PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami
Penurunan kualitas tersebut dapat dipercepat dengan adanya oksigen, air, cahaya,
dan temperatur. Salah satu cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena
bahan pengemas yang sesuai. Pengemasan dapat dibuat dari satu atau lebih bahan
yang memiliki kegunaan dan karakteristik yang sesuai untuk mempertahankan dan
(2009), bahan pengemas yang dapat digunakan antara lain plastik, kertas, logam,
dan kaca.
Fungsi dari pengemas pada bahan pangan adalah mencegah atau
gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Disamping itu pengemasan
dan pendistribusiannya.
Bahan pengemas dari plastik banyak digunakan dengan pertimbangan
sintetis yang terdiri dari sekitar 60% polietilen dan 27% dari poliester diproduksi
untuk membuat bahan pengemas plastik yang digunakan dalam produk makanan.
sehingga sulit untuk diuraikan, pakar Ahli Teknologi Pangan dari Institut
Pertanian Bogor (IPB), Arif Hartoyo. Limbah plastik baru bisa terurai setelah
1
1.000 tahun. Dibandingkan dengan limbah kertas yang membutuhkan waktu
memiliki kemampuan yang baik dalam mempertahankan mutu bahan pangan dan
teknologinya masih terbatas. Oleh karena itu perlu dikembangkan penelitian yang
lebih intensif, karena edible film sangat potensial digunakan sebagai pembungkus
segar.
Edible film merupakan pengemas yang mampu bertindak sebagai
penghambat perpindahan uap air dan pertukaran gas (CO2 dan O2),
menguap, dan dapat pula digunakan sebagai pembawa bahan tambahan pangan
hidrokoloid, lipid, dan komposit dari keduanya. Beberapa jenis hidrokoloid yang
dapat dijadikan bahan pembuat edible film adalah protein (gelatin, kasein, protein
kedelai, protein jagung, dan gluten gandum) dan karbohidrat (pati, alginat, pektin,
gum arab, dan modifikasi karbohidrat lainnya), sedangkan lipid yang digunakan
(Musaceaea sp.). Pengembangan pektin kulit pisang sebagai bahan dasar edible
film merupakan salah satu upaya meningkatkan pemanfaatan kulit pisang. Selain
itu, pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan dasar edible film juga merupakan
salah satu alternatif untuk menciptakan suatu kemasan makanan dan produk
pangan yang ramah lingkungan, mengingat sebagian besar produk pangan pada
saat ini masih menggunakan bahan kemasan sintetis yang dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan.
Pektin digunakan secara luas sebagai komponen fungsional pada makanan
glukosa dan tingkat kolesterol (Baker, 1994 dalam Hariyati, 2006). Selain itu,
pektin juga dapat membuat lapisan yang sangat baik yaitu sebagai bahan pengisi
dalam industri kertas dan tekstil, serta sebagai pengental dalam industri karet
(Hariyati, 2006).
Beberapa penelitian berkaitan dengan pektin telah dilakukan. Ahda dan
3
Berry (2008), menyatakan kandungan pektin dalam pisang kepok berkisar antara
jeli, selai, makaroni, makanan coklat, kembang gula dan industri minuman seperti
produk susu dan pengalengan buah-buahan. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pektin memiliki kemampuan gel yang lebih optimum dan gel tersebut memiliki
pembuatan edible film. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai
plastisizer mempunyai sifat lebih fleksibel daripada film tanpa plastisizer. Nilai
merupakan bahan yang sering ditambahkan pada pembuatan edible film. Menurut
mengurangi sifat rapuh film selain itu juga untuk meningkatkan permeabilitas 4
terhadap gas, uap air, dan zat terlarut serta meningkatkan elastisitas film.
rendah yang bila ditambahkan akan memberikan sifat fleksibilitas (Tamaela dan
Sherly, 2007).
B. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana kandungan kadar air, kadar abu, BE, kadar metoksil, kadar
C. TUJUAN
2. Untuk mengetahui pektin hasil ekstraksi kulit pisang yang dibuat telah
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PEKTIN
Pektin adalah substansi alami yang terdapat pada sebagian besar
dan komponen utama dari lamella tengah pada tanaman, pektin juga berperan
sebagai perekat dan menjaga stabilitas jaringan dan sel (Herbstreith dan Fox,
2005).
