Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN BIOPLASTIK TERMODIFIKASI

Oleh :
Nama : Aisyah Putri Andriyani
NIM : 205100600111015
Kelompok : H3
Nama Asisten : Reydita Claudy Islami

Laboratorium Rekayasa Bioproses


Jurusan Keteknikan Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Plastik adalah salah satu kebutuhan yang banyak sekali dibutuhkan
dalam berbagai bidang. Mulai dari industri yang dipergunakan sebagai
kemasan, sebagai bahan pembuatan alat perabotan dll. Kebutuhan yang
semakin meningkat menjadikan munculnya permasalahan yaitu
penumpukan sampak plastik yang banyak karena tidak mampunya plastik
terurai dengan cepat. Plastik yang selama ini biasa digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari berbahan dasar dari bahan kimia dan minyak yang
mana bahan-bahan tersebut tidak ramah lingkungan. Oleh karena
permasalahan tersebut, munculan inovasi-inovasi baru sebagai upaya untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu invovasinya adalah
membuat plastik dengan bahan yang mudah terurai, sehingga plastik yang
dihasilkan nantinya mampu terurai dengan mudah. Bahan yang digunakan
dalam pembuatan plastik biodegradable yaitu pati. Inovasi pembuatan
plastik biodegradable diharapkan bisa menggantikan penggunaan plastik
konvensional.
Untuk menghasilkan plastik biodegradable yang mudah terurai dan
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan plastik konvensional juga
diperlukan dalam penelitian agar dapat diketahui karakteristiknya. Pada
plastik biodegradable yang dibuat dengan pati dan plasticizer belum
mampu memberikan kualitas yang maksimal. Oleh karena itu, pada
praktikum ini akan dibahas mengenai pembuatan plastik termodifikasi.
Modifikasi plastik biodegradable dilakukan dengan melakukan
penambahan bahan-baan dari bahan sebelumnya seperti selulosa dan CMC
(Carboxymethyl Cellulose). Dengan adanya praktikum ini diharapkan dapat
memperoleh karakteristik plastik biodegradable yang lebih maksimal serta
dapat mengerahui peran dalam penambahan bahan-bahan lain dalam
memodifikasi pembuatan plastik biodegradable.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mengetahui proses pembuatan bioplastik dari pati talas atau sagu.
2. Mengetahui fungsi penambahan CMC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandungan Tepung Talas dan Tepung Sagu


Dalam tepung talas terdapat kandungan yang dimiliki yaitu, pati, air,
protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin-vitamin, riboflavin, dan
niasin. Pati yang terkandung di dalam tepung talas sebesar 13-29%. Lalu
kandungan terbesar terdapat pada air yaitu sebesar 63-85%. Komponen
selain ait dan pati, presentasenya lebih sedikit di dalam tepung talas
(Aryandiah, 2016).
Sagu merupakan sumber komoditas yang memiliki potensi untuk
menghasilkan karbohidrat. Pada tepung sagu terkandung banyak komponen
antara lain karbohidrat, protein, lemak, air, fosfor, kalsium, dan vitamin.
Dalam 100 gram tepung sagu, kandungan karbohidrat yang dimiliki sebesar
94 gram. Kemudian protein, lemak dan air yang dikandung sebesar 0,2
gram, 0,2 gram, dan 14 gram (Auliah, 2012).

2.2. Pati dan Selusosa


Pati merupakan salah satu karbohidrat yang termasuk dalam jenis
polisakarida. Pati tersusun atas glukosa dan monomernya. Selain itu, pati
juga tersusun dari amilopektin dan amilosa. Pati juga memiliki struktur
rantai yang bercabang. Pati dapat diabil dari tanaman-tanaman yang
mengandung karbohidrat tinggi seperti tanaman biji-bijian, umbi-umbian,
sayur-sayuran, dll (Herawati, 2011).
Selulosa merupakan biopolimer yang paling banyak di dunia.
Selulosa sering ditemukan pada bahan-bahan yang berasal dari tanaman.
Selulosa yang berasal dari tanaman memiliki struktur yang komplek. Selain
dihasilkan oleh tanaman, selulosa juga disintesis oleh alga, tunikata, dan
beberapa jenis bakteri lain (Wibowo dan Isroi, 2015).
Ada beberapa kekurang yang ada plastik yang tebuat dari pati yaitu
rendahnya kekuatan mekanik dan bersifat hidrofilik. Untuk mengatasi
beberapa kekurangan ini perlunya ada penambahan bahan campuran lain
selain pati. Pencampuran pati dengan menggunakan selulosa dan abahn
campuran lainnya dapat memperbaiki kekurangan dari sifat plastik berbahan
dasar pati (Sulityo dan Ismiyati, 2012).

