BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Bioplastik
8
2.4.1 Eksfoliasi/adsorpsi
Metode ini didasarkan pada sekumpulan lapisan (layered host) mengalami
pengelupasan dalam pelarut (air, toluena) yang polimernya dapat larut pada
pelarut tersebut. Kemudian, polimer diadsorpsi ke dalam permukaan lapisan atau
pelarut akan menguap ketika lapisan mengendap (Wang dan Zhang, 2005).
2.5.1 Pati
11
ketiga untuk penduduk daerah tropis (FAOSTAT, 2009). Singkong adalah bagian
terpenting di Negara berkembang dan sebagai makanan pokok untuk 800 juta
orang di Afrika, Amerika Selatan, Asia dan Pulau Pasifik. Singkong merupakan
tanaman yang banyak terdapat di Indonesia, mudah diperoleh dan harganya murah
(Asni, 2015).
Menurut Wahyu (2008), singkong merupakan salah satu sumber kalori bagi
penduduk kawasan tropis di dunia. Singkong adalah makanan yang kaya energi
mengandung lebih dari 90 % pati (berat kering) dan kaya vitamin C, karotenoid
dan mineral serta kandungan kecil seperti lipid, protein, serat dan abu (Eliangela,
2012). Kandungan kalori dan komposisi zat gizi dalam 100 gram singkong
disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kandungan Kalori dan Komposisi Zat Gizi dalam 100 gram
Singkong
Komposisi Kimia Jumlah
Air (g) 62,5
Karbohidrat (g) 34,7
Protein (g) 1,2
Lemak (g) 0,3
Ca (mg) 33,0
Fe (mg) 0,7
Thiamin B1 (mg) 0,06
Riboflavin B2 (mg) 0,03
Niacin (mg) 0,6
Vitamin C (mg) 36
Energi (kal) 146,0
Sumber : Wahyu (2008)
Pati singkong mengandung 83% amilopektin yang mengakibatkan pasta
yang terbentuk menjadi bening dan kecil kemungkinan untuk terjadi retrogradasi
(Wahyu, 2008). Temperatur gelatinisasi pati singkong sangat rendah hanya 52-64
0
C, untuk mendapatkan bioplastik berbasis pati yang fleksibel ditambahkan
plasticizer seperti sorbitol, gliserol, dan Xilitol (Azahari, 2011).
komposit (Harper, 1996). Pada umunya filler berupa serat atau serbuk. Adanya
filler sebagai penguat dalam biopolimer akan memberikan pengaruh pada sifat-
sifat komposit yang terbentuk (Bayandori, 2009). Jika pati (fasa organik) tersebut
digabung dengan penguat/pengisi (fasa anorganik) yang memiliki ukuran nano
maka akan terbentuk suatu bioplastik. Beberapa macam pengisi yang dapat diisi
kedalam matriks pati seperti layer silicates, carbon nanotubes, carbon black,
metal (platinum, palladium, and silver) dan metal oxide nanoparticles (Nugroho,
2012).
Gambar 2.2 Struktur kimis graphene oxide (S.-H. Kang et al, 2013)
Grafit adalah bahan berbasis 3D-carbon, yang dapat dianggap tersusun atas
banyak lapisan graphene. Oksida grafit sedikit berbeda dari grafit. Jika zat
pengoksidasi kuat digunakan dalam mengoksidasi grafit, maka fungsi oksigenasi
diperkenalkan pada struktur grafit, yang menjadikan bahan bersifat hidrofilik,
serta dapat memperluas pemisahan lapisan. Hal ini memungkinkan untuk
melakukan pengelupasan oksida grafit dalam air melalui sonikasi dan
menghasilkan monolayer atau beberapa lapisan oxygen-functionalized graphene,
yang disebut dengan graphene oxide atau GO.
Adanya fungsi oksigen, menyebabkan graphene oxide dapat dengan mudah
menyebar dalam pelarut organik, air, dan matriks yang berbeda. Hal ini menjadi
salah satu keuntungan besar saat menggabungkan material GO dengan matriks
polimer atau keramik untuk meningkatkan sifat mekanik dan elektriknya.