Pektin merupakan senyawa polisakarida dengan bobot molekul tinggi
yang banyak terdapat pada tumbuhan. Pektin digunakan sebagai pembentuk gel
dan pengental dalam pembuatan jelly, marmalade, makanan rendah kalori dan
yang berisi unit asam galakturonat (sedikitnya 65%). Kelompok asam tersebut
bisa dalam bentuk asam bebas, metil ester, garam sodium, kalium, kalsium atau
umumnya, protopektin yang tidak larut itu lebih banyak terdapat pada buah-
pektin merupakan polimer asam galakturonat. Pada tahun 1930, Meyer dan
Mark menemukan formasi rantai dari molekul pektin, dan Schneider dan Bock
Pektin tersusun atas molekul asam galakturonat yang berikatan dengan ikatan
yang mengandung metil ester. Pektin diekstraksi secara komersial dari kulit
buah jeruk dan apel dalam kondisi asam. Masing-masing cincin merupakan
suatu molekul dari asam poligalakturonat, dan ada 300 1000 cincin seperti itu
dalam suatu tipikal molekul pektin, yang dihubungkan dengan suatu rantai
linier.
7
Gambar 2. Struktur Kimia Asam Poligalakturonat
golongan yaitu pektin berkadar metoksil tinggi (HMP), dan pektin berkadar
rantai molekul panjang. Rantai utama ini diselingi oleh kelompok rhamnosa
8
karboksil (kelompok asam) dari asam galakturonat dapat diesterifikasi atau
sumber dan kondisi yang dipakai dalam isolasinya (Willats et al, 2006).
sebagian besar tersusun atas metil ester dari asam poligalakturonat dan sodium,
serbuk kasar hingga halus yang berwarna putih, kekuningan, kelabu atau
berupa kristal yang berwarna putih dengan kelarutan yang berbeda-beda sesuai
satu setengah jam (Towle dan Christensen, 1973). Waktu ekstraksi yang terlalu
galakturonat. Pada kondisi asam, ikatan glikosidik gugus metil ester dari pektin
1968).
Proses pengendapan pektin merupakan suatu proses pemisahan pectin
dari larutannya. Pektin adalah koloid hidrofilik yang bermuatan negatif (dari
gugus karboksil bebas yang terionisasi) dan tidak mempunyai titik isoelektrik
dapat dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 40 - 60oC selama
glukosa dan kolesterol (Baker, 1994). Dalam industri makanan dan minuman,
pektin dapat digunakan sebagai bahan pemberi tekstur yang baik pada roti dan
keju, bahan pengental dan stabilizer pada minuman sari buah. Selain itu pektin
juga berperan sebagai bahan pokok pembuatan jeli, jam, dan marmalade
B. EDIBLE FILM
Pengemasan telah berkembang sejak lama, sebelum manusia membuat
daun atau yang disebut selundang, buah buahan terbungkus kulitnya. Fungsi
ramah lingkungan maka penggunaan edible film adalah suatu yang sangat
melapisi suatu bahan pangan dan layak dimakan, digunakan pada makanan
(Krochta, 1992).
Edible film merupakan lapisan tipis dari materi yang dapat diletakkan
air, oksigen dan perpindahan padatan dari makanan tersebut. Sebuah pelapisan
yang ideal didefenisikan sebagai salah satu cara untuk memperpanjang umur
kehilangan air.
Beberapa edible film dibandingkan dengan bahan pengemas lain yaitu:
1. Meningkatkan retensi warna, asam, gula, dan komponen flavor
2. Mengurangi kahilangan berat
3. Mempertahankan kualitas saat pengiriman dan penyimpanan
4. Mengurangi kerusakan akibat penyimpanan
5. Memperpanjang umur simpan
Salah satu fungsi utama dari edible film adalah kemampuan mereka
dalam peranannya sebagai penghalang, baik gas, minyak, atau yang lebih
utama air. Kadar air makanan merupakan titik penting untuk menjaga
kesegaran, mengontrol pertumbuhan mikroba, dan tektur yang baik, edible film
(Hui,2006).
Komponen penyusun edible film dapt dibagi menjadi tiga macam
12
yaitu : hidrokoloid, lipida, dan komposit. Hidrokoloid yang cocok antara lain
pektin. Lipida yang biasa digunakan yaitu kolagen, gelatin, asil gliseroll, dan
asam lemak. Sedangkan komposit merupakan campuran, terdiri dari lipid dan
fennema, 1994).
