Anda di halaman 1dari 9

PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRDABLE DARI

TEPUNG NASI AKING


Selpiana*, Jeo Fitra Riansya, Kevin Yordan
(*)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Inderalaya – Prabumulih KM. 32 Inderalaya 30662
Email: selpi.ana123@gmail.com

Abstrak
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kemasan plastik membuat plastik menjadi salah satu alat yang
banyak dicari-cari oleh masyarakat baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Sifat plastik yang
ringan, mudah dibentuk serta harganya yang terjangkau, semakin menguatkan perannya dalam menunjang
kegiatan masyarakat sehari-hari. Namun, kebanyakan kemasan plastik yang digunakan masyarakat
bersifat non-degradable sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan karena banyaknya tumpukan
sampah yang tidak terdegradasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh banyaknya
penambahan gliserol dan kitosan pada tepung nasi aking dalam pembuatan plastik biodegradable. Plastik
biodegradable disintesis dengan melarutkan kitosan dan gliserol dengan asam asetat 2%. Selanjutnya
variasi rasio kitosan (3 gram, 5 gram dan 7 gram) dengan gliserol (0 ml, 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10
ml). Karakteristik biodegradabel ditandai dengan adanya uji biodegradasi, uji kuat tarik dan elongasi.
Hasil karakterisasi plastik biodegradabel yang memiliki kinerja optimal diperoleh dari plastik
biodegradable dengan perbandingan kadar kitosan dan volume gliserol adalah 3 gr kitosan dan 2 mL
gliserol yang memiliki kuat tarik 25.789 Kg/cm2, elongasinya 2,43% dan degradasi 98% selama 45 hari.
Kata Kunci: nasi aking, plastik biodegradble, kitosan, dan gliserol.
Abstract
The Increasing of people needs of plastic package become one of the most needs that people search from
the top society up to the bottom. The properties of plastic which is light, malleable and its affordable
price, made plastic role more important to support people in their daily activity. But, most of the plastic
pakcage that people used has non-degredable property causing environmental issue because its deposite.
This research meant to learned the effect of plasticizer adding and the chitosan ratio for the making of
biodegradable plastic from steamed rice flour. The synthesis of biodegradable plastic done with chitosan
and glycerol were dissolved in acetic acid 2%. Then the used of chitosan ratio was 3 gr, 5 gr, and 7 gr
and the glycerol volume was 0 ml, 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml. The characterization of biodegradable
plastic known by degradation test, tensile strenght test, and elongation test. The result of characterization
of the biodegradable plastic that has optimal performance obtained by plastic that has camparison 3 gr
of chitosan and 2 ml glycerol. This comparison has tensile strenght 25.789 Kg/cm2 , elongation 2,43%
and 98% degradtion in 45 days.
Keywords: steamed rice waste, biodegradable plastic, chitosan, and glycerol

1. PENDAHULUAN berkesudahan, yaitu limbah. Limbah plastik


Kebutuhan masyarakat akan plastik sudah Tabel 1. Data Statistik Sampah Di Indonesia
tidak diragukan lagi, dari masyarakat kalangan Jenis sampah Jumlah ( juta Persentase
bawah sampai masyarakat kalangan atas ton/ tahun) (%)
menggunakan plastik dalam kehidupan sehari- Sampah 22,4 58
hari. Plastik adalah polimer sintetis yang dapur
tersusun atas monomer-monomer yang saling Sampah 5,4 14
terikat atau berhubungan satu dengan yang plastik
lainnya. Jika monomernya sejenis disebut Sampah 3,6 9
dengan homopolimer, jika berbeda disebut kertas
dengan kopolimer. Sifat plastik yang ringan, Sampah 2,3 6
mudah dibentuk serta harganya yang terjangkau, lainnya
semakin menguatkan perannya dalam Sumber: Kementerian Negara Lingkungan
menunjang kegiatan masya Dibalik pentingnya Hidup Indonesia Tahun 2008
peranan plastik dalam kehidupan masyarakat,
plastik menimbulkan problema yang tak hasil dari aktivitas masyarakat menjadi isu yang
memberi dampak sangat besar dalam masalah

