Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KIMIA POLIMER

PEMBUATAN FILM PLASTIK BIODEGRADABLE DARI LIMBAH


JERAMI PADI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kimia Polimer

Oleh :
Yogi Sopian / E611811011

D3 TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK TEDC BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Makalah Kimia Polimer ini merupakan makalah hasil studi literatur dari
bebagai sumber. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Polimer dan juga untuk menunjang dalam mendalami mata kuliah ini.
Tiada kata yang patut diungkapkan terlebih dahulu setelah selesainya
makalah ini selain Alhamdulillah ‘segala puji bagi Allah’. Puii dan syukur kehadirat
Ilahi penyusun panjatkan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada para
narasumber yang telah menyediakan ilmunya untuk kami susun dimakalah ini.
Banyak pihak turut membantu dan memungkinkan terciptanya makalah ini, untuk
itu penyusun ucapkan terima kasih yang mendalam.
Penyusun berharap makalah ini memberikan manfaat pada para pembaca
makalah ini khususnya bagi penyusun sendiri. Penyusun mengharapkan
apresiasiasi makalah ini, baik berupa saran maupun kritik. Untuk itu penyusun
ucapkan terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5
1.4 Perumusan Masalah ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
2.1 Plastik Biodegradable ........................................................................................ 6
2.2 Jerami Padi...................................................................................................... 21
BAB III METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN ................................... 22
3.1. Metodologi ...................................................................................................... 22
3.2. Hasil Dan Pembahasan..................................................................................... 24
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plastik adalah bahan yang banyak sekali di gunakan dalam
kehidupan manusia, plastik dapat di gunakan sebagai alat bantu yang
relative kuat, ringan, dan mempunyai harga yang murah. Dalam bidang
pertanian plastikpun tidak ketinggalan mengambil peran sehingga terjadi
peningkatan produksi pertanian dengan demikian pemanfaatan plastik
terus meningkat. Plastik merupakan bahan yang relative nondegradable
sehingga pemanfaatan plastik harus diperhatikan mengingat besarnya
limbah yang dihasilkannya. Plastik merupakan material yang baru secara
luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20 yang berkembang
secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada
tahun 1930- an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220
juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan material plastik di
negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika
Serikat mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya
2kg/orang/tahun (kyrikou,2007).
Plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetis dari
bahan baku minyak bumi yang terbatas jumlahnya dan tidak dapat
diperbaharui. Maka, dibutuhkan adanya alternatif bahan plastik yang
diperoleh dari bahan yang mudah didapat dan tersedia di alam dalam
jumlah besar dan murah tetapi mampu menghasilkan produk dengan
kekuatan yang sama yaitu bioplastik (Martaningtiyas, 2004).
Bioplastik atau plastik dapat terdegradasi secara alamiah adalah
plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan mudah
terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca
(kelembaban dan radiasi sinar matahari). Cara lainnya yang dapat
digunakan adalah pencampuran pati dengan selulosa, gelatin dan jenis
biopolimer lainnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari sifat

1
plastik berbahan pati (Ban, 2006 dalam Ummah Al Nathiqoh,2013).
Biasanya plastik konvensional berbahan dasar petroleum, gas alam,
atau batu bara. Sementara plastik biodegradable terbuat dari material
yang dapat diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat
dalam tanaman misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid yang
terdapat dalam hewan. Jenis plastik biodegradable antara lain
polyhidroksialkanoat (PHA) dan poli-asam amino yang berasal dari sel
bakteri, polylaktida (PLA) yang merupakan modifikasi asam laktat hasil
perubahan zat tepung kentang atau jagung oleh mikroorganisme, dan
poliaspartat sintesis yang dapat terdegradasi. Bahan dasar plastik berasal
dari selulosa bakteri, kitin, kitosan, atau tepung yang terkandung dalam
tumbuhan, serta beberapa material plastik atau polimer lain yang terdapat
di sel tumbuhan dan hewan.
Plastik biodegradable berbahan dasar tepung dapat didegradasi
bakteri Pseudomonas dan Bacillus memutus rantai polimer menjadi
monomer-monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer
selain menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan senyawa
organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi
lingkungan. Plastik berbahan dasar tepung aman bagi lingkungan. Plastik
dengan bahan baku berupa polimer sintetis membutuhkan waktu sekitar
50 tahun agar dapat terdekomposisi secara alamiah, sementara plastik
biodegradable dapat terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat (Huda,
2007 dalam Ummah Al Nathiqoh,2013).

2
Hasil degradasi plastik ini dapat digunakan sebagai makanan hewan
ternak atau sebagai pupuk kompos. Plastik biodegradable yang terbakar
tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Kualitas tanah akan
meningkat dengan adanya plastik biodegradable, karena hasil penguraian
mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah.
Tepung atau pati merupakan jenis polimer yang secara alami
diproduksi oleh tumbuhan jenis umbi-umbian, jagung dan beras
(umumnya, pati terdapat pada tanaman yang mengandung banyak
karbohidrat) dalam bentuk butiran halus. Butiran halus dari pati berbeda
untuk masing-masing jenis tanaman tetapi tetap memiliki komposisi
umum yaitu amilosa, sebuah polimer linier (mencapai 20% berat butiran)
dan amilopektin yaitu sebuah polimer bercabang (Briassoulis, 2004
dalam Ummah Al Nathiqoh,2013).
Pati juga dikenal sebagai bahan kemasan paling efektif karena
merupakan bahan alami yang murah serta dapat terdegradasi dengan
sangat cepat (Park, 2003 dalam Ummah Al Nathiqoh,2013).
Pada penelitian ini akan dipreparasi plastik biodegradable
berbahan pati yang berasal dari tepung biji durian, tepung tapioka dan
plastilicizer sorbitol. Digunakannya biji durian dan tepung tapioka
sebagai sumber pati dalam pembuatan plastik biodegradable karena
kandungan karbohidrat terutama patinya yang cukup tinggi .
Pati biji durian memiliki kesamaan dengan tepung tapioka yaitu
memiliki kadungan pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin,
sehingga dapat dikombinasikan dengan tepung tapioka sebagai bahan
pembuatan biodegradable plastic. Kadar amilosa pati tapioka berkisar 20-
27% dan kadar amilosa pati biji durian sekitar 26,607%. Amilosa
memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket. Amilosa berperan dalam pembentukan gel sedangkan
amilopektin membentuk sifat viskoelastis. Dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa pati biji durian memiliki sifat yang sama dengan tepung
tapioka yaitu sebagai perekat dalam pembuatan biodegradable.