C. KULIT PISANG
Kulit pisang adalah kulit buah dari buah pisang. Sebagai salah satu buah
yang populer di dunia dengan konsumsi mencapai 145 juta ton per tahun
pisang tumbuh dan diolah. Kulit pisang digunakan sebagai pakan ternak sapi,
kambing, babi, unggas, kelinci, dan ikan. Meski demikian, kandungan tannin
kematangan buah dan jenis pisangnya. Pisang sayur atau plaintain memiliki
tahap kematangan buah. Kandungan protein pada kulit pisang kering antara
6%-9%. Pisang sayur yang masih hijau mengandung sekitar 40 persen pati
sedangkan pisang biasa yang hijau mengandung 15 persen pati. Pati ini
pektin.
Kulit pisang menjadi bahan komedi sebagai penyebab terpelesetnya
orang. Konsep ini dimulai ketika sebuah kota kecil di Amerika Serikat
menyebabkan demikian.
dari Kulit Pisang dan Aplikasinya Sebagai Edible Film ini dilaksanankan pada
Analisis Proksimat.
B. ALAT
22.
15
C. BAHAN
D. PROSES PRODUKSI
1. Proses Ekstraksi Pektin dari Kulit Pisang
a. Dipilih kulit buah pisang yang tidak cacat, dipotong kecil-kecil.
b. Dikeringkan menggunakan oven pada suhu 55C sampai berat
konstan.
c. Potongan kulit buah pisang kering diblender dengan menambahkan
dengan stirer.
f. Larutan hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring atau kain
suhu 80oC.
h. Filtrat yang telah dikentalkan kemudian di dinginkan pada suhu 16
18.
sampel Pektin.
b. Dasar prinsip :
21. Mengeringkan sampel dalam oven 100 105 hingga
bobot konstan dan selisih bobot awal dengan bobot akhir dihitung
timbang.
Dikeringkan dalam oven pada suhu 105C.
Didinginkan dalam eksikator.
Ditimbang.
Diulangi hingga diperoleh bobot tetap.
22.
23.
24.
2. Kadar Abu
a. Tujuan penetapan :
25. Untuk mengetahui kadar abu yang terkandung dalam
sampel pektin.
18 b. Dasar prinsip :
26. Dengan menggunakan pengoksidasian semua zat organic
tersebut.
c. Prosedur Kerja :
Ditimbang 0,5 gram sampel kedalam cawan yang telah
diketahui bobotnya.
Diperarang abukan kedalam tanur pada suhu 550C.
Didinginkan dalam eksikator.
Ditimbang hingga bobot tetap.
27.
3. Penentuan BE
a. Tujuan penetapan :
28. Untuk mengetahui Berat Ekivalen pada sampel pektin.
b. Prosedur Kerja :
Ditimbang pektin sebanyak 0,5 g.
Dibasahi 2 mL etanol 96% .
Dilarutkan didalam 40 mL aquadest yang berisi 1 g NaCl.
Larutan hasil campuran ditetesi dengan indikator fenolftalein
sebanyak 5 tetes.
Ditritasi dengan NaOH 0,1N sampai terjadi perubahan warna,
19
volume titrasi dicatat.
29.
4. Kadar Metoksil
a. Tujuan penetapan :
30. Untuk mengetahui kadar Metoksil pada sampel pektin.
b. Prosedur Kerja :
Larutan netral dari penentuan berat ekivalen (BE) ditambah 25
warna.
31.
5. Kadar Asam Galakturonat
a. Tujuan penetapan
32. Untuk mengetahui kadar asam galakturonat pada sampel
pektin.
b. Dasar Prinsip
33. Pengaruh kadar asam galakturonat dihitung dari mili
21
38. BAB IV
39. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL ANALISA LABORATORIUM
1. Kadar Air
40. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berat basah , atau berdasarkan berat kering. Penentuan kadar air ini
ditentukan dengan cara sampel yang telah ditimbang atau diketahui bobotnya
dipanaskan dalam suatu pengering listrik pada suhu 100C 105C hingga
mengetahui kualitas pektin yang diperoleh. Kadar air merupakan salah satu
parameter penting yang menentukan daya tahan produk pangan dan terkait
42. Produk yang mempunyai kadar air yang tinggi lebih mudah rusak
karena produk tersebut dapat menjadi media yang kondusif bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Produk dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam
43. Pektin dari kulit pisang yang diperoleh memiliki kadar air sebesar
ini menunjukan bahwa hasil analisa tidak memenuhi standar mutu analisa.
44. Perhitungan :
22
45. 47. 48.
