Terima draft: 02 Agustus 2018; Terima draft revisi: 30 April 2019; Disetujui: 02 Mei 2019
Abstrak
Bioplastik adalah salah satu jenis plastik yang terbuat dari sumber biomassa terbarukan, seperti
pati. Namun pati saja belum dapat menghasilkan bioplastik yang kekuatan baik sehingga
memerlukan penambahan biopolimer seperti selulosa dan plasticizer. Sumber selulosa dalam
penelitian ini adalah dari kulit buah pinang berpotensi sebagai bahan bahan pengisi untuk
memperkuat bioplastik dengan menggunakan gliserol sebagai plastizicer. Penelitian ini
menggunakan pati yang diperkuat dengan selulosa dari kulit buah pinang. Selulosa kulit buah
pinang diekstrak dengan metode isolasi alfa-selulosa dengan cara delignifikasi. Ekstraksi
selulosa menggunakan variasi konsentrasi NaOH yaitu 15, 20 dan 25% berat, menggunakan
NaOCl 3,5% sebagai pemutih (bleaching). Film bioplastik dibuat dengan memvariasikan gliserol
0,5, 1 dan 1,5 gr. Densitas film bioplastik yang dihasilkan memiliki nilai yang fluktuatif. Daya
serap air film bioplastik masih tinggi jika dibandingkan dengan plastik komersial LDPE. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bioplastik yang terbaik adalah pada konsentrasi NaOH 20%
berat dengan penambahan gliserol 1,5 gr. Pada bioplastik ini densitas yang diperoleh sebesar
0,315 gr/ml, daya serap air 120,57%, kuat tarik 17,75 kgf/mm2, dan elongasi 5,44%. Bioplastik
dengan penambahan gliserol yang tinggi menunjukkan struktur yang retak.
Kata kunci: kulit buah pinang, film bioplastik, sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat struktur.
Abstract
Bioplastic is one type of plastic made from renewable biomass, such as starch. However, starch
has not been able to produce bioplastics because the strength still low and thus requires the
addition of biopolymers such as cellulose and plasticizers. The source of cellulose in this study
was from aracanut husk as potential filler for strengthening bioplastics by using glycerol as a
plastizicer. Betel nut husk cellulose was extracted by alpha-cellulose isolation with delignification
method. Cellulose extraction from betel nut husk by using variations of NaOH concentrations
were 15, 20 and 25% by weight, and NaOCl 3.5% as bleaching. Bioplastic films were prepared
by varying glycerol 0.5, 1 and 1.5 gr. The density of bioplastic films produced has a fluctuating
value. Water absorption of bioplastic films was still high when compared to LDPE commercial
plastics. Mechanical properties include tensile strength and elongation at break. The results
showed that the best bioplastic found at NaOH 20% with the addition of 1.5 g glycerol. The
physical properties of bioplastic were density 0.3 gr/ml and water absorption 128.57%.
Mechanical properties in this bioplastic film are tensile strength is 14.57 kgf/mm2 and elongation
5.44%. bioplasctic with the addition of high glicerol show a cracked surface structure.
Keywords: arecanut husk, bioplastic film, physical properties, mechanical properties, and
structure property.
radiasi matahari maupun oleh mikroba Pinang (areca catechu) merupakan tanaman
pengurai. Data dari Kementrian Lingkungan yang sekeluarga dengan kelapa. Tanaman
Hidup Indonesia menunjukan bahwa jumlah pinang termasuk salah satu jenis palma yang
sampah plastik yang terbuang mencapai belum banyak dikembangkan
26.500 ton per hari. Data tersebut juga pemanfaatannya dibandingkan tanaman jenis
didukung oleh data yang diperoleh dari lainnya. Pinang banyak dijumpai tumbuh di
Suyatma dkk (2007) bahwa sampah dunia Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan
ternyata didominasi oleh sampah plastik Nusa Tenggara. Terutama di Aceh, pinang
dengan persentase 32%. Hal ini telah menjadi komoditi ekspor (Sihombing,
mengakibatkan terjadinya penumpukan 2000). Selama ini belum ada pemanfaatan
limbah dan menjadi penyebab terjadinya yang optimal terhadap sabut buah pinang, hal
pencemaran. ini dilihat dari banyaknya sabut buah pinang
yang berserakan dan dibakar disekitar
Berbagai macam cara telah dilakukan untuk tempat pengelolaan buah pinang. Hal ini
menangani pencemaran lingkungan yang menghasilkan polutan yang dapat merusak
diakibatkan oleh limbah plastik, diantaranya lingkungan dan penyumbang gas rumah
adalah penanggulangan limbah plastik kaca.