Sintesis graphene oxide yang paling umum digunakan dikembangkan oleh
Hummers dkk pada tahun 1958. Metode tersebut kemudian dimodifikasi menjadi
metode yang lebih aman oleh Marcano dkk pada tahun 2010 yakni metode sintesis
yang tidak mengeluarkan gas beracun seperti NO2 dan N2O4 dengan struktur yang
lebih teratur. Akan tetapi metode ini menggunakan asam pekat dalam jumlah yang
relatif banyak, sehingga menghasilkan limbah asam yang banyak dan berbahaya,
waktu sintesis yang lama, serta konduktivitas listrik yang masih rendah yaitu 0,1
S/cm. Husnah et al, 2015 mensintesis oksida grapen tereduksi (Reduce graphene
oxide; rGO) dengan dua tahap sintesis. Tahap pertama dengan mensintesis
graphene oxide (GO) menggunakan modifikasi metode Marcano dilanjutkan
dengan sintesis reduce graphene oxide (rGO) dengan bantuan microwave dan
hydrazine hydrate (N2H4) sebagai agen pereduksi graphene oxide. Pada metode
ini pengurangan penggunaan asam pekat hingga ~80,8% dan waktu sintesis yang
lebih cepat. Namun metode ini menggunakan hydrazine hydrate (N2H4) yang
merupakan agen pereduksi yang bersifat berbahaya. Pada tahun 2016 Rafitasari
mensintesis graphene oxide dengan menggunakan modifikasi metode Hummers
dengan penggunaan asam pekat yang lebih sedikit dengan menghasilkan
15
graphene oxide sintesis yang memiliki kemiripan spektroskopi UV-Vis dan FTIR
dengan graphene oxide komersial.
Penelitian ini memfokuskan pada sintesis graphene oxide dengan
menggunakan metode modifikasi Hummers tanpa menggunakan agen pereduksi
hydrazline hydrate (N2H4) sebagai bahan komposit bioplastik yang diharapkan
dapat meningkatkan sifat mekanis bioplastik.
2.7 Plasticizer
Plasticizer (bahan pelembut) adalah bahan organik dengan berat molekul
rendah yang ditambahkan pada suatu produk dengan tujuan untuk menurunkan
kekakuan dari polimer, sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas
polimer. Jenis plasticizer telah banyak digunakan dalam pembuatan komposit
bioplastik yang bertujuan untuk menurunkan rantai interaksi molekul yang kuat
serta meningkatkan kemampuan proses dan kekuatan mekanis. Pemlastis polimer
yang biasa digunakan adalah pemlastis dari golongan kelompok poliol seperti
gliserol, sorbitol, dan xilitol (Nugroho, 2012).
2.7.1 Gliserol
Gliserol (C3H8O3) merupakan bahan pemlastis (plasticizer), mempunyai
gugus hidroksil bersifat hidrofilik. Plastisasi adalah proses penambahan zat cair
atau padat agar meningkatkan sifat plasticizer atau pemlastis. Penambahan
gliserol sebagai plasticizer untuk memperlemah kekakuan agar bioselulosa
terhindar dari keretakan dan bersifat lebih fleksibel (Asni et al, 2015).
Gliserol memiliki berat molekul yang kecil, bersifat hidrofilik, digunakan
secara luas dalam proses termoplastik dari protein, dengan menunjukan efek
plasticsizing yang tinggi sehingga gliserol mudah untuk masuk kedalam struktur
tiga dimensi biopolimer. Sifat plasticizer sempurna dari gliserol, campuran air dan
gliserol bisa digunakan sebagai plasticizer (Menzel et al, 2014). Penggunaan
campuran gliserol dan air memberikan beberapa keuntungan terutama untuk
beberapa proses biopolimer. Keuntungan ini berkaitan dengan kekentalan yang
tinggi dari gliserol yang kekurangan air (Zarate-Ramireza et al, 2014). Gliserol
16
lebih cocok digunakan sebagi plasticizer karena berbentuk cair. Bentuk cair lebih
menguntungkan karena gliserol dapat mudah tercampur dalam larutan film dan
terlarut dalam air sedangkan sorbitol sulit bercampur dan mudah mengkristal pada
suhu ruang (Anker et al, 2000).
dipantulkan oleh sampel untuk membentuk foto atau gambar dari permukaan
sampel. Electron gun merupakan sumber penghasil electron, adanya tegangan
yang tinggi dan filament menghasilkan electron beam. Berkas sinar elektron
difokuskan kesuatu titik dengan diameter sekitar 100 A dan digunakan untuk
melihat permukaan dalam suatu layar. Secara kualitatif, SEM dapat menganalisa
morfologi sampel, tekstur, cacat dan detail permukaan. Secara kuantitatif, SEM
dapat mengukur ukuran dari sampel dengan skala pembesaran dengan pembesaran
skala pada gambar SEM (Dunlap dan Adaskaveg, 1997).
Sifat ketahanan bioplastik terhadap air ditentukan dengan uji swelling, yaitu
persentase penggembungan plastik oleh adanya air. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui terjadinya ikatan dalam polimer yang ditentukan melalui persentase
penambahan berat polimer setelah mengalami penggembungan. Proses
terdifusinya molekul pelarut kedalam polimer akan menghasilkan gel yang
menggembung. Pada uji swelling terlihat bahwa kemampuan bioplastik untuk
menahan serapan air. Pengujian ini digunakan untuk melihat kemampuan plastik
dalam melindungi produk dari air. Semakin besar daya serap airnya, maka plastik
kurang mampu melindungi produk dari air yang dapat menyebabkan produk cepat
rusak atau berkurang kualitasnya (Lazuardi, 2013).