N 46. Pengamatan S D
51. 52.
49.
50. Bobot sampel 0, 0,
1.
55. 56.
53. 54. Bobot yang
0. 0,
2. hilang
59. 60.
57. 58. Bobot setelah
0, 0,
3. pemanasan
63. 64.
61.
62. Kadar air 8 8
4.
65.
66. Rata - rata 67. 89,39 %
5.
68.
0,4699 g
70. 100
0,5237 g
71. 89,73
0,4587 g
73. 100
0,5151 g
74. 89,05
75.
2. Kadar Abu
76. Abu merupakan residu atau sisa pembakaran bahan organik yang
suatu bahan. Komponen mineral yang sering terdapat dalam senyawa organik
alami adalah Kalium, Natrium (Na), Magnesium (Mg), Mangan (Mn) dan Besi
(Fe).
23
tinggi tingkat kemurnian pektin, kadar abu dalam pektin semakin rendah.
78. Pada hidrolisis dengan asam, ion-ion akan lepas dari substansi
pektin. Semakin lama perlakuan dengan asam, ion-ion ini akan lebih banyak
dilepaskan sehingga kadar abu semakin tinggi. Tingginya suhu dan lamanya
ekstraksi mengakibatkan kadar abu pektin semakin tinggi. Hal ini terjadi
79. Pektin dari kulit pisang yang diperoleh memiliki kadar abu sebesar
80.
81.
82.
83. Perhitungan :
86. S
87. D
i
84. u 24
m
N 85. Pengamatan p
p
l
l
o
o
90. 0 91. 0
, ,
5 5
88.
89. Bobot sampel 0 0
1.
4 0
7 5
g g
94. 0 95. 0
, ,
4 4
92. 93. Bobot yang
9 8
2. hilang
2 8
7 9
g g
98. 0 99. 0
, ,
0 0
96. 97. Bobot setelah
1 1
3. pemijaran
2 1
0 6
g g
102. 103.
100.
101. Kadar abu 2,38 2, 32
4.
% %
104.
105. Rata rata 106. 2,35 %
107.
bobot sampel setelah pemijaran
108. Abu ( Simplo )= 100
bobot sampel sebelum pemijaran
0,0120 g
109. 100
0,5047 g
110. 2,38
0,0116 g
112. 100
0,5005 g
113. 2,32
114.
3. Penentuan BE
115. Berat Ekivalen ialah kandungan gugus asam galakturonat bebas
yang terdapat dalam rantai molekul pektin. Asam pektat murni mempunyai
berat ekivalen 176. Asam pektat murni merupakan asam pektat yang
seluruhnya tersusun dari asam poligalakturonat yang bebas dari gugus metil
ester, jadi tidak mengalami esterifikasi. Semakin sedikit gugus asam bebas
117. Perhitungan :
118.
119. Pengamatan
No.
122.
120. 121. Bobot
0,5192
1. sampel
g
123. 124. Volum 125. 0,75
2. e penitar ml
127. Norma 128.
126.
litas 0,1144
3.
NaOH N
131.
129.
130. BE 6051,28
4.
mg
132.
mg sampel
133. BE= ml NaOH x N NaOH
519,2 mg
134.
0,75 ml x 0,1144 N
135. 6051,28 mg
136.
4. Kadar Metoksil
137. Kadar metoksil didefinisikan sebagai jumlah metanol yang terdapat
di dalam pektin (Wachida dan Yunianta, 2008). Kadar metoksil pektin memiliki
peranan penting dalam menentukan sifat fungsional larutan pektin dan dapat
26
138. Berdasarkan kandungan metoksilnya pektin dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu pektin dengan kandungan metoksil tinggi (High Methoxyl Pectin)
dan pektin dengan kandungan metoksil rendah (Low Methoxyl Pectin). Pektin
disebut bermetoksil tinggi jika memiliki nilai kadar metoksil sama dengan 7%
atau lebih. Jika kadar metoksil kurang dari 7% maka pektin disebut bermetoksil
bermetoksil rendah jika kadarnya 2,5 7,12 %. Hal ini menunjukan bahwa
141.
142. Pengamatan
No.
145.
143. 144. Bobot
0,5192
1. sampel
g
146. 147. Volum 148. 27,5
2. e penitar ml
150. Norma 151.
149.
litas 0,1144
3.
NaOH N
154.
