Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES

“KACA DAN KERAMIK BERPORI”

Disusun Oleh :

Antoni

Iswandi

Jeffry

Khusnul Reza

TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS TRUNAJAYA BONTANG
2018

i
Abstrak

Dalam pembuatan suatu produk banyak aspek-aspek penting yang harus kita perhatikan seperti
desain geometri dan sebagainya, namun ada hal yang lebih penting dari semua itu yaitu
pemilihan material. Jika kita mendesain suatu produk, sebagus apapun desain produk yang kita
buat jika pemilihan bahan/material yang tidak tepat maka semua itu akan sia-sia saja.

Dalam setiap perencanaan, pemilihan komponen material merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan. Karena sebelum melakukan perencanaan, terlebih dahulu harus memperhatikan
dan mengetahui jenis dan sifat bahan yang akan digunakan, misalnya tahan terhadap korosi,
tahan panas, tahan terhadap keausan, keuletan dan lain-lain.

Adapun tujuan pemilihan material agar bahan yang digunakan untuk pembuatan komponen
dapat ditekan seefisien mungkin di dalam penggunaannya dan selalu berdasarkan pada dasar
kekuatan dan sumber pengadaannya. Dalam bahasan ini akan mencakup pembahasan
mengenai Glasses (kaca) dan Porous Ceramic (keramik berpori).

Kata kunci : produk, bahan, kaca, keramik berpori

ii
Abstract

In making a product there are many important aspects that we must consider such as geometry
design, but there are things that more important than all of them, namely material selection. If
we make the design of a product, no matter how good the design of the product we make if the
selection of material is not right, so it will be useless.

In each planning, the selection of material components is the main factor that must be
considered. Because before planning, we have to give attention and know the type and
properties of the material to be used, for example : corrosion resistance, heat resistance,
resistance to wear, tenacity and others.

The purpose of material selection is to make the materials that we used more efficiently as
possible. In this paper will include an explanation of the Glasses (glass) and Porous Ceramic
(porous ceramics).

Key words : product, material, glasses, porous cermics

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya sehingga
makalah yang berjudul “Kaca dan Keramik Berpori” ini dapat diselesaikan dengan maksimal,
tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemilihan Bahan dan Proses yang diampu oleh Ibu Rosmiati, S.T., M.T.

Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai pembahasan kaca dan keramik berpori secara
umum didalam suatu industri dan kegunaan secara umum. Makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana referensi untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai metrologi di bidang industri maupun bahan untuk pembelajaran.

Demikian yang disampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya ini.

Bontang, Desember 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Abstrak .................................................................................................................................................... ii
Abstract .................................................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
2.1. Pengenalan Bahan......................................................................................................................... 3
2.1.1 Kaca (Glasses) ........................................................................................................................ 3
2.1.2 Keramik Berpori (Porous Ceramics) ...................................................................................... 3
2.2 Sifat-Sifat Material ......................................................................................................................... 4
2.2.1 Kaca (glasses) ......................................................................................................................... 4
2.2.2 Keramik Berpori (Porous Ceramic) ....................................................................................... 5
2.3. Bahan Baku Dasar Material .......................................................................................................... 6
2.3.1. Kaca (glasses) ....................................................................................................................... 6
2.3.2. Keramik Berpori (Porous Ceramics)..................................................................................... 7
2.4. Proses Pembentukan dan Pengolahan Material ............................................................................ 8
2.4.1. Kaca (glasses) ....................................................................................................................... 8
2.4.2. Keramik Berpori (Porous Ceramics)................................................................................... 12
2.5. Penggunaan Material .................................................................................................................. 17
2.5.1. Kaca (glasses) ..................................................................................................................... 17
2.5.2. Keramik Berpori (Porous Ceramics)................................................................................... 17
BAB 3 ................................................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................................. 18

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengapa kita perlu belajar tentang bahan? Banyak ilmuwan terapan atau insinyur; baik
mechanical, civil, chemical, atau electrical akan menemui masalah perancangan yang di
dalamnya terdapat masalah bahan. Sebagai contoh dalam perancangan sebuah roda gigi
transmisi, struktur bangunan, komponen pengolahan minyak, atau circuit chip terintegrasi.
Tentu saja para insinyur dan ilmuwan bahan adalah orang-orang yang ahli di bidang bahan
secara menyeluruh.