2.3. Prinsip Plastik Biodegradable


Pembentukan film plastik yang berasal dari pati memiliki prinsip
gelatinasi molekul pati. Pembuatan film berbasis pati pada dasarnya
memakai prinsip gelatinasi. Adanya penambahan sejumlah air yang telah
dipanaskan pada suhu tinggi maka akan terjadi gelatinasi. Gelatinisasi
menyebabkan ikatan pada amilosa akan cenderung saling berdekatan
dikarenakan adanya ikatan hidrogen (Fahnur, 2017).
Plastik biodegradable merupakan plastik yang dirancang untuk
ramah lingkungan. Oleh karena itu, bahan utama dari pembuatan plastik
biodegradable terbuat dari alam juga. Bahan alam yang dapat digunakan
untuk pembuatan plastik biodegradable yaitu pati. Pati diolah menjadi
plastik biodegradable menggunakan prinsip gelatinisasi. Proses gelatinisasi
dapat membuat adanya kecenderungan ikatan amilosa menjadi berdekatan
karena adanya ikatan hidrogen. Dengan adanya proses gelatinisasi ini, maka
akan diperoleh biofilm (Wiradipta, 2017).
Proses gelatinisasi pada pati dilakukan dengan cara melarutkan pati
dengan air. Selanjutnya, dipanaskan dengan temperatur yang telah
ditentukan. Pemanasan memiliki tujuan untuk menguapkan kandungan air
yang ada pada biofilm. Pada proses ini akan diperoleh lapisan film yang
bersifat kaku dan stabil (Selpiana et al, 2015).

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Hidrolisis


Faktor yang mempengaruhi dalam proses hidrolisis antara lain suhu
dan pH. Pada proses hidrolisis suhu dan pH harus optimal. Suhu dan pH
yang optimal akan diperoleh dengan spesifikasi enzim yang akan
digunakan. Suhu dan pH akan mempengaruhi aktivitas dan stabilitas dari
enzim yang dipakai (Rahmawati dan Sutrisno, 2015).
Selanjutnya ada faktor yang berkaitan dengan peranan suhu dan pH
yang merupakan konsentrasi dan lama waktu pada proses hidrolisis.
Konsentrasi bahan yang digunakan yaitu sedikit bahan yang dihidrolisis,
maka hasil yang diperoleh juga sedikit. Kemudian, lama waktu pada proses
hidrolisis akan mempengaruhi hasil jumlah produk yang dihasilkan (Herline
et al, 2016).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses hidrolisis yaitu
tekanan dan konsentrasi asam. Dalam proses hidrolisis menggunakan
tekanan sebesar 1 atm. Faktor konsentrasi asam juga mempengaruhi jumlah
produk yang dihasilkan pada proses hidrolisis. Semakin besar konsentrasi
asam yang dipakai maka, diperoleh hasil hidrolisis yang semakin banyak
juga (Wulandari, 2017).