130
lingkungan. Penguraian limbah plastik yang kembali. Pengolahan nasi aking menjadi nasi
membutuhkan waktu yang lama untuk diuraikan untuk dikonsumsi sama seperti mengolah beras
oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah, menjadi nasi pada umumnya. Walaupun sudah
menyebabkan limbah plastik semakin lama diolah kembali menjadi nasi, nasi aking tidak
semakin menumpuk. Produksi limbah plastik di memberi nilai gizi yang sama seperti nasi biasa
Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil karena sudah melalui proses yang panjang
sampah domestik yaitu sebanyak 5,4 juta ton (Suara Merdeka, 2014). Menurut FAO, limbah
per tahun. Jumlah ini diperkirakan akan semakin nasi tercatat menghasilkan jumlah yang besar
meningkat seiring dengan kebutuhan dan daya untuk gas metana. Asia dicatat sebagai kawasan
beli masyarakat (Antara news, 2014). Plastik yang boros untuk nasi, sereal, dan air
yang banyak digunakan oleh masyarakat dibuat (Republika,2013). Pemanfaatan nasi aking
dari bahan polimer yaitu polyethylene. menjadi nasi sehingga dapat dikonsumsi
Polyethylene ini berasal dari polimerisasi gas kembali oleh masyarakat merupakan suatu
etena. Hasil polimerisasi ini tidak dapat kemunduran bagi negara agraris seperti
diuraikan dengan sempurna oleh Indonesia. Faktor yang mendorong masyarakat
mikroorganisme. Selain dari polyethylene, kalangan bawah untuk mengkonsumsi nasi
propilen juga digunakan sebagai bahan pembuat aking adalah harganya yang lebih murah
plastik. Propilen merupakan satu jenis plastik dibandingkan dengan terigu, jagung dan
yang umum digunakan dan mudah didapatkan singkong. Nasi aking merupakan nasi yang
di pasaran. Akibat dari lamanya waktu sudah tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat,
penguraian yang dibutuhkan, mendorong karena telah basi dan mengandung jamur dan
masyarakat untuk menemukan solusinya. mikroorganisme merugikan lainnya. Seiring
Salah satu cara untuk mengurangi dengan permasalahan ini, penelitian pembuatan
limbah plastik ini dengan cara mendaur ulang plastik dari polimer alam yang mudah diuraikan
plastik tersebut. Plastik daur ulang ini juga berkembang dengan pesat. Kandungan pati yang
menibulkan isu kesehatan yang dapat cukup tinggi dari nasi aking dapat digunakan
membahayakan terkait tingkat keamanan dan sebagai bahan baku pembuatan plastik
kesehatan bagi pemakainya (I gede Sanjaya, bidegradable.
2011). Saat ini penggunaan plastik ramah Plastik biodegradable adalah polimer
lingkungan semakin banyak digunakan. Plastik plastik yang tersusun atas monomer organik
ini berbahan dari pati yang terdapat pada yang terdapat pada pati,selulosa,protein dan
biomassa. Plastik biodegradable adalah plastik mikroorganisme. Plastik biodegradable dapat
yang dapat digunakan seperti layaknya plastik digunakan layaknya plastik konvensional biasa
pada umumnya dan dapat diuraikan oleh namun akan hancur oleh aktivitas
mikroorganisme dalam waktu yang relatif lebih mikroorganisme dan menghasilkan air dan
singkat dibandingkat plastik dari polimer senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan
sintetis. Plastik biodegradable ini berbahan dan kesehatan ketika dibuang kelingkungan
dasar pati, pati adalah karbohidrat yang (Rinaldi Febrianto Sinaga,2014). Karena terbuat
merupakan polimer glukosa yang terdiri dari dari bahan-bahan organik, plastik biodegradable
amilosa dan amilopektin dengan perbandingan bersifat ramah lingkungan. Berdasarkan bahan
1:3 (besarnya perbandingan amilosa dan bakunya, Plastik biodegradable dikelompokkan
amilopektin ini berbeda-beda tergantung jenis menjadi dua, yaitu kelompok dengan bahan
patinya). Memanfaatkan limbah organik untuk baku petrokimia dan kelompok berbahan baku
membuat plastik biodegradable, semakin biomassa seperti selulosa dan sari pati.
mendorong inovasi terbaru dalam Pembentukan plastik biodegradable dengan
pembuatannya. bahan dasar pati (starch) menggunakan prinsip
Nasi merupakan bahan pangan pokok gelatinisasi. Pati dilarutkan dengan sejumlah air
masyarakat dunia khususnya Indonesia. Di dan kemudian dipanaskan dengan temperatur
Indonesia, nasi sudah menjadi makanan pokok tertentu sehingga menguapkan kandungan air
di rumah tangga, restauran maupun tempat dan meninggalkan lapisan fim yang bersifat
kuliner lainnya. Tetapi tidak sedikit juga yang kaku dan stabil. Film adalah lembaran tipis yang
menyisakan nasi tersebut dan membuangnya. fleksibel dan tidak mengandung bahan metalik
Hal ini menyebabkan limbah nasi meningkat. dengan ketebalan 0,01 inci sampai 250 mikron
Pada kalangan masyarakat yang sangat miskin, (Wiwik Pudjiastuti,2012). Tetapi Plastik
nasi ini diolah kembali menjadi bahan pangan, biodegradable berbahan dasar pati memiliki
nasi ini dikenal sebagai nasi aking. Nasi aking kelemahan antara lain tidak tahan terhadap
adalah nasi yang diperoleh dari sisa nasi yang panas, sifat mekanis yang rendah, tidak tahan
telah dikonsumsi lalu dibuang dan diolah terhadap mikroorganisme dan air. Untuk

