TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Plastik adalah polimer organik yang dapat diproses pada berbagai cara
berbeda. Sifat teknis nya seperti kemampuan membentuk, kekerasan, elastisitas,
kekakuan, ketahanan panas dan kimia dapat divariasikan dengan cara memilih
bahan baku, proses produksi maupun penambahan zat aditif yang tepat (Thielen,
2013).
Plastik digunakan hampir disegala tempat seperti bahan kemasan rumah
tangga, botol, ponsel, printer, dan lain – lain. Plastik juga dimanfaatkan pada
produksi industri mulai dari bidang farmasi sampai industri mobil. Plastik sangat
berguna sebagai polimer sintetis karena struktur kimia nya dapat dimanipulasi
untuk mendapatkan berat molekul yang lebih tinggi, reaktifitas yang rendah dan zat
yang tahan lama (Gill, 2014). Plastik yang dibuat dari bahan minyak bumi memiliki
banyak kekurangan. Pada proses produksi nya membutuhkan banyak energi,
disamping itu membutuhkan bertahun – tahun untuk terdegradasi dan pada waktu
yang sama mengakibatkan bahaya serius pada lingkungan (Sujuthi, 2016).
Sifat-sifat plastik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
ditunjukkan pada Tabel 2.1
No Karakteristik Nilai
1 Kuat tarik (Mpa) 24,7-302
2 Persen elongasi (%) 21-220
3 Hidrofobisitas (%) 99
Sumber : Darni dan Herti (2010)
2.2 Bioplastik
Bioplastik atau plastik biodegradable adalah plastik yang dibuat dari sumber
alami baik itu sebagian maupun menyeluruh. Sumber alami nya seperti tebu, pati
kentang, atau selulosa dari pohon, jerami dan kapas. Bioplastik bukan nya zat
tunggal, tetapi meliputi seluruh jenis material dengan sifat dan aplikasi yang
berbeda (Chen, 2014).
2.3 Biokomposit
Biokomposit adalah material komposit yang terdiri dari gabungan dari
polimer alami sebagai fasa organiknya dan penguat sebagai fasa anorganiknya
(Darder, 2008). Pengisi yang berskala nano sangat mempengaruhi sifat-sifat
komposit yang dihasilkan dan menunjukkan perbaikan pada sifat fisik dan mekanik
tensile strength, thermal stability jika dibandingkan dengan material konvensional
lainnya (Avella, 2009).
Secara umum material komposit tersusun dari dua komponen utama yaitu
matrik (bahan pengikat) dan filler (bahan pengisi). Filler adalah bahan pengisi yang
digunakan dalam pembuatan komposit, biasanya berupa serat atau serbuk. Gibson
(1984) mengatakan bahwa matrik dalam struktur komposit bisa berasal dari bahan
polimer, logam, maupun keramik. Matrik secara umum berfungsi untuk mengikat
serat menjadi satu struktur komposit.
2.4 Preparasi Biokomposit untuk Produksi Bioplastik
Berbagai metode pembuatan biokomposit untuk produksi bioplastik dapat
dijelaskan sebagai berikut:
2.4.1 Eksofliasi/Adsorpsi
Pertama-tama, sekumpulan lapisan (layered host) mengalami pengelupasan
dalam pelarut (air, toluena, dll.) yang polimernya dapat larut pada pelarut tersebut.
Kemudian, polimer diadsorpsi ke dalam permukaan lapisan satu demi satu dan
setelah pelarut menguap ketika pengendapan, lapisan tersebut satu demi satu teratur
kembali (E. & Zhang, 2005).
2.5.1 Pati
Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman
berklorofil. Bagi tanaman pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada
biji, batang dan pada bagian umbi tanaman. Pati telah lama digunakan sebagai
bahan makanan maupun bahan tambahan dalam sediaan farmasi (Ben, 2007).
Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Struktur amilosa
merupakan struktur lurus dengan ikatan a-(l,4)-D-glukosa. Amilopektin terdiri dari
struktur bercabang dengan ikatan a-(l,4)-D-glukosa dan titik percabangan
amilopektin merupakan ikatan a-(l,6). Amilosa memberikan sifat keras sedangkan
amilopektin menyebabkan sifat lengket. Konsentrasi kedua komponen ini nantinya
akan mempengaruhi sifat mekanik dari polimer alami yang terbentuk (Wahyu,
2009).
Pati dapat diekstrak dengan berbagai cara, berdasarkan bahan baku dan
penggunaan dari pati itu sendiri. Untuk pati dari ubi-ubian, proses utama dari
ekstraksi terdiri perendaman, disintegrasi, dan sentrifugasi. Perendaman dilakukan
dalam larutan natrium bisulfit pada pH yang diatur untuk menghambat reaksi
biokimia seperti perubahan warna dari ubi. Disintegrasi dan sentrifugasi dilakukan
untuk memisahkan pati dari komponen lainnya. Ubi-ubian yang sering dijadikan
sumber pati antara lain ubi jalar, kentang, dan singkong (Cui, 2005). Kandungan
pati pada beberapa bahan pangan disajikan pada Tabel 2.2.
No Karakteristik PVA
1 Kecerahan (%) 60 - 66
2 Kuat Sobek (N.mm-1) 147 - 834
3 Kuat Tarik (MN.m-2) 44 - 64
4 Perpanjangan (%) 150 - 400
5 Densitas (g/cm3) 1,19 – 1,31
6 Titik Leleh (°C) 180-240
7 Titik Dekompos (°C) 228
Sumber: (Hodgkinson, 2000).
Graphene oxide (GO) adalah turunan dari graphene dengan luas penampang
yang besar dan kaya dengan gugus fungsi (Shen et al, 2017). GO terdiri dari lapisan
tunggal dari graphite oxide dan biasanya diproduksi oleh perlakuan kimia dari
graphite melalui oksidasi, dengan dispersi dan eksfoliasi pada air atau pelarut
organik yang cocok. Sintesis GO termasuk sintesis yang mudah dilakukan, mudah
larut, konduktifitasnya mudah disesuaikan, area permukaan tinggi (high surface
area), biocompatibility dan sumberdaya materialnya melimpah serta murah (Chen
et al, 2012). Struktur kimia graphene oxide ditunjukan pada Gambar 2.1. Dari
gambar tersebut terlihat bahwa graphene oxide merupakan graphene yang
berikatan dengan gugus karboksil, karbonil, dan ester (Kang et al, 2013).
Gambar 2.2 Struktur kimia graphene oxide (Kang et al, 2013)
Grafit umumnya dipilih sebagai bahan awal karena ketersediannya dan harga
murah. Oksida grafit sedikit berbeda dari grafit. Jika zat pengoksidasi kuat
digunakan dalam mengoksidasi grafit, maka fungsi oksigenasi diperkenalkan pada
struktur grafit, yang menjadikan bahan bersifat hidrofilik, serta dapat memperluas
pemisahan lapisan. Hal ini memungkinkan untuk melakukan pengelupasan oksida
grafit dalam air melalui sonikasi dan menghasilkan monolayer atau beberapa
lapisan oxygen-functionalized graphene, yang disebut dengan graphene oxide atau
GO (Sun, 2013).
Sintesis graphene oxide yang paling umum digunakan dikembangkan oleh
Hummers dkk pada tahun 1958. Metode tersebut kemudian dimodifikasi menjadi
metode yang lebih aman oleh Marcano dkk pada tahun 2010 yakni metode sintesis
yang tidak mengeluarkan gas beracun seperti NO2 dan N2O4 dengan struktur yang
lebih teratur. Akan tetapi metode ini menggunakan asam pekat dalam jumlah yang
relatif banyak, sehingga menghasilkan limbah asam yang banyak dan berbahaya,
waktu sintesis yang lama, serta konduktivitas listrik yang masih rendah yaitu 0,1
S/cm. Pada tahun 2016 Rafitasari mensintesis graphene oxide dengan
menggunakan modifikasi metode Hummers dengan penggunaan asam pekat yang
lebih sedikit dengan menghasilkan graphene oxide sintesis yang memiliki
kemiripan spektroskopi UV-Vis dan FTIR dengan graphene oxide komersial.
