Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Plastik sangat kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena benda
ini sangat murah, serbaguna, ringan, dan tahan lama. Akan tetapi, plastik
merupakan penyebab utama pencemaran lingkungan. Plastik tidak ramah
lingkungan karena rantai polimernya yang kuat dan besar membuatnya sulit
untuk di pecah. Menurut data dari Green Peace setiap tahunnya terdapat
jutaan biota laut mati karena terjerat atau memakan plastik. Di sisi lain,
pemakaian produk yang terbuat dari plastik semakin meningkat dan diminati
banyak orang. Pada tahun 2012, pemakaian plastik di Indonesia mencapai 3
juta ton lebih. Padahal 10 tahun yang lalu pemakaian plastik sudah mencapai
1,35 juta ton. Sebagian besar plastik digunakan sebagai kemasan dan produk
rumah tangga.
Plastik paling banyak digunakan sebagai bahan pengemas karena sifatnya
yang ringan, fleksibel, transparan, tahan air, praktis, dan harganya relatif
murah dibandingkan dengan bahan pengemas lain. Plastik juga dapat dengan
mudah dibentuk sesuai kebutuhan. Saat ini jumlah penggunaan plastik
sebagai kemasan pangan maupun non pangan semakin meningkat. Jenis
kantung plastik yang umum digunakan adalah plastik sintetis yang dibuat dari
minyak bumi seperti polietilen. Etilen sebagai bahan baku merupakan hasil
konversi hidrokarbon dari minyak bumi.
Selain sifat bahan bakunya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui,
kemampuan plastik sintetis untuk hancur di lingkungan juga sangat rendah.
Kemasan plastik yang dibuang akan memperburuk kondisi lingkungan,
khususnya lingkungan perairan dan tanah. Banyaknya kasus kebanjiran di
wilayah perkotaan disebabkan karena banyaknya sampah plastik yang
menumpuk dan tidak diolah/daur ulang. Plastik merupakan polimer yang
bersifat elastic dan tidak mudah untuk diuraikan. Butuh waktu puluhan
bahkan ratusan tahun bagi bakteri pengurai untuk menguraikan sampah
plastik. Sehingga jika tercecer di tanah, bahan ini akan merusak lingkungan,
1
menghambat peresapan air, menyebabkan banjir, dan merusak kesuburan
tanah. Setiap tahun satu triliun tas kresek digunakan di dunia. Rata-rata
setahun setiap orang di dunia ini menggunakan sekitar 170 tas kresek.
Faktanya hanya 1 persen tas kresek yang didaur ulang. Berarti setiap satu
menit, ada 2 juta tas kresek yang dibuang.
Plastik biodegradabel merupakan salah satu inovasi yang diciptakan
untuk mengurangi jumlah pencemaran yang disebabkan sampah plastik.
Plastik biodegradabel terbuat dari campuran polimer sintetis dengan bahan
alami seperti pati atau selulosa. Bioplastik mudah diuraikan oleh bakteri
pengurai. Bioplastik dapat dibuat dari bahan dasar zat pati. Dalam hal ini,
peneliti memanfaatkan biji nangka sebagai bahan untuk membuat plastik
biodegradable (bioplastik). Biji nangka mengandung zat pati sekitar 36 gram
dari 100 gr biji nangka. Dalam hal ini peneliti membuatnya menjadi tepung
terlebih dahulu sebelum diolah menjadi bioplastik.
Bioplastik adalah plastik yang diperoleh dari bahan-bahan biomassa yang
dapat diperbaharui. Plastik ini berbeda dari plastik konvensional yang
diproduksi dengan bahan dasar petroleum. Zat pati pada biji nangka terdiri
dari 2 komponen dasar yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan
polimer yang lurus dan panjang, sedangkan amilopektin merupakan polimer
pendek dan bercabang. Agar bisa dimanfaatkan sebagai plastik, maka perlu
teknik hidrolisis asam dengan menambahkan asam cuka ke dalam tepung biji
nangka untuk memecahkan cabang amilopektin yang membuat plastik
menjadi rapuh dan kaku. Dan perlu menambahkan gliserin sebagai plasticizer
untuk melumaskan agar tidak lengket. Dengan demikian, biji nangka dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat bioplastik. Sehingga dapat
membantu mengatasi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah
plastik.