131
meningkatkan sifat mekanis plastik 1,6 pada setiap 20-26 unit monomer glukosa
biodegradable ditambahkan zat aditif antara lain (Ulyarti,1997). Amilopektin pada pati memiliki
kitosan. Berdasarkan bahan bakunya, Plastik sekitar 200 unit glukosa yang saling berikatan
biodegradable dibedakan menjadi plastik pada ikatan 1,4 alfa glikosidik yang panjang dan
biodegradable berbahan baku petrokimia (non- cenderung berbentuk heliks. Struktur cabang
renewable resources) dan plastik biodegradable amilopektin merupakan hasil enzim yang
berbahan dasar biomassa (renewable resources) memecah rantai linier yang panjang.
(SW Ningsih,2010). Pada pembuatan plastik biodegradable,
Pati adalah polisakarida yang memiliki pati digunakan sebagai bahan utama pembuatan
monomer glukosa yang dihubungkan dengan plastik karena sifatnya yang elastis dan
ikatan glikosidik. Pati memiliki kristal menyerupai plastik dari polimer minyak bumi.
bergranula yang tidak dapat larut dalam air Pembentukan Plastik biodegradable dengan
dalam kondisi murni pada temperatur ruangan bahan dasar pati (starch) menggunakan prinsip
yang memiliki bentuk dan ukuran sesuai jenis gelatinisasi. Gelatinisasi adalah peristiwa
tanamanannya (Aditya Indra, 2009). Pati ini pembengkakan granula di dalam sel tumbuhan
tidak larut di dalam air, tetapi dapat larut pada disebabkan oleh terserapnya air sehingga
asam asetat 1%-2% ( I Gede Sanjaya,2011). Pati membentuk gel (Ulyarti, 1996). Proses
tersusun atas dua polimer utama yaitu amilosa gelatinisasi ini bersifat irreversible karena
dan amilopektin, juga mengandung protein perubahan struktur granula. Menurut Matz
0,25% dan lemak 0,1%-0,3% (Ashogbon dan (1984) peningkatan volume granula terjadi pada
Akintayo, 2012). Pemanfaatan pati masih sangat temperatur 58 -70 , temperatur ini disebut
jarang dikarenakan sifat fisik dan kimianya dengan temperatur gelatinisasi. Pati yang terdiri
yang sulit digunakan secara luas, sehingga atas amilosa dan amilopektin yang tersimpan di
dilakukan modifikasi secara fisika dan kimia dalam granula sel tumbuhan memilki jenis yang
maupun kombinasi keduanya. Modifikasi pati berbeda-beda tergantung dari panjang rantai
dapat dilakukan dengan memotong struktur karbon. Kandungan amilosa di dalam pati
molekul dan menyusun kembali struktur berkisar 10%-30% sedangkan amilopektin
molekul pati tersebut, mengoksidasi atau berkisar 70% - 90% (I Gede Sanjaya, 2014).
mensubstitusi gugus molekul pati. Beberapa Kandungan ini mempengaruhi viskositas pati
macam pati memberikan sifat yang berbeda, pati ketika tergelatinisasi. Jumlah amilopektin selalu
nasi misalnya, pati ini memiliki sifat opaque lebih besar dari amilosa.
yaitu tidak transparan ketika dimasak. Pada Menurut Harper (1981) tahap awal
pembuatan plastik biodegradable, pati gelatinisasi terjadi ketika granula berinteraksi
digunakan sebagai bahan utama pembuatan dengan air disertai dengan temperatur yang
plastik karena sifatnya yang elastis dan meningkat menyebabkan ikatan hidrogen rusak.
menyerupai plastik dari polimer minyak bumi. Selanjutnya amilosa berdifusi keluar dari
Amilosa adalah polimer dari glukosa granula disebabkan temperatur yang menigkat
yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk dan air yang berlebihan. Proses ini terus
putih dan tidak berbau. Amilosa merupakan berlanjut sampai seluruh amilosa berdifusi
bagian polimer linier glukosa dengan alfa (1- 4) keluar granula dan hanya menyisakan
unit glukosa. Amilosa memiliki berat molekul amilopektin. Ketika granula pecah, amilosa dan
yang berbeda, tergantung dari jenisnya. Amilosa amilopektin tersusun kembali menjadi matriks
memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan tiga dimensi.
hidrogen dan retrogradasi (Ulyarti,1997). Pati yang tergelatinisasi membentuk
Retrogradasi adalah pembentukan kembali struktur kristalin. Pati dilarutkan dengan asam
kristal matriks pati setelah tergelatinasasi akibat asetat 2% dan kemudian dipanaskan dengan
dari pemanasan. Pati yang memiliki kandungan temperatur tertentu sehingga menguapkan
amilosa yang tinggi sulit larut di dalam air. kandungan air dan meninggalkan lapisan film
Untuk menghidrolisis polimer ini dilakukan yang bersifat kaku dan stabil. Film adalah
dalam suasana asam. Senyawa asam yang bisa lembaran tipis yang fleksibel dan tidak
digunakan seperti asam karboksilat, asam fosfor mengandung bahan metalik dengan ketebalan
organik, dan asam sulfat organik (Erica Budina, 0,01 inci sampai 250 mikron (Wiwik
2012). Amilosa yang terlarut dalam larutan Pudjiastuti,2012). Asam asetat digunakan untuk
asam lalu tergelatinisasi dan dikeringkan dan menghidrolisis amilosa dan pemberi suasana
kembali menjadi kristalin berbentuk lapisan asam (Erica Budina,2013). Amilosa yang
film. Sedangkan amilopektin merupakan unit – terhidolisis oleh asam asetat kemudian
unit polimerisasi glukosa anhydrous melalui tergelatinisasi. Gelatin yang terbentuk dari
ikatan 1,4 alfa glikosidik dan ikatan cabang alfa

