Anda di halaman 1dari 12

http://journalbalitbangdalampung.

org P-ISSN 2354-5704 | E-ISSN 2622-190X

KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI


TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG

FOOD WRAPPING PLASTIC CHARACTERIZATION OF MAIZENA


FLOUR AND BANANA STEM
Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Lampung
Email : siskaoktorina.simbolon@gmail.com
Dikirim 12 Februari 2020, Direvisi 12 Maret 2020, Disetujui 20 Maret 2020

Abstrak: Edible film sebagai plastik pengemas makanan dari pati jagung dan plasticizer hasil likuifaksi batang
pisang disiapkan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan plasticizer terhadap sifat mekanis, gugu fungsi, dan
ketahanan airnya. Formulasi pati:plasticizer yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4:0, 4:2, 4:3, 4:4, 4:5, 5:0,
5:2, 5:3, 5:4, 5:5, 6:0, 6:2, 6:3, 6:4, 6:5, 7:0, 7:2, 7:3, 7:4, 7:5 (gr/gr), ukuran batang pisang untuk proses likuifaksi
lolos ayakan 200 mesh dan waktu pengadukan proses pembuatan edible film 30 menit pada kecepatan 135 rpm.
Untuk mengetahui karakteristik edible film dilakukan beberapa analisis yaitu uji sifat mekanik (kuat tarik, persen
perpanjangan dan modulus young), daya serap air dan FTIR. Nilai kuat tarik, persen perpanjangan dan modulus
young tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada formulasi pati:plasticizer berturut-turut 6:0, 7:5, dan 4:0, dengan
nilai 16,76 Mpa, 14,29% dan 511,34 Mpa. Film dengan nilai tersebut telah sesuai dengan standar edible film.
Penambahan plasticizer hasil likuifaksi juga berpengaruh terhadap ketahanan air pada film, dimana semakin
banyak plasticizer ditambahkan, semakin kecil air yang diserap oleh film. Hasil analisis dengan FTIR
menunjukkan bahwa panjang gelombang nya tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal itu berarti bahwa film
pati yang dihasilkan merupakan proses blending secara fisika karena tidak ditemukannya gugus fungsi baru.

Kata kunci: Edible Film, Plasticizer, Likuifaksi, Pati Jagung

Abstract: Edible films as food wrapping plastics made from corn starch and plasticizers as result of liquefaction
of banana stem are prepared to evaluate the effect of adding plasticizers on mechanical characteristic, functional
groups, and water resistance. The starch formulation: plasticizer that is used in this research is 4: 0, 4: 2, 4: 3, 4:
4, 4: 5, 5: 0, 5: 2, 5: 3, 5: 4, 5: 5, 6: 0, 6: 2, 6: 3, 6: 4, 6: 5, 7: 0, 7: 2, 7: 3, 7: 4, 7: 5 (gr / gr), the size of bana na
stem for the liquefaction process passes 200 mesh sieve and the time for stirring the process of making edible film
is 30 minutes at 135 rpm. To find out the characteristics of edible film, several analyzes were carried out, such as
mechanical characteristic test (tensile strength, percent elongation and modulus young), water absorption and
FTIR. The highest tensile strength, elongation and the highest modulus young in this research were obtained in
starch: plasticizer formulations in a row of 6: 0, 7: 5, and 4: 0, with values of 16.76 MPa, 14.29% and 511.34
Mpa. Films with these values are in accordance with edible film standards. Adding the liquefaction plasticizer
also affects the water resistance of the film, where the more plasticizer is added, the less water is absorbed by the
film. The results of the analysis with FTIR showed that the wavelength did not change significantly. It means that
the result of starch film is a physical blending process because no new functional groups were found.

Keywords: Edible Film, Plasticizer, Liquefaction, Corn Starch

PENDAHULUAN sifat bahan kimiawinya yang mudah


Penggunaan plastik sebagai bercampur terhadap produk yang
pengemas sudah tidak dapat dipisahkan dari dikemasnya. Penggunaan plastik berbahan
kehidupan kita sehari-hari, termasuk untuk sintetis juga dapat mempengaruhi
kemasan makanan. Kemasan berbahan lingkungan, dimana keberadaannya yang
plastik banyak memiliki keunggulan menumpuk di alam dapat menyebabkan
diantaranya yaitu harganya relatif murah, terjadinya pencemaran serta kerusakan
bentuk fleksibel dan transparan, umur lingkungan. Hal ini dikarenakan sifat
simpan yang lama, ringan serta elastis. plastik yang tidak ramah lingkungan dan
Akan tetapi, penggunaan material sintetis sulit terurai di alam. Oleh karena itu, perlu
pada bahan pembentuk plastik dapat dicari bahan pengemas yang memiliki
mengkontaminasi bahan pangan karena karakter ramah lingkungan