3
Sebagai plasticizer digunakan sorbitol karena memiliki kelebihan
untuk mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolekuler
sehingga baik untuk menghambat penguapan air dari produk dan dapat
larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan mempermudah
gerakan molekul polimer, sehingga akan mempengaruhi gerakan molekul
polimer (Astuti, 2011 Aryani Rizki,2014). Plastik biodegradable
berbahan baku pati keladi, kitosan, asam cuka dan sorbitol diharapkan
dapat memberikan dampak baik bagi kehidupan sehari-hari dan
mengurangi penggunaan plastik sintesic yang mencemari lingkungan.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi potensi jerami padi dapat dimanfaatkan dalam
pembuatan biodegradable plastic.
2. Dapat mengetahui proses pembuatan biodegradable plastic dari
jerami padi.
3. Menemukan komposisi yang tepat untuk pembuatan
plastik biodegradable.
4. Dapat mengetahui kuat tarik dan proses pemanjangan,
ketahanan terhadap air bioplastik, dan biodegradasi
biodegradable plastic dari jerami padi.

4
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Memanfaatkan jerami padi pada pembuatan biodegradable
plastic .
2. Meningkatkan nilai ekonomis dengan memanfaatkan jerami
padi menjadi produk bermanfaat yang sangat dibutuhkan
setiap orang.

1.4 Perumusan Masalah


Plastik sintesis dapat menimbulkan pencemaran yang dapat
merusak lingkungan karena sulitnya plastik tersebut terurai dengan
kandungan kimia yang terdapat di dalamnya. Untuk mengurangi
pencemaran yang ditimbulkan oleh plastik sintesis maka dibuatlah
plastik biodegradable (plastik yang ramah lingkungan). Plastik
biodegradable harus mempunyai komposisi yang tepat agar plastik
tersebut mudah terurai. Jerami padi yang selama ini kurang dimanfaatkan
masyarakat bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan plastik
biodegradable karena biji durian mempunyai kandungan karbohidrat
terutama patinya. Pati jerami padi tersebut dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan plastik biodegradable. Permasalahan dalam penelitian
ini adalah bagaimana kualitas plastik biodegradable dari jerami padi
terhadap kuat tarik dan proses pemanjangan, ketahanan bioplastik
terhadap air, dan biodegradasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik Biodegradable


2.1.1 Pengertian Plastik
Plastik mempunyai peranan besar dalam kehidupan sehari-hari
biasanya digunakan sebagai bahan pengemas makanan dan minuman
karena sifatnya yang kuat, ringan dan praktis. Menurut definisi dari
(Apriyanto 2007 dan Aryanti 2013 dalam Agustina Putri Serly ,2014)
plastik sebagai material polimer atau bahan pengemas yang dapat dicetak
menjadi bentuk yang diinginkan dan mengeras setelah didinginkan atau
pelarutnya diuapkan. Polimer adalah molekul yang besar yang telah
mengambil peran yang penting dalam teknologi karena mudah dibentuk
dari satu bentuk ke bentuk lain dan mempunyai sifat, struktur yang
rumit. Hal ini disebabkan oleh jumlah atom pembentuk yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan senyawa yang berat atomnya lebih rendah.
Umumnya suatu polimer dibangun oleh satuan struktur yang tersusun
secara berulang dan diikat oleh gaya tarik menarik yang kuat yang disebut
ikatan kovalen (Steven, 2007 dalam Sari Permata Dian,2014).
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu
sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau
"monomer". Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik,
namun ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik
terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa
juga terbentuk dengan menggunakan zat lain untuk menghasilkan plastik
yang ekonomis (Azizah, 2009 dalam Ningsih SW,2010).
Plastik merupakan suatu komoditi yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Hampir semua peralatan atau produk yang
digunakan terbuat dari plastik dan sering digunakan sebagai pengemas
bahan baku. Namun pada kenyataannya, sampah plastik menjadi masalah
lingkungan karena plastik membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

6
mengalami proses daur ulang. Plastik memiliki beberapa keunggulan
seperti ringan, fleksibel, kuat, tidak mudah pecah, transparan, tahan air
serta ekonomis (Darni dkk., 2005 dalam Sari Permata Dian,2014).
Plastik adalah senyawa polimer dengan struktur kaku yang
terbentuk dari polimerisasi monomer hidrokarbon yang membentuk rantai
panjang. Plastik mempunyai titik didih dan titik leleh yang beragam, hal
ini berdasarkan pada monomer pembentukannya. Monomer yang sering
digunakan dalam pembuatan plastik adalah propena (C 3 H6 ), etena (C 2 H4 ),
vinil khlorida (CH2 ), nylon, karbonat (CO 3 ), dan styrene (C 8 H8 ).
Sifat – sifat plastik sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
ditunjukan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Sifat Mekanik Plastik Sesuai SNI

No. Karakteristik Nilai

1. Kuat tarik (MPa) 24,7-302


2. Persen elongasi (%) 21-220

3. Hidrofobisitas (%) 99

Sumber: Darni dan Herti (2010)

7
Seperti yang dikutip pada Nathiqoh Al Ummah pada Uji
Ketahanan Biodegradable Plastic Berbasis Tepung Biji Durian (Durio
Zibethinus Murr) Terhadap Air dan Pengukuran Densitasnya, Salah satu
jenis plastik adalah Polytehylene (PE). Polietilen dapat dibagi menurut
massa jenisnya menjadi dua jenis, yaitu: Low Density Polyethylene
(LDPE) dan High Density Polyethylene (HDPE). LDPE mempunyai
massa jenis antara 0,91-0,94 g/mL, separuhnya berupa kristalin (50-
60%) dan memiliki titik leleh 115°C. Sedangkan HDPE bermassa jenis
lebih besar yaitu 0,95-0,97 g/mL, dan berbentuk kristalin (kristalinitasnya
90%) serta memiliki titik leleh di atas 127°C (beberapa macam sekitar
135°C) (Billmeyer,1971 dalam Sari Permata Dian,2014)
Secara kimia, LDPE mirip dengan HDPE. Tetapi secara fisik
LDPE lebih fleksibel dan kerapatannya lebih kecil dibandingkan HDPE.
Perkembangan selanjutnya, telah diproduksi LDPE yang memiliki bentuk
linier dan dinamakan Low Linear Density Poliethylene (LLDPE).
Kebanyakan LDPE dipakai sebagai pelapis komersial, plastik, lapisan
pelindung sabun, dan beberapa botol yang fleksibel. Kelebihan LDPE
sebagai material pembungkus adalah harganya yang murah, proses
pembuatan yang mudah, sifatnya yang fleksibel, dan mudah didaur ulang.
Selain itu, LDPE mempunyai daya proteksi yang baik terhadap uap air,
namun kurang baik terhadap gas lainnya seperti oksigen. LDPE juga
memiliki ketahanan kimia yang sangat tinggi, namun melarut dalam
benzena dan tetrachlorocarbon (CCl4) (Billmeyer, 1971 dalam Sari
Permata Dian,2014).
Keunggulan lain jenis plastik berkerangka dasar polietilen
dibandingkan dengan jenis plastik lainnya ialah jenis plastik ini
mempunyai nilai konstanta dielektrik yang kecil, sehingga sifat
kelistrikannya lebih baik (Billmeyer,1971 dalam Sari Permata
Dian,2014) Sifat tersebut semakin baik dengan tingginya jumlah