2.5. Kelebihan Bioplastik dari Tepung Talas dan Sagu


Pembuatan plastik biodegradable yang memiliki kemampuan dalam
degradasi dengan mudah menggunakan salah satu bahan utama dari pati.
Pati merupakan polimer alam yang dapat ditemukan dengan mudah seperti
dari tanaman. Pati yang mudah ditemukan, harganya terjangkau dapat
diolah menjadi bioplastik yang memiliki kemampuan mudah untuk
terdegradasi dan ramah lingkungan (Melani, 2017).
Kelebihan bioplastik yang terbuat dari tepung talas dan tepung sagu
yaitu menjadi alternatif dari penggunaan plastik konvensional. Hal ini
dikarenakan plastik konvensional sulit untuk terdegradasi dan tidak ramah
lingkungan. Plastik biodegradable terbuat dari bahan-bahan organik yang
dapat dengan mudah terdegradasi. Kemudian, tepung talas dan tepung sagu
dapat dengan mudah diperoleh sebagai bahan dasar pembuatan bioplastik
(Angelina et al, 2019).
Selain itu ketersediaan dari tepung sagu dan tepung talas yang
melimpah di wilayang Indonesia. Tepung sagu dan tepung talas adalah salah
satu sumber pati yang dapat dijadikan bahan baku dalam pembuatan
bioplastik. Hal ini dikarenakan jenis pati yang terkandung di dalamnya
merupakan jenis pati yang mampu digunakan dalam pembuatan bioplastik
(Kamsiati et al, 2017).

2.6. Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan Fungsinya


Menurut, Aliu et al., (2016) Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
adalah turunan dari selulosa yang biasanya dibuat dalam bentun garam
natriumnya untuk menghasilkan natrium carboxy methyl cellulose. Rumus
molekul dari CMC adalah C6H7O2(OH)2OCH2COONa. CMC banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang industi farmasi, detergen, tekstil,
kosmetik, dan industri pangan. Pada bahan pangan CMC berfungsi sebagai
pengental, penstabil emulsi dan bahan pengikat (Ningsih et al, 2019).
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) memiliki fungsi yang dibutuhkan
dalam mempertahankan kestabilan dari bahan. Mempertahankan kestabilan
partikel padatan agar tetap terdispersi secara merata dan mencegah adanya
pengendapan. Carboxy Methyl Cellulose (CMC) memiliki peran dalam
pengikatan air, pengentalan, stabilisasi emulsi dan tekstur gum. Dalam
memperbaiki tekstur dari produk berkadar gula tinggi dapat menggunakan
CMC (Sumarni et al, 2017).

2.7. Perbedaan Plastik Biodegradable dengan Penambahan Carboxy Methyl


Cellulose (CMC) dengan Tanpa Penambahan Carboxy Methyl Cellulose
(CMC)
Perbedaan plastik biodegradable dengan penambahan Carboxy
Methyl Cellulose (CMC) dan tanpa penambahan Carboxy Methyl Cellulose
(CMC) yaitu pada ketebalan plastik yang diperoleh. Pada plastik
biodegradable dengan penambahan CMC memiliki ketebalan yang lebih
tinggi atau lebih tebal. Pada plastik biodegradable tanpa penambahan CMC
memiliki ketebalan yang lebih rendah atau lebih tipis daripada plastik
biodegradable dengan penambahan CMC (Nurindra et al, 2015)
Perbedaan lain yaitu ada pada kemampuan degradasi dari plastik
biodegradable. Pada plastik dengan penambahan CMC akan memiliki
kemampuan degradasi yang lebih mudah untuk terurai dengan
mikroorganisme. Akan tetapi, sulit terlarut di dalam air. Dengan adanya
penambahan CMC yang semakin banyak akan menyebabkan plastik lebih
mudah untuk terurai. Selain itu penambahan CMC juga meningkatkan nilai
ketebalan, daya serap air, kuat tarik, elongasi, dan menurunkan ketahanan,
serta transmisi uap (Ningsih et al, 2019).
BAB III
METODE