2
II. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Banyaknya penggunaan plastik akan semakin memperburuk kondisi
lingkungan, khususnya wilayah perairan dan mengurangi kesuburan tanah.
2. Biji nangka kurang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga hanya akan
menjadi sampah yang menumpuk sehingga menyebabkan pencemaran
lingkungan.
3. Bioplastik merupakan plastic yang mudah diuraikan karena terbuat dari
bahan alami seperti zat pati, gliserin, dan asam cuka. Sedangkan biji
nangka mengandung 36 gr zat pati dalam setiap 100 gr biji nangka,
sehingga biji nangka dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat
bioplastik.

III. RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah biji nangka dapat dimanfaatkan untuk membuat bioplastik?
2. Bagaimana cara mensintesis bioplastik dari biji nangka?

IV. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui manfaat biji nangka sebagai bahan pembuat bioplastik.
2. Mengetahui cara membuat bioplastik dari biji nangka.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. BIOPLASTIK
Seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk pelestarian alam dan
lingkungan, kebutuhan akan plastik biodegradable (bioplastik) mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, diproyeksikan produksi
plastik biodegradabel akan mencapai 1.200.000 ton atau menjadi 1/ 10 dari
total produksi bahan plastik. Industri bioplastik akan berkembang menjadi
industri besar di masa yang akan datang.
Bioplastik atau biodegradable plastic merupakan jenis plastik yang
terbuat dari bahan yang mudah diperbaharui dan mudah diuraikan oleh
aktivitas mikroorganisme menjadi hasil berupa air dan karbondioksida setelah
habis terpakai dan dibuang ke lingkungan tanpa meninggalkan sisa yang
beracun, seperti zat pati, minyak nabati, dan mikroorganisme. Bahan dasar
untuk pembuatan bioplastik di alam sangat melimpah dan mempunyai
keragaman struktur yang tidak beracun. Karena sifat bioplastik yang dapat
kembali ke alam, maka bioplastik merupakan plastic yang ramah lingkungan.
Bahan yang dapat diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi
sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pembuat bioplastik .
Penggunaan bahan dasar plastik yang dapat didegradasi secara biologis
oleh mikroorganisme alami terus dikembangkan dalam rangka mengurangi
permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah-sampah non-
organik, terutama sampah plastik. Keuntungan lain dari penggunaan bahan
baku alami dalam pembuatan bioplastik adalah sifatnya yang merupakan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui, sehingga keberadaannya dapat
terus dilestarikan.
Permintaan bioplastik yang meningkat menyebabkan bioplastik
berkembang cepat dalam produk termoplastik global, karena bersifat
biodegradable. Penggunaan utama bioplastik ditujukan untuk kemasan,
pelayanan makanan sekali pakai, dan serat aplikasi. Beberapa contoh plastik
biodegradable yang telah banyak dikomersilkan antara lain terdiri dari bahan
4
hasil sintesis kimia seperti poli asam glikolat, poli asam laktat, poli kaprolakton,
dan poli vinil alkohol; hasil kultivasi mikroba seperti golongan poliester dan
polisakarida; dan yang terakhir adalah dari hasil modifikasi kimia bahan-bahan
alami seperti pati, selulosa, kitin, dan protein kedelai (Huang dan Edelman dalam
Waldi, 2007)
Teknologi plastik konvensional berbahan dasar minyak bumi masih
menyisakan masalah yaitu plastik tidak bisa terurai secara alami. Bioplastik
focus pada upaya pergantian bahan baku alami plastik yaitu zat pati. Zat pati
singkong dan jagung telah popular sebagai bahan baku bioplastik. Sejumlah
polimer alam seperti pati dan khitosan telah mendapat perhatian sebagai
material plastik yang mudah terbiodegradasi. Pati merupakan zat tepung dari
karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua
komponen utamanya yaitu amilosa dan amolipektin, bersifat kaku dan rapuh
serta tidak larut dalam air dingin. Penelitian mengenai plastik yang dapat
terbiodegradasi di dasarkan pada anggapan bahwa mikroorganisme dapat
menguraikan polimer bila dalam polimer tersebut terdapat gugus-gugus polar
atau polimer alam.
Sifat mekanik bioplastik dari bahan polimer dapat diketahui dengan
mengaplikasikan gaya pada sampel tersebut. Pengaplikasian gaya dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mengaplikasikan gaya searah atau
gaya bolak-balik pada sampel. Gaya searah biasa diaplikasikan pada sampel
untuk mengetahui kekuatan tekan. Untuk melakukan pengujian ini, sampel
dibuat menjadi bentuk dumbbell berdasarkan ketebalannya (Ike Nur P dalam
anonim, 2013). Sifat mekanik tersebut meliputi kuat putus (strength at break)
dan perpanjangan saat putus.
1) Kuat Putus (strength at break)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan suatu bahan terhadap
pembebanan pada titik lentur dan juga untuk mengetahui keelastisan suatu
bahan (Anonim, 2013).
2) Perpanjangan Saat Putus (elongation at break)
Perpanjangan didefinisikan sebagai persentase perubahan panjang film
pada saat film ditarik sampai putus. Kekuatan regang putus merupakan