8
hidrogen atau klorida dan fluorida yang terikat pada tulang punggung
Polietilen (exceedmpe.com.
LDPE diklasifikasikan sebagai materi semi permeabel karena
permeabilitasnya terhadap bahan kimia yang volatil. LDPE diproduksi
dari gas etilen pada tekanan dan suhu tinggi dalam reaktor yang berisi
pelarut hidrokarbon dan katalis logam yaitu Ziegler Catalysts. Polimer
yang dihasilkan berupa bubur yang kemudian difiltrasi dari pelarutnya.
LDPE disintesis secara komersial pada tahun 1940. Sintesis tersebut
menghasilkan LDPE dengan rantai bercabang. Hasil ini dibuktikan
dengan spektroskopi IR. Percabangan LDPE dapat mengandung 50
cabang pendek dan paling sedikit 1 cabang panjang setiap basisnya.
Percabangan yang terbentuk menghasilkan bentuk ikatan silang
(Billmeyer,1971 dalam Sari Permata Dian,2014).
istilah plastik dan polimer seringkali dipakai secara sinonim.
Namun tidak berarti semua polimer adalah plastik. Plastik merupakan
polimer yang dapat dicetak menjadi berbagai bentuk yang berbeda.
Plastik dapat digolongkan berdasarkan :
1. Sifat Fisiknya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak
tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan
menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras.
Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat
dibentuk ulang dalam berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda
untuk mendapatkan produk polimer yang baru. Polimer yang termasuk
polimer termoplastik adalah plastik.

9
Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut :
1. Berat molekul kecil.
2. Tidak tahan terhadap panas.
3. Jika dipanaskan akan melunak.
4. Jika didinginkan akan mengeras.
5. Mudah untuk diregangkan.
6. Fleksibel.
7. Titik leleh rendah.
8. Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
9. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
10. Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
Contoh plastik termoplastik sebagai berikut :
1. Polietilena (PE)
Contoh : botol plastik, mainan, bahancetakan, ember, drum, pipa
saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
2. Poliviniklorida (PVC)
Contoh : pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin
plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan
dan botol detergen.
3. Polipropena (PP)
Contoh : karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi
plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus
tekstil dan permadani.
4. Polistirena
Contoh : insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju, dll.
b. Polimer Termosetting
Polimer termosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak meleleh
sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini
bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bilapolimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat

10
disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer termosetting memiliki ikatan-ikatan silang yang mudah
dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi
kaku dankeras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka
semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk
kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan
silang antar rantai polimer.
Sifat polimer termosetting sebagai berikut :
1. Keras dan kaku (tidak fleksibel).
2. Jika dipanaskan akan mengeras.
3. Tidak dapat dibentuk ulang (suka didaur ulang).
4. Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
5. Jika dipanaskan akan meleleh.
6. Tahan terhadap asam basa.
7. Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul.
Contoh plastik termosetting adalah bakelit atau asbak, fitting lampu
listrik, steker listrik, peralatan fotografi, radio dan perekat plywood.
2. Kinerja dan penggunaanya
A . Plastik komoditas
1. sifat mekanik tidak terlalu bagus
2. tidak tahan panas
Contohnya: PE, PS, ABS, PMMA, SAN
Aplikasi: barang-barang elektronik, pembungkus makanan, botol
minuman
B. Plastik teknik
1. Tahan panas, temperatur operasi di atas 100 °C
2. Sifat mekanik bagus. Contohnya: PA, POM, PC, PBT.
3. Aplikasi: komponen otomotif dan elektronik

11
C. Plastik teknik khusus
1. Temperatur operasi di atas 150 °C
2. Sifat mekanik sangat bagus (kekuatan tarik di atas 500
Kgf/cm²) Contohnya: PSF, PES, PAI, PAR
Aplikasi: komponen pesawat.
3. Berdasarkan jumlah rantai karbonnya
a. 1 - 4 Gas (LPG, LNG)
b. 5 - 11 Cair (bensin)
c. 9 - 16 Cairan dengan viskositas rendah
d. 16 - 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
e. 25 - 30 Padat (parafin, lilin)
f. 1000 - 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dan lainnya.)
4. Berdasarkan sumbernya
1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam,
rambut
2. Polimer sintetis: Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester,
polipropilen, polistiren. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh
proses buatan: karet sintetis
3. Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane
(bahan dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami
modifikasi secara radikal sehingga kehilangan sifat-sifat
kimia dan fisika asalnya).

2.1.2 Jenis Kode pada Plastik


Ada 7 jenis kode yang terdapat pada plastik, yaitu:
1. PETE/PET (PolyEthylene Terephthalate)
Biasa dipakai untuk botol plastik transparan seperti botol air
mineral, botol minuman, botol jus, botol minyak goreng, botol kecap, dan
botol sambal.Dapat mengeluarkan zat karsinogenik SbO3 (Antimon
Trioksida) apabila digunakan berulang kali terutama pada kondisi panas.
PETE/PET direkomendasikan ‘hanya untuk sekali pakai’. Buang botol

12
yang sudah lama dan baret-baret.
2. HDPE (High Density PolyEthylene)
Biasa dipakai untuk botol kosmestik, botol obat, botol minuman, botol
susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat,
dan jerigen, dan pelumas.Memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras,
buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi.HDPE direkomendasikan
hanya untuk sekali pakai, karena pelepasan senyawa SbO3(Antimon
Trioksida) terus meningkat seiring waktu.
3. V/PVC (PolyVinyl Chloride)
Biasa dipakai pada plastik pembungkus (cling wrap), untuk
mainan, selang, pipa bangunan, taplak meja plastik, botol kecap, botol
sambal dan botol shampoo.Jenis plastik yang paling sulit didaur
ulang.PVC mengandung DEHA yang mudah melebur jika terdapat
kontak antara permukaan plastik dengan minyak, berbahaya untuk ginjal
dan hati.
4. LDPE (Low Density PolyEthylene)
Biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol-botol
yang lembek, tutup plastik, kantong/tas kresek, dan plastik tipis
lainnya.Bersifat fleksibel, kuat, sulit dihancurkan. Pada suhu di bawah
600C sangat resisten terhadap senyawa kimia.
5. PP (PolyPropylene)
Merupakan pilihan bahan plastik terbaik dan paling aman,
terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, tutup botol, cup plastik, mainan anak, botol minum dan yang
terpenting, pembuatan botol minum untuk bayi.Bersifat elastis.
6. PS (PolyStyrene)
Biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat
minum sekali pakai seperti sendok, garpu gelas.Polystyrene dapat
mengeluarkan bahan Styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut
bersentuhan, berbahaya untuk otak dan sistem saraf, memiliki bahaya
yang sama seperti asap rokok dan asap kendaraan. Bahan ini sulit didaur