dengan cara reduce, reuse, recycle, burn dan
biodegradation. Metode atau cara Biji buah pinang banyak mengandung serat
penanggulangan limbah plastik yang paling dengan kandungan selulosa sebesar 53,20%
aman dan bersahabat terhadap lingkungan (Kencana wati dkk., 2018 dan Yusriah dkk,
adalah metode biodegradation atau 2012). Kulit buah pinang sering dibuang
biodegradasi. Metode biodegradasi sifatnya setelah biji dari buah pinang diambil. Kulit
alami dan tidak menimbulkan zat baru yang buah pinang mengandung 34,18% selulosa,
dapat membahayakan lingkungan (Schnabel, 20,83 wt% hemiselulosa, 31,6% berat lignin
1981). (Chandra, 2016). Kandungan selulosa yang
cukup tinggi ini belum dimanfaatkan
Bioplastik saat ini berkembang sangat pesat sepenuhnya, padahal kandungan serat dan
sebagai solusi dalam mengatasi selulosa yang tinggi dapat dimanfaatkan
permasalahan plastik nondegradabel. dalam berbagai hal antara lain sebagai bahan
Bioplastik merupakan jenis plastik yang bioplastik. Pembuatan bioplastik dari selulosa
digunakan layaknya seperti plastik telah dilakukan oleh banyak peneliti
konvensional tetapi mudah untuk terurai menggunakan berbagai macam bahan seperti
secara alami oleh mikroorganisme (Firdaus tandan kelapa sawit (Bahmid, 2014), tongkol
dkk., 2008). Bioplastik dapat dikembangkan jagung (Wiradipta, 2017), singkong
dengan memanfaatkan sumber daya alam. (Pratomo, 2011), dan alang-alang
Indonesia adalah negara yang sangat (Sumartono dkk., 2015). Peneliti dan
potensial untuk dapat memproduksi akademisi saat ini belum memanfaatan
bioplastik dengan potensi sumber daya alam limbah kulit buah pinang sebagai filler untuk
yang dimilikinya. Salah satunya dengan memperkuat bioplastik dari pati (tepung
mengembangkan biopolimer dari selulosa. tapioka). Kulit buah pinang memiliki
Keunggulan polimer jenis ini adalah tersedia kandungan selulosa yang tinggi seperti
sepanjang tahun (renewable) dan mudah biomassa lainnya (alang-alang, singkong,
hancur secara alami (biodegradable). jagung, dan lain-lain), sehingga selulosa dari
Berdasarkan hal tersebut, polimer jenis ini kulit buah pinang ini dapat digunakan sebagai
dapat digunakan sebagai bahan bioplastik filler untuk penguatan dalam pembuatan
yaitu plastik yang dapat diuraikan kembali bioplastik.
oleh mikroorganisme secara alami menjadi
senyawa yang ramah lingkungan. Beberapa Dalam pembuatan bioplastik yang dipekuat
tumbuhan di antaranya mengandung oleh filler, konsentrasi antara pati dan
komposisi selulosa yang efektif untuk selulosa akan mempengaruhi kekuatan dan
digunakan sebagai biopolimer plastik seperti juga elongasi disamping peranan plastisizer
tongkol jagung, kulit pisang, kulit ubi, dan sangat menentukan, dimana sifat adesif
beberapa tumbuhan lainnya. Tumbuhan antara matrik dengan filler harus benar-benar
pinang merupakan salah satu tumbuhan yang menyatu sehingga akan menambahkan
mengandung selulosa dan pada serat buah kekuatan bioplastik itu sendiri. Haque dan
pinang terdapat 34,18% selulosa (Chandra Hasan, 2016 menyatakan pengaruh
dkk., 2016). penambahan filler dalam matrik akan
meningkatkan modulus elastis dan
menyebabkan ikatan interfisial akan lemah.
