidak mudah ditembus uap air sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengemas (Mahalik, 2009 dalam
Agustina Putri Serly,2014). (Griffin, 1994 dalam Aryani Riski,2014), plastik
biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu tertentu
mengalami perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi sifat-
sifat yang dimilikinya karena pengaruh mikroorganisme (bakteri, jamur,
alga). Menurut (Seal,1994 dalam Aryani Putri,2014), kemasan plastik
biodegradable adalah suatu material polimer 14 yang merubah pada
senyawa yang berat molekul rendah dimana paling sedikit satu tahap pada
proses degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami.
9
a. Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam
jumlah kecil (10-20%)
b. Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti
PCL, dalam komposisi yang sama (50) 15.
c. Menggunakan proses ekstraksi untuk mencampur pati dengan bahan –
bahan seperti protein kedelai, gliserol, alginate, lignin dan sebagainya
sebagai bahan plasticizer ( Flieger et al, 2003 dalam Ummah Al
Nathiqoh,2013).
Trigliserida air gliserol asam lemak Reaksi ini dilakukan pada suhu 240
o
C – 260 oC dan tekanan 45 – 50 bar. Pada proses ini derajat pemisahan mampu
mencapai 99%. Hal yang membuat proses ini kurang efisien adalah karena
proses ini memerlukan energi yang cukup besar dan komponen-komponen
minor yang ada di dalamnya seperti β-karoten mengalami kerusakan
10
2.5. Kerangka Pemikiran
Plastik Biodegradabel
3.3. Hipotesis
Limbah nasi dan minyak jelantah dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat plastik biodegradabel.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
Digiling menjadi
Nasi dijemur Tepung Pati
tepung
Plastik Dikeringkan
Biodegradabel dibawah sinar
matahari
12
Pada proses pertama nasi yang tersisa dikeringkan menggunakan
oven dengan temperatur 70OC selama 20 jam atau bisa juga dengan menjemur
nasi dibawah sinar matahari hingga nasi tersebut berubah menjadi beras
kembali dengan tekstur yang keras dan berwarna kuning. Diharapkan kadar air
yang berada pada nasi dapat berkurang atau hilang. Setelah kering dan menjadi
limbah nasi selanjutnya dihaluskan dengan mesin penggiling dan disaring
sehingga partikel berukuran 60 mesh. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menghasilkan tepung pati.
13
Plastik biodegradabel siap dianalisa
Pada proses pembuatan plastik biodegradabel dilakukan variasi komposisi
bahan pembuatan plastik biodegradabel yang dimulai dengan variasi volume
gliserol yaitu 10 ml dan 30 ml dengan tepung limbah nasi dan asam asetat yang
tetap, dan penambahan tepung jagung dengan variasi 20 gram dan 30 gram
sebagai pelengkap.
14
11) Pengaduk kaca
Bahan yang digunakan:
1) Minyak Jelantah 800 ml
2) Alkohol 200 ml
3) NaOH 9 gram
4) HCL 17 ml
5) Tepung 100 gram
6) Tepung Jagung 20 gram dan 30 gram
7) Air
8) Gliserol
9) Tepung
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan langsung
terhadap dua formulasi yang berbeda.
Formulasi pertama menggunakan bahan gliserol sebanyak 10 ml,
teppung pati 100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml, dan tepung jagung
sebagai pelengkap 20 gram.
Formulasi kedua menggunakan gliserol sebanyak 30 ml, epung pati
100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml, dan tepung jagung sebagai
pelengkap 30 gram.
3.6 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif. Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga
memberikan informasi yang berguna. Teknik analisis dimaksudkan untuk
mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa melakukan generalisasi.
Pada umumnya penelitian kuantitatif mengupayakan penelitian dapat
digeneralisasikan namun, apabila peneliti hanya menghitung data yang
berlaku pada sampel yang diteliti saja maka, peneliti menggunakan
statistik deskriptif. Statistik deskriptif yang digunakan adalah dengan
tabel, diagram, dan grafik.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
16
Gambar 4.1. Plastik Biodegradabel
17
Pada Gambar 4.1. Plastik biodegradabel yang dihasilkan, yaitu
berupa lembaran tipis dan transparan. Plastik Biodegradabel yang dihasilkan
ini adalah dari formulasi pertama, yaitu dengan komposisi gliserol 10 ml,
tepung limbah nasi 100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml dan penambahn
tepung jagung sebanyak 20 gram, mengahasilkan hasil yang lebih optimum
dari pada formulasi kedua yaitu dengan komposisi gliserol 30 ml, tepung
limbah nasi 100 gram, air 200 ml, asam asetat 50 ml dan penambahan
tepung jagung sebanyak 30 gram.
18
Asam asetat cair memilki konstanta dielektrik yang kecil sehingga
asama asetat cenderung lebih membentuk pasangan ion dan lebih sering
digunakan dalam memebentuk senyawa kompleks. Asam asetat digunakan
karena bersifat proktik hidrofilik, yaitu senyawa asam yang menukarkan
satu buah proton yang bersifat asam dan hidrofilik karena larut dalam air.
Asam asetat dapat melarutkan senyawa-senyawa organik, glukosa, senyawa
polar dan senyawa non polar seperti minyak. Air digunakan sebagai bahan
pelarut dan tepung digunakan sebagai bahan pelengkap saja
Dari bahan-bahan inilah terbentuk plastik biodegradabel, dengan
formulasi pertama lebih unggul. Pada formulasi pertama ini menghasilkan
plastik biodegrabel yang transparan dan tipis, dan belum elastis, maka dari
itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas plastik
biodegradabel yang baik.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa plastik
biodegradabel dari limbah nasi dan minyak jelantah pada formulasi satu
lebih baik daripada formulasi dua. Pada formulasi satu memilki
komposisi gliserol yang lebih sedikit daripada formulasi ke dua. Gliserol
yang digunakan sebanyak 10 ml pada formulasi satu dan 30 ml pada
formulasi dua. Ketika gliserol yang ditambahkan semakin banyak maka
akan menghasilkan plastik biodegradabel yang kurang optimal.
5.2 Saran
Dalam penelitian plastik bioderadabel dari limbah nasi dan
minyak jelantah ini masih memilki kelemahan, diantaranya adalah
masih bersifat kaku (kurang elastis) dan mudah rapuh. Selain itu, pada
penelitian ini pun belum melakukan uji tarik, uji elongasi dan mekanik
terhadap plastik biodegradabel yang dihasilkan untuk mengetahui
kualitas plastik tersebut. Maka dari itu diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui kualitas plastik biodegradabel yang baik.
20
Lampiran
21
Pecampuran Minyak dengan NaOH Pemisah gliserol dengan minyak
Pembuatan plastik
Biodegradabel
Daftar Pustaka
22
Kumoro, A.C, dan Purbasari A. 2014. Sifat Mekanik Dan Morfologi Plastik
Biodegrdable Dari Limbah Tepung Limbah nasi Dan Tepung Tapioka
Menggunakan Gliserol Sebagai Plasticizer. Jurnal Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
Prasadja, M.E., 2011, Pembuatan Gliserol Dari Minyak Kelapa Sawit Dengan
Proses Hidrolisis, Jurnal Kimia dan Teknologi, 5: 59-66.
Rahayu, S.S., Bendiyasa I.M., Muhandis & Purwandaru, U., 2005, Hidrolisis
Minyak Sawit : Katalitik dan Non Katalitik, Forum Teknik, 29: 182-189
Seal, K.J. and Griffin, G.J.L. 1994. Test Methods and Standards for
Biodegradable Plastic. Chemistry and Technology of Biodegradable
Polymer. Blackie Academic and Proffesional. Chapman and Hall.
23