3.1. Alat dan Bahan


a) Gelas beaker. Gelas beaker berfungsi sebagai wadah pencampuran pati
dan larutan 500 ml.
b) Gelas ukur 100 ml. Gelas ukur 100 ml berfungsi untuk mengukur
aquades 50 ml.
c) Gelas ukur 5 ml. Gelas ukur 5 ml berfungsi untuk mengukur dan
mengambil gliserol.
d) Pipet ukur 1 ml. Pipet ukur 1 ml berfungsi untuk mengambil asam
asetat.
e) Cawan alumunium. Cawan alumunium berfungsi sebagai wadah pati.
f) Thermometer. Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu.
g) Pangduk atau spatula. Pengaduk atau spatula berfungsi untuk
mengaduk bahan.
h) Kompor listrik. Kompor listrik berfungsi sebagai sumber panas.
i) Timbangan digital. Timbangan digital berfungsi untuk mengukur massa
pati.
j) Oven. Oven berfungsi sebagai mengeringkan bahan.
k) Pati sagu atau umbi talas. Pati sagu atau umbi talas berfungsi sebagai
bahan perlakuan.
l) Asam asetat. Asam asetat berfungsi sebagai katalis.
m) Gliserol. Gliserol berfungsi sebagai plasticizer.
n) Aquades. Aquades berfungsi sebagai pengencer.
o) CMC. CMC berfungsi sebagai bahan penguat dan aditif yang dapat
membuat struktur halus.
p) Minyak. Minyak berfungsi sebagai pelumas.
3.2. Diagram Alir
Alat dan Bahan
Disiapkan
Cawan alumunium
Disiapkan sebanyak dua buah
Tepung Talas

Ditimbang sebanyak 4 gram

CMC (carboxy methyl cellulose)


Ditimbang sebanyak 4 gram, lalu dicampurkan
dengan tepung talas
Gelas beker 500 ml
Disiapkan sebanyak 2 buah, lalu masing-masing
diisi dengan aquades 50 ml

Asam asetat
Ditambahkan sebanyak 3 ml sebagai pelarut dan
katalis
Gliserol

Ditambahkan dengan variasi 3 ml dan 4 ml

Campuran
Diaduk sampai menggumpal, lalu dipanaskan
sampai suhunya 40oC
Plat kaca

Diolesi dengan sedikit minyak


Campuran yang sudah tergelatinisasi

Dituang ke plat kaca, lalu dikeringkan pada


suhu 60oC selama 2-3 jam
Campuran

Dicabut dari plat kaca

Plastik biodegradable
3.3. DHP
3.2.1. Tabel Presentase Perpanjangan
Bahan Panjang Awal Panjang Akhir Presentase Pemanjangan
Talas 5 6,9 38%
Sagu 5 6,2 24%

3.2.2. Perhitungan Presentase Perpanjangan


panjang akhir − panjang awal
Presentase perpanjangan = × 100%
panjang awal

Talas :
6,9 − 5
Persentase perpanjangan : × 100% = 38%
5

Sagu :
6,2 − 5
Persentase perpanjangan : × 100% = 24%
5

3.2.3. Tabel Kenampakan Fisik


Kenampakan
Bahan
Tanpa Mikroskop Perbesaran 4x Perbesaran 10x
Talas

Berwarna coklat, Memiliki bercak Memiliki


terdapat banyak dan gelembung gelembung
gelembung, yang berukuran berukuran besar
permukaan tidak rata. besar dan kecil. disekitar
pinggirannya
Sagu

Berwarna putih, Memiliki sedikit Memiliki bercak


permukaan halus, gelembung dan berukuran besar.
terdapat sedikit berukuran kecil.
gelembung.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Perhitungan Presentase Pemanjangan


Persen pemanjangan adalah perubahan panjang maksimum pada
saat terjadi peregangan hingga film terputus. Persen pemanjangan juga
disebut dengan elongation strength. Kekuatan peregangan menggambar
tekanan maksimum yang dapat diterima oleh bahan atau sampel (Dewi et
al, 2021).
Nilai dari presentase pemanjangan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙


Persen pemanjangan = × 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙

Berdasarkan data hasil praktikum, diketahui pada bioplastik dengan


bahan pati talas memiliki panjang awal sebesar 5 cm, panjang akhir sebesar
6,9 cm, dan persen pemanjangan sebesar 38%. Kemudian, pada bioplastik
dengan bahan pati sagu memiliki panjang awal sebesar 5 cm, panjang akhir
sebesar 6,2 cm, dan persen pemanjangan sebesar 24%. Dari data tersebut,
bioplastik dari pati talas memiliki persen pemanjangan yang lebih besar
dibandingkan dengan bioplastik dari pati sagu. Hal ini dipengaruhi oleh
komposisi amilopektin yang berpengaruh terhadap keelastisan bioplastik,
sehingga persen pemanjangan akan berpengaruh juga. Semakin banyaknya
komposisi amilopektin, maka keelastisan bioplastik akan semakin
meningkan. Komposisi amilosa pada bahan bioplastik akan mempengaruhi
sifat bioplastik sehingga menjadi lebih kering dan kurang lengket (Nisah,
2017).

