Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

“PLASTIK BIODEGRADABLE DARI KULIT SINGKONG SEBAGAI


ALTERNATIF KEMASAN RAMAH LINGKUNGAN ”

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS

Disusun Oleh :
1. Anisa Nur Indah Permata (175100300111045)
2. Rosana Tri Setyo Prasojo (175100300111046)
3. Ynez Amara Varadesya (175100300111048)
4. Lilik Laelatin (175100300111050)
5. Devita Putri (175100300111054)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini pemanfaatan polimer telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh yang sering kita
jumpai sehari-hari adalah plastik. Plastik telah banyak digunakan secara
besar-besaran untuk berbagai keperluan, seperti alat rumah tangga, alat-
alat listrik, komponen kendaraan bermotor, mainan anak-anak dan masih
banyak lagi.
Plastik yang umumnya digunakan adalah hasil sintesis polimer
hidrokarbon dari minyak bumi, seperti polietilena (PE), polipropilena (PP),
polisterena (PS), polivinil klorida (PVC) dan sebagainya yang bersifat
termoplastik, bila dibakar tidak terdegradasi, melainkan hanya meleleh,
tetapi setelah dingin akan kembali memadat. Sampah plastik bekas pakai
tidak akan hancur meskipun telah ditimbun dalam waktu lama, sehingga
mengakibatkan penumpukan sampah plastik dapat menyebabkan
pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan hidup. Untuk mengurangi
terjadinya penimbunan sampah plastik maka dilakukan penelitian
pembuatan plastik ramah lingkungan (biodegradable).
Plastik ramah lingkungan merupakan plastik yang dapat terurai oleh
aktivitas mikroorganisme pengurai. Plastik ramah lingkungan memiliki
kegunaan yang sama seperti plastik sintetis atau plastik konvensional.
Plastik ramah lingkungan biasanya disebut dengan bioplastik, yaitu plastik
yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku
yang dapat diperbaharui. Plastik ramah lingkungan merupakan bahan
plastik yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya yang dapat
kembali ke alam. Umumnya, kemasan biodegradable diartikan sebagai
plastik kemasan yang dapat didaur ulang dan dapat dihancurkan secara
alami. Plastik ramah lingkungan dapat berubah struktur kimianya. Kulit
singkong yang diperoleh dari produk tanaman singkong (Manihot utilissima)
merupakan limbah utama pangan di negara-negara berkembang
Kandungan pati kulit singkong yang cukup tinggi, memungkinkan
digunakan sebagai pembuatan film plastik biodegradasi.
Oleh karena itu, kami memilih kulit singkong sebagai bahan dasar
untuk alternatif pembuatan plastik ramah lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana karakteristik dari pati singkong?
1.2.2 Bagaimana karakteristik bioplastik dari pati singkong?
1.2.3 Bagaimana tahap-tahap dalam pembuatan bioplastik dari singkong?
1.2.4 Apa saja kelebihan dan kekurangan bioplastik dari pati singkong?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui karakteristik dari pati singkong.
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik bioplastik dari pati singkong.
1.3.3 Untuk mengetahui tahap-tahap dalam pembuatan bioplastik dari
singkong.
1.3.4 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan bioplastik dari pati
singkong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioplastik
Plastik merupakan salah satu polimer sintesis yang banyak
digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tahan air, ringan, transparan,
ringan, fleksibel, dan kuat, namun tidak mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Penguraian sampah plastik dengan pembakaran akan
menghasilkan senyawa dioksin yang berbahaya bagi kesehatan. Salah satu
upaya untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan
menggunakan bioplastik. Bioplastik merupakan plastik yang dibuat dari
bahan-bahan alami yang dapat diuraikan menggunakan mikroor-ganisme,
sehingga lebih ramah lingkungan bila dibandingkan dengan plastik
komersial. Bahan yang sering digunakan dalam sintesis bioplastik adalah
pati dan kitosan (Agustin dan Karsono, 2010).
Plastik biodegradable berbahan dasar pati dapat digunakan sebagai
bahan pengemas yang ramah lingkungan dan berpeluang besar
dikembangkan karena lebih mudah diproduksi dan bahan baku mudah
diperoleh. Plastik biodegradable dibuat dari bahan nabati yang merupakan
produk pertanian yang dapat diperbaharui. Oleh karena itu, produksi bahan
nabati dapat berkelanjutan dan bioplastik dapat terdegradasi lebih cepat
karena bersifat ramah lingkungan. Namun harga plastik biodegradable lebih
mahal daripada plastik kovensional karena teknologinya belum
berkembang luas. Plastik biodegradable terbuat dari bahan polimer alami
seperti pati, selulosa, dan lemak. Bahan utama yang sering digunakan
dalam pembuatan plastik biodegradable adalah pati dan Poly Lactic Acid
(PLA) (Kamsiati dkk, 2017).