Penelitian ini memfokuskan pada sintesis graphene oxide dengan
menggunakan metode modifikasi Hummers tanpa menggunakan agen pereduksi
hydrazline hydrate (N2H4) sebagai bahan komposit bioplastik yang diharapkan
dapat meningkatkan sifat mekanis bioplastik.
2.7 Plasticizer
Pembuatan film pati memerlukan campuran bahan aditif untuk mendapatkan
sifat mekanis yang lunak, ulet, dan kuat. Untuk itu perlu ditambahkan suatu zat cair/
padat agar meningkatkan sifat plastisitasnya. Proses dikenal dengan plastisisasi,
sedang zat yang ditambahkan disebut pemlastis / plasticizer. Di samping itu
plasticizer dapat pula meningkatkan elastisitas bahan, membuat lebih beku dan
menurunkan suhu alir, sehingga plasticizer kadang – kadang disebut juga dengan
antibeku. Jelaslah bahwa plastisisasi akan mempengaruhi semua sifat fisik dan
mekanisme film seperti kuat tarik, elastisitas kekerasan, sifat listrik, suhu alir, suhu
transisi kaca, dan lain lain (Park, 2003).
2.7.1 Gliserol
Gliserol atau 1,2,3-propanetriol, merupakan senyawa organik yang tidak
berwarna, tidak berbau, dan higroskopis dengan rumus kimia
HOCH2CH(OH)CH2OH. Gliserol adalah senyawa trihidrik alkohol yang
mempunyai titik beku 17,8°C dan titik didih 290°C. senyawa ini dapat larut dan
bercampur dengan air dan etanol. Gliserol hadir dalam bentuk ester (gliserida) pada
semua hewan dan minyak nabati. Sifatnya yang mudah menyerap air dan
kandungan energi yang dimilikinya membuat gliserol banyak digunakan pada
industri makanan, farmasi, dan kosmetik (Zhong, 2008).
Gliserol diperoleh secara komersial sebagai produk sampingan ketika lemak
dan minyak yang dihidrolisi untuk menghasilkan asam lemak. Gliserol juga
disintesis pada skala komersial dari propylene (diperoleh dengan cracking minyak
bumi), karena pasokan gliserol alam tidak memadai. Selain sintesis dengan
menggunakan propylene, gliserol juga dapat diperoleh selama fermentasi gula
natrium bisulfit jika ditambahkan dengan ragi (Wang, 2007).
Pada pembuatan biokomposit, gliserol memiliki peranan yang cukup penting.
Pati merupakan polimer alam dalam bentuk butiran yang tidak dapat diproses
menjadi material termoplastik karena kuatnya ikatan hydrogen intermolecular dan
intramolecular. Namun, dengan adanya air dan plasticizer (gliserol), ikatan
hidrogen tersebut dapat diputuskan dan pati dapat diolah menjadi polimer yang
biodegradabel yang biasa disebut thermoplastic starch. Material plastisasi memacu
proses pencetakan, dan meningkatkan fleksibilitas produk. Pencampuran sempurna
diperlukan untuk memperoleh distribusi yang homogen. Hasilnya, gliserol dengan
polimer berbasiskan pati memiliki hubungan yang kuat. Pada kadar gliserol rendah,
polimer yang terbentuk memiliki struktur yang rapuh. Pada kadar gliserol 10% wt,
amilopektin sangat rapuh. Namun pada kadar diatas 20% wt, amilopektin pada film
menunjukkan sifat yang tidak kuat dan tidak fleksibel (Myllarinen, 2001).