Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Kombinasi Plasticizer terhadap Karakteristik…… (N.

Afifah, dkk)

PENGARUH KOMBINASI PLASTICIZER TERHADAP


KARAKTERISTIK EDIBLE FILM DARI KARAGENAN DAN
LILIN LEBAH
(The Effect of Plasticizer Combination on Characteristics of Edible Film from
Carrageenan and Beeswax)

Nok Afifah, Enny Sholichah, Novita Indrianti dan Doddy A. Darmajana


Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI, Jl. K.S. Tubun No. 5 Subang, 41213,
Indonesia
e-mail: syabiljafa2008@gmail.com
Naskah diterima 21 Maret 2018, revisi akhir 24 Mei 2018 dan disetujui untuk diterbitkan 25 Mei 2018

ABSTRAK. Edible film (lembaran tipis dapat dimakan) berbasis karagenan-lilin


lebah telah dibuat dengan menggunakan dua jenis plasticizer (bahan pemlastis) yaitu
gliserol dan gula. Gliserol pada konsentrasi tetap 1% dikombinasikan dengan gula
(fruktosa, glukosa dan sukrosa) masing-masing pada tiga level konsentrasi yaitu 0,5%,
1% dan 1,5% b/vt. Edible film mempunyai kadar air, ketebalan, kuat tarik, elongasi dan
kecepatan transmisi uap air masing-masing sebesar 13,69-14,91%, 0,059-0,102 mm,
12,62-32,40 MPa, 13,34-43,57% dan 17,65-25,38 g/m2/24 jam. Kenaikan konsentrasi
plasticizer menghasilkan kenaikan kadar air, ketebalan, elongasi dan kecepatan
transmisi uap air namun menurunkan kuat tariknya. Semua edible film menunjukkan
sifat warna yang baik dengan lightness antara 84,45-85,61 sedangkan edible film
dengan plasticizer gliserol-sukrosa memperlihatkan lightness paling rendah. Hasil
scanning electron microscopy menunjukkan bahwa edible film yang diberi perlakuan
Plasticizer gliserol-fruktosa dan gliserol-glukosa memiliki permukaan yang lebih
homogen dan halus daripada edible film kontrol dan edible film dengan plasticizer
gliserol-sukrosa.
Kata kunci: edible film, fruktosa, glukosa, plasticizer, sukrosa

ABSTRACT. Edible film based on beeswax and carrageenan has been made using two
types of plasticizers namely glycerol and sugar. Glycerol at a fixed concentration of 1%
was combined with sugar (fructose, glucose and sucrose) each at three concentration
levels of 0.5%, 1% and 1.5% w /vt. Edible film has water content, thickness, tensile
strength, elongation and vapor transmission rate respectively 13.69-14.91%, 0.059-
0.102 mm, 12.62-32.40 MPa, 13.34-43.57% and 17.65-25.38 g/m2/24 hours. The
enhancement in plasticizer concentration resulted increasement of moisture content,
thickness, elongation and water vapor transmission rate but decreased its tensile
strength. All edible films showed lightness in range 84.45-85.61. Edible films with
glycerol-sucrose plasticizer showed the lowest lightness. The scanning electron
microscopy results indicated that edible films treated with plasticizer glycerol-fructose
and glycerol-glucose have more homogeneous and smoother surface than edible control
films and edible films with a glycerol-sucrose plasticizer.
Keywords: edible film, fructose, glucose, plasticizer, sucrose

1. PENDAHULUAN tipis (film) sebelum digunakan untuk


Pengemas yang dapat dimakan mengemas produk pangan sedangkan
(edible packaging) dapat berupa edible edible coating berupa pengemas yang
film dan edible coating. Edible film dibentuk langsung pada produk pangan,
merupakan bahan pengemas yang telah biasanya dengan merendam produk dalam
dibentuk terlebih dahulu berupa lapisan larutan edible (Falguera et al., 2011). Pada

49
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 49-60

umumnya edible coating dibuat dari zat Banyak penelitian telah dilaporkan
hidrofilik seperti protein dan polisakarida, tentang pengaruh penambahan plasticizer
memiliki sifat mekanik dan penghalang gliserol dan sorbitol pada berbagai pati dari
yang baik terhadap transfer gas, senyawa sumber yang berbeda dalam pembuatan
aroma dan lemak. Coating berbasis biodegradable atau edible film (Rodríguez
polisakarida termasuk karagenan memiliki et al., 2006; Mikkonen et al., 2009;
sifat yang baik sebagai penghalang gas Sanyang et al., 2015). Zhang & Han
(Pavlath & Orts, 2009). Karagenan berasal (2006) menyatakan bahwa gula dapat
dari rumput laut merah dan merupakan digunakan sebagai plasticizer pada gel pati
campuran kompleks dari beberapa menghasilkan film dengan permeabilitas
polisakarida (Lacroix & Tien, 2005). Film uap air (WVP/water vapour permeability)
karagenan dibuat melalui gelasi selama yang lebih rendah dibandingkan dengan
pengeringan moderat (Karbowiak et al., penggunaan poliol. Sukrosa, merupakan
2007). Di sisi lain, film hidrokoloid disakarida, dapat dipecah menjadi
memiliki permabilitas uap air yang rendah campuran 1:1 dari dextrose (glukosa) dan
karena sifat hidrofilik polisakarida (Pavlath levulose (fruktosa), yang dikenal sebagai
& Orts, 2009). Untuk mengatasi gangguan gula inversi (Winarno, 2004). Gula inversi
tersebut, sifat hidrofobik lipid, seperti lilin memiliki kecenderungan lebih rendah
lebah atau carnauba wax digunakan karena untuk mengkristal, bila dibandingkan
mempunyai sifat penghalang air yang baik dengan sukrosa dan juga dianggap sebagai
(Morillon et al., 2002). Namun, mereka produk murah. Gula ini sering digunakan
tidak berperan untuk melawan kehilangan dalam industri makanan untuk mengurangi
air. Penggunaan kedua kelompok kristalisasi sukrosa dalam larutan
komponen tersebut (komposit) viskositas tinggi dibandingkan dengan
memungkinkan untuk mengembangkan larutan yang hanya mengandung sukrosa
sifat-sifat yang tepat dari film. Dalam saja (Veiga-Santos et al., 2007).
prakteknya komponen lipid dan biopolimer Penambahan sukrosa ke dalam film
digabungkan dengan menggunakan pati singkong meningkatkan elongasi film
pengemulsi atau teknologi laminasi (Yang pati-xanthan gum meskipun kristalisasi
& Paulson, 2000). terjadi selama penyimpanan dan mengubah
Bahan pemlastis (plasticizer) material yang lentur menjadi rapuh (Veiga-
ditambahkan untuk meningkatkan sifat Santos et al., 2005). Oleh karena itu,
mekanik pelapis. Plasticizer mencegah penggunaan glukosa sebagai plasticizer
retak film selama penanganan dan dapat mencegah kristalisasi sukrosa dan
penyimpanan (Vieira et al., 2011). menghindari kerapuhan film. Sifat fisik
Plasticizer yang paling banyak digunakan edible film dari otot mantel cumi-cumi
adalah gliserol dan sorbitol. Beberapa Todarodes pacificus yang diberi berbagai
plasticizer lain seperti sukrosa, fruktosa, jenis plasticizer (gliserol, sorbitol, glukosa
glukosa dan manosa merupakan pemanis dan fruktosa) telah dipelajari oleh
karbohidrat yang memberikan rasa lebih Leerahawong et al. (2011). Penelitian-
enak pada makanan (Zhang & Han, 2006). penelitian tersebut menggambarkan
Menurut Kokoszka & Lenart (2007), pengaruh plasticizer secara individual
kemampuan plasticizer untuk mengurangi terhadap karaktersitik edible film.
interaksi polimer tergantung pada Ketika beberapa plasticizer
konsentrasi, tipe polimer dan jenis digunakan dalam matriks film, interaksi
plasticizer (ukuran molekul, konfigurasi yang kuat dapat terjadi antara plasticizer
molekul, jumlah gugus hidroksil bebas dan yang dapat meningkatkan sifat fungsional
kompatibilitas plasticizer dengan polimer). tertentu dari film (Adhikari et al., 2010).
Oleh karena itu, untuk setiap polimer, jenis Kombinasi 1:1 dari gliserol-sorbitol
dan konsentrasi optimum plasticizer harus sebagai plasticizer untuk film pati jagung
ditentukan untuk keberhasilan ditemukan lebih stabil daripada
penggunaannya dalam berbagai kondisi. menggunakan gliserol dan sorbitol secara
terpisah (Krogars et al., 2003). Hasil yang

50
Pengaruh Kombinasi Plasticizer terhadap Karakteristik…… (N. Afifah, dkk)

sama juga dilaporkan Sanyang et al., lebih 10 menit pada temperatur 70-80°C.
(2015) dimana film dengan plasticizer Sebanyak 85 mL larutan film selanjutnya
campuran gliserol-sorbitol memperlihatkan dituangkan dalam plat akrilik 20x20 cm2.
stabilitas termal dan sifat tarik yang lebih Larutan dalam plat dibiarkan mendingin
baik dibandingkan penggunaan plasticizer dan kemudian dikeringkan dalam oven
secara individual pada film dari pati aren. temperatur 50°C selama 24 jam. Film
Campuran plasticizer gliserol dan poliol dilepas dari plat dan disimpan dalam
berberat molekul tinggi seperti xylitol, ruangan bersuhu 25°C selama 1 minggu
sorbitol dan maltitol dapat digunakan untuk dianalisa. Masing-masing perlakuan
untuk memplastisasi pati jagung (Qiao et diulang sebanyak tiga kali. Analisis data
al., 2011). Peningkatan berat molekul dan menggunakan program statistik SPSS 13.
campuran poliol memberikan peningkatan
Deskripsi Analisa
yang signifikan dari stabilitas termal dan
Kadar air film ditentukan secara
kekuatan mekanik komposit pati jagung.
gravimetri dengan mengeringkan sebanyak
Namun, penelitian tentang pengaruh
2 g serpihan film dalam oven bersirkulasi
kombinasi gliserol dengan gula terhadap
udara pada temperatur 105°C sampai berat
sifat fisikokimia edible film belum banyak
sampel konstan. Sampel dianalisa secara
dilakukan. Oleh karena itu, dalam
duplikasi dan hasilnya dinyatakan dalam
penelitian ini digunakan plasticizer dari
gram air teruapkan per 100 g film yang
kombinasi gliserol dengan gula (sukrosa,
dikeringkan.
glukosa dan fruktosa) pada konsentrasi
Ketebalan film diukur menggunaan
yang berbeda untuk memperbaiki sifat-
mikrometer manual (Mitutoyo) dengan
sifat edible film berbasis karagenan dan
ketelitian 0,001 mm pada enam titik yang
beeswax menggunakan metode pencetakan
berbeda dan nilai ketebalan diukur dari
larutan.
rata-rata ketebalan. Semua sampel film
diprekondisikan pada temperatur 26-27oC
2. METODE PENELITIAN dan kelembaban relatif (RH) 50-55%
Bahan yang digunakan dalam minimal 48 jam sebelum dianalisis lebih
penelitian ini adalah karagenan, gliserol, lanjut (Rhim & Wang, 2013).
glukosa, fruktosa, beeswax dan tween 80 Kuat tarik dan persentase
diperoleh dari Brataco (Bandung- pemanjangan (elongasi) diukur dengan
Indonesia), gula pasir produksi PT. Sweet menggunakan Universal Testing Machine
Indolampung diperoleh dari toserba sesuai metode standar ASTM D 882 yang
Yogya. Peralatan yang digunakan berupa dilengkapi dengan load cell 0,5 kN.
micrometer, oven, botol timbang, Lembaran film dipotong dengan ukuran 10
colorimeter NH3 dan SEM (scanning cm x 2,5 cm. Mesin diatur dengan jarak
electron microscopy) merk Hitachi awal antar penjepit 50 mm dan kecepatan
SU3500. 50 mm/menit (Rhim & Wang, 2013).
Pembuatan edible film mengikuti Pengujian dilakukan dengan cara ujung
metode yang dilaporkan Tamaela and sampel dijepit mesin penguji kemudian
Sherly (2008) dan Velickova et al. (2013) alat akan menarik sampel sampai sampel
dengan sedikit modifikasi. Sembilan putus. Nilai gaya maksimum untuk
formulasi edible film disiapkan dengan memotong film yang diukur dapat dilihat
melarutkan karagenan (2%, b/vt) dalam air pada display alat. Kuat tarik ditentukan
distilasi. Lelehan beeswax (0,1%, b/vt), berdasarkan beban maksimum pada saat
gliserol (1%, b/vt) dan film pecah. Luas penampang melintang
sukrosa/glukosa/fruktosa (divariasikan didapatkan dari hasil perkalian panjang
pada konsentrasi 0,5%, 1% dan 1,5%, b/vt) awal sampel dengan ketebalan awal
ditambahkan dalam larutan karagenan. sampel. Uji kekuatan tarik dilakukan pada
Untuk sukrosa sebelumnya dilarutkan tiga sampel edible film yang kemudian
dahulu dalam aquades. Larutan selanjutnya dihitung rata-ratanya. Kekuatan tarik
dipanaskan dan diaduk selama kurang dihitung dengan Persamaan 1, dimana  =

51
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018: 49-60

Kekuatan tarik (Mpa), Fmax = gaya kuat Morfologi permukaan film dianalisis
tarik (N) dan A = luas penampang menggunakan SEM dengan percepatan
melintang (m2). tegangan 5 kV. Sebelum analisis, semua
sampel ditempatkan pada potongan
 = … … … … … … … … (1) aluminium. Sampel ditempatkan dalam
Persentase pemanjangan (elongation SEM, selanjutnya gambaran topografi film
at break) didasarkan atas pemanjangan diamati pada perbesaran 1500 kali.
film saat film putus. Pengukuran
perpanjangan putus dilakukan dengan cara 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang sama dengan pengujian kuat tarik. Kadar Air
Perpanjangan dinyatakan dalam Penentuan kadar air memberikan
persentase, dihitung dengan menggunakan informasi tentang jumlah air dalam film.
Persamaan 2, dimana L = panjang Kadar air film pada berbagai perlakuan
regangan saat putus (mm) dan L0 = diperlihatkan pada Gambar 1.
panjang awal (mm).

(%) = × 100% … … (2)

Water Vapor Transmission Rate


(WVTR) film ditentukan dengan
menggunakan metode gravimetri sesuai
dengan metode ASTM E 96-95. Film
direkatkan pada gelas timbang berdiameter
5 cm yang berisi 10 g silika gel.
Selanjutnya gelas timbang ditempatkan
dalam desikator yang dikontrol kondisinya
pada RH 50-55% temperatur 27-28 oC. RH Gambar 1. Kadar air edible film pada berbagai
dalam gelas selalu lebih rendah daripada jenis dan konsentrasi plasticizer
diluar gelas, transmisi uap air ditentukan
dengan menimbang gelas timbang setiap Hasil uji statistik menunjukkan
24 jam selama 7 hari. Slope (perubahan perlakuan jenis plasticizer gliserol-sukrosa
berat setiap interval waktu) dihitung untuk berbeda nyata dengan plasticizer gliserol-
menentukan nilai WVTR menggunakan fruktosa pada konsentrasi plasticizer 1%
Persamaan 3 (Rhim & Wang, 2013). dan 1,5% pada taraf signifikansi 5%.
Kadar air edible film terendah dan tertinggi
= . . . . (3)
masing-masing diperoleh pada perlakuan
.ℎ gliserol-glukosa 0,5% dengan kadar air
13,69% dan perlakuan gliserol-fruktosa
Warna film ditentukan dengan 1,5% dengan kadar air 14,91%, sedangkan
colorimeter NH3 yang dikalibrasi dengan edible film kontrol (film dengan mono
lempeng standar putih. Pengukuran plasticizer yaitu gliserol) mempunyai
menggunakan skala CIE Lab dengan kadar air 13,65%. Keberadaan air di film
parameter L (lightness), a (merah-hijau) tergantung pada konsentrasi plasticizer
dan b (kuning-biru). Tes dilakukan dengan karena sifat hidrofiliknya yang dapat
menempatkan sampel film diatas lempeng mempertahankan air dalam matriks film.
standar putih. Sampel dianalisis dalam tiga Kadar air film kontrol (mono plasticizer)
kali pengulangan. Perbedaan warna (ΔE) lebih kecil dibandingkan kadar air film
dihitung menggunakan Persamaan 4, yang untuk semua perlakuan (2 jenis
mana Ls, as, dan bs adalah standar CIE Lab plasticizer). Dalam penelitian ini, secara
untuk standar putih yang digunakan umum terlihat bahwa dengan kenaikan
sebagai latar pengukuran. konsentrasi plasticizer akan meningkatkan
∆ = ( − ) + ( − ) + ( − ) … (4)
kadar air film dan hasil yang sama juga

52
Pengaruh Kombinasi Plasticizer terhadap Karakteristik…… (N. Afifah, dkk)

dilaporkan oleh Farhan and Hani (2017). mempengaruhi kenampakan, rasa atau
Menurut Cerqueira et al. (2012), semakin tekstur produk saat digunakan untuk
tinggi konsentrasi plasticizer maka mengemas produk makanan (Yulianti &
adsorpsi molekul air meningkat, terutama Ginting, 2012). Tabel 1 menunjukkan nilai
disebabkan oleh kecenderungan plasticizer ketebalan, kuat tarik dan elongasi edible
untuk membentuk ikatan hidrogen. film untuk semua perlakuan.
Kadar air edible film yang Hasil uji statistik perlakuan
dihasilkan dalam penelitian ini lebih konsentrasi plasticizer menunjukkan
rendah dari edible film berbasis karagenan perbedaan yang nyata terhadap ketebalan
yang dilaporkan penelitian lain. Veiga- edible film terutama pada konsentrasi
Santos et al. (2007) menghasilkan edible plasticizer 1,5%. Plasticizer gliserol-
film dengan kadar air antara 13,1% dan sukrosa menghasilkan film dengan
18% untuk film yang mengandung ketebalan yang berbeda dibandingkan
plasticizer sukrosa dan antara 13,2% dan plasticizer gliserol-fruktosa dan gliserol-
18,4% untuk film dengan plasticizer gula glukosa. Ketebalan edible film terendah
inversi. Farhan & Hani (2017) melaporkan diperoleh pada perlakuan gliserol-fruktosa
hasil yang hampir sama dengan penelitian 0,5% yaitu 0,059 mm dan tertinggi pada
ini, edible film dari semi-refined kappa- perlakuan gliserol-sukrosa 1,5% yaitu
karagenan dengan plasticizer mono 0,102 mm sedangkan edible film kontrol
gliserol (konsentrasi 20%, 25% dan 30%) mempunyai ketebalan 0,045 mm.
mempunyai kadar air antara 9,8% sampai Ketebalan edible film biasanya kurang dari
14,5%. Martins et al. (2012) melaporkan 0,3 mm (Pavlath & Orts, 2009). Hasil
kadar air yang lebih tinggi yaitu 19,28% penelitian Veiga-Santos et al. (2007)
untuk edible film dari kappa-karagenan menunjukkan ketebalan film dengan
dengan plasticizer 30% gliserol. Kadar air plasticizer sukrosa antara 0,04 mm dan
yang lebih tinggi sebesar 20,15% juga 0,12 mm dan untuk film dengan plasticizer
dilaporkan oleh Shojaee-Aliabadi et al. gula inversi antara 0,04 mm dan 0,11 mm.
(2014) untuk edible film dari kappa- Pada semua perlakuan jenis
karagenan dengan plasticizer 50% gliserol. plasticizer, peningkatan konsentrasi
Rhim & Wang (2013) juga melaporkan plasticizer meningkatkan ketebalan film.
kadar air yang lebih tinggi yaitu 16,26% Hal ini disebabkan semakin tinggi
untuk film dari karagenan dengan konsentrasi plasticizer maka total padatan
plasticizer gliserol 30% (b/b karagenan). dalam larutan juga meningkat. Peningkatan
jumlah total padatan dalam larutan
Ketebalan, Kuat Tarik dan Elongasi menyebabkan ketebalan dari edible film
Ketebalan film akan berpengaruh semakin meningkat. Jongjareonrak et al.
terhadap sifat mekanik film seperti kuat (2006) menambahkan bahwa jarak
tarik dan laju transmisi uap airnya, juga interstisial antara rantai polimer dalam

Tabel 1. Ketebalan, kuat tarik dan elongasi edible film (mm) pada berbagai jenis dan konsentrasi
plasticizer
Ketebalan (mm) Kuat Tarik (mPa) Elongasi (%)

Konsentrasi Plasticizer Konsentrasi Plasticizer Konsentrasi Plasticizer


Jenis Plasticizer
0,5% 1,0% 1,5% 0,5% 1,0% 1,5% 0,5% 1,0% 1,5%

Gliserol-Fruktosa 0,059 aA 0,075bA 0,088cA 24,13aA 19,62bA 19,22bA 30,95aA 37,65bA 43,57cA

Gliserol-Glukosa 0,062 aA 0,077bA 0,080bA 32,40aA 18,72bA 17,46bB 13,34aB 24,76bB 21,91bB

Gliserol-Sukrosa 0,074 aB 0,081aA 0,102bB 24,07aA 12,62bB 12,95bC 20,07abC 24,53aB 18,57bB

Keterangan : Huruf kecil yang sama dalam baris dan huruf kapital yang sama dalam kolom mengindikasikan
tidak ada perbedaan signifikan antar perlakuan (p > 0,05)

53
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018: 49-60

matriks film meningkat karena plasticizer gliserol-fruktosa memberikan


terdispersinya molekul plasticizer dalam nilai elongasi yang berbeda nyata untuk
matriks film yang dapat berkontribusi pada semua perlakuan konsentrasi plasticizer
peningkatan ketebalan film. Pada namun pada jenis plasticizer gliserol-
konsentrasi plasticizer yang sama, sukrosa sukrosa tidak menunjukkan perbedaan
menghasilkan film paling tebal nyata. Jenis plasticizer memberikan
dimungkinkan karena terbentuknya kristal perbedaan yang nyata terhadap elongasi
pada permukaan film. terutama pada konsentrasi plasticizer
Kuat tarik menunjukkan gaya untuk 0,5%. Elongasi terbesar diperoleh pada
mencapai tarikan maksimum pada setiap film dengan plasticizer gliserol-fruktosa
satuan luas area film untuk merenggang 1,5% sebesar 43,57% dan elongasi terkecil
atau memanjang. Berdasarkan uji Duncan pada perlakuan plasticizer gliserol-glukosa
pada taraf signifikansi 5% terlihat bahwa 0,5% sebesar 13,34%. Edible film kontrol
kuat tarik film pada konsentrasi plasticizer dengan plasticizer gliserol mempunyai
0,5% berbeda nyata dengan kuat tarik film nilai elongasi sebesar 10,00%.
pada konsentrasi plasticizer 1% dan 1,5%. Nilai elongasi kontrol terlihat paling
Jenis plasticizer memberikan perbedaan kecil dibandingkan nilai elongasi untuk
yang nyata terhadap kuat tarik terutama semua perlakuan. Tabel 1 memperlihatkan
pada konsentrasi plasticizer 1,5%. Kuat bahwa peningkatan konsentrasi plasticizer
tarik terbesar diperoleh pada film dengan menaikkan elongasi film. Hasil yang sama
plasticizer gliserol-glukosa 0,5% sebesar juga dilaporkan oleh Sanyang et al. (2015)
32,40 MPa dan kuat tarik terkecil pada dan Veiga-Santos et al. (2007). Masuknya
perlakuan plasticizer gliserol-sukrosa 1,5% molekul plasticizer dalam matriks polimer
sebesar 12,95 MPa. Edible film kontrol melalui ikatan hidrogen kemungkinan
dengan mono plasticizer yaitu gliserol mengganggu struktur polimer dan
mempunyai kuat tarik sebesar 25,97 MPa. mengubahnya menjadi sebuah struktur
Kuat tarik semua perlakuan terlihat fleksibel yang tidak teratur yang dapat
lebih kecil dibandingkan kuat tarik kontrol. dilihat sebagai restrukturisasi dalam
Berdasarkan Tabel 1, peningkatan matriks polimer dengan peningkatan
konsentrasi plasticizer menurunkan kuat mobilitas rantai sehingga mengurangi
tarik film. Hal yang sama juga dilaporkan resistensi terhadap tekanan yang diterima
untuk edible film berbasis pati oleh dan meningkatkan kemampuan regang
Rodríguez et al. (2006) dan Sanyang et al. (elongasi) film. Pada konsentrasi yang
(2015). Hal ini dapat dijelaskan melalui sama terlihat bahwa plasticizer gliserol-
peranan plasticizer dalam mengurangi sukrosa menghasilkan film dengan kuat
daya tarik intermolekul yang kuat antara tarik dan elongasi yang lebih kecil
rantai polisakarida (termasuk pati dan dibandingkan film dengan plasticizer
karagenan) dan mempromosikan gliserol-fruktosa dan gliserol-glukosa.
pembentukan ikatan hidrogen antara Perbedaan komposisi, ukuran, struktur dan
molekul plasticizer dan polisakarida bentuk plasticizer mempengaruhi
sehingga akan mengurangi kekuatan tarik kemampuan fungsi mereka dalam jaringan
film dengan melemahkan ikatan hidrogen film yang selanjutnya akan menentukan
antara rantai polisakarida. distribusi dan interkasi mereka dengan
Elongasi menunjukkan kemampuan jaringan karagenan dalam film tersebut
film untuk rusak sebelum akhirnya putus. (Jongjareonrak et al., 2006; Farhan &
Parameter ini membantu untuk Hani, 2017). Veiga-Santos et al. (2005)
menentukan fleksibilitas dan kemuluran melaporkan bahwa penambahan sukrosa ke
film. Fleksibilitas film yang diinginkan dalam film pati akan meningkatkan
tergantung pada tujuan aplikasinya, elongasi meskipun kristalisasi terjadi
transportasi, penanganan dan penyimpanan selama penyimpanan dan mengubah
makanan kemasan (Sanyang et al., 2015). material yang lentur menjadi rapuh.
Uji Duncan pada taraf signifikasi 5% Savadekar et al. (2012)
memperlihatkan bahwa pada jenis menunjukkan bahwa kuat tarik dan

54
Pengaruh Kombinasi Plasticizer terhadap Karakteristik…… (N. Afifah, dkk)

elongasi film dari karagenan dengan 17,65 g/mm2/hari dan tertinggi diperoleh
plasticizer gliserol 10% (b/b karagenan) pada perlakuan gliserol-fruktosa 1,5%
masing-masing sebesar 25 MPa dan 13%. dengan nilai WVTR 25,38 g/mm2/hari.
Martins et al. (2012) melaporkan kuat tarik Berdasarkan Gambar 2 terlihat
dan elongasi film dari karagenan-locust bahwa untuk semua jenis plasticizer,
bean gum dengan plasticizer gliserol 30% peningkatan konsentrasi plasticizer
(b/b polisakarida) sebesar 19,95 MPa dan meningkatkan nilai WVTR. Khazaei et al.
16,18%. Film berbasis karagenan dan (2014) melaporkan bahwa peningkatan
plasticizer gliserol 30% (b/b karagenan) WVTR dapat dikaitkan dengan sifat
juga dibuat oleh Rhim & Wang (2013) hidrofilik dari plasticizer. Kecenderungan
yang menghasilkan film dengan kuat tarik ini dapat dijelaskan dengan adanya
dan elongasi sebesar 70,12 MPa dan modifikasi struktur jaringan polimer di
10,76%. mana jaringan menjadi kurang padat.
Peningkatan konsentrasi plasticizer yang
Water Vapor Transmission Rate (WVTR) hidrofilik menyebabkan reorganisasi
Salah satu sifat penting kemasan jaringan polisakarida dan terjadi
makanan adalah kemampuannya untuk peningkatan volume bebas dan gerakan
menahan atau meminimalkan transfer air segmental yang memungkinkan molekul
antara makanan dan lingkungan sekitarnya. air berdifusi lebih mudah dan memberikan
Oleh karena itu, WVTR bahan kemasan WVTR lebih tinggi. Hasil serupa
harus dibuat serendah mungkin. Pengaruh ditunjukkan oleh Sanyang et al. (2015)
jenis dan konsentrasi plasticizer terhadap yang menjelaskan kenaikan transmisi uap
WVTR dapat dilihat pada Gambar 2. air karena kenaikan konsentrasi plasticizer
disebabkan oleh kuatnya interaksi molekul
30 Fruktosa pati-pati yang dominan pada konsentrasi
WVTR, g/m2/24jam

25 Glukosa plasticizer yang lebih rendah menghasilkan


Sukrosa jaringan dan struktur pati yang padat dan
20
lebih kompak sehingga nilai WVTR
15 semakin rendah. Kenaikan lebih lanjut dari
10 konsentrasi plasticizer menyebabkan
5 mobilitas dan fleksibilitas rantai jaringan
0 pati karena modifikasi struktural interaksi
molekul pati-pati ke jaringan longgar.
0.5 1 1.5
Akibatnya, matriks film menjadi kurang
Konsentrasi, %
padat dan nilai WVTR mereka akhirnya
Gambar 2. Nilai WVTR edible film pada meningkat.
berbagai jenis dan konsentrasi
plasticizer Warna
Warna edible film dapat
Hasil uji Duncan pada taraf berpengaruh terhadap kenampakan/
signifikasi 5% menunjukkan bahwa nilai penampilan produk yang dikemas.
WVTR untuk perlakuan jenis plasticizer Semakin cerah warnanya maka semakin
gliserol-sukrosa berbeda nyata dengan bagus kenampakan produk yang dikemas.
jenis plasticizer gliserol-fruktosa dan Warna edible film pada berbagai perlakuan
gliserol-glukosa pada konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 2.
plasticizer 0,5% dan 1,5%. Perlakuan Semua film yang dihasilkan
konsentrasi plasticizer tidak berbeda nyata memperlihatkan sifat warna yang baik
untuk berbagai jenis plasticizer. Perlakuan yang ditunjukkan dengan nilai lightness
kontrol dengan mono plasticizer (gliserol) (L) yang tinggi antara 84,45-85,61. Jenis
menghasilkan film dengan nilai WVTR plasticizer menunjukkan nilai “b” yang
sebesar 11,32 g/mm2/hari. Nilai WVTR berbeda nyata pada taraf 5% baik untuk
terendah dihasilkan pada perlakuan jenis plasticizer maupun konsentrasi
gliserol-sukrosa 0,5% dengan nilai WVTR plasticizer. Konsentrasi plasticizer sebesar

55
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018: 49-60

Tabel 2. Warna edible film pada berbagai jenis dan konsentrasi plasticizer
Lightness (L) a (merah-hijau) b (kuning-biru) Delta E
Jenis Konsentasi Konsentasi
Konsentasi Plasticizer Konsentasi Plasticizer
Plasticizer Plasticizer Plasticizer
0,5 % 1,0 % 1,5 % 0,5 % 1,0% 1,5% 0,5% 1,0% 1,5% 0,5 % 1,0 % 1,5 %
Gliserol-
85,10aB 85,00aA 85,35 bA 0,03 aB 0,03 aB 0,04 aA 3,19bB 3,06aB 3,29 cB 12,26bB 12,35bB 12,02 aA
Fruktosa
Gliserol-
85,32aB 85,61bB 85,30 aA -0,02 aA -0,03 aA 0,04bA 2,92bA 2,80aA 3,20 cA 12,02bA 11,72aA 12,06 bA
Glukosa
Gliserol-
84,89bA 84,90bA 84,45aB 0,08 aC 0,06aB 0,15bB 3,35bC 3,18aC 3,46bC 12,49aC 12,46aB 12,94 bB
Sukrosa
Keterangan : Huruf kecil yang sama dalam baris dan huruf kapital yang sama dalam kolom pada mengindikasikan
tidak ada perbedaan signifikan antar perlakuan (p > 0,05).

1,5% memberikan nilai “L”, “a”, “b” dan Pada film dengan perlakuan gliserol-
“E” yang berbeda nyata pada taraf 5% sukrosa terlihat permukaan film yang tidak
dibandingkan konsentrasi plasticizer 0,5% rata dan terlihat ada butiran-butiran yang
dan 1% untuk jenis plasticizer gliserol- dimungkinkan kristal sukrosa yang muncul
fruktosa dan gliserol-sukrosa. Film dengan kembali setelah pengeringan dan
plasticizer gliserol-sukrosa menunjukkan penyimpan film. Pembentukan kristal bisa
lightness yang lebih rendah dan nilai “a”, timbul dari penataan ulang molekul gula
“b” dan “E” lebih tinggi dibandingkan yang terikat secara acak (Nindjin et al.,
perlakuan lain termasuk dengan kontrol. 2015).
Terbentuknya kristal gula pada permukaan Gambar 3 juga memperlihatkan
film menyebabkan transparasi film adanya pori-pori pada permukaan film.
menjadi berkurang sehingga lightness juga Pori-pori ini kemungkinan terbentuk
berkurang. Hasil yang sama dilaporkan karena gelembung udara yang
oleh Farhan & Hani (2017) yang terperangkap dalam film sehingga proses
menjelaskan bahwa perbedaan transparasi degassing sangat diperlukan untuk
film berkaitan dengan mobilitas rantai memperbaiki film. Adanya beeswax yang
polimer dan jarak antar molekul dalam tak tercampur sempurna dengan matriks
matriks karagenan dengan plasticizer yang karagenan juga akan membentuk bulatan-
mempengaruhi permeabilitas cahaya bulatan lemak.
melalui film karagenan. Hasil penelitian Saberi et al. (2017)
memperlihatkan hasil yang sama dengan
Morfologi penelitian ini bahwa berat molekul
Morfologi permukaan film yang plastizicer mempengaruhi morfologi
dihasilkan oleh SEM (Gambar 3) permukaan film. Semakin kecil berat
menunjukkan bahwa jenis plasticizer molekul suatu plasticizer maka matrik film
mempengaruhi matriks film. Mostafavi et menjadi lebih kompak dan homogen. Berat
al. (2016) menyatakan bahwa terdapat molekul gliserol, glukosa, fruktosa, dan
hubungan antara orientasi molekular bahan sukrosa berturut-turut sebesar 92,09 g/mol,
penyusun film dengan karakteristik 180,16 g/mol, 180,16 g/mol dan 342,30
fisikokimia film yang dapat dilihat dari g/mol. Qiao et al. (2011) melaporkan efek
mikrostruktur film. Analisis SEM penambahan campuran poliol (gliserol-
menunjukkan bahwa penambahan sorbitol) lebih unggul dibandingkan
plasticizer gilserol-fruktosa dan gliserol- gliserol saja yang ditunjukkan dari
glukosa dalam film menyebabkan morfologi seragam tanpa butiran pati yang
perubahan susunan struktural permukaan tersisa. Hasil SEM dalam penelitian ini
film dan menghasilkan permukaan yang menunjukkan adanya peningkatan jaringan
relatif kompak dan seragam dibandingkan film dengan penambahan kombinasi
dengan permukaan film kontrol yang plasticizer yang selanjutnya dapat
hanya menggunakan plasticizer gliserol. meningkatkan fleksibilitas film dengan

56
Pengaruh Kombinasi Plasticizer terhadap Karakteristik…… (N. Afifah, dkk)

A B C D

E F G H

I J

Gambar 3. Morfologi edible film pada berbagai jenis dan konsentrasi plasticizer. A=kontrol;
B=Fruktosa 0,5%; C=Fruktosa 1,0%; D=Fruktosa 1,5%; E=Glukosa 0,5%; F=Glukosa
1,0%; G=Glukosa 1,5%; H=Sukrosa 0,5%; I=Sukrosa 1,0%; J=Sukrosa 1,5%

memperbaiki sifat mekaniknya. Hasil ini dalam hal kuat tarik dan elongasi, terlebih
sesuai dengan nilai elongasi film seperti lagi pada konsentrasi diatas 1% (w/vt)
terlihat pada Tabel 1. terjadi pertumbuhan kristal gula selama
penyimpanan. Semua film yang dihasilkan
4. KESIMPULAN memperlihatkan sifat warna yang baik
Edible film komposit berbasis yang ditunjukkan dengan nilai lightness
karagenan-beeswax dengan plasticizer (L) yang tinggi dimana film dengan
kombinasi gliserol dan gula mempunyai plasticizer gliserol-sukrosa mempunyai
kadar air 13,69-14,91%, ketebalan 0,059- lightness yang paling rendah. Analisis
0,102 mm, kuat tarik 12,62-32,40 MPa, morfologi film menunjukkan bahwa
elongasi 13,34-43,57%, kecepatan penambahan plasticizer gilserol-fruktosa
transmisi uap air 17,65-25,38 g/m2/24 jam dan gliserol-glukosa dalam film
dan lightness 84,45-85,61. Hasil penelitian menghasilkan permukaan film yang relatif
ini mengindikasikan bahwa penambahan kompak dan seragam dibandingkan dengan
dua jenis plasticizer yaitu kombinasi permukaan film kontrol yang hanya
gliserol dengan fruktosa, glukosa atau menggunakan plasticizer gliserol dan film
sukrosa meningkatkan ketebalan dan dengan plasticizer gliserol-sukrosa.
elongasi meskipun kuat tarik menurun dan
laju transmisi uap airnya meningkat. Film UCAPAN TERIMA KASIH
dengan plasticizer gliserol-sukrosa Kami mengucapkan terima kasih
memberikan pengaruh lebih baik dalam hal kepada tim penelitian “Pengembangan
laju transmisi uap air namun kurang baik Edible Film Berbasis Pati Umbi Lokal

57
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 49-60

sebagai Bahan Pengemas Produk Olahan Ghasemlou, M. & Jouki, M. (2014).


Buah-Buahan” dan Lembaga Ilmu Characterization of new biodegradable
Pengetahuan Indonesia yang telah edible film made from basil seed
mendanai kegiatan penelitian ini serta (Ocimum basilicum L.) gum.
Carbohydr. Polym., 102, 199-206.
kepada PPTTG-LIPI yang telah
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.1
menyediakan sarana dan prasana dalam 0.062.
penelitian ini.
Kokoszka, S. & Lenart, A. (2007). Edible
DAFTAR PUSTAKA coatings-formation, characteristics and
use-a review. Polish J. Food Nutr. Sci.,
Adhikari, B., Chaudhary, D.S., Clerfeuille, E. 57, 399-404.
(2010). Effect of plasticizers on the
moisture migration behavior of low- Krogars, K., Heinämäki, J., Karjalainen, M.,
amylose starch films during drying. Niskanen, A., Leskelä, M. & Yliruusi, J.
Dry. Technol., 28, 468-480. (2003). Enhanced stability of rubbery
https://doi.org/10.1080/0737393100361 amylose-rich maize starch films
3593. plasticized with a combination of
sorbitol and glycerol. Int. J. Pharm.,
Cerqueira, M.A., Souza, B.W.S., Teixeira, J.A. 251, 205-208.
& Vicente, A.A. (2012). Effect of https://doi.org/10.1016/S0378-
glycerol and corn oil on 5173(02)00585-9.
physicochemical properties of
polysaccharide films-A comparative Lacroix, M., Tien, C. & Le. (2005). Edible
study. Food Hydrocoll, 27, 175-184. films and coatings from non-starch
https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2011. polysaccharides. Innov. Food Packag.,
07.007. Overiew 0-12.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
Falguera, V., Quintero, J.P., Jiménez, A., 311632-1.50052-8.
Muñoz, J.A. & Ibarz, A. (2011). Edible
films and coatings: Structures, active Leerahawong, A., Tanaka, M., Okazaki, E. &
functions and trends in their use. Trends Osako, K. (2011). Effects of plasticizer
Food Sci. Technol., type and concentration on the
https://doi.org/10.1016/j.tifs.2011.02.00 physicochemical properties of edible
4. film from squid Todarodes pacificus
mantle muscle. Fish. Sci., 77, 1061-
Farhan, A. & Hani, N.M. (2017). 1068. https://doi.org/10.1007/s12562-
Characterization of edible packaging 011-0398-8.
films based on semi-refined kappa-
carrageenan plasticized with glycerol Martins, J.T., Cerqueira, M.A., Bourbon, A.I.,
and sorbitol. Food Hydrocoll, 64, 48-58. Pinheiro, A.C., Souza, B.W.S. &
https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2016. Vicente, A.A. (2012). Synergistic
10.034. effects between κ-carrageenan and
locust bean gum on physicochemical
Jongjareonrak, A., Benjakul, S., Visessanguan, properties of edible films made thereof.
W. & Tanaka, M. (2006). Effects of Food Hydrocoll, 29, 280-289.
plasticizers on the properties of edible https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2012.
films from skin gelatin of bigeye 03.004.
snapper and brownstripe red snapper.
Eur. Food Res. Technol., 222, 229-235. Mikkonen, K.S., Heikkinen, S., Soovre, A.,
https://doi.org/10.1007/s00217-005- Peura, M., Serimaa, R., Talja, R.A.,
0004-3. Helén, H., Hyvönen, L., & Tenkanen,
M. (2009). Films from Oat Spelt
Karbowiak, T., Debeaufort, F. Voilley, A. Arabinoxylan Plasticized with Glycerol
(2007). Influence of thermal process on and Sorbitol. J. Appl. Polym. Sci., 114,
structure and functional properties of 457-466.
emulsion-based edible films. Food https://doi.org/10.1002/app.30513.
Hydrocoll, 21, 879-888.
https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2006. Morillon, V., Debeaufort, F. & Blond, G.
07.017. (2002). Critical Reviews in Food
Science and Nutrition Factors Affecting
Khazaei, N., Esmaiili, M., Djomeh, Z.E.,

58
Pengaruh Kombinasi Plasticizer terhadap Karakteristik…… (N. Afifah, dkk)

the Moisture Permeability of Lipid- https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2017.


Based Edible Films: A Review Factors 06.051.
Affecting the Moisture Permeability of
Sanyang, M.L., Sapuan, S.M., Jawaid, M.,
Lipid-Based Edible Films: A Review.
Ishak, M.R., Sahari, J., Engineering, G.,
Crit. Rev. Food Sci. Nutr., 37-41.
Products, F. & Resources, N. (2015).
https://doi.org/10.1080/10408398.2013.
Effect of Plasticizer Type and
818933.
Concentration on Tensile, Thermal and
Mostafavi, F.S., Kadkhodaee, R., Emadzadeh, Barrier Properties of Biodegradable
B. & Koocheki, A. (2016). Preparation Films Based on Sugar Palm. Polymers,
and characterization of tragacanth-locust 7(6), 1106-1124.
bean gum edible blend films. https://doi.org/10.3390/polym7061106.
Carbohydr. Polym., 139, 20-27.
Savadekar, N.R., Karande, V.S.,
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2015.1
Vigneshwaran, N., Bharimalla, A.K. &
1.069.
Mhaske, S.T. (2012). Preparation of
Nindjin, C., Beyrer, M. & Amani, G.N. (2015). nano cellulose fibers and its application
Effects of sucrose and vegetable oil on in kappa-carrageenan based film. Int. J.
properties of native cassava (Manihot Biol. Macromol, 51, 1008-1013.
esculenta CRANTZ) starch-based edible https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2012.
films. African J. Food Agric. Nutr. Dev., 08.014.
15, 9905-9921.
Shojaee-Aliabadi, S., Hosseini, H.,
Pavlath, A.E., & Orts, W. (2009). Edible films Mohammadifar, M.A., Mohammadi, A.,
and coatings: why, what and how?, in: Ghasemlou, M., Hosseini, S.M. &
Embuscado, M.E., Huber, K.. (Ed.), Khaksar, R. (2014). Characterization of
Edible Films and Coatings for Food κ-carrageenan films incorporated plant
Applications. Springer, 1-23. essential oils with improved
https://doi.org/10.1007/978-0-387- antimicrobial activity. Carbohydr.
92824-1. Polym., 101, 582-591.
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.0
Qiao, X., Tang, Z. & Sun, K. (2011).
9.070.
Plasticization of corn starch by polyol
mixtures. Carbohydr. Polym., 83, 659- Tamaela, P. & Sherly, D.A.N. (2008).
664. Karakteristik Edible Film dari
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2010.0 Karaginan. Ichthyos LIPI, 7, 27-30.
8.035.
Veiga-Santos, P., Oliveira, L.M., Cereda, M.P.,
Rhim, J.W. & Wang, L.F. (2013). Mechanical Alves, A.J. & Scamparini, A.R.P.
and water barrier properties of agar/κ- (2005). Mechanical properties,
carrageenan/konjac glucomannan hydrophilicity and water activity of
ternary blend biohydrogel films. starch-gum films: Effect of additives
Carbohydr. Polym., 96, 71-81. and deacetylated xanthan gum. Food
https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.0 Hydrocoll, 19, 341-349.
3.083. https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2004.
07.006.
Rodríguez, M., Osés, J., Ziani, K. & Maté, J.I.
(2006). Combined effect of plasticizers Veiga-Santos, P., Oliveira, L.M., Cereda, M.P.
and surfactants on the physical & Scamparini, A.R.P. (2007). Sucrose
properties of starch based edible films. and inverted sugar as plasticizer. Effect
Food Res. Int., 39, 840-846. on cassava starch-gelatin film
https://doi.org/10.1016/j.foodres.2006.0 mechanical properties, hydrophilicity
4.002. and water activity. Food Chem., 103,
255-262.
Saberi, B., Chockchaisawasdee, S., Golding,
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2006
J.B., Scarlett, C.J. & Stathopoulos, C.E.
.07.048.
(2017). Physical and mechanical
properties of a new edible film made of Velickova, E., Winkelhausen, E., Kuzmanova,
pea starch and guar gum as affected by S., Alves, V.D. & Moldão-Martins, M.
glycols, sugars and polyols. Int. J. Biol. (2013). Impact of chitosan-beeswax
Macromol, 104, 345-359. edible coatings on the quality of fresh

59
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018: 49-60

strawberries (Fragaria ananassa cv barrier properties of edible gellan film.


Camarosa) under commercial storage Food Res. Int., 33, 571-578.
conditions. LWT-Food Sci. Technol., 52, https://doi.org/10.1016/S0963-
80-92. 9969(00)00093-4.
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2013.02.00
Yulianti, R. & Ginting, E. (2012). Perbedaan
4.
karakteristik fisik edible film dari umbi-
Vieira, M.G.A., Da Silva, M.A., Dos Santos, umbian yang dibuat dengan
L.O. & Beppu, M.M. (2011). Natural- penambahan plasticizer. Balai Penelit.
based plasticizers and biopolymer films: Tanam. Kacang-kacangan dan Umbi-
A review. Eur. Polym. J., 47, 254-263. umbian, 31, 131-136.
https://doi.org/10.1016/j.eurpolymj.201
Zhang, Y. & Han, J.H. (2006). Mechanical and
0.12.011.
Thermal Characteristics of Pea Starch
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Films Plasticized with Monosaccharides
11th ed. Jakarta: Gramedia. and Polyols. J. Food Sci., 71, E109–
E118. https://doi.org/10.1111/j.1365-
Yang, L.& Paulson, A.T. (2000). Effects of
2621.2006.tb08891.x.
lipids on mechanical and moisture

60

Anda mungkin juga menyukai