132
amilosa tersebut yang kemudian membentuk plastik dilakukan dengan cara mengubur film
kristal film Plastik biodegradable. Asam asetat plastik didalam tanah selama 60 hari. Setelah 60
cair memiliki konstatnta dielektrik yang kecil hari maka akan terlihat bahwa film plastik telah
sehingga asam asetat cenderung lebih terdegradasi secara alamiah di dalam tanah
membentuk pasangan ion dan lebih sering secara keseluruhan. Hal ini dapat diakibatkan
digunakan dalam membentuk senyawa oleh beberapa faktor, diantaranya
kompleks. Asam asetat digunakan, karena mikroorganisme pengurai dan kelembaban
bersifat protik hidrofilik, yaitu senyawa asam tanah.
yang menukarkan satu buah proton yang besifat Pembuatan Plastik biodegradable
asam dan hidrofilik karena larut dalam air. mempunyai metode yang beragam tergantung
Asam asetat dapat melarutkan senyawa – dari sifat fisika dan kimia bahan baku yang
senyawa anorganik, glukosa, senyawa polar dan digunakan. Namun, teknik yang umum
senyawa non polar seperti minyak. Asam asetat digunakan adalah teknik inverse fasa dan teknik
bersifat polar seperti air, etanol heksana dan molten polymer. Pada penelitian ini, metode
karena sifat kepolarannya dan kelarutannya yang digunakan adalah teknik inversi fasa, yaitu
membuat asam asetat digunakan secara luas. dengan menguapkan pelarut yang telah dicetak
Tetapi Plastik biodegradable berbahan dasar pati pada plat kaca. Teknik inversi fasa merupakan
memiliki kelemahan antara lain tidak tahan proses perubahan terkendali polimer dari fasa
terhadap panas, sifat mekanis yang rendah, tidak cair menjadi fasa padat. Prinsip perubahan ini
tahan terhadap mikroorganisme dan air. Sifat didasarkan pada pronsip termodinamika larutan
mekanik polimer adalah salah satu hal yang dimana keadaan awal larutan stabil kemudian
penting untuk diketahui, karena dengan terjadi ketidakstabilan pada tahap perubahan
mengetahui sifat mekanik polimer tersebut fasa (demixing) dari cair menjadi padat (I Gede
maka akan diketahui polimer mana yang cocok Sanjaya MH,2011). Perubahan fasa diawali
untuk digunakan di bidang apa saja. Pada dengan perubahan pada satu lapisan larutan
umumnya sifat mekanik penting untuk bahan menjadi dua lapisan. Salah satu lapisan yang
polimer berbentuk film adalah tensile strength berkonsentrasi tinggi (polimer) akan menjadi
(kuat tarik), elongation at break (perpanjangan padat sedangkan lapisan yang berkonsentrasi
saat putus) dan modulus Young. Tensile rendah (pelarut) akan menguap. Sedangkan
strength merupakan ukuran kekuatan suatu teknik molten polymer adalah teknik yang
bahan ketika bahan menerima beban yang memanaskan polymer melebihi titik didihnya,
cenderung meregangkan atau memperpanjang sehingga polimer tersebut meleleh dan dapat
bahan sebelum bahan tersebut patah/putus. melewati extruder ( David N. Jones,1982), yaitu
Pengujian ini untuk mengetahui besarnya gaya alat yang digunakan untuk mencetak polimer
yang diperlukan untuk mencapai tarikan plastik menjadi film, pipa, fiber yang terdiri dari
maksimum pada plastik biodegradable dan hopper, screw, dan die. Sedangkan prosesnya
untuk mengetahui ketahanan. Nilai tensile adalah ekstrusi. Ekstrusi adalah proses pada
strength sendiri bergantung pada konsentrasi material mencapai tingkat lelehnya akibat panas
dan banyaknya bahan untuk membuat plastik gesekan dari luar.
biodegradable. Elongasi adalah seberapa besar Untuk meningkatkan sifat mekanis
pertambahan panjang suatu bahan ketika plastik biodegradable ditambahkan zat aditif
dilakukan uji kekuatan tarik / tensile strength. kitosan dan plasticizer gliserol. Kitosan adalah
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui senyawa polimer alami turunan kitin yang
persentase pertambahan panjang per panjang diperoleh dari hasil diasetilasi limbah perikanan
awal bahan yang diujikan. Elongasi merupakan seperti kulit udang dan kuit kepiting.
salah satu jenis deformasi. Deformasi Penggunaan kitosan sebagai zat aditif dalam
merupakan perubahan ukuran yang terjadi saat pembuatan Plastik biodegradable akan
material di beri gaya. mengurangi kecepatan penyerapan air,
Polimer yang dibuat dari bahan - bahan meningkatkan sifat mekanik, dan mengurangi
alami rentan terhadap degradasi oleh sifat kelembaban dari film tersebut. Plasticizer
mikroorganisme. Proses terjadinya biodegradasi gliserol digunakan untuk meningkatkan
film plastik pada lingkungan dimulai dengan elastisitas suatu material dan meningkatkan sifat
tahap degradasi kimia, yaitu oksidasi molekul ekstensibilitas material. Plasticizer dapat
yang menghasilkan polimer dengan berat menurunkan gaya intermolekul dan
molekul yang rendah. Tahap selanjutnya adalah meningkatkan fleksibilitas dengan memperlebar
serangan mikroorganisme (bakteri, jamur dan ruang kosong yang dapat membuat ikatan
alga) dan aktivitas enzyme (intracellular dan hidrogen melemah. Pada pembuatan plastik
extracellular). Pengamatan daya degradasi film biodegradable, plasticizer yang sering