4.2. Kenampakan Bioplastik Tanpa Mikroskop


Berdasarkan data hasil praktikum, diketahui kenampakan pada
bioplastik tanpa mikroskop dengan bahan pati talas berwarna coklat,
terdapat banyak gelembung, dan memiliki permukaan yang tidak rata.
Kemudian, kenampakan pada bioplastik tanpa mikroskop dengan bahan pati
sagu berwarna putih, permukaannya halus, dan terdapat sedikit gelembung.
Pada parameter warna, terlihat hasil yang cukup berbeda. Hal ini
dikarenakan pada sampel pati telah terjadi proses browning. Menurut Arsa
(2016) proses browning adalah proses pencoklatan pada buah yang terjadi
akibat proses enzimatik oleh polifenol oksidasi. Pada literatur plastik
biodegradable yang diberoleh dari bahan pati talas memiliki kenampakan
berwarna coklat. Lalu permukaannya memiliki terktur yang kasar (Udjiana
et al, 2019).
4.3. Kenampakan Bioplastik Menggunakan Mikroskop
Berdasarkan data hasil praktikum, diketahui kenampakan pada
bioplastik menggunakan mikroskop dengan bahan pati talas pada
perbesaran 4x terlihat pada bioplastik memiliki bercak dan gelembung yang
berukuran besar dan kecil. Kemudian pada perbesaran 10x terlihat pada
bioplastik memiliki gelembung berukuran besar disekitar pinggirannya.
Selanjutnya, diketahui kenampakan pada bioplastik menggunakan
mikroskop dengan bahan pati sagu pada perbesaran 4x terlihat pada
bioplastik memiliki sedikit gelembung dan berukuran kecil. Kemudian pada
perbesaran 10x terlihat pada bioplastik memiliki bercak berukuran besar.
Gelembung-gelembung yang terlihat merupakan amilopektin. Amilopektin
yang terlihat masih dalam ukuran yang besar karna tidak larut dengan
sempurna, sehingga mengakibatkan kerapatan bioplastik yang kurang.
Kemudian, terlihat juga garis-garis dari hasil pengamatan yang merupakan
crack karena amilopektin yang tidak larut dan ukurannya masih terlalu besar
(Sinaga et al, 2014).
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Prinsip dari pembuatan bioplastik termodifikasi yaitu proses
gelatinisasi. Proses gelatinisasi dilakukan dengan melarutkan pati dengan
sejumlah air, lalu dipanaskan dengan temperatur tertentu sehingga
kandungan air didalamnya menguap dan meninggatkan lapisan film yang
bersifat kaku dan stabil. Suhu gelatinisasi berbeda-beda pada tiap jenis
patinya, yang mana terjadi pada saat granola pati pecah. Ketika suhu dan
jumlah air meningkat maka, granola akan membengkak dan terjadi
gelatinisasi. Tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan mengetahui
proses pembuatan bioplastik dari pati talas atau sagu dan mengetahui fungsi
penambahan CMC. Hasil dari praktikum ini didapatkan hasil pada
bioplastik berbahan pati talas memiliki panjang awal sebesar 5 cm, panjang
akhir sebesar 6,9 cm, persentase perpanjangan sebesar 38%. Kemdian
kenampakan tanpa mikroskop terlihat berwarna coklat, terdapat banyak
gelembung, dan permukaannya tidak rata. Selanjutnya, kenampakan dengan
menggunakan mikroskop pada perbesaran 4x terlihat memiliki bercak dan
gelembung yang berukuran besar dan kecil. Lalu, kenampakan dengan
menggunakan mikroskop pada perbesaran 10x terlihat memiliki gelembung
berukuran besar disekitar pinggirannya. Pada bioplastik berbahan pati sagu
memiliki panjang awal sebesar 5 cm, panjang akhir sebesar 6,2 cm,
persentase pemanjangan sebesar 24%. Kemudian kenampakan tanpa
mikroskop terlihat berwarna putih, permukaan halus, terdapat sedikit
gelembung. Selanjutnya, kenampakan dengan menggunakan mikroskop
pada perbesaran 4x terlihat memiliki sedikit gelembung dan berukuran
kecil. Lalu, kenampakan dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran
10x terlihat memiliki bercak berukuran besar.