5
tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai film dapat tetap bertahan
sebelum film putus atau robek. Pengukuran kekuatan regang putus berguna
untuk mengetahui besarnya gaya yang dicapai untuk mencapai tarikan
maksimum pada setiap satuan luas film untuk merenggang atau memanjang.
B. PLASTIK
Plastik adalah polimer rantai-panjang dari atom yang mengikat satu sama
lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".
Istilah plastic mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik,
namun ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk
dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari
zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi (Wikipedia, 2013).
Plastik mudah terbakar, ancaman terjadinya kebakaran pun semakin
meningkat. Asap hasil pembakaran bahan plastik sangat berbahaya karena
mengandung gas-gas beracun seperti hidrogen sianida (HCN) dan karbon
monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal dari polimer berbahan dasar
akrilonitril, sedangkan karbon monoksida sebagai hasil pembakaran tidak
sempurna. Hal inilah yang menyebabkan sampah plastik sebagai salah satu
penyebab pencemaran udara dan mengakibatkan efek jangka panjang berupa
pemanasan secara global pada atmosfer bumi.
Sampah plastik yang menumpuk dalam tanah tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme. Sehingga menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik
organik maupun anorganik semakin berkurang, hal ini menyebabkan
jarangnya fauna tanah, seperti cacing dan mikorganisme tanah, yang hidup
pada area tanah tersebut, dikarenakan sulitnya untuk memperoleh makanan
dan berlindung. Selain itu kadar O2 dalam tanah semakin sedikit, sehingga
fauna tanah sulit untuk bernafas dan akhirnya mati. Ini berdampak langsung
pada tumbuhan yang hidup pada area tersebut.
C. PATI PADA BIJI NANGKA
Nangka dengan nama latin Artocarpus heterophyllus lamk merupakan
tanaman berasal dari India yang tersebar ke daerah tropis termasuk Indonesia
(Marulli Tua, 2013). Bagian yang dapat dikonsumsi selain daging buah nya,
biji buah nangka juga dapat dan aman dikonsumsi karena mengandung
karbohidrat tinggi. Namun, masyarakat pada umumnya dalam mengkonsumsi
6
buah nangka biji buah dibuang dan dijadikan sebagai limbah padat. Padahal
kandungan karbohidrat biji nangka sangat tinggi dapat dijadikan menjadi pati.
Biji nangka mengandung pati sebanyak 36 gram dalam setiap 100 gr biji
nangka. Untuk mengatasi limbah biji nangka tersebut atau mengurangi
limbah biji nangka, kita dapat memanfaatkannya menjadi bahan baku
pembuatan bioplastik (biodegradable plastic).
Pati atau amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas
pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau
sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Pati atau
amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
produk fotosintesis) dalam jangka panjang . Pati (amilum) mempunyai rumus
molekul (C6H10O5) banyak terdapat dalam biji, umbi, akar, dan jaringan
batang tanaman (Pasaribu dalam Marbun, 2007).
Komponen – komponen yang menyusun pati adalah amilosa dan
amilopektin. Amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai
lurus dan larut dalam air. Amilosa memberikan sifat keras, dan memiliki berat
molekul rata-rata 10.000 – 60.000. Sedangkan amilopektin merupakan
komponen pati yang mempunyai rantai cabang dan tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam butanol. Amilopektin menyebabkan sifat lengket, tidak
larut dalam air dingin, dan mempunyai berat molekul 60.000 – 100.000 (zulfa
dalam Marbun, 2007). Pada pembuatan bioplastik, pati dari biji nangka
merupakan polisakarida yang tersusun dari glukosa yang saling berikatan.
Ikatan tersebut dapat diputuskan secara kimia melalui proses hidrolisis
dengan menggunakan asam sebagai katalisator. Amilosa merupakan polimer
yang lurus dan panjang, sedangkan amilopektin merupakan polimer pendek
dan bercabang. Agar bisa dimanfaatkan sebagai plastik, maka perlu teknik
hidrolisis asam dengan menambahkan asam cuka ke dalam tepung biji nangka
untuk memecahkan cabang amilopektin yang membuat plastik menjadi rapuh
dan kaku. Dan perlu menambahkan gliserin sebagai plasticizer untuk
melumaskan agar tidak lengket.