64
Wahyu Ramadhani Tamiogy dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 14, No. 01
65
Wahyu Ramadhani Tamiogy dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 14, No. 01
(botol/gelas/mangkok) yang berisi air pada layar monitor pada pajang gelombang
aquades. Setelah 10 detik, sampel diangkat 400 – 4000 cm-1.
dari dalam wadah dan berat sampel
ditimbang. Sampel di rendam kembali ke Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan
dalam wadah tersebut, dan sampel ditimbang peralatan Hitachi TM300. Sampel di pasang
kembali setiap 10 detik. Dilakukan pada holder dan dilapisi dengan platinum
penimbangan sampel hingga diperoleh berat dengan ketebalan 2,5-2,8 nm dalam keadaan
akhir sampel yang konstan. Air yang diserap vakum. Gambar permukaan akan ditampilkan
oleh sampel dihitung dengan Persamaan (2). pada monitor.
0.4
0.35
0.3
Densitas gr/ml
0.25
0
25% 20% 15%
Konsentrasi NaOH
Gambar 1. Densitas film bioplastik berdasarkan perbedaan konsentrasi NaOH dengan variasi
gliserol
66
Wahyu Ramadhani Tamiogy dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 14, No. 01
180
Daya Serap terhadap air (%) 160
140
120 0,5 gram gliserol
100 1 gram gliserol
80
1,5 gram gliserol
60
40
20
0
25% 20% 15%
Konsentrasi NaOH
Gambar 2. Daya serap air film bioplastik berdasarkan perbedaan penambahan NaOH dengan
variasi gliserol
4
2
0
20% 15%25%
Konsentrasi NaOH
Gambar 3. Kuat tarik film bioplastik berdasarkan perbedaan penambahan NaOH dengan variasi
gliserol
16
14
12
% Elongasi (%)
10
0,5 gram
8
1 gram
6
1,5 gram
4
2
0
15% 20% 25%
Konsentrasi NaOH
Gambar 4. Persen elongasi film bioplastik berdasarkan perbedaan penambahan NaOH dengan
variasi gliserol
Konsentrasi NaOH mempengaruhi kuat tarik menjadi 14,75 kgf/mm2 pada 1 gram gliserol
dari film bioplastik, pada konsentrasi NaOH dan 17,75 kgf/mm2 pada penambahan
17% sampai 20% selulosa berantai panjang gliserol 1,5 gram. Semakin tinggi konsentrasi
tidak bisa larut dalam larutan NaOH. Selulosa pemlastis ditambahkan, semakin tinggi pula
yang terkandung dalam film bioplastik ikatan hidrogen yang terbentuk, sehingga
memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Hal ini kekuatan ikatan pada lembaran bioplastik
berkaitan dengan struktur selulosa dan menjadi lemah. Lemahnya ikatan molekul
kuatnya ikatan hidrogen (Rachmaniah dkk, pada bioplastik menyebabkan gaya yang
2009). dibutuhkan untuk memutuskan bioplastik pun
semakin rendah (Bahmid, 2014). Namun
Gambar 3. terjadi perubahan nilai kuat tarik pada konsentrasi NaOH 25% terjadi
dengan variasi jumlah gliserol. Pada penurunan kuat tarik dari 9,58 kgf/mm2 pada
konsentrasi NaOH 15% terjadi kenaikan kuat pembahan gliserol 0,5 gram menjadi 9,5
tarik dari 8,67 kgf/mm2 pada pembahan kgf/mm2 pada 1 gram gliserol dan 8,58
gliserol 0,5 gram menjadi 10,67 kgf/mm2 kgf/mm2 pada penambahan gliserol 1,5
pada 1 gram gliserol dan 16,58 kgf/mm2 pada gram. Penurunan nilai kuat tarik disebabkan
penambahan gliserol 1,5 gram. Hal tersebut oleh semakin banyaknya jumlah pemlastis
juga terjadi pada konsentrasi NaOH 20%, yang mengisi ruang-ruang diantara molekul
dimana terjadi kenaikan kuat tarik dari 10,92 polimer selulosa dalam bentuk ikatan
kgf/mm2 pada pembahan gliserol 0,5 gram
68
Wahyu Ramadhani Tamiogy dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 14, No. 01
hidrogen sehingga jarak antar rantai polimer ini sesuai pada bioplastik dengan
selulosa menjadi renggang. penambahan gliserol 1,5% yaitu kuat tarik
semakin tinggi dengan bertambahnya
3.4. Persen Elongasi gliserol. Hal ini bisa terjadi pada film
bioplastik karena tidak homogen antara
Elongasi merupakan perubahan panjang selulosa dan gliserol, sehingga kuat tekan dan
maksimal film sebelum terputus. elongasi bernilai fluktuatif (Silviana dan
Penambahan gliserol sebagai plasticizer Rahayu, 2017).