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 8 NO. 1 17


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

(biodegradable) yang kuat dan elastis polipeptida (protein), polisakarida


menyerupai kemasan plastik biasa. (karbohidrat) dan lipida. Ketiga polimer
Jenis plastik biodegradable sering hasil pertanian tersebut mempunyai sifat
disebut dengan edible film. Edible film termoplastik, sehingga mempunyai potensi
merupakan suatu lapisan tipis yang dibuat untuk dibentuk atau dicetak sebagai film
dari bahan yang dapat dimakan, diletakkan kemasan. Keunggulan polimer hasil
diantara komponen makanan yang pertanian adalah bahannya yang berasal
berfungsi sebagai penahan (barrier) dari sumber yang terbarukan (renewable)
terhadap transfer massa dan sebagai carrier dan dapat dihancurkan secara alami
bahan makanan dan aditif untuk (biodegradable).
meningkatkan penanganan makanan. Komponen penyusun edible film
Edible film harus mempunyai sifat-sifat dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:
yang sama dengan film kemasan seperti hidrokoloid, lipida, dan komposit.
plastik, yaitu harus memiliki sifat menahan Hidrokoloid adalah suatu polimer
air sehingga dapat mencegah kehilangan larut dalam air, yang mampu membentuk
kelembaban produk, memiliki koloid dan mampu mengentalkan larutan
permeabilitas selektif terhadap gas tertentu, atau mampu membentuk gel dari larutan
mengendalikan perpindahan padatan tersebut. Hidrokoloid yang digunakan
terlarut untuk mempertahankan warna, dalam pembuatan edible film adalah protein
pigmen alami dan gizi, serta menjadi atau karbohidrat. Film yang dibentuk dari
pembawa bahan aditif seperti pewarna, karbohidrat dapat berupa pati, gum (seperti
pengawet dan penambah aroma yang contoh alginat, pektin, dan gum arab), dan
memperbaiki mutu bahan pangan. (Sarmedi pati yang dimodifikasi secara kimia.
S, 2011). Pembentukan film yang berbahan dasar
Menurut (Krochta dan De Mulder- protein antara lain dapat menggunakan
Johnston 1997 dalam Lismawati, 2017), gelatin, kasein, protein jagung, protein
edible film dapat berfungsi sebagai barrier kedelai, protein whey, dan gluten gandum.
terhadap perpindahan massa (seperti Lipida adalah nama suatu golongan
kelembaban, oksigen, lipida, dan zat senyawa organik yang meliputi sejumlah
terlarut) sehingga dapat mempertahankan senyawa yang terdapat di alam yang
mutu dan umur simpan bahan atau produk semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut
pangan. Contoh penggunaan edible film organik tetapi sukar larut atau tidak larut
antara lain sebagai pembungkus permen, dalam air. Pelarut organik yang dimaksud
sosis, buah, dan sup kering (Susanto dan adalah pelarut organik nonpolar, seperti
Saneto 1994 dalam Lismawati, 2017). benzen, pentana, dietil eter, dan karbon
Keuntungan penggunaan edible film untuk tetraklorida. Lipida yang sering digunakan
kemasan bahan pangan adalah untuk sebagai edible film antara lain lilin (wax)
memperpanjang umur simpan produk serta seperti parafin dan carnauba, kemudian
tidak mencemari lingkungan karena edibel asam lemak, monogliserida, dan resin (Hui,
film ini dapat dimakan bersama produk 2006).
yang dikemasnya. Sedangkan komposit merupakan
Selain edible film, istilah lain untuk gabungan lipida dengan hidrokoloid
kemasan yang berasal dari bahan hasil (Krochta et al., 1994).
pertanian adalah biopolimer, yaitu polimer Edible film dapat dibuat dari pati
dari hasil pertanian yang digunakan sebagai jagung (maizena). Pati adalah karbohidrat
bahan baku film kemasan tanpa dicampur yang terjadi dari rangkaian molekul
dengan polimer sintetis. Bahan polimer panjang yang berbentuk butiran. Pati dapat
diperoleh secara murni dari hasil pertanian diperoleh dari berbagai bagian tanaman
yaitu dalam bentuk tepung, pati atau isolat. seperti biji, umbi, batang dan buah.
Komponen polimer hasil pertanian adalah Komponen kimia terbesar dalam jagung