13
ulang.
7. Other
a. SAN (styrene acrylonitrile)
Memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu; kekuatan,
kekakuan, dan tingkat kekerasan telah ditingkatkan sehingga merupakan
salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam
kemasan makanan minuman. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer,
pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi,
ABS biasa digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.
b. ABS(acrylonitrile butadiene styrene)
Memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu;
kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan telah ditingkatkan sehingga
merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan
dalam kemasan makanan minuman. Biasanya terdapat pada mangkuk
mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat
gigi, ABS biasa digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.
c. PC(polycarbonate)
Dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita, dan
kaleng kemasan makanan dan minuman, kaleng susu formula. Dapat
mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan
minuman yang berbahaya bagi sistem hormon.
d. Nylon
Nylon adalah suatu polimer yang paling umum digunakan. Nylon
adalah termoplastik bahan halus, pertama kali digunakan secara komersial
dalam nilon a-berbulu sikat gigi.

2.1.3 Biodegradable Plastic


Biodegradable dapat diartikan dari tiga kata yaitu bio yang
berarti makhluk hidup , degra yang berarti terurai dan able berarti dapat .
jadi film biodegradable plastik adalah film plastik yang dapat terurai oleh
mikroorganisme. Film plastik ini, biasanya digunakan untuk pengemasan.

14
Kelebihan film plastik antara lain tidak mudah ditembus uap air sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengemas (Mahalik, 2009 dalam
Agustina Putri Serly,2014).
(Griffin, 1994 dalam Aryani Riski,2014), plastik biodegradable
adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu tertentu mengalami
perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi sifat-sifat yang
dimilikinya karena pengaruh mikroorganisme (bakteri, jamur, alga).
Menurut (Seal,1994 dalam Aryani Putri,2014), kemasan plastik
biodegradable adalah suatu material polimer yang merubah pada
senyawa yang berat molekul rendah dimana paling sedikit satu tahap
pada proses degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami.
Plastik biodegradable berbahan dasar pati/amilum dapat didegradasi oleh
bakteri pseudomonas dan bacillus memutus rantai polimer menjadi
monomer – monomernya. Senyawa-senyawa hasil degradasi polimer
selain menghasilkan karbon dioksida dan air, juga menghasilkan
senyawa organik lain yaitu asam organik dan aldehid yang tidak
berbahaya bagi lingkungan . Sebagai perbandingan, plastik
tradisional membutuhkan waktu sekitar 50 tahun agar dapat
terdekomposisi alam, sementara plastik biodegradable dapat
terdekomposisi 10 hingga 20 kali lebih cepat. Plastik biodegradable yang
terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya. Kualitas tanah
akan meningkat dengan adanya plastik biodegradable, karena
hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah.
Berdasarkan bahan baku yang dipakai, plastik biodegradable
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia
(non-renewable resources) dengan bahan aditif dari senyawa bio-aktif
yang bersifat biodegradable, dan kelompok kedua adalah dengan
keseluruhan bahan baku dari sumber daya alam terbarukan (renewable
resources) sepertinya dari bahan tanaman pati dan selulosa serta hewan
seperti cangkang atau dari mikroorganisme yang dimanfaatkan untuk
mengakumulasi plastik yang berasal dari sumber tertentu seperti lumpur

15
aktif atau limbah cair yang kaya akan bahan-bahan organik sebagai
sumber makanan bagi mikroorganisme tersebut (Adam S dan Clark D
2009 dalam Ningsih SW,2010).
Plastik biodegradable dapat dihasilkan melalui beberapa cara,
salah satunya adalah biosintesis menggunakan bahan berpati atau
berselulosa. Cara pembuatan biodegradable plastic yang berbasis pati
antara lain :
1. Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam
jumlah kecil (10-20%).
2. Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi,
seperti PCL, dalam komposisi yang sama (50).
3. Menggunakan proses ekstraksi untuk mencampur pati dengan bahan
– bahan seperti protein kedelai, gliserol, alginate, lignin dan
sebagainya sebagai bahan plasticizer ( Flieger et al, 2003 dalam
Ummah Al Nathiqoh,2013).

2.1.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Plastik


Biodegradable
Dalam pembuatan plastik biodegradable ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan seperti:
1. Temperatur
Perlakuan suhu diperlukan untuk membentuk plastik biodegradable
yang utuh tanpa adanya perlakuan panas kemungkinan terjadinya
interaksi molekul sangatlah kecilsehingga pada saat plastik dikeringkan
akan menjadi retak dan berubah menjadi potongan-potongan kecil.
Perlakuan panas diperlukan untuk membuat plastik tergelatinisasi,
sehingga terbentuk pasta pati yang merupakan bentuk awal dari plastik.
Kisaran suhu gelatinisasi pati rata-rata 64,5o C-70o C (Mc Hugh dan
Krochta, 1994).
2. Konsentrasi Polimer
Konsentrasi pati ini sangat berpengaruh terutama pada sifat fisik

16
plastik yang dihasilkan dan juga menentukan sifat pasta yang dihasilkan.
Menurut Krochta dan Johnson (1997), semakin besar konsentrasi pati
maka jumlahpolimer penyusun matrik plastik semakin besar sehingga
dihasilkan plastik yang tebal.
3. Plasticizer
Plasticizer ini merupakan bahan nonvolatile yang ditambah kedalam
formula plastik akan berpengaruh terhadap sifat mekanik dan fisik plastik
yang terbentuk karena akan mengurangi sifat intermolekul dan
menurunkan ikatan hidrogen internal. Plasticizer mempunyai titik didih
tinggi dan penambahan plasticizer diperlukan untuk mengatasi sifat rapuh
plastik yang disebabkan oleh kekuatan intermolekul ekstensif(Gotard et
al., 1993). Menurut Krocht dan Jonhson (1997), plasticizer polyol yang
sering digunakan yakni gliserol dan sorbitol.

2.1.4 Sifat Mekanik Plastik Biodegradable


Sifat mekanik film plastik yang menjadi standar kekuatan dari film
plastic yang umumnya terdiri dari kuat tarik, elongasi (Yunet al ,2009
dalam Ummah Al Nathiqoh,2013) dan modulus young ( su et al, 2007
dalam Ummah Al Nathiqoh,2013) biasanya disebut sebagai sifat
peregangan. Kekuatan tarik suatu bahan merupakan gambaran mutu
bahan secara mekanik (Akrom,2009 dalam Ummah Al Nathiqoh,2013).
Uji tarik merupakan uji mekanik dasar yang digunakan untuk
menentukan modulus elastisitas, batas elastis, elongasi, kekuatan tarik,
titik luluh dan sifat lainnya ( Larson,2010 dalam Ummah Al
Nathiqoh,2013).