133
digunakan adalah gliserol dan sorbitol. Gliserol C. Prosedur Penelitian
merupakan hasil samping dari pembuatan Pretreatment Tepung Nasi Aking
biodiesel. Gliserol adalah senyawa turunan 1. Pengambilan limbah nasi dari rumah
alkohol yang memiliki tiga gugus alkohol (-OH) makan dan membersihkannya dari sisa
yang terikat pada 3 gugus alkil. Gliserol makanan.
merupakan hasil samping dari proses pembuatan 2. Nasi aking dikeringkan menggunakan
biodiesel melalui proses transesterifikasi. oven dengan temperatur 70°C selama 20
Gliserol memiliki rasa manis dan tidak berbau. jam. Diharapkan kadar air yang berada
Gliserol merupakan plasticizer yang efektif pada nasi berkurang atau hilang.
karena memiliki kemampuan untuk mengurangi 3. Setelah kering dan menjadi nasi aking
ikatan hidrogen internal pada ikatan selanjutnya dihaluskan dengan mill dan
intermolecular. Pada pengaplikasiannya, disaring sehingga partikel berukuran 60
penggunaan plasticizer harus disesuaikan mesh.
dengan kebutuhan material yang akan dibuat,
jika pemakaian plasticizer terlalu banyak, maka Proses Pembuatan Plastik biodegradable
akan menurunkan sifat mekanis dari plastik
biodegradable dan menaikkan persentase 1. 10 gram tepung nasi aking dilarutkan
elongation of break. Semakin banyak dengan 50 ml asam asetat 2 % dengan
penggunaan plasticizer maka akan dengan pengadukan pada temperatur 65°C.
meningkatkan kelarutannya. Begitu juga dengan 2. Selanjutnya kitosan dilarutkan dengan 100
penggunaan plasticizer yang bersifat hidrofilik ml asam asetat 2 % dengan pengadukan
berfungsi untuk menurunkan kekakuan pada selama 30 menit pada temperatur 65°C.
molekul plastik. Konsentrasi gliserol yang 3. Setelah semua larutan larut, larutan nasi
terlalu tinggi juga akan member efek negatif aking dicampurkan ke larutan kitosan
terhadap plastik yang dihasilkan, yaitu plastik dengan pengadukan selama 15 menit yang
akan mudah sobek karena sifat elastis dari diharapkan agar campuran menjadi
plastik yang terlalu besar. homogen.
4. Ditambahkan dengan gliserol dan
Pada penelitian ini dipelajari penambahan melakukan pengadukan dan pemanasan
volume gliserol dan rasio kitosan untuk selama 15 menit dan temperatur mencapai
meningkatkan kuat tarik, elongasi serta 65°C.
kecepatan degradasi terhadap pembuatan plastik 5. Cetakan dibersihkan dengan alkohol 96 %
biodegradable. dan selanjutnya menuangkan larutan
plastik biodegradable ke cetakan.
2. METODOLOGI PENELITIAN 6. Dimasukkan kedalam oven dengan
A. Alat yang digunakan temperatur 70°C selama 20 jam.
1) Mill 60 mesh 7. Mengeluarkan cetakan dari oven dan
2) Saringan biasa didinginkan pada temperatur kamar.
3) Oven 8. Plastik biodegradable siap dianalisa.
4) Gelas ukur Pada proses pembuatan plastik
5) Pengaduk kaca biodegradable dilakukan variasi komposisi
6) Termometer bahan pembuatan plastik biodegradable yang
7) Magnetic stirrer dimulai dengan variasi volume gliserol yaitu 0
8) Glas beker ml, 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml dan rasio
9) Spatula besi kitosan 3 gr, 5 gr, dan 7 gr.
10) Neraca analitik
11) Hot Plate Pengujian Hasil Plastik biodegradable
12) Erlenmeyer 1) Kuat Tarik
Sampel yang akan diuji terlebih dahulu
B. Bahan Penelitian dikondisikan dalam ruang dengan temperatur
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian dan kelembaban standar (23±20C, 52%) selama
yaitu: 24 jam. Sampel yang akan diuji dipotong sesuai
1) Nasi aking standar yaitu 2 x 8 cm. Pengujian dilakukan
2) Gliserol dengan cara kedua ujung sampel dijepit.
3) Kitosan Selanjutnya dicatat panjang awal sebelum
4) Aquades penambahan beban. Setelah dicatat film yang
5) CH3COOH telah dijepit ditambahkan beban Selanjutnya

134
dilakukan pengujian lembar berikutnya. Gambar 1. merupakan gambar dari
Perhitungan : plastik biodegradable yang dihasilkan, yaitu
berupa lembaran tipis, transparan tidak tembus
Kekuatan Tarik (kg/cm2) = gaya kuat tarik (F) pandang dan elastis. Plastik Biodegradable
Luas permukaan (A) dengan tambahan kitosan dan gliserol yang
lebih banyak, tampak sedikit basah dan berbau
2) Elongasi asam. Bau asam yang ditimbulkan disebabkan
Pengukuran elongasi dilakukan dengan oleh asam asetat yang digunakan sebagai pelarut
cara yang sama dengan pengujian kuat tarik. tepung nasi aking dan kitosan. Plastik
Elongasi dinyatakan dalam persentase. biodegradable ini mempunyai ketebalan sekitar
Perhitungan: 0,9-1 mm.