7
Hidrolisis merupakan proses terjadinya reaksi antara senyawa kimia
organik dengan anorganik , dimana air memegang peranan penting dalam
proses peruraian. Hidrolisis yang banyak digunakan adalah hidrolisis dengan
menggunkaan asam atau enzim sebagai katalis. Melalui proses hidrolisis
dengan asam karena pemotongan rantai pati tidak teratur persentase konversi
menjadi gula dengan menggunkan asam  akan lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan enzim. Pada hidrolisis sempurna dimana pati
seluruhnya dikonversikan menjadi dekstrosa. Reaksi hidrolisis tersebut
dipengaruhi oleh adanya katalisator, temperatur, dan kadar suspensi pati.
Katalisator yang digunkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
asam cuka  karena dengan katalis asam reaksinya dapat berjalan lebih cepat.
Kecepatan reaksi tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi asam.
Dalam pembuatan bioplastik ini, hanya diperlukan 4 bahan yaitu glycerin,
asam cuka, air, dan tepung biji nangka serta boleh ditambahkan tepung
maizena untuk menambahkan polimernya agar plastic menjadi elastic.
Kemudian semua bahan tersebut dicampur menjadi satu dan dipanaskan
hingga campuran tersebut berubah menjadi gell dan bening. Namun pada saat
proses pencetakan, alat pencetak perlu diolesi minyak sayur sebagai pelumas
agar ketika kering mudah dilepas dari pencetak atau tidak lengket.

BAB III
METODE PENELITIAN
8
I. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium IPA SMP Negeri 1 Slawi yang
beralamat di jl. Prof. Moh. Yamin no. 32 Slawi kab. Tegal. Penelitan
dilaksanakan pada tanggal 1 s.d 10 Agustus 2013.
II. Rancangan percobaan
a. Studi literature
Studi literature bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan bioplastik
dengan mempertimbangkan berbagai parameter seperti kandungan zat pati
dalam biji nangka, proses pembuatan bioplastik, dan pengujian bioplastik.
b. Proses pembuatan pati
Bahan baku berupa biji nangka yang direbus selama 30 menit, kemudian
ditumbuk hingga halus. Setelah itu dikeringkan/dijemur. Setelah kering di
tumbuk lagi hingga lebih halus kemudian diayak. Hasil ayakan tersebut
dijadikan sebagai tepung biji nangka.
c. Proses pembuatan bioplastik
Alat yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan bioplastik adalah kompor
atau Bunsen untuk memanaskan, wajan/panci kecil atau gelas kimia
sebagai tempat untuk mencampurkan semua bahan, pengaduk, dan cetakan
berupa papan atau tempat roti (loyang). Sedangkan bahan yang digunakan
adalah tepung biji nangka, tepung maizena, gliserin, asam cuka makanan,
dan air. Langkah –langkah pembuatan bioplastik adalah sebagai berikut:
1. Tuangkan 2 sendok teh tepung biji nangka, 1 sendok teh tepung
maizena, 1 sendok teh gliserin, 1,5 sendok teh asam cuka, dan 50 ml
air kedalam wadah (gelas kimia, wajan atau panci). Kemudian
campurkan dan diaduk.
2. Panaskan campuran tersebut di atas kompor atau Bunsen sambil
diaduk-aduk hingga membentuk gell bening seperti lem.
3. Setelah campuran tersebut berubah warna menjadi bening, angkatlah
dan tiriskan pada papan/cetakan roti.
4. Keringkan di bawah sinar matahari.
5. Setelah kering, angkatlah dari cetakan dan bioplastik bisa digunakan.