2.1.5 Standar Untuk Plastik Biodegradable


Pengujian sifat biodegradabilitas bahn plastik dapat dilakukan
menggunakan enzim, mikroorganisme dan uji penguburan. Metode uji
standar dan protokol diperlukan untuk menetapkan dan mengkuantifikasi
degradabilitas dan biodegradasi polimer, dan konfirmasi dengan alam

17
dengan breakdown produk. Standar telah dibangun atau dibawah
pembangunan oleh Badan Standar Nasional Amerika (ASTM);
Eropa(CEN), Jerman (DIN), Jepang (JIS) dan Organisasi Standar
Internasional (ISO) untuk mengevaluasi dan mengkuantifikasi
biodegradabilitas dibawah kondisi lingkungan/pembuangan yang
berbeda seperti pengomposan, tanah, laut, limbah, dan anaerobic digester.
Tidak ada perbedaan yang besar diantaranya. Standar ISO akan
membawa semua standar tersebut dan menyediakan standar yang
diterima secara global. (Narayan, 1999).
American Society for Testing Materials (ASTM) mengeluarkan “Standar
Spesifikasi untuk Plastik Dapat Dikompos” D6400-99. Standar ini
menetapkan kriteria(spesifikasi) untuk plastik dan produk yang dibuat
dari plastik untuk diberi label dapat dikompos, termasuk biodegradasi
pada tingkat yang sebanding dengan bahan yang diketahui dapat
dikompos. (Narayan, 1999) Lembaga Standarisasi Internasional (ISO)
telah mengeluarkan metode standar pengujian sifat biodegradabilitas
bahan plastik sebagai berikut:
a. ISO 14851 :Penentuan biodegradabilitas aerobik final dari bahan
plastik dalam media cair-Metode pengukuran kebutuhan oksigen
dalam respirometer tertutup
b. ISO 14852 : penentuan biodegradabilitas aerobik final dari bahn
plastik dalam media cair-Metode Analisa karbondioksida yang
dihasilkan.
c. ISO 14855 : Penentuan biodegradabilitas aerobik final dan
disintegrasi dari bahan plastik dalam kondisi komposting
terkendali-Metode Analisa karbondioksida yang dihasilkan.
d. ASTM 5338 : Standar Internasional mengenai lamanya film
plastik terdegradasi.
Standar plastik internasional (ASTM 5336) (Averous,2009) besarnya kuat
tarik untuk plastik PLA dari jepang mencapai 2050 Mpa dan plastik PCL
dari Inggris mencapai 190 Mpa. Sedangkan untuk uji biodegradasinya

18
plastik PLA dari Jepang dan PCL dari Inggris membutuhkan waktu 60
hari untuk dapat terurai sempurna .

2.1.6 Karakteristik Biodegradable Plastic


Keberhasilan suatu proses pembuatan film kemasan plastik
biodegradable dapat dilihat dari karakteristik film yang dihasilkan.
Karakteristik film yang dapat diuji adalah karakteristik mekanik,
permeabilitas dan nilai biodegradabilitasnya. Adapun pengertian masing-
masing karakteristik tersebut adalah :
1. Karakteristik mekanik
Karakteristik mekanik suatu film kemasan terdiri dari : kuat tarik
(tensile strength), kuat tusuk (puncture strength), persen
pemanjangan (elongation to break) dan elastisitas (elastic/young
modulus). Parameter-parameter tersebut dapat menjelaskan
bagaimana karakteristik mekanik dari bahan film yang berkaitan
dengan struktur kimianya. Selain itu, juga menunjukkan indikasi
integrasi film pada kondisi tekanan (stress) yang terjadi selama
proses pembentukan film. Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum
yang dapat ditahan oleh film selama pengukuran berlansung. Kuat
tarik dipengaruhi oleh bahan pemlastis yang ditambahkan dalam
proses pembuatan film. Sedangkan kuat tusuk menggambarkan
tusukan maksimum yang dapat ditahan oleh film. Film dengan
struktur yang kaku akan menghasilkan nilai kuat tusuk yang tinggi
atau tahan terhadap tusukan. Adapun persen pemanjangan
merupakan perubahan panjang maksimum film sebelum terputus.
Berlawanan dengan itu, adalah elastisitas akan semakin menurun jika
seiring dengan meningkatnya jumlah bahan pemlastis dalam film.
Elastisitas merupakan ukuran dari kekuatan film yang dihasilkan.
2. Uji Ketahanan Terhadap Air
Uji ketahanan air dari plastik berbahan polipropilen (PP) adalah
sebesar 0,01 atau sebesar 1%, sehingga plastik tersebut efektif

19
digunakan sebagai wadah makanan yang banyak mengandung air.
Uji ketahanan air ini diperlukan untuk mengetahui sifat bioplastik
yang dibuat sudah mendekati sifat plastik sintetis atau belum, karena
konsumen plastik memilih plastik dengan sifat yang sesuai
keinginan, salah satunya adalah tahan terhadap air (Darni, dkk.,
2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Sarka, dkk (2011) dengan
membandingkan antara pati asli dengan pati terasetilasi dalam hal
sifat ketahanan airnya, maka pati terasetilasi mampu meningkatkan
tingkat ketahanan air plastik daripada pati asli.
3. Biodegradabilitas
Biodegradasi adalah penyederhanaan sebagian atau
penghancuran seluruh bagian struktur molekul senyawa oleh reaksi-
reaksi fisiologis yang dikatalisis oleh mikroorganisme.
Biodegradabilitas merupakan kata benda yang menunjukkan kualitas
yang digambarkan dengan kerentanan suatu senyawa (organik atau
anorganik) terhadap perubahan bahan akibat aktivitas-aktivitas
mikroorganisme (Madsen, 1997 Dalam Ummah Al Nathiqoh, 2013).
Biodegradasi adalah perubahan senyawa kimia menjadi komponen
yang lebih sederhana melalui bantuan mikroorganisme. Dua batasan
tentang biodegradasi adalah (1) Biodegradasi Tahap Pertama
(PrimaryBiodegradation), merupakan perubahan sebagian molekul
kimia menjadi komponen lain yang lebih sederhana; (2)
Biodegradasi tuntas (UltimateBiodegradation), merupakan
perubahan molekul kimia secara lengkap sampaiterbentuk CO 2 , H2 O
dan senyawa organik lain (Gledhill,1974 Dalam Ummah Al
Nathiqoh, 2013).
Metode yang digunakan adalah metode soil burial test
(Subowo dan Pujiastuti, 2003) yaitu dengan metode penanaman
sampel dalam tanah. Sampel berupa film bioplastik ditanamkan pada
tanah yang ditempatkan dalam pot dan diamati per-hari terdegradasi