Pada beberapa kasus, sebuah permasalahan material adalah pemilihan satu dari ribuan jenis
material yang ada. Keputusan akhir biasanya berdasarkan atas beberapa kriteria. Pertama,
kondisi servis harus diketahui, sehingga bisa menentukan sifat material yang dibutuhkan. Pada
pemilihan material kita perlu menukar satu karakteristik dengan karakteristik lainnya. Contoh
sederhana mengenai kekuatan dan sifat mampu bentuk suatu bahan; normalnya, suatu material
memiliki kekuatan yang tinggi namun sifat mampu bentuknya terbatas. Oleh karena itu, kita
perlu menukar kekuatan dengan sifat mampu bentuk atau menukar sifat mampu bentuk dengan
kekuatan (tergantung prioritas kebutuhan anda).

Pertimbangan pemilihan selanjutnya adalah segala bentuk kemerosotan pada sifat material
yang bisa terjadi selama material tersebut dipergunakan atau beroperasi. Sebagai contoh,
penurunan kekuatan mekanis yang signifikan karena terjadi peningkatan temperatur suatu
material atau terjadi karat pada suatu material.

Terakhir, pertimbangan secara ekonomi. Berapa biaya yang diinginkan untuk sebuah
produk? Sebuah material bisa bersifat ideal namun berharga mahal. Hal tersebut menyebabkan
beberapa kompromi menjadi tidak dapat dihindarkan. Ditambah lagi biaya fabrikasi juga
dibutuhkan untuk mencapai produk dengan bentuk yang diinginkan.

Kita dapat menyimpulkan bahwa semakin familiar seorang insinyur atau ilmuwan terhadap
hubungan antara aneka karakteristik dan struktur material, ditambah lagi semakin paham
insinyur tersebut terhadap teknik mengolah material, maka insinyur tersebut semakin pandai

1
dan yakin untuk mengambil keputusan dalam pemilihan material berdasarkan beberapa
kriteria.

Dari urain diatas merupakan gambaran betapa pentingya memahami dan mempelajari jenis-
jenis material sebelum melakukan perencanaan membuat suatu produk. Untuk itu perlu
memahami dan mengetahui jenis-jenis material dan kegunaannya. Pada makalah ini akan
membahas tentang Kaca dan Keramik Berpori.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Kaca dan Keramik berpori?


2. Bagaimana sifat kedua material tersebut (Kaca dan Keramik Berpori)?
3. Apa bahan baku pembuatan material tersebut (Kaca dan Keramik Berpori)?
4. Bagaimana proses pengolahan dan pembentukan material tersebut (Kaca dan Keramik
Berpori) ?
5. Apa saja penggunaan dari material tersebut (Kaca dan Keramik Berpori)?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari material Kaca dan Keramik Berpori


2. Untuk mengetahui sifat-sifat dari material Kaca dan Keramik Berpori
3. Untuk mengetahui apa saja bahan dasar dari material Kaca dan Keramik Berpori
4. Untuk mengetahui proses pengolahan dan pembentukan material Kaca dan Keramik
Berpori
5. Untuk mengetahui penggunaan dari material Kaca dan Keramik Berpori

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.Pengenalan Bahan
2.1.1 Kaca (Glasses)
Kaca adalah suatu bahan anorganik hasil peleburan beberapa bahan dasar yang
kemudian didinginkan sampai fasa padat tanpa kristalisasi. Pasir silika merupakan salah satu
dari bahan utamanya. Kaca adalah amorf (non kritalin) material padat yang bening dan
transparan (tembus pandang), biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama
berabad abad adalah jendela dan gelas minum. Kaca dibuat dari campuran 75% silikon dioksida
(SiO2) plus Na2O, CaO, dan beberapa zat tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat
CelsiusSementara.