9
6. Menguji bioplastik dengan uji kelenturan, uji permeabilitas, dan uji
biodegradasi.
d. Uji sifat mekanik
Uji sifat mekanik bertujuan untuk mengetahui kelenturan, kerapuhan,
kekakuan dan kekuatan bioplastik tersebut. Uji sifat mekanik dilakukan
dengan cara uji elastisitas bioplastik (elongasi) dan uji kuat tarik (Marbun,
2007).
Uji elastisitas bioplastik (elongasi) dapat dianalisis dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
ɛ=
keterangan :
ɛ = elastisitas bioplastik/regangan/elongasi (%)
= pertambahan panjang (cm)

o = panjang awal (cm)

Uji kuat tarik dapat dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai


berikut:

Keterangan:
σ = kuat tarik (N/cm2)
Aѳ =luas penampang awal (cm2)
F maks = beban maksimal (N)
Karakteristik uji kuat tarik dilakukan dengan cara meletakkan beban berat
di atas bioplastik hingga bioplastik tersebut patah. Sehingga dapat
diketahui seberapa berat beban yang harus diletakkan pada bioplastik
tersebut. Kemudian kita bandingkan antara berat beban dengan luas
penampang bioplastik. Sedangkan uji regangan (elongasi) dilakukan
dengan cara mengukur masing-masing sisi bioplastik tersebut sebelum
dan sesudah di berikan beban berat. Kemudian dibandingkan antara massa
beban yang akan diletakkan di atas bioplastik dengan luas penampang
bioplastik.
10
e. Uji permeabilitas
Uji permeabilitas bertujuan untuk mengetahui permeabilitas bioplastic
terhadap air, dalam hal ini apakah bioplastik tersebut mudah larut air,
sehingga cepat rapuh dan tembus air, ataukah tahan air. Dalam hal ini
dengan cara memberikan zat cair di atas bioplastik tersebut.
f. Uji biodegradasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui biodegradabilitas dari
bioplastik yang dihasilkan adalah pengujian soil burial test
(Suryani,2013). Pengujian ini berguna untuk mengetahui laju penguraian
sampel atau masa pelapukan bioplastik, sehingga waktu yang dibutukkan
sampel tersebut untuk diuraikan oleh mikroorganisme dalam tanah dapat
diketahui. Dalam hal ini dilakukan dengan teknik penanaman di dalam
tanah, yaitu meletakkan bioplastik di dalam wadah/kaleng berisi tanah
dan sampah organic. Kemudian didiamkan selama 1 minggu, setelah itu
dilihat kembali untuk mengamati morfologi dan massa bioplastik antara
sebelum dan sesudah diletakkan di dalam tanah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
A. HASIL
Sintesis pati biji nangka
Pati atau amilum pada biji nangka dapat diperoleh dengan cara merebus biji
nangka kemudian ditumbuk dan dikeringkan. Setelah kering ditumbuk lagi
dan diayak. Hasil ayakan tersebut digunakan sebagai tepung biji nangka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap 100 gr biji nangka yang direbus
menghasilkan 36 gr tepung biji nangka. Tepung biji nangka ini bisa
digunakan sebagai bahan untuk membuat bioplastik.
Sintesis bioplastik
Proses sintesis bioplastik dilakukan secara sederhana yaitu dengan
mencampurkan semua bahan (blending) berupa glycerin, asam cuka, tepung
biji nangka, air, dan tepung maizena. Kemudian dipanaskan, setelah itu
dicetak dan dikeringkan. Glycerin berfungsi sebagai pelumas dan plasticizer,
sedangkan asam cuka berfungsi sebagai pemutus polimer dari amilopektin
sehingga plastic menjadi rapuh dan mudah diuraikan.
Hasil pengujian
a. Hasil pengamatan morfologi
Pengamatan morfologi dilakukan untuk mengetahui bentuk bioplastik dan
massa bioplastik. Berdasarkan pengamatan, dapat diketahui bahwa
bioplastik dari biji nangka mempunyai bentuk yang elastic (lentur),
transparan, dan kaku. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini.