20
secara sempurna. Proses degradasi film plastik dalam tanah.
Analisis biodegradasi film plastik dilakukan melalui pengamatan
film secara visual.
Bagaimanapun, biodegradasi tidak sepenuhnya berarti bahwa
material biodegradable akan selalu terdegradasi. Berdasarkan
standar European Union tentang biodegradasi plastik, plastik
biodegradable harus terdekomposisi menjadi karbondioksida, air,
dan substansi humus dalam waktu maksimal 6 sampai 9 bulan
(Sarka, dkk., 2011). Percobaan yang dilakukan Sarka, dkk (2011)
dengan menggunakan pati dari gandum, menunjukkan bahwa
semakin banyak bagian patinya, maka semakin mudah bagi plastik
tersebut untuk terdegradasi, sedangkan antara pati asli dengan pati
terasetilasi, menunjukkan bahwa pati asli lebih mudah terdegradasi
daripada pati terasetilasi.

2.2 Jerami Padi


Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya
(gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan
limbah pertanian terbesar serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena
adanya faktor teknis dan ekonomis. Pada sebagian petani, jerami sering
digunakan sebagai penutup tanah pada saat menanam palawija.
Jerami padi (Oryza sativa) memiliki kandungan selulosa yang
cukup tinggi. Selulosa merupakan biopolimer alami yang dapat
digunakan sebagai bahan bioplastik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah selulosa dari limbah jerami padi dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bioplastik dan bagaimana karakterisasi bioplastik yang
dihasilkan dari limbah jerami padi tersebut

21
BAB III
METODOLOGI, HASIL, DAN PEMBAHASAN

3.1. Metodologi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ayakan mesh no.
50, oven (Memmert), scanning electron microscope (JEOL-JSM
T330A), spektrofotometer inframerah (Shimadzu, IR Prestige-21),
timbangan analisis digital (Mettler Toledo), UTM (Universal Testing
Machine) (Orientec Co. Ltd, Model UCT-5T), stirrer, pemanas air yang
dilengkapi stirer (CIMAREC), pelat kaca dan alat-alat gelas yang biasa
digunakan di laboratorium kimia analitik.
3.1.2. Bahan
Bahan tumbuhan:
Jerami padi diperoleh dari daerah Bandung, Jawa Barat. Bahan
kimia:
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium
hidroksida (Merck), asam sulfat (Merck), aquadestilata (Teknis), asam
klorida (Merck), khitosan (PT. Biotech Surindo), gliserol (Teknis), asam
asetat (Merck), NaOCl 12% (Teknis).
3.1.3. Prosedur
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental di
laboratorium dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
Pengumpulan dan determinasi bahan meliputi pengumpulan
bahan dan determinasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Preparasi bahan meliputi pencucian, pengeringan di bawah sinar
matahari langsung, perajangan, penggilingan dan pengayakan
menggunakan ayakan mesh 50. Kemudian bahan diuji kandungan
selulosa dan ligninnya menggunakan metode chesson. 1 g sampel kering
(a) ditambahkan 150 mL H2 O kemudian direfluks pada suhu 100oC

22
dalam water bath selama 1 jam. Hasil refluks tersebut kemudian disaring
dan residunya dicuci dengan air panas kurang lebih 300 mL. Residu yang
diperoleh dikeringkan dengan oven hingga beratnya konstan kemudian
ditimbang (b). Residu ditambahkan 150 mL H2 SO 4 1 N kemudian
direfluk dalam penangas air selama 1 jam pada suhu 100oC. Hasilnya
disaring sampai netral menggunakan aquades kurang lebih 300 mL dan
dikeringkan (c). Residu kering direndam dalam 10 mL H2 SO 4 72% pada
suhu kamar selama 4 jam kemudian ditambahkan 150 mL H2 SO 4 1 N dan
direfluk dalam water bath selama 1 jam. Residu yang diperoleh disaring
dan dicuci dengan H2 O sampai netral kemudian dikeringkan dalam oven
dengan suhu 105oC dan hasilnya ditimbang (d), selanjutnya residu
diabukan dan ditimbang (e). Perhitungan kadar selulosa dan kadar lignin
adalah sebagai berikut:
(
Kadar seluosa = (c- 1
d)/a x 100% )
(
Kadar lignin = (d-e)/a 2
x 100% )
Pembuatan pulp dari jerami padi menggunakan metode yang
mengacu pada metode yang digunakan oleh M.Z. Norashikin dan M.Z.
Ibrahim12 dengan modifikasi. Pembuatan pulp dilakukan dengan
merendam tiap 10 g jerami dengan 200 ml NaOH 4% sambil dipanaskan
selama 1 jam, kemudian disaring, dinetralkan dan dikeringkan. Setiap 2
g dari hasil tersebut, ditambahkan 36 ml HCl 0,2 M sambil dipanaskan
selama 2 jam, kemudian disaring dan dinetralkan, lalu ditambahkan
NaOCl 12% b/v, setelah itu dikeringkan dalam oven. Hasil yang
diperoleh dibilas dengan aquades hingga bebas klorin dan dikeringkan
kembali. Sebanyak 2 g dari hasil yang diperoleh ditambahkan 100 ml
aquades, dipanaskan hingga terbentuk pulp.

23
Pembuatan bioplastik dilakukan dengan metode inversi fasa.
Orientasi dilakukan terlebih dahulu terhadap jumlah pulp yang
dicampurkan dengan 3 ml gliserol. Variasi pulp yang digunakan adalah
0,5 g ; 1 g ; 1,5 g ; 2 g. Hasil orientasi terbaik dicampurkan dengan kitosan
yang dilarutkan dalam asam asetat 1% dengan perbandingan kitosan dan
pulp 3:10 ; 4:10 ; dan 5:10. Larutan dicetak di atas plat kaca dan
dikeringkan pada oven 500C. Setelah kering untuk pelepasan bioplastik
dari plat tersebut, direndam dalam NaOH 2% kemudian dikeringkan
dengan udara bebas.
Karakterisasi bioplastik meliputi analisis gugus fungsi
menggunakan alat FTIR, analisa morfologi menggunakan alat SEM
(Scanning Electron Microscopy), uji ketahanan air, dan pengujian sifat
mekanik menggunakan alat UTM (Universal Testing Machine) yang di
uji sesuai ISO 527 Tipe 5A.