Elongasi (%) = l – l0 x 100% Hasil Analisa Kuat Tarik


l0
Kitosan 3 gr Kitosan 5 gr
Ket: l = panjang setelah putus
Kitosan 7 gr
l0 = Panjang mula-mula
160000
140000

kuat tarik (Kg/cm2)


3) Uji Biodegradasi
Kemudian setelah diuji sifat mekaniknya 120000
100000
maka tahap uji berikutnya adalah uji 80000
biodegradable dengan cara sampel ditanam 60000
didalam tanah dengan kedalaman 30 cm dan 40000
20000
dibiarkan selam 60 hari dengan pengamatan 0
setiap 15 hari. Sebelum penanaman ditimbang
0 2 4 6 8 10
dan diukur terlebih dahulu sampel yang akan
ditanam tersebut. Sampel uji diambil dan volume gliserol (mL)
dibersihkan, dicuci dengan aquades kemudian
direndam dengan alkohol 70% selama 5 menit. Gambar 2. pengaruh penggunaan kitosan dan
Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada penambahan gliserol terhadap
temperatur 60°C selama 1 hari. Sampel kuat tarik
ditimbang kembali menggunakan neraca
analitis. Perlakuan ini dilakukan untuk semua Dari gambar 2. dapat dilihat
sampel yang diteliti. Persen kehilangan berat bahwa penambahan kitosan dan gliserol
dapat dihitung dengan menggunakan rumus: memberikan hasil yang berbeda pada plastik
ܹ1− ܹ2 yang dihasilkan. Bertambah banyak kitosan
% ݇݁ℎ݈݅ܽ݊݃ܽ݊ ܾ݁‫=ݐܽݎ‬ ‫ ݔ‬100 % membuat nilai kuat tarik semakin naik. Kuat
ܹ1
Dimana : tarik adalah tegangan regangan maksimum
W1 = Berat plastik sebelum di uji biodegredasi sampel sebelum putus.
W2 = Berat plastik setelah di uji biodegredasi Pada sampel plastik yang tidak
mengalami penambahan gliserol, sampel C
dengan kadar kitosan 7 gr memiliki nilai kuat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tarik yang paling tinggi. Naiknya nilai kuat tarik
terjadi karena kadar kitosan yang semakin
tinggi, maka akan semakin banyak ikatan
hidrogen yang terdapat di dalam film plastik
sehingga ikatan antar-molekul dari plastik akan
semakin kuat. Naiknya nilai kuat tarik juga
disebabkan oleh partikel bioplastik banyak
mengalami perubahan fisika, sehingga plastik
semakin homogen dan strukturnya rapat. Pada
gambar 4.1. ditunjukkan juga sampel yang tidak
mengalami penambahan gliserol (0 ml gliserol)
nilai kuat tariknya semakin naik , naiknya nilai
kuat tarik ini disebabkan ketebalan sampel
plastik. Ketebalan sampel ini dikarenakan
Gambar 1. Plastik Biodegradable bertambahnya kadar kitosan. Sampel yang tidak
mengalami penambahan gliserol juga bersifat

135
kaku dan sedikit kasar pada permukaanya. Pada
sampel plastik yang tidak mengalami Kitosan 3 gr Kitosan 5 gr
penambahan gliserol, didapat nilat rata – rata Kitosan 7 gr
kuat tarik 103033 Kgf/cm2.
Pada sampel plastik yang mengalami 6
penambahan 2 ml gliserol didapat nilai rata-rata 5,5
5
kuat tarik 133759 kgf/cm2, dan sampel plastik 4,5

elongasi (%)
dengan 7 gr kitosan yang paling tinggi nilai kuat 4
3,5
tariknya. Nilai kuat tarik ini sesuai dengan 3
minimal standar kuat tarik SNI yaitu sebesar 2,5
139,74 N/cm2. Sehingga plastik biodegradable 2
1,5
yang dihasilkan sudah memenuhi standar mutu 1
dari SNI kantong plastik mudah terurai Nilai 0,5
0
kuat tarik dengan penambahan 2 ml gliserol
mengalami kenaikan dibandingkan sampel yang 0 2 4 6 8 10
tidak mengalami penambahan gliserol. volume gliserol (mL)
Kenaikan nilai kuat tarik ini terjadi karena
gliserol membentuk ikatan silang dengan
kitosan yang mengurangi gaya antar molekul Gambar 3. Pengaruh penggunaan kitosan dan
rantai polisakarida sehingga sampel plastik penambahan gliserol terhadap
menjadi lebih fleksibel dan sedikit lebih halus. pemanjangan bioplastik
Pada sampel plastik yang mengalami
penambahan gliserol, nilai kuat tarik dari Persen pemanjangan diukur untuk
sampel plastik cenderung menurun. Turunnya mengetahui tingkat keelastisan dari sampel
nilai kuat tarik ini disebabkan karena dengan plastik yang dibuat. Dari gambar 3. dapat dilihat
penambahan gliserol sebagai plasticizer. bahwa peningkatan elongasi terjadi dengan
Plasticizer menurunkan kekuatan ikatan adanya penambahan gliserol. Pada sampel
hidrogen pada plastik sehingga menaikkan plastik tanpa adanya penambahan gliserol (0 ml
fleksibilitas sampel plastik. Naiknya fleksibilitas gliserol) , sampel A memiliki persen elongasi
plastik ini meneyebabkan nilai kuat tarik dari yang lebih baik daripada sampel B dan Sampel
sampel plastik menurun. Penambahan gliserol C. Besarnya persen elongasi sampel A
akan mengurangi gaya antar-molekul rantai disebabkan kadar kitosan yang kecil, yaitu 3 gr.
polisakarida yang menyebabkan fleksibilitas Kadar kitosan yang tinggi membuat ikatan
pada plastik. Peran gliserol di dalam plastik hidrogen pada sampel plastik semakin
tersebut terletak diantara rantai ikatan bertambah kuat, padat, dan kaku. Ikatan
biopolimer dan dapat berinteraksi dengan hidrogen yang bertambah kuat disebabkan jarak
molekul-molekul biopolimer. Interaksi dengan antar molekul semakin rapat.
molekul-molekul dapat melemahkan ikatan Pada sampel plastik lainnya, persen
hidrogen dalam rantai ikatan biopolimer elongasi cenderung naik. Sampel A dengan
sehingga menyebabkan interaksi antar molekul penambahan 10 ml gliserol memiliki persen
biopolimer menjadi semakin berkurang. elongasi yang paling besar. Penambahan
Lemahnya ikatan hidrogen antar molekul gliserol melemahkan ikatan hidrogen, sehingga
bioplimer ini menyebabkan berkurangnya kuat jarak antar molekul biopolimer menjadi
tarik film. renggang. Kerenggangan antar molekul
biopolimer meningkatkan fleksibilitas sampel
Hasil Analisa Pemanjangan (Elongasi) plastik. Gliserol juga dapat menambah free
Pada analisa elongasi didapat grafik volume dalam matriks film dengan melemahkan
sebagai berikut: ikatan hidrogen antara rantai-rantai polimer (Lu
dkk., 2009). Kenaikan persen elongasi
menyatakan bahwa semakin banyak gliserol
yang ditambahkan maka nilai elongasi dari
plastik biodegradable cenderung naik. Pada
gambar 4.2. dapat dilihat setiap sampel
mengalami kenaikan persen elongasi karena
penambahan gliserol. Tetapi persentase elongasi
berbanding terbalik dengan kuat tarik. Semakin
tinggi persen elongasi maka kuat nilai tariknya
menurun, sebaliknya jika kuat tarik naik maka