18 VOLUME 8 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

adalah karbohidrat, yaitu sekitar 72% dari solusi untuk memodifikasi fleksibilitas
berat biji yang sebagian besar berupa pati, edible film tersebut seperti pati, pektin, gel,
yang secara umum mengandung amilosa dan protein. Plasticizer berfungsi untuk
25-30 % dan amilopektin sekitar 70-75 % meningkatkan elastisitas dengan
(Boyer dan Shannon, 2003). mengurangi derajat ikatan hidrogen dan
Pati jagung (tepung maizena) dipilih meningkatkan jarak antar molekul dari
sebagai bahan utama pembentuk film polimer.
karena sifat higroskopisnya pada Relative Plasticizer adalah bahan organik
Humidity (RH) 50% lebih rendah yaitu dengan bobot molekul rendah yang
sekitar 11%, dibandingkan dengan pati ditambahkan dengan maksud
singkong (13%), pati beras (14%) maupun memperlemah kekauan film (Gennadios,
pati kentang (18%). Selain itu, pati jagung 2002). Jenis dan jumlah dari plasticizer
mengandung amilosa 27% sedangkan pati akan mempengaruhi sifat-sifat dalam film
kentang 22% dan pati singkong hanya 17%. (Cao et al., 2009, pada Azwar, Edwin,
Amilosa berperan dalam kelenturan dan 2014). Serat alam banyak digunakan
kekuatan film pada sediaan edible film sebagai penguat dengan biaya yang rendah,
(Amaliya dan Widya, 2014). Selain itu pati densitas rendah, tetapi memiliki kekuatan
jagung mengandung zein yang memiliki dan kekakuan yang tinggi (Smita et al.m
kemampuan untuk membentuk film yang 2006, pada Azwar, Edwin, 2014).
kaku, mengkilap, tahan lecet, dan tahan Serat alam yang digunakan pada
lemak (Pomes, 1971 dalam Saragih, Iva penelitian ini adalah batang pisang. Batang
et.al, 2016). pisang merupakan salah satu limbah
Penggunaan pati sebagai bahan pertanian/perkebunan yang dihasilkan dari
tunggal pembentukan edible film masih tanaman pisang yang telah dipanen. Selama
bersifat rapuh dan kaku sehingga perlu ini, hanya sebagian masyarakat yang
ditambahkan bahan tambahan untuk mengolah limbah batang pisang menjadi
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik pakan ternak. Selain dari faktor ekonomis
dari karakteristik edible film tersebut. dan mudah didapatkan, batang pisang
Pemberian bahan tambahan berupa filler memiliki kandungan selulosa sebesar 63-
(pengisi) dan plasticizer dapat digunakan 64%, hemiselulosa 20%, dan lignin 5%
untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik. serta mengandung 11-12% penyusun
Plasticizer didefenisikan sebagai lainnya (Roliadi dan Anggraini, 2010
zat non volatil, bertitik didih tinggi, yang dalam Tuo, Muharni, 2016).
pada saat ditambahkan pada material lain Serat alam dapat di likuifaksi atau
mengubah sifat fisik dari material tersebut. dicairkan dengan depolimerisasi dalam
Plasticizer bahan yang tidak mudah pereaksi cair di bawah suhu tinggi yang
menguap, dapat merubah struktur dimensi dikombinasikan dengan kelarutan. Dengan
objek, menurunkan ikatan rantai antar proses pencairan, serat dipecah menjadi
protein dan mengisi ruang-ruang yang makrostruktur yang mengubahnya menjadi
kosong pada produk (Banker, 1966 dan komponen berat molekul rendah dan
Yoshida dan Antunes, 2003 dalam Murni, meningkatkan rasio hidrogen / karbon.
dkk,.2013). Pada penelitian ini akan dilakukan
Pelapis edible film harus memiliki penelitian pembuatan edible film dari
elastisitas dan fleksibilitas yang baik, daya tepung maizena dengan penambahan
kerapuhan rendah, ketangguhan tinggi, likuifaksi batang pisang.
untuk mencegah retak selama penanganan Biomassa dalam industri produksi
dan penyimpanan. Oleh karena itu, energi, merujuk pada bahan biologis yang
plasticizer dengan berat molekul kecil (non hidup atau baru mati yang dapat digunakan
volatil) biasanya ditambahkan ke dalam sebagai sumber bahan bakar atau untuk
pembentukan film hidrokoloid sebagai produksi industrial. Umumnya biomassa