3.2. Hasil Dan Pembahasan


3.2.1. Hasil pengumpulan dan determinasi bahan
Jerami padi diperoleh dari daerah Bandung, Jawa Barat.
Determinasi tumbuhan jerami padi dilakukan di Herbarium Jatinangor,
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologi FMIPA Unpad
dengan nomor surat hasil determinasi adalah 54/HB/01/2012.
3.2.2. Hasil preparasi bahan
Hasil preparasi bahan, jerami menjadi serbuk halus berwarna
kuning coklat. Setelah itu di uji kandungan selulosa dan ligninnya, hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 1.
Pengecilan ukuran partikel pada preparasi bahan dimaksudkan
untuk memperluas permukaan kontak karena semakin kecil ukuran
partikel, maka semakin besar luas permukaan padatan per satuan luas
volume tertentu, sehingga akan semakin banyak zat yang teradsorpsi.13
Hasil pengujian kadar selulosa dan lignin pad Tabel 1. menunjukkan
bahwa, rata-rata kadar selulosa jerami yang digunakan adalah sekitar

24
22,07% dengan kandungan lignin rata-rata sekitar 3,48%. Secara umum
kandungan selulosa pada jerami adalah 37,71%.4 Perbedaan ini dapat
disebabkan karena sumber tanaman jerami yang berbeda, kondisi
tanaman, tanah, penanaman dan lain-lain.2
3.2.3. Hasil pembuatan pulp
Pada proses pembuatan pulp ini, pulp berubah warna dari coklat
menjadi putih kuning.
Pada proses pembuatan pulp, jerami direaksikan dengan NaOH
4%. Hal ini bertujuan untuk meluruhkan lignin (proses delignifikasi).
Delignifikasi dilakukan karena lignin dapat meningkatkan kekakuan suatu
bahan.14 Selanjutnya ditambahkan dengan HCL 0,2M untuk meluruhkan
hemiselulosa sehingga hanya selulosa yang terkandung dalam pulp.
Hemiselulosa perlu dihilangkan karena dapat meningkatkan kerapuhan
bahan.15 Setelah itu ditambahkan NaOCl. Penambahan NaOCl ini sebagai
proses pemutihan pulp. Proses pemutihan pulp adalah peristiwa perusakan
(degradasi) sisa lignin yang masih tersisa yang terdapat dalam pulp dengan
perlakuan bahan kimia untuk merubah warna dan memberikan kecerahan
yang lebih tinggi pada pulp.
3.2.4. Hasil pembuatan bioplastik
Dari hasil orientasi, jumlah pulp 2 g memberikan hasil terbaik, ditinjau
dari elastisitasnya yang diamati secara manual yaitu dilihat saat
pelepasan dari plat tidak mudah patah dibanding yang lain, selain itu
juga masih dapat ditekuk.
Setelah orientasi jumlah pulp tersebut, selanjutnya pembuatan
bioplastik dilakukan dengan mencampurkan kitosan dan gliserol ke
dalam pulp. Variasi perbandingan jumlah kitosan dengan pulp yang
digunakan adalah 3:10 ; 4:10 ; dan 5:10.
Bioplastik yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pembuatan bioplastik dilakukan dengan metode inversi fasa dengan
teknik penguapan pelarut (solvent casting). Teknik ini dipilih karena
merupakan teknik yang paling sederhana. Pada metode ini polimer

25
dilarutkan dalam suatu pelarut, dan polimer yang telah terbentuk dicetak
pada suatu pendukung, contohnya seperti plat kaca. Pelarut dibiarkan
menguap, sehingga dihasilkan lapisan polimer yang rapat. 16
Orientasi jumlah pulp dilakukan untuk mengetahui jumlah pulp
yang dapat memberikan hasil terbaik. Setelah diperoleh orientasi
jumlah pulp tersebut, selanjutnya pembuatan bioplastik dilakukan
dengan mencampurkan kitosan dan gliserol ke dalam pulp. Kitosan
berfungsi sebagai biopolimer pencampur dan gliserol berfungsi
sebagai plastisizer sehingga diharapkan dapat menghasilkan bioplastik
yang memiliki sifat fisik dan mekanik yang lebih baik.
3.2.5. Hasil karakterisasi bioplastik
Bioplastik yang diperoleh di karakterisasi
untuk mengetahui sifat-sifatnya. Karakterisasi yang dilakukan meliputi :
Analisis gugus fungsi
Hasil analisa gugus fungsi menggunakan FTIR dapat dilihat pada
Tabel 2.
Analisis Morfologi
Analisis morfologi dilakukan dengan menggunakan SEM untuk
mengetahui morfologi permukaan bioplastik yang terlihat seperti pada
Gambar 2.
Uji Ketahanan Air
Hasil pengujian ketahanan air dapat dilihat pada Gambar 3.
Kuat tarik (tensile strength)
Hasil pengukuran kuat tarik pada bioplastik dapat dilihat pada
Gambar 4.
Analisa gugus fungsi dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi
apa saja yang terdapat pada bioplastik yang dihasilkan berdasarkan
bilangan gelombang dimana suatu peak muncul.
Hasil identifikasi gugus fungsi (Tabel 2) menunjukkan bahwa semua
gugus fungsi yang muncul berasal dari bahan yang digunakan yaitu
selulosa yang memiliki gugus OH, C-O, dan C-H ; kitosan yang memiliki

26
gugus fungsi O-H, N-H, C-O, dan CH; dan gliserol yang memiliki gugus
fungsi O-H, C-O, dan C-H.
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, tidak ditemukan adanya
gugus fungsi baru yang terbentuk. Hal tersebut menandakan biopolastik
yang dihasilkan merupakan produk dari proses blending secara fisika
sehingga bioplastik ini memiliki sifat seperti komponen-komponen
penyusunnya.17
Hasil analisis morfologi pada Gambar 2 menunjukkan bahwa
permukaan bioplastik tidak rata. Pada permukaannya ada bagian yang
lebih halus dan bagian yang kasar. Hal ini menunjukkan bahwa bahan
tidak tercampur secara homogen. Pada bagian permukaan yang halus
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang digunakan dapat tercampur
dengan baik sehingga menghasilkan permukaan yang rata sedangkan
pada bagian permukaan yang kasar tampak gumpalan-gumpalan dan
rongga yang menunjukkan pencampuran bahan belum sempurna.
Uji ketahanan air dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
bioplastik ini tahan terhadap air karena pada aplikasinya, plastik sering
berinteraksi dengan air.
Pada Gambar 3 terlihat bahwa semakin banyak jumlah kitosan
yang digunakan, maka nilai persen air yang diserap semakin kecil. Hal
ini menunjukkan bahwa kitosan mempengaruhi sifat dari bioplastik
yang dihasilkan. Gabungan selulosa dan kitosan membuat plastik
memiliki sifat ketahanan air karena sifat keduanya yang tidak larut air.
Disamping itu, semakin tinggi konsentrasi kitosan maka jarak antar
molekul dalam bioplastik akan semakin rapat karena rongga antar
selulosanya terisi oleh molekul kitosan.
Jika dibandingkan dengan plastik konvensional, nilai ketahanan
air dari produk bioplastik yang dihasilkan lebih tinggii. Keuntungan
derajat swelling yang tinggi adalah mudahnya degaradasi oleh air.
Degradasi ini memang tidak terjadi secara kimia, melainkan secara
fisik yaitu dari bentuk plastik yang besar menjadi fragmen-fragmen