5.2. Saran
Pada pembuatan bioplastik termodifikasi masih diperlukan
komponen tambahan untuk menyempurnakan hasil dari bioplastik.
Komponen tambahan itu berupa filler yang digunakan sebagai penguat
plastik atau penambahan matriks jenis polimer alam untuk membaiki
elastisitas plastik. Kemudian pada percobaan nantinya bisa dimodifikasi
bahan untuk pembuatan bioplastik dengan bahan-bahan lain agar dapat
diketahui peran atau pengaruh dengan adanya modifikasi dengan bahan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Aliu, A. O., Guo, J., Wang, S., dan X. Zhao. 2016. Hydraulic Fracture Fluid for Gas
Resevoirs in Potreleum Engineering Applications Using Sodium Carboxy
Methyl Cellulose as Gelling Agent. Journal of Natural Gas Science and
Engineering. 32(2016): 491-500.
Angelina, V. L., Sijabat, E. E., Widjaja, A. C., dan L. H. Rahayu. 2019. Studi Awal
Pembuatan Bioplastik dari Pati Kimpul (Xanthosoma Sagittifolium) dengan
Penambahan Linseed Oil dan Sorbitol. 2019. Prosiding Seminar Nasional
Sains & Teknologi Ke-10 Tahun 2019 Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim. Semarang, 31 Juli 2019.
Aryandiah, C. N. 2016. Penggunaan Tepung Talas Sebagai Bahan Substitusi
Tepung Terigu pada Taro Putu Ayu dan Tepung Beras pada Taro Fortune
Crackers. Skripsi. Program Studi Teknik Boga, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Auliah, A. 2012. Formulasi Kombinasi Tepung Sagu dan Jagung pada Pembuatan
Mie. Jurnal Chemica. 13(2): 33-38.
Herawati, H. 2011. Potensi Pengembangan Produk Pati Tahan Cerna Sebagai
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 30(1): 31-39.
Herlina, Purnomo, B. H., Fauzi, M., dan F. A. Rambe. 2016. Penggunaan α-Amilase
dan Variasi Lama Hidrolisis pada Pembuatan Tepung Glukomanan dari Umbi
Gembili (Dioscorea esculenta L.). Jurnal Agroteknologi. 10(1): 73-86.
Kamsiati, E., Herawati, H., dan E. Y. Purwani. 2017. Potensi Pengembangan Plastik
Biodegradable Berbasis Pati Sagu dan E. Y. Purwani. 2017. Jurnal Litbang
Pertanian. 36(2): 67-76.
Melani, A., Herawati, N., dan A. F. Kurniawan. 2017. Bioplastik Pati Umbi Talas
Melalui Proses Melt Intercalation (Kajian Pengaruh Jenis Filler, Konsentrasi
Filler dan Jenis Plasticiezer). Distilasi. 2(2): 53-67.
Ningsih, E. P., Ariyani, D., dan Sunardi. 2019. Pengaruh Penambahan
Carboxymethyl Cellulose Terhadap Karakteristik Bioplastik dari Pati Ubi
Nagara (Ipomoea batatas L.). Indonesian Journal of Chemical Research.
7(1): 77-85.
Nurindra, A. P., Alamsjah, M. A., dan Sudarno. 2015. Karakterisasi Edible Film
dari Pati Propagul Mangrove Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dengan
Penambahan Carboxymethyl Cellulose (CMC) Sebagai Pemlastis. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2): 125-132.
Rahmawati, A. Y. dan A. Sutrisno. 2015. Hidrolisis Tepung Ubi Jalar Ungu
(Ipomea batatas L.) Secara Enzimatis Menjadi Sirup Glukosa Fungsional:
Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3): 1152-1159.
Selpiana, Riansya, J. F., dan K. Yordan. 2015. Pembuatan Plastik Biodegradable
dari Tepung Nasi Aking. Seminar Nasional Added Value of Energy Resources
Avoer VII Proceeding, VII. Palembang, 21-22 Oktober 2015.
Sulityo, H. W. dan Ismiyati. 2012. Pengaruh Formulasi Pati Singkong-Selulosa
Terhadap Sifat Mekanik dan Hidrofobisitas pada Pembuatan Bioplastik.
Konversi. 1(2): 23-30.
Sumarni, S., Muzakkar, M. Z., dan Tamrin. 2017. Pengaruh Penamabahan CMC
(Carboxy Methyl Cellulose) Terhadap Karakteristik Organoleptik, Nilai Gizi
dan Sifat Fisik Susu Ketapang (Terminallia catappa L.). Jurnal Sains dan
Teknologi Pangan. 2(3): 604-614.
Wibowo, N. A. dan Isrof. 2015. Potensi In-Vivo Selulosa Bakterial Sebagai Nano-
Filler Karet Elastomer Thermoplastics (ETPS). Perspektif. 14(2): 103-112.
Wiradipta, I. D. G. A. 2017. Pembuatan Plastik Biodegradable Berbahan Dasar
Selulosa dari Tongkol Jagung. Skripsi. Departemen Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Wulandari, R. 2017. Pengaruh Suhu, pH, Waktu Hidrolisis dan Konsentrasi H2SO4
Terhadap Kadar Glukosa yang Dihasilkan dari Limbah Kulit Kakao. Skripsi.
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Arsa, M. 2016. Proses Pencoklatan (Browning Process) pada Bahan Pangan.


Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana.
Dewi, R., Rahmi, dan Nasrun. 2021. Perbaikan Sifat Mekanik dan Laju Transmisi
Uap Air Edible Film Bioplastik Menggunakan Minyak Sawit dan Plasticizer
Gliserol Berbasis Pati Sagu. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 10(1): 61-77.
Nisah, K., 2017. Study Pengaruh Kandungan Amilosa dan Amilopektin Umbi-
Umbian Terhadap Karakteristik Fisik Plastik Biodegradable dengan
Plasticizer Gliserol. Jurnal Biotik. 5(2): 106-113.
Sinaga, R. F., Ginting, G. M., Ginting, M. H. S., dan R. Hasibuan. 2014. Pengaruh
Penambahan Gliserol Terhadap Sifat Kekuatan Tarik dan Pemanjangan Saat
Putus Bioplastik dari Pati Umbi Talas. Jurnal Teknik Kimia USU. 3(2): 19-
24.
Udjiana, S. S., Hadiantoro, S., Syarwani, M., dan P. H. 2019. Pembuatan dan
Karakterisasi Plastik Biodegradable dari Umbi Talas (Xanthosoma
sagittifolium) dengan Penambahan Filler Kitosan dan Kalsium Silikat.
Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan. 3(1): 10-19.
LAMPIRAN DHP
SCREENSHOOT SITASI

2.1 Paragraf 1
2.1 Paragraf 2
2.2 Paragraf 1
2.2 Paragraf 2
2.2 Paragraf 3
2.3 Paragraf 1
2.3 Paragraf 2
2.3 Paragraf 3
2.4 Paragraf 1
2.4 Paragraf 2
2.4 Paragraf 3
2.5 Paragraf 1
2.5 Paragraf 2
2.5 Paragraf 3
2.6 Sitasi 1 Paragraf 1
2.6 Sitasi 2 Paragraf 1
2.6 Paragraf 2
2.7 Paragraf 1
2.7 Paragraf 2
SCREENSHOOT SITASI TAMBAHAN

4.1 Paragraf 1
4.1 Paragraf 2
4.2 Sitasi 1 Paragraf 1
4.2 Sitasi 2 Paragraf 1
4.3

Anda mungkin juga menyukai