A B
Gambar 1. Hasil bioplastik dengan massa A 6,5 gr dan B 8 gr
b. Hasil pengujian uji elastisitas regang (elongasi)

12
Tujuan dari pengujian elastisitas regang (elongasi) adalah untuk menguji
sifat mekanik bioplastik biji nangka yaitu dari kelenturan, kekuatan,
kerapuhan, dan kekakuan. Pengujian ini dilakukan dengan cara
memberikan beban pada bioplastik tersebut, dan mengamati pertambahan
panjang bioplastik. Jika beban yang diberikan dapat membuat bioplastik
menjadi lebih panjang, maka elastisitas regang dapat dihitung. Sehingga
dalam hal ini dilakukan pengukuran luas awal dan luas akhir pada
bioplastik. Hasil pengukuran awal luas bioplastik adalah 225 cm2
kemudian setelah dilakukan uji elastisitas regang dengan memberikan
beban, maka terjadi penambahan luas bioplastik menjadi 246,68 cm2
sehingga dengan menggunakan rumus elongasi dapat diketahui elastisitas
regangnya sebesar 1,10 %.
c. Hasil pengujian uji kuat tarik
Pengujian kuat tarik dilakukan untuk mengetahui kerapuhan dan kekuatan
bioplastik terhadap tekanan pada beban yang dibawa. Dalam hal ini
pengujiannya dengan menggunakan penambahan massa beban hingga
bioplastik tersebut mengalami kerapuhan. Setelah rapuh dan putus maka
dapat diketahui hasil kekuatan gaya tarik maksimalnya dengan
menggunakan rumus uji kuat tarik. Dalam hal ini diketahui massa
bioplastik adalah 6,5 gr dan luas penampang awal 225 cm 2. Hasil uji kuat
tarik pada berbagai macam massa beban dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 1. Hasil uji kuat tarik bioplastik biji nangka
No Massa beban Aѳ Uji kuat tarik (σ) Hasil
1 100 gr 1N 0,0044 N/cm2 Belum rapuh
2 200 gr 2N 0,009 N/cm2 Belum rapuh
3 300 gr 3N 0,013N/cm2 Belum rapuh
4 400 gr 4N 0,017 N/cm2 Belum rapuh
5 500 gr 5N 0.022 N/cm2 Rapuh dan putus
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kuat tarik bioplastik biji
nangka sebesar 0,022 N/cm2 dengan massa beban maksimum 500 gr.
Sehingga kekuatan bioplastik tersebut hanya mencapai beban 500 gr.

13
d. Hasil pengujian biodegradasi
Pengujian biodegradasi dilakukan untuk mengetahui laju atau masa
pelapukan bioplastik di dalam tanah oleh bakteri pengurai. Dalam hal ini
dengan mengamati bentuk dan morfologi bioplastik serta massanya setelah
dipendam di dalam tanah kering yang dicampur sampah organic selama 5
hari. Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dapat diketahui bahwa
terjadi perubahan warna dan morfologi bioplastik menjadi berwarna
coklat, lebih kecil dan lunak, tidak elastic, dan massanya berubah dari
massa awal 6,5 gr menjadi 2,3 gr. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.

Gambar 2. Bioplastik setelah mengalami biodegradasi didalam tanah


selama 5 hari.
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa warna dan bentuk
bioplastik semakin berubah seiring bertambahnya waktu biodegradasi, dan
juga persentase pengurangan massa bioplastik sebesar 35%.
e. Uji permeabilitas zat cair
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daya serap/absorsi zat cair dari
bioplastik biji nangka. Berdasarkan percobaan awal penambahan glycerin
yang sedikit membuat bioplastik tersebut kurang tahan terhadap air,
sehingga mudah menyerap cairan. Namun, setelah ditambahkan glycerin
bioplastik menjadi lebih tahan terhadap zat cair. Dengan demikian,
glycerin sangat menentukan sifat permeabilitas bioplastik karena sebagai
plasticizer.

B. PEMBAHASAN
Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan
mudah terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh
14
cuaca (kelembaban dan radiasi sinar matahari). Bioplastik terbuat dari
sumber biomassa seperti minyak nabati, amilum jagung, amilum biji, atau
mikrobiota. Pada percobaan pembuatan bioplastik ini menggunakan bahan
dasar tepung dari biji nangka, karena memiliki komponen dasar yaitu amilose
dan amilopektin. Amilose adalah polimer yang lurus dan panjang. Sedangkan
amilopektin adalah polimer yang pendek dan bercabang , artinya polimer ini
akan menghasilkan plastik yang pendek dan rapuh.
Ada dua cara yang dapat kita lakukan untuk menghasilkan plastik yang
kita inginkan, pertama yaitu dengan menggunakan teknik hidrolisis asam
(acid hydrolysis) dengan menambahkan cuka kedalam plastik sehingga kita
bisa mematahkan cabang amilopektin yang dapat membuat plastik menjadi
kaku dan rapuh. Cara kedua dengan menambahkan plasticyzer (bahan ini
dapat dibeli di toko kimia dengan nama dagang gliserin), gliserin berperan
sebagai pelumas pada tingkat molekul sehingga dapat membuat plastik
bersifat kuat dan lentur, sifat ini dapat kita peroleh sesuai keinginan dengan
mengatur gliserin yang ditambahkan, jika kita ingin memperoleh plastik yang
lentur maka tambahkan gliserin yang banyak, namun jika kita menginginkan
plastik yang kaku maka penambahan gliserin sedikit saja.
Bioplastik biji nangka yang telah dibuat kemudian diuji baik secara
morfologi maupun sifat mekaniknya. Pengujian secara morfologi dilakukan
secara visual dengan mengamati bentuk dan warna, serta pengujian
biodegradasi dan permeabilitas zat cair. Sedangkan pengujian sifat mekanik
dilakukan dengan menguji elastisitas regang/elongasi dan uji kuat tarik.
Berdasarkan hasil pengamatan, bioplastik dari biji nangka mempunyai bentuk
yang sama seperti bioplastik lainya yaitu elastic, dan halus.
Pengujian biodegradasi menunjukkan waktu pelapukan dan penguraian
bioplastik oleh mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini, selama 5 hari proses
biodegradasi di dalam tanah kering yang dicampur sampah organic, bioplastik
mengalami perubahan morfologi yaitu bentuk menjadi lebih kecil, lunak, dan
berlubang, dan warna menjadi lebih coklat serta massanya berkurang 35%
yaitu menjadi 2,3 gr. Sedangkan pengujian permeabilitas zat cair

15
menunjukkan bahwa bioplastik tahan terhadap zat cair, akan tetapi hal ini
disesuaikan dengan intensitas glycerin yang ditambahkan.
Pengujian elastisitas regang/elongasi dilakukan untuk mengetahui
kelenturan dan elastisitas bioplastik terhadap beban yang dibawa. Hasil
pengukuran uji elongasi dihitung dengan membandingkan luas awal
bioplastik dan luas akhir bioplastik setelah mengalami peregangan dan
pertambahan luas ketika diberikan beban maksimal. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa luas awal bioplastik 225 cm2 dan luas akhir
bioplastik setelah diberikan beban maksimal 500 gr menjadi 246,68 cm 2
sehingga elastisitas regangnya sebesar 1,10%. Tingkat elastisitas
regang/elongasi dapat dipengaruhi oleh banyaknya glycerin yang diberikan,
semakin banyak glycerin yang ditambahkan, maka tingkat elastisitas semakin
besar sehingga bioplastik menjadi lebih lentur dan kuat.
Pengujian kuat tarik dilakukan untuk menguji kekuatan gaya tarik dan
kekuatan bioplastik terhadap tekanan dari beban yang dibawa. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa bioplastik dengan massa 6,5 gr dan luas
penampang 225 cm2 dapat menampung dan membawa beban maksimal
sebesar 500 gr atau berat sebesar 5 N. hal ini ditunjukkan dengan terjadinya
kerapuhan dan robeknya bioplastik ketika digunakan untuk membawa beban
tersebut, sehingga untuk gaya tarik kuatnya sebesar 0,022 N/cm 2.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengujian tersebut di atas, maka biji
nangka dapat digunakan sebagai bioplastik yang mudah diuraikan.

