Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan jumlah penduduk akan menambah penggunaan sumber daya alam dan energi
secara besar besaran sehingga berakibat terciptanya sampah yang menumpuk dalam
jumlah yang besar. Pada tahun 2008, produksi sampah berbahan polimer mencapai 180
juta ton, dengan rata rata konsumsi plastik per kapita di Negara negara maju berkisar
80 100 kg per tahun (Gonzales Gutlerrez, 2010 ). Peningkatan yang cepat dalam
produksi dan konsumsi telah menyebabkan masalah serius terhadap sampah plastik.
Plastik banyak dipakai dalam kehidupan sehari hari umumnya berupa polyolefin
( polietilen, polipropilen ) karena memiliki keunggulan seperti kuat, ringan dan stabil.
Namun penggunaan bahan ini memiliki dampak buruk bagi lngkungan karena sulit
terurai oleh mikroorganisme dalam lingkungan ( Gonzales Gutierrez, 2010 ).
Saat ini, dalam memecahkan masalah sampah plastik dapat dilakukan dengan
pendauran ulang sampam plastik untuk diolah kembali menjadi palstik yang baru lagi.
Penggunaan plastik bekas untuk mengurangi dampak sampah plastic terhadap lingkungan
memang cara yang bagus untuk mengurangi dampak sampah, namun ada beberapa hal
yang membuat pendauran ulang sampah palstik justru memberikan dampak negative
seperti adanya kontaminasi, tidak semua plastic dapat didaur ulang, metode yang
digunakan tidak efektif, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Hal ini yang mendorong penulis untuk mebuat inovasi terbaru yaitu pengaruh
komposisi kitosan terhadap plastic biogredabel dari ekstrasi pati umbi jengkerut (
Marantaarundinacea ). Inovasi pembuatan plastik yang dapat hancur dan terurai dalam
lingkungan yang dikenal dengan plastik biogredabel. Plastik biogredabel dirancang untuk
memudahkan proses degradasi terhadap reaksi enzimatis mikroorganisme seperti bakteri
dan jamur ( Avella, 2009 ). Berbeda dengan jenis polimer sintesis, polimer alami
merupakan bahan dasar pembuatan plastic yang baik karena terjangkau dan cepat
terdegradasi. Penggunaan material biodegradable dari sumber daya alam yang dapat
diperbaruhi dapat membantu dan memecahkan masalah limbah plastik.
Pati merupakan salah satu polimer alami dari ekstraksi tanaman yang dapat
digunakan untuk membuat plastic degradable karena sifatnya yang mudah tergredasi,
ramah lingkungan dan merupakan energi yang dapat diperbaruhi. Pati memiliki beberapa
kekurangan sepereti sifat mekanis yang lebih buruk apabila dibandingkan dengan polimer
sintesis dan tidak tahan lama. Untuk mengatasi kekurangan pembuatan plastik dari pati,
pengaruh penambahan kitosan pada bioplastik diharapkan mampu menghasilkan
bioplastik ynag tahan lama.
Pembuatan bioplastik menggunakan metode blending dan dikeringkan pada suhu
ruang ( 22,00,5)C dengan kelembapan (451)% selama 4 hari. Bahan utama yang

dibutuhkan adalah pati dari ektraksi umbi jengkerut. Penambahan kitosan akan
berpengaruh terhadap kekuatan dari bioplastik.
Berdasarkan penelitian diatas, penulis mengambil judul penelitian pengaruh
komposisi kitosan terhadap plastic biogredabel dari ekstrasi pati umbi jengkerut (
Marantaarundinacea ).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pembuatan bioplastik dari ekstrasi pati umbi jengkerut (
Marantaarundinacea ) dengan penambahan kitosan?
2. Bagaimana pengaruh penambahan komposisi kitosan terhadap plastic biogredabel
dari ekstrasi pati umbi jengkerut ( Marantaarundinacea ) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah :
1. Mengetahui pembuatan bioplastik dari ekstraaksi umbi jengkerut (
Marantaarundinace ) dengan penambahan kitosan.
2. Mengetahui pengaruh penambahan komposisi kitosan terhadap plastic biogredabel
dari ekstrasi pati umbi jengkerut ( Marantaarundinacea )
1.4 Manfaat penelitian
1. Mengurangi jumlah limbah plastik yang menumpuk
2. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa umbi jengkerut (
Marataarundinacea ) dapat dimanfaatkan sebagai bioplastik yang ramah lingkungan.
3. Dapat mengembangkan penggunaan umbi jengkerut sebagai bahan pembuatan
4.

bioplastik ( Marataarundinacea ).
Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bioplastik
Bioplastik merupakan nama lain dari plastic biodegradable, plastic
ynag dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional,

namun akan hancur terurai oleh aktifitas mikroorganisme menjadi


hasil/ akhir air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan
dibuang ke lingkungan. Karena sifatnya yang dapat kembali
kealam, plastik biogredabel merupakan bahan plastik yang ramah
lingkungan ( IBAW Publication, 2005 ). Plastik biodegredabel
merupakan polimer yang dapat berubah menjadi biomasssa, air,
karbondioksia, dan CH4 melalui tahapan depolimerisasi dan
mineralisasi. Depolimerisasi terjadi karena kerja enzim
ekstraseluler ( terdiri atas endo dan ekso enzim ). Endo enzim
memutuskan unit monomer pada rantai utama secara berurutan.
Bagian bagian oligomer yang terbentuk dipindahkan kedalam sel
dan menjadi mineralisasi. Proses mineralisasi membentuk
karbondioksida, CH4, N2, air, garram garam mineral dan
biomassa. Definisi polimer biodegradable dan hasil akhir yang
terbentuk dapat beragam bergantung pada polimer, organisme, dan
lingkungan.
2.2. Penggolongan Plastik Biodegradabel
Averous ( 2008 ), mengelompokan plastik biodegradable kedalam
dua kelomok dan empat keluarga berbeda. Kelompok utama
adalah: ( 1 ) agropoymer yang terdiri dari polisakarida, protein
dan sebagainya; dan ( 2 ) biopoliester sepert poli asam laktat,
Polyhydroxy-alkanoate ( PHA ), aromatic dan alifatik kopoliester.
Biopolimer yang tergolong argo polimer adalah produk produk
biomassa yang diperoleh dari bahan bahan pertanian seperti
polisakarida, protein, lemak. Biopoliester dibagi lagi berdasarkan
sembrnya. Kelompok Polyhydroxy-alkanoate ( PHA ) didapatkann
dari aktifitas mikroorganisme yang didapatkan dengan cara
ekstraksi..
2.3. Pati
2.4. Penggunaan Pati sebagai Bahsn Baku Plastik Biodegradabel

Anda mungkin juga menyukai