2.2 Kelebihan dan Kelemahan Bioplastik


2.2.1 Kelemahan
Plastik berbahan pati (bioplastik) memiliki dua kekurangan yaitu
rendahnya kekuatan mekanik (kekuatan tarik) dan kurang tahan terhadap
air (hidrofilik). Salah satu cara untuk mengurangi sifat hidrofilik adalah
dengan mencampur pati dengan biopolimer lain yang bersifat hidrofobik,
seperti selulosa, kitosan, dan protein. Film dengan bahan kitosan
mempunyai sifat yang kuat, dan sulit dirobek. Selain itu, film dari kitosan
mempunyai nilai permeabilitas gas yang cukup rendah dan bisa
diaplikasikan untuk meningkatkan umur simpan produk segar. Kitosan
dapat menjadi salah satu campuran dari bioplastik yang menyebabkan
bioplastik tersebut memilki ketahanan terhadap air, hal ini karena kitosan
sendiri adalah senyawa yang bersifat tidak larut dalam air sehingga
diharapkan kitosan akan mampu mereduksi sifat dari pati yang pada
dasarnya bersifat hidrofilik dengan persentase air terserapnya sekitar 100%
(Saputro dan Arruum, 2017).
2.1.2 Kelebihan
Sampah plastik tidak mudah diurai organisme pengurai,
membutuhkan waktu 300-500 tahun agar bisa terurai sempurna. Membakar
plastik pun bukan pilihan baik karena plastik yang tidak sempurna terbakar,
di bawah 800 derajat Celsius, akan membentuk dioksin, suatu senyawa
yang berbahaya. Salah satu usaha untuk mengurangi masalah sampah
plastik yaitu dengan membuat plastik yang dapat didegradasi atau dikenal
dengan plastik biodegradable. Plastik ini akan hancur terurai oleh aktivitas
mikroorganisme setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan (Saputro
dan Arruum, 2017).
2.3 Kulit Singkong
Kulit singkong sering kali dianggap limbah yang tidak berguna oleh
sebagian industri berbahan baku singkong. Oleh karena itu, bahan ini masih
belum banyak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja dan umumnya hanya
digunakan sebagai pakan ternak. Kulit singkong dapat menjadi produk yang
bernilai ekonomis tinggi. Kulit singkong memiliki kandungan HCN yang
sangat tinggi yaitu sebesar 18,0 – 309,4 ppm untuk per 100 gram kulit
singkong (Nur Richana, 2013). HCN atau asam sianida merupakan zat yang
bersifat racun baik dalam bentuk bebas maupun kimia, yaitu glikosida,
sianogen phaseulonathin, linamarin dan metillinamarin atau lotaustrain.
Persentase kulit singkong kurang lebih 20% dari umbinya sehingga per kg
umbi singkong menghasilkan 0,2 kg kulit singkong. Kulit singkong lebih
banyak mengandung racun asam biru dibanding daging umbi yakni 3-5 kali
lebih besar, tergantung rasanya yang manis atau pahit. Jika rasanya manis,
kandungan asam birunya rendah sedangkan jika rasanya pahit, kandungan
asam birunya lebih banyak (Maulinda dkk, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Y. E dan Karsono S. P. 2010. Sintesis Bioplastik dari Kitosan-


Pati Kulit Pisang Kepok dengan Penambahan Zat Adiktif. Jurnal
Teknik Kimia. 10(2): 2-16
Kamsiati, E., Heny H., dan Endang Y.L. 2017. Potensi Pengembangan
Plastik Biodegradable Berbasis Pati Sagu dan Ubi Kayu di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 36(2): 67-76.
Maulinda, L., Nazrul Z.A., dan Dara N.S. 2015. Pemanfaatan Kulit
Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal. 4(2):11-19
Saputro, A.N.C dan Arruum L.O. 2017 Sintesis dan Karakterisasi
Bioplastik dari Kitosan- Pati Ganyong (Canna edulis). Jurnal
Kimia dan Pendidikan Kimia. 2(1):13-21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioplastik

2.2 Kelemahan dan Kelebihan Bioplastik

2.3 Biodegradable

2.4 Kulit Singkong

BAB III

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai