Abstrak: Edible film sebagai plastik pengemas makanan dari pati jagung dan plasticizer hasil likuifaksi batang
pisang disiapkan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan plasticizer terhadap sifat mekanis, gugu fungsi, dan
ketahanan airnya. Formulasi pati:plasticizer yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4:0, 4:2, 4:3, 4:4, 4:5, 5:0,
5:2, 5:3, 5:4, 5:5, 6:0, 6:2, 6:3, 6:4, 6:5, 7:0, 7:2, 7:3, 7:4, 7:5 (gr/gr), ukuran batang pisang untuk proses likuifaksi
lolos ayakan 200 mesh dan waktu pengadukan proses pembuatan edible film 30 menit pada kecepatan 135 rpm.
Untuk mengetahui karakteristik edible film dilakukan beberapa analisis yaitu uji sifat mekanik (kuat tarik, persen
perpanjangan dan modulus young), daya serap air dan FTIR. Nilai kuat tarik, persen perpanjangan dan modulus
young tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada formulasi pati:plasticizer berturut-turut 6:0, 7:5, dan 4:0, dengan
nilai 16,76 Mpa, 14,29% dan 511,34 Mpa. Film dengan nilai tersebut telah sesuai dengan standar edible film.
Penambahan plasticizer hasil likuifaksi juga berpengaruh terhadap ketahanan air pada film, dimana semakin
banyak plasticizer ditambahkan, semakin kecil air yang diserap oleh film. Hasil analisis dengan FTIR
menunjukkan bahwa panjang gelombang nya tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal itu berarti bahwa film
pati yang dihasilkan merupakan proses blending secara fisika karena tidak ditemukannya gugus fungsi baru.
Abstract: Edible films as food wrapping plastics made from corn starch and plasticizers as result of liquefaction
of banana stem are prepared to evaluate the effect of adding plasticizers on mechanical characteristic, functional
groups, and water resistance. The starch formulation: plasticizer that is used in this research is 4: 0, 4: 2, 4: 3, 4:
4, 4: 5, 5: 0, 5: 2, 5: 3, 5: 4, 5: 5, 6: 0, 6: 2, 6: 3, 6: 4, 6: 5, 7: 0, 7: 2, 7: 3, 7: 4, 7: 5 (gr / gr), the size of bana na
stem for the liquefaction process passes 200 mesh sieve and the time for stirring the process of making edible film
is 30 minutes at 135 rpm. To find out the characteristics of edible film, several analyzes were carried out, such as
mechanical characteristic test (tensile strength, percent elongation and modulus young), water absorption and
FTIR. The highest tensile strength, elongation and the highest modulus young in this research were obtained in
starch: plasticizer formulations in a row of 6: 0, 7: 5, and 4: 0, with values of 16.76 MPa, 14.29% and 511.34
Mpa. Films with these values are in accordance with edible film standards. Adding the liquefaction plasticizer
also affects the water resistance of the film, where the more plasticizer is added, the less water is absorbed by the
film. The results of the analysis with FTIR showed that the wavelength did not change significantly. It means that
the result of starch film is a physical blending process because no new functional groups were found.
adalah karbohidrat, yaitu sekitar 72% dari solusi untuk memodifikasi fleksibilitas
berat biji yang sebagian besar berupa pati, edible film tersebut seperti pati, pektin, gel,
yang secara umum mengandung amilosa dan protein. Plasticizer berfungsi untuk
25-30 % dan amilopektin sekitar 70-75 % meningkatkan elastisitas dengan
(Boyer dan Shannon, 2003). mengurangi derajat ikatan hidrogen dan
Pati jagung (tepung maizena) dipilih meningkatkan jarak antar molekul dari
sebagai bahan utama pembentuk film polimer.
karena sifat higroskopisnya pada Relative Plasticizer adalah bahan organik
Humidity (RH) 50% lebih rendah yaitu dengan bobot molekul rendah yang
sekitar 11%, dibandingkan dengan pati ditambahkan dengan maksud
singkong (13%), pati beras (14%) maupun memperlemah kekauan film (Gennadios,
pati kentang (18%). Selain itu, pati jagung 2002). Jenis dan jumlah dari plasticizer
mengandung amilosa 27% sedangkan pati akan mempengaruhi sifat-sifat dalam film
kentang 22% dan pati singkong hanya 17%. (Cao et al., 2009, pada Azwar, Edwin,
Amilosa berperan dalam kelenturan dan 2014). Serat alam banyak digunakan
kekuatan film pada sediaan edible film sebagai penguat dengan biaya yang rendah,
(Amaliya dan Widya, 2014). Selain itu pati densitas rendah, tetapi memiliki kekuatan
jagung mengandung zein yang memiliki dan kekakuan yang tinggi (Smita et al.m
kemampuan untuk membentuk film yang 2006, pada Azwar, Edwin, 2014).
kaku, mengkilap, tahan lecet, dan tahan Serat alam yang digunakan pada
lemak (Pomes, 1971 dalam Saragih, Iva penelitian ini adalah batang pisang. Batang
et.al, 2016). pisang merupakan salah satu limbah
Penggunaan pati sebagai bahan pertanian/perkebunan yang dihasilkan dari
tunggal pembentukan edible film masih tanaman pisang yang telah dipanen. Selama
bersifat rapuh dan kaku sehingga perlu ini, hanya sebagian masyarakat yang
ditambahkan bahan tambahan untuk mengolah limbah batang pisang menjadi
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik pakan ternak. Selain dari faktor ekonomis
dari karakteristik edible film tersebut. dan mudah didapatkan, batang pisang
Pemberian bahan tambahan berupa filler memiliki kandungan selulosa sebesar 63-
(pengisi) dan plasticizer dapat digunakan 64%, hemiselulosa 20%, dan lignin 5%
untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik. serta mengandung 11-12% penyusun
Plasticizer didefenisikan sebagai lainnya (Roliadi dan Anggraini, 2010
zat non volatil, bertitik didih tinggi, yang dalam Tuo, Muharni, 2016).
pada saat ditambahkan pada material lain Serat alam dapat di likuifaksi atau
mengubah sifat fisik dari material tersebut. dicairkan dengan depolimerisasi dalam
Plasticizer bahan yang tidak mudah pereaksi cair di bawah suhu tinggi yang
menguap, dapat merubah struktur dimensi dikombinasikan dengan kelarutan. Dengan
objek, menurunkan ikatan rantai antar proses pencairan, serat dipecah menjadi
protein dan mengisi ruang-ruang yang makrostruktur yang mengubahnya menjadi
kosong pada produk (Banker, 1966 dan komponen berat molekul rendah dan
Yoshida dan Antunes, 2003 dalam Murni, meningkatkan rasio hidrogen / karbon.
dkk,.2013). Pada penelitian ini akan dilakukan
Pelapis edible film harus memiliki penelitian pembuatan edible film dari
elastisitas dan fleksibilitas yang baik, daya tepung maizena dengan penambahan
kerapuhan rendah, ketangguhan tinggi, likuifaksi batang pisang.
untuk mencegah retak selama penanganan Biomassa dalam industri produksi
dan penyimpanan. Oleh karena itu, energi, merujuk pada bahan biologis yang
plasticizer dengan berat molekul kecil (non hidup atau baru mati yang dapat digunakan
volatil) biasanya ditambahkan ke dalam sebagai sumber bahan bakar atau untuk
pembentukan film hidrokoloid sebagai produksi industrial. Umumnya biomassa
merujuk pada materi tumbuhan yang Jenis pelarut memiliki pengaruh yang
dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, nyata pada kandungan residu cair.
tetapi dapat juga mencakup materi Kurimoto dkk, 1999 melakukan penelitian
tumbuhan atau hewan yang digunakan likuifaksi kayu lunak dan kayu keras
untuk produksi serat, bahan kimia, atau menggunakan PEG dan gliserol sebagai
panas. reagen likuifaksi, dan didapatkan hasil
Biomassa lignoselulosa adalah sumber bahwa kandungan liquid residu meningkat
daya terbarukan yang paling melimpah dan setelah waktu reaksi tertentu ketika PEG
mudah tersedia di bumi, yang dapat saja sebagai pelarut. Akan tetapi, ketika
digunakan sebagai alternatif terhadap dilakukan penambahan 10% gliserol
bahan kimia yang terus menipis. didapatkan residu dengan jumlah yang
Ada dua cara untuk melakukan konversi kecil.
energi biomassa menjadi energi dan produk Biomassa lignoselulosa terdiri dari
lain, yaitu yang pertama konversi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dalam
termokimia, terdiri dari pembakaran, proses pencairan menggunakan alkohol
likuifaksi, pirolisis, gasifikasi, dan yang polihidrat, komponen yang rentan
kedua yaitu konversi biologis. terdegradasi dalam kayu yaitu lignin,
Umumnya metode yang digunakan hemiselulosa, dan zona amorf selulosa,
untuk pemanfaatan biomassa lignoselulosa kemudian zona crystaline selulosa (Zhang
adalah gasifikasi, pirolisis dan likuifaksi H, Pang H, Ji H, Fu T, Liao B, 2012).
(McKendry P, 2002). Dimana, gasifikasi Selanjutnya, hasil biodegradabilitas busa
dan pirolisis memiliki cara yang sederhana poliuretan dari liquefaction kayu
dan hemat biaya untuk mengubah biomassa menunjukkan bahwa dengan penambahan
lignoselulosa menjadi syngas dan bio-oil, kayu cair dapat mempercepat degradasi
tetapi kedua metode tersebut memiliki busa poliuretan (Zhang HR, Pang H, Zhang
kelemahan yaitu suhu reaksi yang lebih L, Cheng XD, Liao B).
tinggi sekitar 500oC – 900oC. Sebaliknya, Likuifaksi yang dilakukan pada
pencairan (liquefaction) adalah teknologi penelitian ini menggunakan batang pisang,
yang efisien dan efektif untuk mengubah gelatin dan gliserol sebagai pelarut. Batang
biomassa lignoselulosa menjadi molekul pisang memiliki kandungan selulosa 63-
kecil yang memiliki kemampuan aliran 64%, hemiselulosa 20%, lignin 5%, dan
yang baik (Demirbas A, 2001). penyusun lainnya sebanyak 11-12%.
Liquification merupakan proses Batang pisang juga ekonomis dan mudah
perubahan wujud dari gas ke cairan dengan didapatkan. Selain batang pisang, likuifaksi
proses kondensasi, biasanya melalui ini juga menggunakan gelatin, dimana
pendinginan, atau perubahan dari padat ke gelatin memiliki gizi yang tinggi, bersifat
cairan dengan peleburan, pemanasan atau fleksible, dapat menaikkan sifat fisik film
penggilingan dan pencampuran dengan dan ketahanan terhadap air. Oleh karena itu
cairan lain untuk memutuskan ikatan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
(Anonim, 2009). karakteristik edible film terbaik dari pati
Ada dua jenis utama pelarut pencairan jagung dan likuifaksi batang pisang.
yaitu senyawa fenolik dan alkohol
polihidrat. Alkohol polihidrat yang Bahan dan Metodologi Penelitian
biasanya digunakan dalam pencairan Bahan Penelitian
biomassa yaitu gliserol, etilena glikol (EG), Bahan-bahan yang digunakan
dietilena glikol (DEG), polietilen glikol dalam penelitian ini yaitu batang pisang
(PEG) dan campuran nya (Seljak T, diperoleh dari perkebunan, glycerol
Opresnik SR, Kunaver M, Katrasnik T, diperoleh dari PT. Bratachem, Citric acid,
2012). Gelatin, pati jagung (maizena) merek
“Maizenaku”, dan akuades.
15 4
IR merupakan suatu teknik yang digunakan
5
untuk mengetahui gugus fungsi apa saja 10 6
yang terdapat pada suatu sampel. Sampel 7
yang berupa film, ditempatkan ke dalam set 5
holder, kemudian dicari spektrum yang
0
sesuai. Hasilnya di dapat berupa
0 2 3 4 5
difaktogram hubungan antara bilangan Jumlah Plasticizer (gram)
gelombang dengan intensitas. Spektrum
Gambar 3. Pengaruh penambahan
FTIR di rekam menggunakan spektrometer
plasticizer likuifaksi terhadap kuat tarik
pada suhu ruang.
edible film
Spektra FTIR dari film direkam
Dari Gambar 3 terlihat bahwa kuat
dengan spektrometer IR dalam kisaran
tarik tertinggi terdapat pada berat pati 6
bilangan gelombang 4000-600 cm-1.
gram dengan tidak adanya penambahan
3. Uji Ketahanan Air
likuifaksi yaitu dengan nilai 21,727 Mpa
Pengujian dilakukan dengan cara
dan nilai kuat tarik terendah pada variasi
memotong sampel dengan ukuran 1cm x 1
pati:plasticizer yaitu 7:5 (gram) didapatkan
cm, kemudian menimbang berat awal
nilai kuat tarik 0,165 Mpa. Dari gambar
sampel yang akan diuji (Wo), dan
diatas dapat diketahui juga bahwa sampel
dimasukkan ke dalam cawan petri yang
pada ratio pati dan plasticizer 4:0 ; 5:0 ; dan peregangan (Rofikah, 2013). Sifat tersebut
6:0 memenuhi standar kuat tarik edible film. sangat penting dan mengindikasikan
Nilai kuat tarik masing-masing sampel kemampuan edible film dalam menahan
yaitu 16,767 Mpa, 11,464 Mpa dan 21,727 sejumlah beban sebelum edible film
Mpa. Dan nilai kuat tarik sampel yang tersebut putus.
lainnya berada dibawah nilai standar kuat
tarik edible film yaitu antara 10-45 Mpa. 20
Berat pati (gram)
Secara keseluruhan, nilai kuat tarik
4
edible film mengalami penurunan terhadap 15
%Perpanjangan
5
penambahan likuifaksi. Hal ini dikarenakan 6
pada proses likuifaksi, pelarut yang 10
7
digunakan yaitu gliserol sehingga likuifaksi
yang dihasilkan memiliki kandungan 5
gliserol. Bergo dan Sobral (2006)
menjelaskan bahwa sifat polar (-OH) 0
disekitar rantai gliserol dapat menambah 0 2 3 4 5
Jumlah Plasticizer (gram)
ikatan hidrogen polimer yang
menggantikan ikatan polimer dalam edible Gambar 4. Pengaruh penambahan
film. Plasticizer (gliserol) merupakan plasticizer likuifaksi terhadap persen
substansi yang memiliki berat molekul perpanjangan edible film
yang rendah sehingga dapat masuk ke Dari Gambar 4 terlihat bahwa
dalam matriks polimer polisakarida dan hampir sebagian sampel memiliki nilai
protein dengan mudah dan meningkatkan persen perpanjangan yang semakin
fleksibilitas film. Sehingga penambahan meningkat seiring pertambahan plasticizer
plasticizer hasil likuifaksi batang pisang hasil likuifaksi yang ditambahkan. Nilai
lebih dari jumlah tertentu akan persen perpanjangan tertinggi yaitu pada
menghasilkan film dengan kuat tarik yang variasi pati:plasticizer 7:5 (gram) dengan
rendah. nilai 14,299%. Edible film dengan tidak
Dapat kita lihat pada gambar 3 adanya penambahan plasticizer memiliki
ditunjukkan pada penambahan plasticizer 2 nilai persen perpanjangan yang rendah,
gram memiliki kuat tarik lebih tinggi dimana nilai perpanjangan terendah yaitu
daripada penambahan plasticizer 3, 4 dan 5 pada sampel dengan ratio 4:0 (gram)
(gram). Semakin sedikit plasticizer dengan nilai 3,279%. Hal ini karena pada
likuifaksi ditambahkan ke dalam pati maka sampel tidak ditambahkan plasticizer,
akan menghasilkan kuat tarik lebih besar. dimana penambahan plasticizer hasil
Dan pada saat tidak ada penambahan likufaksi dapat membuat kemasan edible
plasticizer, kuat tarik edible film yang film semakin fleksibel. Gliserol yang
dihasilkan besar. Semakin besar nilai kuat terkandung dalam likuifaksi merupakan
tarik tersebut menunjukkan edible film yang molekul hidrofilik dengan berat molekul
dihasilkan semakin kuat karena dibutuhkan rendah yang mudah masuk atau menyela ke
gaya yang besar untuk menarik. Hal ini dalam rantai protein maupun polisakarida
dikarenakan tidak ada nya penambahan yang kemudian mengurangi interaksi
likuifaksi yang berperan sebagai plasticizer. intermolekul dan mengakibatkan jarak
Sehingga edible film yang dihasilkan lebih antar molekul semakin besar sehingga
kaku sehingga memiliki kuat tarik lebih dapat menurunkan tingkat kerapuhan dan
tinggi daripada run yang lainnya. meningkatkan fleksibilitas film. Menurut
Persen perpanjangan merupakan McHugh dan Krocha (1994), bahwa
keadaan dimana edible film patah setelah penggunaan plasticizer cenderung
mengalami perubahan panjang dari ukuran menurunkan nilai kuat tarik dan
yang sebenarnya pada saat mengalami meningkatkan persentase pemanjangan
pada edible film karena plasticizer dapat gugus fungsi pada polimer. FTIR
mengurangi gaya antar molekul dan merupakan teknik sprektroskopi yang
meningkatkan mobilitas rantai biopolimer. paling banyak digunakan untuk
Modulus Elatisitas atau yang sering mempelajari mekanisme interaksi yang
disebut modulus young merupakan terlibat dalam campuran. Jika sebuah
perbandingan antara tegangan dan senyawa organik disinari dengan sinar infra
regangan aksial dalam deformasi yang merah yang mempunyai frekuensi tertentu,
elastis, sehingga modulus elastisitas maka frekuensi infra merah akan diserap
menunjukkan kecenderungan suatu oleh senyawa tersebut. Banyaknya
material untuk berubah bentuk dan kembali frekuensi yang diserap diukur sebagai
lagi ke bentuk semula bila diberi beban persen transmittance (%T).
(SNI 2826-2008). Atom-atom di dalam molekul tidak
Modulus elastisitas merupakan dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi
kekakuan suatu material, sehingga semakin peristiwa vibrasi. Vibrasi suatu gugus
tinggi nilai modulus elastisitas bahan, maka fungsi, spesifik pada bilangan gelombang
semakin sedikit perubahan bentuk yang tertentu. Bila suatu senyawa menyerap
terjadi apabila diberi gaya. Jadi, semakin radiasi pada suatu panjang gelombang
besar nilai modulus ini maka semakin kecil tertentu, intensitas radiasi yang diteruskan
regangan elastis yang terjadi atau semakin oleh senyawa tersebut akan berkurang. Hal
kaku. ini mengakibatkan suatu penurunan
dalam %T (persen transmittance) dan
600 tampak di dalam spektrum sebagai suatu
Berat Pati (gram)
500 dip (lembah) yang disebut puncak absorbsi
Modulus Young (Mpa)
4
400 atau pita absorbsi (peak atau band). Hal
5 penting yang harus diketahui dalam
300
6 identifikasi dengan FTIR adalah area sidik
200 jari (fingerprint region). Karena dalam area
7
100 sidik jari ini setiap senyawa yang berbeda
0 menghasilkan pola lembah yang berbeda-
0 2 3 4 5 beda.
Jumlah Plasticizer (gram)
60 5
dipetik dari pohon.
50 6 Penambahan plasticizer hasil likuifaksi
40 7 batang pisang dapat menurunkan nilai
30 daya serap air edible film
20
REFERENSI
10
0 Amaliya, R dan Widya. 2014.
0 2 3 4 5 Karakterisasi edible film dari pati
Jumlah Plasticizer (gram) jagung dengan penambahan filtrat
Gambar 9. Pengaruh penambahan kunyit putih sebagai antibakteri.
plasticizer likuifaksi terhadap Jurnal Agroindustri, 2 (3): 43-53.
penyerapan air edible film American Society for Testing and
Dari gambar 9 dapat diketahui Material (ASTM). 1996. Annual
bahwa nilai penyerapan air terbesar yaitu Book of ASTM Standars.
pada sampel 4:0 dengan nilai 70,16% dan Philadelpia
nilai penyerapan air terendah pada sampel
dengan variasi 5:5 dengan nilai 14,28%. Azwar, Edwin. 2014. Synthesis of
Berdasarkan hasil tersebut dapat oligoesters plastic film from
disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah polylactic acid with monoester
plasticizer yang ditambahkan, maka akan plasticizer of wood flour and rice
semakin sedikit air yang diserap oleh edible bran and its hydro degradation.
film. Hal ini disebabkan karena plasticizer
hasil likuifaksi mengandung selulosa Azwar, Edwin. 2012. Tuning the
batang pisang, dimana plasticizer hasil mechanichal properties of tapioca
likuifaksi tersebut bersifat hidrofobik dan starch by plasticizer inorganic
dapat mengisi pori-pori edible film. fillers and agrowaste-based fillers.
Sehingga, semakin banyak plasticizer yang
ditambahkan maka semakin sedikit pori- Cao, N., Yang, X and Fu, Y. Effect of
pori film yang terbuka. various plasticizers on
mechanichal and water vapour
Kesimpulan bariier properties of gelatin films.
Berdasarkan penelitian yang telah Food Hydroco; 2009, 23(3) : 729
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 35 Mc Hugh dan Krochta, 1994,
Penambahan plasticizer hasil Sorbitol vs Gliserol Plasticized
likuifaksi batang pisang, dapat Whey Protein Edible Film:
meningkatkan nilai perpanjangan edible Integrated Oxygen Permeability
film, akan tetapi menurunkan kekuatan and Tensile Strength Evaluation. J.
tarik dan modulus young film. of Agriculture and Food Chem. 42
Formulasi pati-plasticizer yang (4)
menghasilkan kuat tarik, perpanjangan dan
modulus young tertinggi berturut-turut Nahwi, Naufal Fadli. 2016. Analisis
adalah 6:0, 7:5, dan 4:0. Edible film dengan Pengaruh Penambahan Plasticizer
nilai perpanjangan tertinggi yaitu 14,29% Gliserol Pada Karakteristik Edible
pada variasi 7:5 dapat diaplikasikan sebagai Film dari Pati Kulit Pisang Raja,
pembungkus buah yang masih terdapat Tongkol Jagung dan Bonggol
pada pohon, sedangkan edible film dengan Eceng Gondok. Skripsi. Malang :
Halaman Kosong