136
persen elongasi menurun. Semakin banyak oleh semakin padatnya antar molekul plastik
kitosan yang ditambahkan ke dalam sampel biodegradabel karena penambahan kitosan
plastik, maka elongasi akan menurun. sehingga penyerapan air berlangsung lambat.
Penurunan elastisitas ini disebabkan oleh Selain itu, bakteri yang berada ditanah akan
penambahan kitosan sebagai zat aditif, kitosan mendegradasi plastik biodegradable yang
merapatkan jarak antar molekul biopolimer mengandung pati (polimer alami) dengan cara
yang merenggang. Penurunan jarak antar memutuskan rantai polimer menjadi monomer-
molekul biopolimer plastik degradable monomernya melalui enzim yang dihasilkan
disebabkan karena titik jenuh telah terlampaui dari bakteri tersebut (Sanjaya dkk, 2011).
sehingga molekul-molekul pemplastis yang Kecepatan degradasi juga dipengaruhi oleh
berlebih berada di dalam fase tersendiri di luar gliserol karena gliserol bersifat hidrofilik. Sifat
fase polimer dan akan menurunkan gaya hidrofilik berfungsi untuk mempercepat
intermolekul antar rantai (Laila, 2014). penyerapan air yang memungkinkan
Kami menduga semakin banyak mikroorganisme dapat mendegradasi sampel
gliserol yang digunakan maka semakin lentur plastik dengan cepat.
plastik biodegradabel tersebut. Sebagai kantong Menurut standar ASTM 5336 untuk
plastik mudah terurai hasil pemanjangan plastik tingkat degradasi 100% dibutuhkan waktu 60
ini belum sesuai dengan nilai standar mutu SNI hari untuk plastik biodegradable golongan
yang berkisar 400 – 1120 %. Hasil yang Polilactid acid (PLA). PLA adalah palstik
diperoleh dari analisa elongasi ini memberikan biodegradable yang berasal dari glukosa yang
nilai paling sebesar 5,5% . difermentasi oleh mikroorganisme. Asam laktat
yang dihasilkan dari fermentasi glukosa dapat
Hasil Analisa Biodegradasi diperoleh dari tebu, pati, tapioka, kentang
Analisa degradasi dilakukan untuk mengetahui maupun biomassa yang mengandung glukosa
apakah suatu material dapat didegradasi. Pada lainya.
analisa degradasi, ada beberapa mekanisme Pada penelitian ini, film plastik dapat
yaitu secara kimiawi, biologi, termal, dan terdegradasi 60% pada hari ke 30. Hal ini
biodegradasi. Plastik dapat didegradasi dengan berarti, agar terdegradasi 100% dibutuhkan
ଵ଴଴
meningkatkan sifat hidrofiliknya atau waktu x 30 hari = 50 hari.
଺଴
pemotongan rantai polimernya menjadi lebih
pendek dengan dioksidasi sehingga dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (bharwadj et
120,0
al,2012).
Persen Kehilangan Berat (%)