27
kecil.
Salah satu pengujian suatu polimer yang sering diujikan untuk
mengetahui kualitasnya, terutama golongan plastik adalah pengujian sifat
mekanik. Dalam penelitian ini pengujian sifat mekanik yang dilakukan
adalah penentuan nilai kuat tarik.
Nilai kuat tarik menunjukkan kekuatan tarik plastik yang dihasilkan
ketika mendapat beban. Nilai tersebut menggambarkan kekuatan
tegangan maksimum bahan untuk menahan gaya yang diberikan. 18
Pada Gambar 4 terlihat bahwa nilai kuat tarik terbesar diperoleh
pada bioplastik dengan perbandingan 4:10, setelah itu nilai kuat
tariknya turun kembali pada perbandingan 5:10.
Penambahan kitosan menyebabkan terbentuknya interaksi dengan
rantai polimer selulosa dalam bentuk ikatan hidrogen, dimana interaksi
rantai polimer ini terbentuk untuk meningkatkan kecepatan respon
viskoelastis pada polimer sehingga dapat meningkatkan mobilitas
molekuler rantai polimer. Meningkatnya mobilitas molekuler rantai
polimer ini menyebabkan nilai kuat tarik akan semakin meningkat.
Peningkatan tersebut akan berlaku selama masih terbentuk interaksi
rantai polimer.19
Namun pada bioplastik 5:10, nilai kuat tarik mengalami
penurunan. Penurunan tersebut dikarenakan peningkatan konsentrasi
kitosan tidak diikuti oleh pembentukan interaksi dengan rantai polimer
bioplastik. Pembentukan interaksi melalui adanya ikatan hidrogen antara
selulosa, kitosan dan gliserol akan terjadi apabila masih ada gugus OH
yang bebas yang dapat berikatan antara senyawa tersebut. 20 Apabila tidak
terdapat gugus OH bebas maka senyawa yang ditambahkan akan ada
yang tetap berdiri sendiri sebagai molekulnya tanpa adanya ikatan dengan
molekul lain. Hal inilah yang menyebabkan nilai kuat tarik pada
peningkatan konsentrasi kitosan bioplastik 5:10 mengalami penurunan.
Kitosan yang ditambahkan jika berlebih tidak dapat lagi membentuk
ikatan hidrogen dengan selulosa ataupun gliserol karena sudah tidak
terdapat gugus OH bebas

28
Tabel 3 menunjukkan perbandingan karakteristik antara bioplastik
yang dihasilkan dengan beberapa bioplastik dan plastik konvensional
yang beredar di pasaran. Dari Tabel 3 dapat terlihat bahwa nilai
densitas dan swelling bioplastik yang dihasilkan pada penelitian ini
mendekati nilai dari bioplastik-bioplastik lain. Sementara sifat
mekanik lain yang berbeda dapat digunakan sebagai acuan untuk
memperbaiki sifat plastik yang telah ada. Misalnya pencampuran
dengan PP dapat meningkatkan biodegradabilitas dari PP karena nilai
swelling bioplastik yang tinggi dapat mempercepat proses
biodegradasi.

Tabel 1 Hasil pengujian kadar selulosa dan


kadar lignin

Pengujian Kadar Kadar


selulosa lignin
1 20,52 % 3,60 %
2 21,29 % 1,57 %
3 24,42 % 5,28 %
Rata-rata 22,07 % 3,48 %
Stdev 2,06 1,86

Tabel 2 Hasil Identifikasi spektrum FTIR


bioplastik

No Bilangan gelombang Identifikasi


(cm-1)
1 3784,3 7 N-H strechin g
2 3419,3 4 O-H strechin g
3 2943,4 0 C-H strechin g
4 1400,8 1 C-O strechin g
5 1040,1 2 C-N strechin g

29
Tabel 3 Perbandingan sifat mekanik dan sifat fisik plastik21

Bioplastik penelitian
Sifat PLA PCL PBSA PBAT PP PET
3:10 4:10 5:10
Swelling (%) 154,65 119,21 93,87 172 177 330 550 0,01 0,15
Kuat Tarik (MPa) 4,2 13,8 4,1 - 14 19 9 24,7-302 45,52

Gambar 1 Hasil Bioplastik

30
31
BAB IV
KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selulosa dari limbah


jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bioplastik. Variasi
kombinasi pulp selulosa dan kitosan yang berbeda menghasilkan
karakteristik bioplastik yang berbeda pula.
2. Pada analisis morfologi, secara umum bioplastik yang terbentuk belum
homogen dan pada analisis gugus fungsi, tidak ditemukan adanya gugus
fungsi baru pada bioplastik dibandingkan terhadap gugus fungsi yang
ada pada bahan pembentuknya.
3. Nilai penyerapan air pada bioplastik dengan perbandingan kitosan
dengan pulp selulosa 3:10, 4:10 dan 5:10adalah 154,65%, 119, 21% dan
93,873%. Hasil pengujian sifat mekanik yaitu kuat tarik secara berturut-
turut adalah 4,2 MPa, 13,8 MPa, dan 4,1 MPa.

32
DAFTAR PUSTAKA

Agustina , Putri Serly. Teknik Kimia: Pembuatan Plastik


Biodegradable Menggunakan Pati Dari Umbi Gadung.
Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang.

Aryani,Riski.2014. Teknik Kimia : Pembuatan Film Biodegradable


Menggunakan Pati Dari Singkong Karet (Manihot Glazovii).
Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang.

Darni dkk. 2008. Sintesa Bioplastik Dari Pati Pisang dan Gelatin
Dengan Plasticizer Gliserol. Universitas Lampung . Hal 9-20.

Huda, Thorikul. 2007. Karakteristik Fisiokimiawi Film Plastik


Biodegradable. D3 Kimia Analisis Universitas Islam Indonesia.
Vol. 7, No. 2.

Sari, Permata Diah.2014. Teknik Kimia : Pembuatan Plastik


Biodegradable Menggunakan Pati Dari Umbi Keladi. Politeknik
Negeri Sriwijaya: Palembang.

Seal, K.J. and Griffin, G.J.L. 1994. Test Methods and Standards for
Biodegradable Plastic. Chemistry and Technology of
Biodegradable Polymer. Blackie Academic and Proffesional.
Chapman and Hall.

Ummah,Nathiqoh Al. 2013. Uji Ketahanan Biodegradable Plastic


Berbasis Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr)
Terhadap Air Dan Pengukuran Densitasnya. Jurnal, Jurusan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Hal 1-97.

33

Anda mungkin juga menyukai