sangat berpengaruh terhadap nilai elongasi.
Nilai persen elongasi berkisar antara 1,60
sampai 13,88%. Pada konsentrasi NaOH 15%
peningkatan nilai elongasi berbanding lurus
dengan penambahan gliserol, dimana pada
A
penambahan gliserol 0,5 gram nilai elongasi
sebesar 1,64% kemudian mengalami
kenaikan pada penambahan gliserol 1 gram
menjadi 2,88%, dan pada penambahan
gliserol 1,5 gram nilai elongasi kembali
meningkat menjadi 4,36%. Begitu juga pada
konsentrasi NaOH 20% dimana pada
penambahan gliserol 0,5 gram nilai elongasi
sebesar 2,76% kemudian mengalami
kenaikan pada penambahan gliserol 1 gram
menjadi 3,16%, dan pada penambahan
gliserol 1,5 gram nilai elongasi kembali B
meningkat menjadi 5,44%. Semakin tinggi
nilai elongasi dari suatu plasik maka semakin
bagus kualitas dari plastik tersebut. Semakin
tinggi konsentrasi plasticizer maka akan
semakin tinggi nilai elongasinya. Hal ini
dikarenakan plasticizer akan meningkatkan
kecepatan respon viskoelastis dan mobilitas
molekuler rantai polimer plastik (Riza dkk.,
2013).
terhadap air 120,57%, kuat tarik sebesar Hermiati, E., Mangunwidjaja, D., Sunarti, T.
17,75 kgf/mm2, dan persen elongasi sebesar J., Suparno, O., Prasetya, B. (2010)
5,44%. Densitas film bioplastik semakin Pemanfaatan Biomasssa Lignoselulosa
tinggi dengan penambahan gliserol. Daya Ampas Tebu untuk produksi Bioetanol.
serap air semakin kecil dengan penambahan Jurnal Litbang Pertanian. 29(4), 121-
gliserol. Semakin tinggi konsentrasi gliserol 130.
kuat tarik bioplastik semakin tinggi dengan
penambahan gliserol. Persen elongasi Kencanawati, C. I. P. K., Sugita, I. K.
semakin meningkat dengan penambahan G.,Suardana, N. P. G., Suyasa, I. W. B.
gliserol. Kondisi diatas terjadi untuk masing- (2018) Pengaruh Perlakuan Alkali
masing perbedaan konsentrasi NaOH namun terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Serat
kontradiksi terhadap NaOH dengan Kulit Buah Pinang. Jurnal Energi dan
konsentrasi 25%. Analisis SEM menunjukkan Manufaktur. 11(1), 6-10.
bahwa semakin banyak penambahan gliserol,
permukaan bioplastik terlihat adanya Kirk dan Othmer. (2012) Encyclopedia of
permukaan yang retak. Chemical Technology, Vol. 12, Edisi 4.
John Wiley & Sons Inc. New York.
5. Daftar Pustaka
Nikmatin S. (2012) Bionanokomposit Filler
Bahmid,N.A. (2014) Pengembangan Nanopartikel Serat Kulit Rotan Sebagai
nanofiber selulosa asetat dari selulosa Material Pengganti Komposit Sintetis
tandan kosong kelapa sawit untuk Fiber Glass pada Komponen Kendaraan
pembuatan bioplastik. Tesis. Sekolah Bermotor. Disertasi. Sekolah
Pascaserjana Institut Pertanian Bogor. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Bogor.