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 8 NO. 1 19


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

merujuk pada materi tumbuhan yang Jenis pelarut memiliki pengaruh yang
dipelihara untuk digunakan sebagai biofuel, nyata pada kandungan residu cair.
tetapi dapat juga mencakup materi Kurimoto dkk, 1999 melakukan penelitian
tumbuhan atau hewan yang digunakan likuifaksi kayu lunak dan kayu keras
untuk produksi serat, bahan kimia, atau menggunakan PEG dan gliserol sebagai
panas. reagen likuifaksi, dan didapatkan hasil
Biomassa lignoselulosa adalah sumber bahwa kandungan liquid residu meningkat
daya terbarukan yang paling melimpah dan setelah waktu reaksi tertentu ketika PEG
mudah tersedia di bumi, yang dapat saja sebagai pelarut. Akan tetapi, ketika
digunakan sebagai alternatif terhadap dilakukan penambahan 10% gliserol
bahan kimia yang terus menipis. didapatkan residu dengan jumlah yang
Ada dua cara untuk melakukan konversi kecil.
energi biomassa menjadi energi dan produk Biomassa lignoselulosa terdiri dari
lain, yaitu yang pertama konversi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dalam
termokimia, terdiri dari pembakaran, proses pencairan menggunakan alkohol
likuifaksi, pirolisis, gasifikasi, dan yang polihidrat, komponen yang rentan
kedua yaitu konversi biologis. terdegradasi dalam kayu yaitu lignin,
Umumnya metode yang digunakan hemiselulosa, dan zona amorf selulosa,
untuk pemanfaatan biomassa lignoselulosa kemudian zona crystaline selulosa (Zhang
adalah gasifikasi, pirolisis dan likuifaksi H, Pang H, Ji H, Fu T, Liao B, 2012).
(McKendry P, 2002). Dimana, gasifikasi Selanjutnya, hasil biodegradabilitas busa
dan pirolisis memiliki cara yang sederhana poliuretan dari liquefaction kayu
dan hemat biaya untuk mengubah biomassa menunjukkan bahwa dengan penambahan
lignoselulosa menjadi syngas dan bio-oil, kayu cair dapat mempercepat degradasi
tetapi kedua metode tersebut memiliki busa poliuretan (Zhang HR, Pang H, Zhang
kelemahan yaitu suhu reaksi yang lebih L, Cheng XD, Liao B).
tinggi sekitar 500oC – 900oC. Sebaliknya, Likuifaksi yang dilakukan pada
pencairan (liquefaction) adalah teknologi penelitian ini menggunakan batang pisang,
yang efisien dan efektif untuk mengubah gelatin dan gliserol sebagai pelarut. Batang
biomassa lignoselulosa menjadi molekul pisang memiliki kandungan selulosa 63-
kecil yang memiliki kemampuan aliran 64%, hemiselulosa 20%, lignin 5%, dan
yang baik (Demirbas A, 2001). penyusun lainnya sebanyak 11-12%.
Liquification merupakan proses Batang pisang juga ekonomis dan mudah
perubahan wujud dari gas ke cairan dengan didapatkan. Selain batang pisang, likuifaksi
proses kondensasi, biasanya melalui ini juga menggunakan gelatin, dimana
pendinginan, atau perubahan dari padat ke gelatin memiliki gizi yang tinggi, bersifat
cairan dengan peleburan, pemanasan atau fleksible, dapat menaikkan sifat fisik film
penggilingan dan pencampuran dengan dan ketahanan terhadap air. Oleh karena itu
cairan lain untuk memutuskan ikatan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
(Anonim, 2009). karakteristik edible film terbaik dari pati
Ada dua jenis utama pelarut pencairan jagung dan likuifaksi batang pisang.
yaitu senyawa fenolik dan alkohol
polihidrat. Alkohol polihidrat yang Bahan dan Metodologi Penelitian
biasanya digunakan dalam pencairan Bahan Penelitian
biomassa yaitu gliserol, etilena glikol (EG), Bahan-bahan yang digunakan
dietilena glikol (DEG), polietilen glikol dalam penelitian ini yaitu batang pisang
(PEG) dan campuran nya (Seljak T, diperoleh dari perkebunan, glycerol
Opresnik SR, Kunaver M, Katrasnik T, diperoleh dari PT. Bratachem, Citric acid,
2012). Gelatin, pati jagung (maizena) merek
“Maizenaku”, dan akuades.

20 VOLUME 8 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

Metodologi Penelitian dituang ke cetakan. Selanjutnya bahan


1. Persiapan Bahan dikeringkan pada oven dengan suhu 50oC
Batang pisang diperoleh dari selama 24 jam, hingga membentuk lapisan
perkebunan. Batang pisang yang digunakan tipis (edible film). kemudian didinginkan
dicuci bersih kemudian dikeringkan di pada suhu ruang selama 15 menit agar
bawah sinar matahari lalu dipotong-potong edible film mudah dilepas dari cetakan.
lebih kurang 1 cm. Kemudian dimasukkan Edible film siap dianalisis.
ke dalam oven dryer dengan suhu 105oC
sampai berat batang pisang konstan agar Karakterisasi Edible Film
memperoleh kandungan air yang seragam. 1. Sifat Mekanik Film
Penimbangan dilakukan setiap 15 menit. Sifat mekanik seperti kekuatan tarik,
Setelah kerimg, selanjutnya dilakukan persentase perpanjangan saat putus, dan
penggilingan kemudian diayak dengan nilai modulus diukur dengan menggunakan
ukuran ayakan 200 mesh. alat Universal Testing Machine (UTM).
2. Likuifaksi Batang Pisang Pengujian dilakukan dengan cara ujung
Glycerol sebanyak 100 gram sampel dijepit mesin penguji tensile.
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan Selanjutnya dilakukan pencatatan panjang
dipanaskan dengan pengadukan 135 rpm. awal sampel. Tombol record pada
Batang pisang yang telah dioven ditimbang komputer ditekan kemudian diputar kendali
sebanyak 4 gram dan 10 gram gelatin alat uji untuk menarik sampel ke atas
ditambahkan secara bertahap setelah suhu sampai sampel putus. Sebelum melakukan
mencapai 160oC. Setelah ini suhu lebih pengujian, spesimen dibuat dengan ukuran
dinaikkan menjadi 180oC dan pencairan 7 cm x 2 cm.
dilakukan selama 120 menit. Kemudian Nilai kekuatan tarik didapatkan dari
likuifaksi batang pisang diencerkan dengan hasil pembagian tegangan maksimum
aquades 4:1 (v/v). Kemudian sampel di dengan luas penampang melintang.
saring dan residu dikeringkan pada suhu Tegangan maksimum adalah tegangan yang
120oC sampai berat konstan. Kemudian diberikan hingga sampel putus, dan luas
cairan likuifaksi batang pisang tersebut di penampang melintang didapatkan dari hasil
masukkan ke dalam beaker glass dan perkalian panjang awal sampel dengan
dipanaskan dengan suhu 90-100oC selama ketebalan film. kekuatan tarik edible film
10-15 menit. Tahap ini dilakukan dengan dihitung dengan persamaan berikut :
tujuan untuk menghilangkan akuades yang 𝐹𝑚𝑎𝑥
Kuat Tarik (σ) = 𝐴 (Mpa)
terkandung dalam likuifaksi.
Dengan, Fmax = Tegangan maksimum
3. Proses Pembuatan Edible Film
A = Luas penampang
Pati jagung dengan variasi 4, 5, 6, 7
gram (w/v) dimasukkan ke dalam beaker
glass. Kemudian dipanaskan dengan suhu
70-85oC dengan pengadukan 135 rpm
selama 30 menit. Setelah suhu mencapai
50oC, plasticizer hasil likuifaksi batang
pisang ditambahkan dengan variasi 0, 2, 3,
4, 5 gram. 10 menit setelah plasticizer
ditambahkan, kemudian tambahkan asam Gambar 1. Bentuk Spesimen Uji Dog
sitrat 3% sebanyak 10 ml untuk Bone Shape
meningkatkan kestabilan dan Pengukuran perpanjangan putus
mempertahankan komposisi gizi dan warna dilakukan dengan cara yang sama dengan
makanan (Wahyu, 2009 pada Nahwi, pengujian kekuatan tarik. Perpanjangan
Naufal, 2016). Setelah 30 menit dilakukan dinyatakan dalam persentase, dihitung
pemanasan dan pengadukan, larutan dengan cara :