BAB V
PENUTUP
16
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pati biji nangka dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
bioplastik.
2. Proses pembuatan bioplastik dilakukan secara sederhana melalui tahapan
sintesis pati biji nangka, blending (pencampuran bahan), dan pengeringan.
3. Secara morfologi, bioplastik dari biji nangka mempunyai bentuk yang sama
dengan bioplastik lainya dan elastic.
4. Pengujian elongasi menunjukkan persentasi elastisitas regang bioplastik
sebesar 1,10% dengan massa 6,5 gr dan luas 225 cm2.
5. Pengujian kuat tarik menunjukkan persentase kuat tarik bioplastik sebesar
0,022 N/cm2 dengan beban makasimal yang dibawa sebesar 500gr.
6. Bioplastik dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi masalah sampah
plastic.

DAFTAR PUSTAKA

17
Anonim. 2013. Bioplastik. Online at http://id.wikipedia.org/wiki/Bioplastik
Anonim. 2013. Online at http://eltracytaocktora.blogspot.com/2012/09/amilum-
atau-amilosa.html
Marbun, Sulartono Eldo. 2007. Skripsi : Sintesa Bioplastik Dari Pati Ubi Jalar
Menggunakan Penguat Logam ZnO dan Penguat Alami Selulosa.
Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik UI, Depok.
Maruli Tua, Harri Sabar. 2013. Potensi Tepung Biji Nangka (artocarpus
heterophyllus) Dalam Pembuatan Kukis Dengan Penambahan
Tepung Tempe. Online at http://repository.ipb.ac.id
Suryani. 2013. Sintesa Dan Uji Biodegradasi Polimer Alami. Online at
http://jurnal.pnl.ac.id/wp-
content/plugins/Flutter/files_flutter/13648880656.SintesadanUJiB
iodegradasi.pdf
Waldi, Jummi . 2007. Jurnal : Pembuatan bioplastik poli-β-hidroksialkanoat (pha)
yang dihasilkan oleh rastonia eutropha pada Substrat hidrolisat
pati sagu dengan Pemlastis isopropil palmitat. Departemen
teknologi industri pertanian, Fakultas teknologi pertanian, Institut
pertanian Bogor, Bogor.

BIODATA PESERTA

KETUA
18
NAMA : KHANSA ADZIMA
NIS : 17267
TTL : TEGAL, 09 APRIL 1999
ALAMAT : JL. WAHID HASYIM
GG NURI II RT/RW: 02/08
NO 4 SLAWI
NO. HP :
NAMA IBU : EKO PATIN LAELA, S.Pd,
NAMA AYAH : BAMBANG ADI PRAYITNO
ALAMAT SEKOLAH : JL PROF. MOH. YAMIN, NO.32 SLAWI
NO. TELP : (0283) 491121

ANGGOTA
NAMA : AMELIA ILMA KHAERANI
NIS : 17284
TTL : TEGAL, 12 DESEMBER 1998
ALAMAT : JL. WIJAYAKUSUMA
RT 07/05 KUDAILE, SLAWI
NO. HP : 085742925547
NAMA IBU : NURHIKMAH, SE
NAMA AYAH : Drs. AGUS F HANDOYO, M.M
ALAMAT SEKOLAH : JL PROF. MOH. YAMIN, NO.32 SLAWI
NO. TELP : (0283) 491121

LAMPIRAN GAMBAR

19
Gambar 3. Glicerin dan asam cuka

Gambar 4. Biji nangka

Gambar 5. Tepung maizena dan tepung biji nangka

Gambar 6. Proses penumbukan biji nangka dan pencetakan bioplastik

20
Gambar 7. Proses pengukuran massa bioplastik sebelum pengujian
biodegradasi

Gambar 8. Proses pengukuran massa setelah pengujian biodegradasi

Gambar 9. Proses pengujian kuat tarik dan elongasi dengan beberapa massa
beban

21

Anda mungkin juga menyukai