(Keenan, 1980) mendefinisikan kaca sebagai salah satu produk industri kimia yang
berasal dari gabungan berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap, dihasilkan dari
dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun
lainnya. Dari segi fisika kaca merupakan zat cair yang sangat dingin karena struktur partikel-
partikel penyusunnya yang saling berjauhan seperti dalam zat cair namun dia sendiri berwujud
padat yang terjadi akibat proses pendinginan (cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-
partikel silika tidak sempat menyusun diri secara teratur.

Sedangkan menurut (Wilkison, 1989) kaca adalah bahan yang tidak padat, karena
molekul-molekulnya tersusun secara acak seperti halnya zat cair, namun kohesinya membuat
bentuknya stabil. Karena susunan acaknya seperti zat cair, maka kaca terlihat transparan atau
merupakan material yang tembus pandang.

2.1.2 Keramik Berpori (Porous Ceramics)


Keramik berpori merupakan keramik yang memiliki pori - pori dengan distribusi
ukuran tertentu dan porositas yang relatif tinggi. Secara luas keramik berpori telah digunakan
untuk keperluan insulasi termal dan sebagai bahan bangunan. Penggunaan keramik berpori
yang semakin meningkat dewasa ini adalah sebagai filter dan membran. Keramik dengan
ukuran pori sekitar 10-800 μm dapat digunakan sebagai filter (Purbasari, 2005).
Kualitas suatu produk keramik berpori ditentukan oleh jenis, komposisi, ukuran partikel
dan suhu pembakarannya. Adapun sifat-sifat keramik berpori yang diamati meliputi sifat fisis,
mekanik, termal dan analisis mikrostruktur strukturnya. Pembuatan keramik berpori yang telah

3
dilakukan P. Sebayang, Muljadi, serta Anggito P. Tetuko (2009) dengan bahan baku zeolit
alam dan arang sekam sekam padi dengan suhu pembakaran 900 o C dan 1000oC dengan
penahanan selama 2 jam. Dari penelitian mereka didapatkan bahwa = 2,16 g/cm³, susut bakar
= 35,94%, porositas = 66,05%, penyerapan air = 31,10%, kuat patah = 7,47 MPa, kuat tekan =
4,38 MPa. Tiar Delimawati Tambunan (2008) telah melakukan penelitian dengan membuat
keramik berpori menggunakan aditif karbon aktif sebagai filter gas buang kendraan bermotor.
Dari hasil penelitiannya tersebut semakin besar penambahan karbon aktif maka semakin besar
harga porositasnya dan besarnya daya absorbsi terhadap gas radikal sebanding dengan
banyaknya porositas pada keramik berpori.
Keramik berpori sekarang ini banyak digunakan untuk berbagai aplikasi di bidang
industri dari mulai untuk filtration (penyaringan), adsorption (penyerapan), katalis dan katalis
untuk komponen struktural ringan. Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat
penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah banyak membawa pengaruh dan
perubahan berbagai aspek kehidupan.

Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi tentang keramik, telah dapat
diidentifikasikan struktur dan komposisi kimia penyusunya dan bahan pencampur lain yang
dapat membuat sifat keramik lebih baik, maka dapat dihasilkan suatu produk keramik untuk
berbagai kebutuhan industri mekanik, elektronik, filter bahkan dipakai pada bidang teknologi
ruang angkasa.

Secara fungsional produk keramik memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan


dengan logam antara lain memiliki titik lebur yang tinggi, sangat keras, tahan korosi, lebih
ringan, bahan bakunya merupakan hasil alam dan mudah di jumpai. Kekuatan dan kekerasan
keramik dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk butiran serta jenis dan fasa batas butiran,
temperatur pemanasan, modal pembentukan. Keramik berpori telah berhasil dibuat dan
dimanfaatkan sebagai filter dalam penuangan logam cair, sebagai katalisator yang biasa di
tempatkan dalam system gas buang kendaraan bermotor(van Vlack dalam Nainggolan, 2008).

2.2 Sifat-Sifat Material


2.2.1 Kaca (glasses)
Kaca sama seperti material pada umumnya mempunyai banyak sekali sifat yang
menentukan aplikasi dari kaca tersebut. Sifat listrik, sifat magnetik, sifat optis, sifat termal, dan
sifat mekanik merupakan beberapa contoh sifat yang sering dicari nilai dan parameternya untuk

4
dikembangkan lebih lanjut dalam berbagai bidang aplikasi. Berikut ini adalah sifat-sifat dari
material kaca :

 Padatan amorf
 Berwujud padat tetapi memiliki susunan atom seperti zat cair
 Titik lebur tidak pasti
 Viskositas cukup besar
 Transparan
 Memiliki sifat ketahanan terhadap reaksi kimia
 Sebagai isolator
 Keras tetapi brittle

2.2.2 Keramik Berpori (Porous Ceramic)


Keramik berpori memiliki karakteristik umum sebagai berikut :

1. (sifat kimia)
Stabilitas kimia yang baik. Keramik berpori menjadi salah satu pilihan tepat untuk
digunakan sebagai material yang cocok untuk lingkungan yang korosif.
2. (sifat mekanikal)
Kekuatan dan kekakuan yang baik. Bentuk dan ukuran keramik berpori tidak akan
berubah dengan mudah pada fluida gas bertekanan, liquid bertekanan dan beban stress
lainnya.
3. (sifat panas)
Stabilitas termal yang baik. Keramik berpori terbuat dari keramik tahan panas dapat
menyaring baja cair atau gas pembakaran suhu tinggi.
4. (sifat magnetik)
Material ini dapat menghasilkan medan magnet tanpa harus diberi arus listrik yang
mengalir dalam sebuah kumparan atau solenoida untuk mempertahankan medan
magnet yang dimilikinya. Disamping itu, magnet permanen jenis ini juga dapat
memberikan medan yang konstan tanpa mengeluarkan daya yang kontinyu.

Karakteristik yang sangat luar biasa ini menjanjikan masa depan yang baik untuk
material keramik berpori, karena penggunaanya akan sangat luas dalam berbagai macam
aplikasi, dan membuat bahan-bahan tersebut dapat beradaptasi dibanyak bidang, termasuk
teknik kimia, perlindungan lingkungan, sumber energi, metalurgi, dan industri elektronik.
Kasus spesifik untuk keramik berpori yang sesuai tergantung pada komposisi dan struktur

5
produk. Awalnya, keramik berpori digunakan sebagai bahan filtrasi untuk menyaring
bakteri yang termasuk mikroorganisme. Setelah tingkat pengendalian pori-pori halus dari
keramik berpori meningkat, produk yang dihasilkan secara bertahap menjadi digunakan
dalam lebih banyak aplikasi, termasuk pemisahan, dispersi, dan adsorpsi; dan mereka saat
ini digunakan di banyak kawasan industri, termasuk industri teknik kimia, peleburan
logam, perminyakan, tekstil, farmasi, dan industri mesin pangan. Juga, keramik berpori ini
telah digunakan semakin dalam bahan penyerap suara, komponen sensitif, tulang buatan,
dan bahan akar gigi.

2.3. Bahan Baku Dasar Material


2.3.1. Kaca (glasses)
Komponen – komponen utama pembuatan kaca :

 Pasir : yang dikenal adalah jenis quartz


 Soda : yaitu Na2O yang di suplai dalam berbagai soda abu (Na2CO3).
 Feldspar : mempunyai formula umum : R2O, Al2O. 6 SiO2 di mana R2O dapat berupa
Na2O abu K2O abu campuran dari kedua oksidasi tersebut.
 Borax : menurunkan koefisien ekspansi dan menaikkan ketahanan terhadap bahan
kimia.
 Cullet : merupakan pecahan-pecahan kaca atau kaca yang berasal dari produk tak lolos
quality control. Cullet berfungsi untuk menurunkan temperatur leleh dari bahan baku.
Cullet yang diumpankan sebanyak 25% dari total bahan baku.
Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu menurunkan kelarutan di
dalam air, tahan terhadap serangan bahan kimia lain termasuk materi-materi lain yang
terdapat di atmosfer.
Contoh bahan stabiliser yang biasa dipakai di industri gelas adalah:
 Kalsium karbonat, membuat produk akhir menjadi tidak larut di dalam air.
 Barium karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
 Timbal oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan memiliki indeks
bias yang tinggi.
 Seng oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak, memperbaiki sifat-
sifat fisik dan mekanik, dan meningkatkan indeks bias. Aluminium oksida,
meningkatkan viskositas gelas, kekuatan fisik, dan ketahahan terhadap bahan kimia
Komponen sekunder, di antaranya adalah :