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 8 NO. 1 21


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

𝐿1 − 𝐿0 (𝑚𝑚) berisi akuades 15 ml selama 10 menit.


Elongation (Ɛ) = X 100%
𝐿0 (𝑚𝑚) Sampel yang telah direndam kemudian
Dengan, Lo (mm) merupakan panjang awal diangkart dan air yang terdapat pada
spesimen dan L1 (mm) adalah panjang permukaan film dihilangkan dengan tisu
spesimen saat diberi gaya tarik maksimum. kertas, setelah itu dilakukan penimbangan
berat akhir sampel (W). Sehingga diperoleh
persentase air yang diserap dengan
menggunakan persamaan berikut :
𝑊−𝑊𝑜
A (%) = 𝑊 x 100%
Keterangan,
A = Penyerapan air (%)
Wo = Berat uji mula-mula (g)
W = Berat uji setelah perendaman (g)
Gambar 2. Bentuk Spesimen Uji
Elongation at Break Hasil dan Pembahasan
Gradien bagian linear awal kurva Sifat Mekanik Film
tegangan regangann adalah modulus Kuat tarik atau kuat renggang putus
elastisitas. Modulus elastisitas adalah (tensile-strength) merupakan tarikan
ukuran kekuan suatu bahan. Makin besar maksimum yang dapat dicapai sampai film
modulus elastisitas, makin kecil regangan dapat tetap bertahan sebelum putus.
elastis yang dihasilkan akibat pemberian Pengukuran tensile-strength dimaksudkan
tegangan. untuk mengetahui besarnya gaya yang
𝜎 dicapai untuk mencapai tarikan maksimum
Modulus Young (E) = Ɛ (Mpa)
pada setiap satuan luas area film untuk
Dengan, Σ(MPa) merupakan kuat tarik dan merenggang atau memanjang (Rofikah,
Ɛ (%) sebagai perpanjangan 2013).
2. Uji FTIR (Fourier Transform 25
Infra Red Spectroskopy)
Fourier Transform-Infra Red 20 Berat pati
Spectroskopy atau yang dikenal dengan FT- (gram)
Kuat Tarik (Mpa)

15 4
IR merupakan suatu teknik yang digunakan
5
untuk mengetahui gugus fungsi apa saja 10 6
yang terdapat pada suatu sampel. Sampel 7
yang berupa film, ditempatkan ke dalam set 5
holder, kemudian dicari spektrum yang
0
sesuai. Hasilnya di dapat berupa
0 2 3 4 5
difaktogram hubungan antara bilangan Jumlah Plasticizer (gram)
gelombang dengan intensitas. Spektrum
Gambar 3. Pengaruh penambahan
FTIR di rekam menggunakan spektrometer
plasticizer likuifaksi terhadap kuat tarik
pada suhu ruang.
edible film
Spektra FTIR dari film direkam
Dari Gambar 3 terlihat bahwa kuat
dengan spektrometer IR dalam kisaran
tarik tertinggi terdapat pada berat pati 6
bilangan gelombang 4000-600 cm-1.
gram dengan tidak adanya penambahan
3. Uji Ketahanan Air
likuifaksi yaitu dengan nilai 21,727 Mpa
Pengujian dilakukan dengan cara
dan nilai kuat tarik terendah pada variasi
memotong sampel dengan ukuran 1cm x 1
pati:plasticizer yaitu 7:5 (gram) didapatkan
cm, kemudian menimbang berat awal
nilai kuat tarik 0,165 Mpa. Dari gambar
sampel yang akan diuji (Wo), dan
diatas dapat diketahui juga bahwa sampel
dimasukkan ke dalam cawan petri yang