Pada pengujian degradasi plastik 100,0


biodegradable dilakukan dengan pengujian soil 80,0
burial test. Soil burial test yaitu penanaman
plastik biodegradabel di dalam tanah untuk 60,0 Sampel A
mengetahui kemampuan degradasinya. Sampel 40,0 Sampel B
plastik biodegradable ditanam di dalam tanah
dengan kedalam 30 cm selama 60 hari dengan 20,0
Sampel C
titik pengamatan 15 hari. Pengamatan pada 0,0
Gambar 4. kecepatan degradasi terhadap
pengujian ini dilakukan dengan visual dan 15 30 45
perhitungan persen kehilangan berat sampel kadar kitosan
Hari
Gambar 4. kecepatan degradasi terhadap kadar
plastik.
Gambar 4. menunjukkan semakin kitosan
tingginya kadar kitosan maka semakin lambat
degradasinya, ini karena penyerapan air yang
lambat akibat tingginya kadar kitosan. Kitosan 4. KESIMPULAN
yang bersifat hidrofobik menghambat laju Dari hasil penelitian ini dapat diambil
penyerapan air yang memudahkan bakteri untuk kesimpulan:
membusukkan sampel plastik. Penguraian di 1. Semakin tinggi volume gliserol yang
dalam tanah diawali dengan penyerapan air digunakan, persen elongasi semakin
terlebih dahulu. Pada hari ke-15 persentasi bertambah. Elongasi paling besar didapat
penurunan berat mencapai 30% dari total berat 1 pada perbandingan 3 gr khitosan dengan
gr. Pada hari ke-45 penurunan berat mencapai penambahan 10 ml gliserol. Tetapi
95% dan pada hari ke- 60 plastik biodegradabel penambahan volume gliserol menyebabkan
sudah terdegradasi seluruhnya. Semakin plastik biodegradable semakin mudah
lambatnya degradasi yang terjadi disebabkan sobek.

137
2. Nilai kuat tarik paling besar didapat Sifat-Sifat Amilografi pada Amilosa,
dengan perbandingan 7 gr kitosan dan 2 Amilopektin dan Campurannya. Skripsi
ml gliserol. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
3. Persentase degradasi paling lambat terjadi Pertanian Bogor, Bogor.
pada bioplastik dengan kadar khitosan 7
gr. Lambatnya degradasi disebabkan kadar Ningsih, SW. 2010. Optimasi Pembuatan
kitosan yang tinggi mengurangi laju Bioplastik Polihidroksialkanoat
penyerapan air. Menggunakan Bakteri Mesofilik Dan
4. Plastik biodegradable yang dihasilkan Media Cair pabrik Kelapa Sawit. Tesis
memiliki: Fakultas Matematika Dan Ilmu
a) Kuat tarik paling besar dengan Pengetahuan Alam Universitas Sumatra
nilai 14.700 N/cm2. Hasil ini Utara. Medan
sesuai dengan standar kuat tarik
SNI yaitu sebesar 139,74 N/cm2. Pudjiastuti,dkk. 2012. Polimer Nanokomposit
b) Elongasi paling besar memiliki Sebagai Master Batch Polimer
pemanjangan 5,5 %, hasil Biodegradable Sebagai Kemasdan
elongasi ini belum sesuai SNI, Makanan. Jurnal Riset Industri Vol.
yaitu memiliki nilai pemanjangan VI,No. 1. 2010. Hal:51-60
400%-1120%.
c) Plastik Biodegredable dari tepung Purbasari, dkk. 2014. Bioplastik Dari Tepung
nasi aking dapat terdegradasi Biji Nangka. Prosiding SNST ke-5 tahun
100% selama 50 hari. 2014 Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim, Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga,R.F. 2014. Pengaruh Penambahan
Ashogbon, A.O. Dan Akintayo E.T. 2012.
Gliserol Terhadap Sihat Kekuatan Tarik
Morpholigical,Functional and Pasting
Dan Pemanjangan Saat Putus Bioplastik
Properties of Starches Separated Cultivars
Dari Pati Umbi Talas. Jurnal Teknik
Rice Grown in Nigeria. International Food
Kimia USU, Vol. 3, No 2.
Research Journal 19(2): 665-671 (2012)

Anita, Zulisma, Akbar F. dan Harahap H. 2013. Syafputri,Ella. 2014. www. Antaranews.com
Pengaruh Penamabahan Gliserol edisi Selasa 4 Februari 2014.
Terhadap Sifat Mekanik Film Plastik
Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong. Ulyarti. 1997. Mempelajari Sifat-Sifat
Jurnal Teknik Kimia USU Vol. 2, No.2 Amilografi pada Amilosa, Amilopektin dan
Campurannya. Skripsi Fakultas Teknologi
Hartatik, Y.D, Lailatun N, dan Iswarin. 2014. Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pengaruh Komposisi Kitosan terhadap
Sifat Mekanik Dan Biodegradable Plastik
biodegradable. Jurnal Teknologi dan
Sains

Kumoro, A.C, dan Purbasari A. 2014. Sifat


Mekanik Dan Morfologi Plastik
Biodegrdable Dari Limbah Tepung Nasi
Aking Dan Tepung Tapioka Menggunakan
Gliserol Sebagai Plasticizer. Jurnal Teknik
Kimia Universitas Diponegoro.

M.H, I Gede Sanjaya, dan Puspita T. 2011.


Pengaruh Penambahan Kitosan Dan
Plasticizer Gliserol Pada Karakteristik
Plastik biodegradable Dari Pati Limbah
Kulit Singkong. Jurnal Teknik Kimia ITS.

Matz,S.A. 1984. Bakery Technology and


Engineering 3rd Ed. AVI Van Nostrand
Reinhold, New York Di dalam
Ulyarti.1997. Ulyarti. 1997. Mempelajari

138

Anda mungkin juga menyukai