Chandra, J., George, N., Narayanankutty, S. Pratomo, H. (2011) Bioplastik Nata De
(2016) Isolation and Characterization of Cassava Sebagai Bahan Edible Film
Cellulose Nanofibrils from Arecanut Husk Ramah Lingkungan. Jurnal Penelitian
Fibre. Journal Carbohydrate Polimers, Saintek, 16(2), 172-178.
142, 158-166.
Rachmaniah O, Feriyanti L, Lazuardi K.
Darni, Y. (2011) Pengaruh kecepatan (2009) Pengaruh Liquid Hot Water
pengadukan dan konsentrasi plasticizer terhadap Perubahan Struktur Sel Bagas.
gliserol terhadap sifat fisik dan mekanik Surabaya, Prosiding Seminar Nasional
bioplastik berbahan baku pati sorgum- XIV FTI-ITS.
kitosan. Departemen Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Riza, M., Darmadi, Syaubari, Abidah, N.
Institut Teknologi Bandung. Bandung. (2013) Sintesa plastik biodegradable
dari pati sagu dengan gliserol dan
Darni, Y., Sitorus, T. M., Hanif, M. (2014) sorbitol sebagai plasticizer. Seminar
Produksi bioplastik dari sorgum dan nasional kimia dan pendidikan kimia V.
selulosa secara termoplastik. Jurnal Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Rekayasa kimia dan Lingkungan. 10(2), PMIPA FKIP UNS. Surakarta.
55-62.
Schnabel, W. (1981) Biodegradation dalam
Firdaus, F., Mulyaningsih, S., Anshory, H. Polymer Degradation, Principles and
(2008) Sintesis Film Kemasan Ramah Practical Applications, Macmillan
Lingkungan Dari Komposit Pati, Khitosan Publishing Co, Inc., New York.
dan Asam Polilaktat dengan Pemlastik
Gliserol. Jurnal Penelitian & Pengabdian Sihombing, T. (2000) Pinang Budidaya Dan
dppm.uii.ac.id, 5, 1-14. Prospek Bisnis. Penebar Suadaya.
Jakarta.
Haque, M. M., dan Mahbub, H. (2016)
Mechanical Properties of Betel Nut and Silviana dan Rahayu, P. (2017) Pembuatan
Compotisites. Jurnal of Automotive and Bioplastik Berbahan Pati Sagu dengan
Mechanical Engineering. 13(3), 3763- Penguat Mikrofibril Selulosa Bambu
3772. Terdispersi KCl Melalui Proses Sonikasi,
Reaktor 17 (3), 151-156.
70
Wahyu Ramadhani Tamiogy dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 14, No. 01
Sumartono, N. W., Handayani, F., Novitasari, dari Tongkol Jagung. Departemen Fisika
w., Desiriana, R., Hulfa, D. S. (2015) Fakultas Matematika dan Ilmu
Sintesis dan Karakterisasi Bioplastik Pengetahuan Alam Institut Teknologi
Berbasis Alang-alang dengan Sepuluh Nopember Surabaya.
Penambahan Kitosan, Gliserol, dan Asam
Oleat. PELITA, 10(2). Yusmarlela. (2009) Studi Pemanfaatan
Plasticizer Gliserol dalam Film Pati Ubi
Suyatma, N. E., A, Copinet., V, Coma., dengan Pengisi Serbuk Batang Ubi Kayu.
Tighzett, L. (2007) Mechanical and Sekolah Pascasarjana, Universitas
Barrier Properties of Biodegradable Films Sumatra Utara, Medan.
based on Chitosan and Poly(lactic acid)
for Food Packaging Application. Journal Yusriah, L., Sapuan, T. M., Zainudin, E. S.,
of Applied Polymer Science. 40, 762- Mariatti, M. (2012) Exploring the
772. Potential of Betel Nut Husk Fiber as
Reinforcemenr in Polymer Composites :
Wiradipta, I. D. (2017) Pembuatan Plastik Effect of Fiber Maturity.Procedia
Biodegradable Berbahan Dasar Selulosa Chemistry. 4, 87-94.
71