22 VOLUME 8 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

pada ratio pati dan plasticizer 4:0 ; 5:0 ; dan peregangan (Rofikah, 2013). Sifat tersebut
6:0 memenuhi standar kuat tarik edible film. sangat penting dan mengindikasikan
Nilai kuat tarik masing-masing sampel kemampuan edible film dalam menahan
yaitu 16,767 Mpa, 11,464 Mpa dan 21,727 sejumlah beban sebelum edible film
Mpa. Dan nilai kuat tarik sampel yang tersebut putus.
lainnya berada dibawah nilai standar kuat
tarik edible film yaitu antara 10-45 Mpa. 20
Berat pati (gram)
Secara keseluruhan, nilai kuat tarik
4
edible film mengalami penurunan terhadap 15

%Perpanjangan
5
penambahan likuifaksi. Hal ini dikarenakan 6
pada proses likuifaksi, pelarut yang 10
7
digunakan yaitu gliserol sehingga likuifaksi
yang dihasilkan memiliki kandungan 5
gliserol. Bergo dan Sobral (2006)
menjelaskan bahwa sifat polar (-OH) 0
disekitar rantai gliserol dapat menambah 0 2 3 4 5
Jumlah Plasticizer (gram)
ikatan hidrogen polimer yang
menggantikan ikatan polimer dalam edible Gambar 4. Pengaruh penambahan
film. Plasticizer (gliserol) merupakan plasticizer likuifaksi terhadap persen
substansi yang memiliki berat molekul perpanjangan edible film
yang rendah sehingga dapat masuk ke Dari Gambar 4 terlihat bahwa
dalam matriks polimer polisakarida dan hampir sebagian sampel memiliki nilai
protein dengan mudah dan meningkatkan persen perpanjangan yang semakin
fleksibilitas film. Sehingga penambahan meningkat seiring pertambahan plasticizer
plasticizer hasil likuifaksi batang pisang hasil likuifaksi yang ditambahkan. Nilai
lebih dari jumlah tertentu akan persen perpanjangan tertinggi yaitu pada
menghasilkan film dengan kuat tarik yang variasi pati:plasticizer 7:5 (gram) dengan
rendah. nilai 14,299%. Edible film dengan tidak
Dapat kita lihat pada gambar 3 adanya penambahan plasticizer memiliki
ditunjukkan pada penambahan plasticizer 2 nilai persen perpanjangan yang rendah,
gram memiliki kuat tarik lebih tinggi dimana nilai perpanjangan terendah yaitu
daripada penambahan plasticizer 3, 4 dan 5 pada sampel dengan ratio 4:0 (gram)
(gram). Semakin sedikit plasticizer dengan nilai 3,279%. Hal ini karena pada
likuifaksi ditambahkan ke dalam pati maka sampel tidak ditambahkan plasticizer,
akan menghasilkan kuat tarik lebih besar. dimana penambahan plasticizer hasil
Dan pada saat tidak ada penambahan likufaksi dapat membuat kemasan edible
plasticizer, kuat tarik edible film yang film semakin fleksibel. Gliserol yang
dihasilkan besar. Semakin besar nilai kuat terkandung dalam likuifaksi merupakan
tarik tersebut menunjukkan edible film yang molekul hidrofilik dengan berat molekul
dihasilkan semakin kuat karena dibutuhkan rendah yang mudah masuk atau menyela ke
gaya yang besar untuk menarik. Hal ini dalam rantai protein maupun polisakarida
dikarenakan tidak ada nya penambahan yang kemudian mengurangi interaksi
likuifaksi yang berperan sebagai plasticizer. intermolekul dan mengakibatkan jarak
Sehingga edible film yang dihasilkan lebih antar molekul semakin besar sehingga
kaku sehingga memiliki kuat tarik lebih dapat menurunkan tingkat kerapuhan dan
tinggi daripada run yang lainnya. meningkatkan fleksibilitas film. Menurut
Persen perpanjangan merupakan McHugh dan Krocha (1994), bahwa
keadaan dimana edible film patah setelah penggunaan plasticizer cenderung
mengalami perubahan panjang dari ukuran menurunkan nilai kuat tarik dan
yang sebenarnya pada saat mengalami meningkatkan persentase pemanjangan

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 8 NO. 1 23


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

pada edible film karena plasticizer dapat gugus fungsi pada polimer. FTIR
mengurangi gaya antar molekul dan merupakan teknik sprektroskopi yang
meningkatkan mobilitas rantai biopolimer. paling banyak digunakan untuk
Modulus Elatisitas atau yang sering mempelajari mekanisme interaksi yang
disebut modulus young merupakan terlibat dalam campuran. Jika sebuah
perbandingan antara tegangan dan senyawa organik disinari dengan sinar infra
regangan aksial dalam deformasi yang merah yang mempunyai frekuensi tertentu,
elastis, sehingga modulus elastisitas maka frekuensi infra merah akan diserap
menunjukkan kecenderungan suatu oleh senyawa tersebut. Banyaknya
material untuk berubah bentuk dan kembali frekuensi yang diserap diukur sebagai
lagi ke bentuk semula bila diberi beban persen transmittance (%T).
(SNI 2826-2008). Atom-atom di dalam molekul tidak
Modulus elastisitas merupakan dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi
kekakuan suatu material, sehingga semakin peristiwa vibrasi. Vibrasi suatu gugus
tinggi nilai modulus elastisitas bahan, maka fungsi, spesifik pada bilangan gelombang
semakin sedikit perubahan bentuk yang tertentu. Bila suatu senyawa menyerap
terjadi apabila diberi gaya. Jadi, semakin radiasi pada suatu panjang gelombang
besar nilai modulus ini maka semakin kecil tertentu, intensitas radiasi yang diteruskan
regangan elastis yang terjadi atau semakin oleh senyawa tersebut akan berkurang. Hal
kaku. ini mengakibatkan suatu penurunan
dalam %T (persen transmittance) dan
600 tampak di dalam spektrum sebagai suatu
Berat Pati (gram)
500 dip (lembah) yang disebut puncak absorbsi
Modulus Young (Mpa)