152. 153. Kadar
18,78
4. Metoksil
%
155.
ml NaOH x N NaOH x 31
156. Metoksil= mg sampel
x 100
27,5 ml x 0,1144 N x 31
157. x 100
519, 2 mg
158. 18,78
159.
160.
161.
5. Kadar Asam Galakturonat
pada pektin digambarkan oleh kadar asam galakturonat. Semakin tinggi kadar
asam galakturonat minimal 35 %. Hal ini menunjukan bahwa hasil analisa telah
164. Perhitungan :
165.
166. Pengamatan
No.
169.
167. 0,5
168. Bobot sampel
1. 192
g
172.
1,8
170.
171. meq NaOH 9
2.
me
q
173. 174. Kadar As. 175.
3. Galakturonat 64,
07
%
176.
meq NaOH x 176
177. As .Galakturonat = x 100
mg sampel
1,89 x 176
178. x 100
519,2 mg
179. 64,07
6. Derajat Esterifikasi
esterifikasi ini diperoleh dari perbandingan antara kadar metoksil dengan kadar
galakturonat.
182. Perhitungan :
183.
184. Pengamatan
No.
187.
185. 186. %
18,78
1. Metoksil
%
188. 189. BM 190.
2. Metoksil 176
192. % As. 193.
191.
Galakturon 64,07
3.
at %
195. BM
194. As. 196.
4. Galakturon 31
at
199.
198. %
197. 206,6
Esterifikas
5. 8
i
%
200.
metoksil x BM metoksil
201. Esterifikasi= x 100
as . galakturonat x BM as . galakturonat
18,78 x 176
202. x 100
64,07 x 31
203. 206,68
204.
205.
A. PEMBAHASAN
206. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada didapatkan
210. S
tan
dar
207. 209.
208. Jenis analisa Mut
No Hasil
u
Pek
tin
214. M
211. 213. aks.
212. Kadar air
1. 86 % 12
%
215. 216. Kadar abu 217. 218. M
2. 2,35 aks.
% 10
%
221. 222. 6
6051, 00
219. 220. Berat
28
3. Ekivalen (BE)
m 100
g mg
224. Kadar 225. 226. <
223.
Metoksil 18,78 7,1
4.
(tinggi) % 2%
230. M
229.
227. 228. Kadar As. in.
64,07
5. Galakturonat 35
%
%
233. 234. M
232. Derajat
231. 206,6 in.
esterifikasi
6. 8 50
(tinggi)
% %
235.
236. Setelah dilakukan perbandingan dengan Standar Mutu
kadar abu %, Berat ekivalen 6051,28 mg, kadar metoksil 18,78 %, kadar asam
30
238. BAB V
239. KESIMPULAN & SARAN
A. KESIMPULAN
membuat mie instan dari biji beton dengan komposisi kimia yang didapatkan
dari hasil analisis, yaitu kadar air %, kadar abu %, Berat ekivalen 6051,28 mg,
206,68 %.
241.
B. SARAN
1. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi
31
243. DAFTAR PUSTAKA
http://download.portal
245. garuda.org/article.php?article=58750&val=4138.html
246.
247. Anonim. Ekstraksi Pektin Kulit Pisang Kepok dan Aplikasinya
http://www.academia.edu/8581422/EKSTRAKSI_PEKTIN_DARI_
250. KULIT_BUAH_PISANG_RAJA_Musa_sapientum.html
251.
252. Anonim. Kulit Pisang. Diperoleh September 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_pisang.html
253.
254. Widiastuti, Diah restu., 2015 EKSTRAKSI PEKTIN KULIT
255.
32
32
256. LAMPIRAN
257.
1. Ekstraksi Pektin dari Kulit Pisang
258.
259. Gambar 1.1 Kulit Pisang Kering Gambar 1.2 Kulit Pisang
Diblender
260.
261.
262.Gambar 1.3 Pemanasan Pada Suhu 95oc Gambar 1.4 Pengambilan Filtrat Hasil
263. Selama 40 Menit Ekstraksi
264.
265. Gambar 1.5 Pengendapan Dengan Gambar 1.6 Hasil
Endapan Pektin
266. Alkohol Yang Telah
Dikeringkan
267.
33
2. Pembuatan Edible Film
268.
269.
271.
272.
273. Gambar 2.3 Pengeringan Edible Film Pada Suhu 50o C
274.
275.
276.
277.
3. Analisa Laboratorium
278.
279.
280.
281. Gambar 3.1 Analisa Kadar Air
34
282.
284.
285.
287.
288.
35