4
400 atau pita absorbsi (peak atau band). Hal
5 penting yang harus diketahui dalam
300
6 identifikasi dengan FTIR adalah area sidik
200 jari (fingerprint region). Karena dalam area
7
100 sidik jari ini setiap senyawa yang berbeda
0 menghasilkan pola lembah yang berbeda-
0 2 3 4 5 beda.
Jumlah Plasticizer (gram)

Gambar 5. Pengaruh penambahan


plasticizer likuifaksi terhadap Modulus
Young edible film
Dari Gambar 5 terlihat bahwa nilai
modulus young terendah yaitu 1,153 Mpa
pada rasio pati dan plasticizer yaitu 7:5
(gram) dan tertinggi 511,344 Mpa pada
rasio pati dan plasticizer 4:0 (gram). Hal ini
menunjukkan bahwa penambahan
plasticizer likuifaksi tidak berpengaruh Gambar 6. Hasil Analisis FTIR Bahan
terhadap Modulus Young edible film, Baku Pati
karena gliserol membentuk ikatan hidrogen
yang membuat rantai semakin panjang,
sehingga terjadi peningkatan perpanjangan
saat penambahan plasticizer likuifaksi.

Analisa Gugus Fungsi Edible Film (FTIR)


Uji FTIR (Fourier Transform
Infrared Spectroscopy) sebagai analisis

24 VOLUME 8 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

H dengan nama senyawa alkohol dan fenol


berada pada bilangan gelombang 3300,15
cm-1, 3296,13 cm-1, dan 3298,38 cm-1.
Gugus OH yang terbentuk menunjukkan
adanya penambahan konsentrasi plasticizer
likuifaksi yang digunakan yang berikatan
pada gugus OH pada pati. Ikatan tunggal
karbon dan hidrogen pada gugus C-H
terindentifikasi pada bilangan gelombang
Gambar 7. Hasil Analisis FTIR 2933,83 cm-1, 2931,38 cm-1,dan 2928,37
Plasticizer hasil likuifaksi cm-1 yang merupakan gugus pada senyawa
Pada gambar 6 dan 7 menunjukkan asam sitrat yang digunakan sebagai bahan
spektrum FTIR bahan plasticizer likuifaksi, antimikroba. Ikatan rangkap dua (alkena)
dan bahan baku pati (tidak ada penambahan C꞊C terdapat pada bilangan gelombang
plasticizer). Dari hasil spektrum FT-IR 1647,65 cm-1, 1648,68 cm-1, dan 1649,93
terlihat hasil gugus fungsi bahan baku pati cm-1 merupakan struktur karbohidrat pada
sama dengan gugus fungsi plasticizer, yaitu pati.
jenis ikatan oksigen hidrogen (O-H), Campuran pati dan plasticizer panjang
Alkana (C-H), Alkuna (C≡C), Alkena gelombang nya tidak mengalami perubahan
(C꞊C), Fenol (O-CH), Alkena (C-H), dan yang berarti. Hal itu berarti bahwa film pati
Bromo Alkana (C-Br).. yang dihasilkan merupakan proses blending
secara fisika karena tidak ditemukannya
gugus fungsi baru sehingga film pati
memiliki sifat seperti komponen-
komponen penyusunnya. Pada grafik
terjadi kenaikan nilai T, yaitu pada film 0
plasticizer (a), hal ini akan berpengaruh ke
daya serap bahan terhadap air akan semakin
tinggi.

Uji Ketahanan Air


Uji ketahanan air dilakukan untuk
mengetahui daya serap edible film terhadap
Gambar 8. Hasil Analisis FTIR air. Edible film yang dihasilkan haruslah
Gambar 8 menunjukkan bahwa gugus memiliki tingkat penyerapan air yang
fungsi yang terdapat pada hasil analisis rendah, hal ini disebabkan jika air terserap
sampel merupakan gabungan dari gugus ke bahan besar, maka bahan yang tersimpan
fungsi spesifik yang terdapat pada akan mudah membusuk.
komponen penyusunnya (pati dan
plasticizer). Dan dari sini juga terlihat
bahwa tidak ditemukannya gugus fungsi
yang baru. Dari hasil Spektrum FTIR gugus
fungsi edible film menghasilkan jenis ikatan
oksigen hidrogen (O-H), Alkana (C-H),
Alkuna (C≡C), Alkena (C꞊C), Ester (C-O),
Alkena (C-H), dan Bromoalkana (C-Br)
yang menunjukkan film dapat terdegradasi
dengan baik.
Dari ketiga sampel yaitu pada variasi
5:5, 6:4, dan 7:3 memiliki gugus fungsi O-

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 8 NO. 1 25


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

80 Berat Pati (gram)


nilai kekuatan tarik tertinggi yaitu 21,727
70 4 Mpa pada variasi 6:0 dapat digunakan
sebagai pembungkus buah yang sudah
Penyerapan Air (%)

60 5
dipetik dari pohon.
50 6 Penambahan plasticizer hasil likuifaksi
40 7 batang pisang dapat menurunkan nilai
30 daya serap air edible film
20
REFERENSI
10
0 Amaliya, R dan Widya. 2014.
0 2 3 4 5 Karakterisasi edible film dari pati
Jumlah Plasticizer (gram) jagung dengan penambahan filtrat
Gambar 9. Pengaruh penambahan kunyit putih sebagai antibakteri.
plasticizer likuifaksi terhadap Jurnal Agroindustri, 2 (3): 43-53.
penyerapan air edible film American Society for Testing and
Dari gambar 9 dapat diketahui Material (ASTM). 1996. Annual
bahwa nilai penyerapan air terbesar yaitu Book of ASTM Standars.
pada sampel 4:0 dengan nilai 70,16% dan Philadelpia
nilai penyerapan air terendah pada sampel
dengan variasi 5:5 dengan nilai 14,28%. Azwar, Edwin. 2014. Synthesis of
Berdasarkan hasil tersebut dapat oligoesters plastic film from
disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah polylactic acid with monoester
plasticizer yang ditambahkan, maka akan plasticizer of wood flour and rice
semakin sedikit air yang diserap oleh edible bran and its hydro degradation.
film. Hal ini disebabkan karena plasticizer
hasil likuifaksi mengandung selulosa Azwar, Edwin. 2012. Tuning the
batang pisang, dimana plasticizer hasil mechanichal properties of tapioca
likuifaksi tersebut bersifat hidrofobik dan starch by plasticizer inorganic
dapat mengisi pori-pori edible film. fillers and agrowaste-based fillers.
Sehingga, semakin banyak plasticizer yang
ditambahkan maka semakin sedikit pori- Cao, N., Yang, X and Fu, Y. Effect of
pori film yang terbuka. various plasticizers on
mechanichal and water vapour
Kesimpulan bariier properties of gelatin films.
Berdasarkan penelitian yang telah Food Hydroco; 2009, 23(3) : 729
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 35 Mc Hugh dan Krochta, 1994,
 Penambahan plasticizer hasil Sorbitol vs Gliserol Plasticized
likuifaksi batang pisang, dapat Whey Protein Edible Film:
meningkatkan nilai perpanjangan edible Integrated Oxygen Permeability
film, akan tetapi menurunkan kekuatan and Tensile Strength Evaluation. J.
tarik dan modulus young film. of Agriculture and Food Chem. 42
 Formulasi pati-plasticizer yang (4)
menghasilkan kuat tarik, perpanjangan dan
modulus young tertinggi berturut-turut Nahwi, Naufal Fadli. 2016. Analisis
adalah 6:0, 7:5, dan 4:0. Edible film dengan Pengaruh Penambahan Plasticizer
nilai perpanjangan tertinggi yaitu 14,29% Gliserol Pada Karakteristik Edible
pada variasi 7:5 dapat diaplikasikan sebagai Film dari Pati Kulit Pisang Raja,
pembungkus buah yang masih terdapat Tongkol Jagung dan Bonggol
pada pohon, sedangkan edible film dengan Eceng Gondok. Skripsi. Malang :

26 VOLUME 8 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

Universitas Islam Negeri Maulana


Malik Ibrahim

Pomes, A.F., 1971. Zein. In Encyclopedia


of Polymer Science and
Technology:Plastics, Resins,
Rubbers, Fibers, Vol 15. H.F.
Mark, N.G.Gaylord and N.M.
Bikales, eds. New York. NY:
Interscience ublishers, pp. 125-132

Saragih, Iva Ancewita, Fajar Restuhadi


dan Evy Rossi. 2016. Kappa
karaginan sebagai bahan dasar
pembuatan edible film dengan
penambahan pati jagung
(maizena). Skripsi. Hal 1-2

Smita, M., Sushil, K.V. and Sanjay, K.N.


2006. Dynamic mechanical and
thermal properties of MAPE
treated jute/HDPE composites J..
Compos SciTechnol, 66: 538-547

Wahyu, K. Maulana. 2009. Pemanfaatan


Pati Singkong sebagai Bahan Baku
Edible Film. Karya Tulis Ilmiah.
Bandung : Universitas Padjajaran

INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN | VOLUME 8 NO. 1 27


[KARAKTERISASI PLASTIK PENGEMAS MAKANAN DARI TEPUNG MAIZENA DAN BATANG PISANG]
- Edwin Azwar, Siska Oktorina Simbolon

Halaman Kosong

28 VOLUME 8 NO. 1 | INOVASI PEMBANGUNAN – JURNAL KELITBANGAN

Anda mungkin juga menyukai