6
 Refining agent, menghilangkan gelembung-gelembung gas pada saat pelelehan bahan
baku. Bahan yang biasa digunakan sebagai refining agent pada industri gelas adalah
sodium nitrat dan sodium sulfat atau arsen oksida (As2O3).
 Penghilang warna (decolorant), menghilangkan warna yang biasanya diakibatkan
oleh kehadiran senyawa besi oksida yang masuk bersama bahan baku. Bahan
penghilang warna yang digunakan adalah mangan dioksida (MnO2), logam selenium
(Se), atau nikel oksida (NiO).
 Pewarna (colorant), digunakan untuk membuat gelas khusus sesuai dengan warna
yang dikehendaki.
 Opacifiers. Bahan yang digunakan sebagai opacifier adalah fluorite (CaF2), kriolit
(Na3AlF6), sodium fluorosilika (Na2SiF6), timah phospat, seng phospat (Zn3(PO4)2),
dan kalsium phospat (Ca3(PO4)2).
2.3.2. Keramik Berpori (Porous Ceramics)
Material yang biasa digunakan sebagai bahan baku keramik berpori adalah lempung
dan senyawa oksida seperti alumina (Al2O3), silika (SiO2), titania(TiO2), dan zirkonia (ZrO2).
Pada umumnya penggunaan keramik berpori dengan ukuran pori sekitar 10-800 µm sebagai
filter, sedangkan keramik dengan ukuran pori hingga 0,1 nm sebagai membran menggunakan
material dengan kandungan alumina yang tinggi karena alumina mempunyai keunggulan pada
kekuatan, kekerasan dan ketahanan terhadap tekanan, panas, maupun bahan kimia.

Clay mengandung hidrated aluminium silica (Al2O3,SiO2,H2O) yang berfungsi


mempermudah proses pembentukan keramik, mempunyai sifat plastis mudah dibentuk,
mempunyai daya ikat bahan baku tidak plastis, dan juga dicampur dengan kuarsa yang
merupakan bentuk lain dari silika yang bertujuan untuk mengurangi retak-retak dalam
pengeringan.

Zeolit merupakan batuan atau mineral alam yang secara kimiawi termasuk golongan
mineral silika dan dinyatakan sebagai alumina silika terhidrasi berbentuk halus dan merupakan
hasil produk sekunder yang stabil pada kondisi permukaan karena berasal dari proses
sedimentasi, pelapukan maupun aktivasi hidrotermal. Zeolit telah banyak diaplikasikan sebagai
absorben, penukar ion, dan sebagai katalis menurut (Chetam dalam Sinaga, 2012).

Di Indonesia zeolit tampaknya belum mendapat perhatian yang memadai sebagai media
filtrasi air bersih. Padahal Indonesia secara geografis terletak pada jalur gunung berapi yang
memiliki potensi zeolit yang cukup besar (Srihapsari, 2006).Penggunaan zeolit sebagai salah
satu bahan penyusun dikarenakan struktur zeolit yangberpori dengan molekul air didalamnya,

7
melalui pemanasan menyebabkan molekul air mudah lepas sehingga menjadikan zeolit spesifik
sebagai absorben,molecular sieving, penukar ion, dan katalisator (Mumpton dalam Afrianita,
2010) . Selain tanah liat dan zeolit yang digunakan untuk membuat keramik berpori adalah
tempurung kelapa yang digunakan sebagai zat aditifnya. Tempurung kelapa sebagai bahan
baku alternatif ditunjukkan dengan jumlahnya yang banyak didapati di daerah Sumatera Utara.
Tempurung kelapa mengandung silikat 21-26%, lignin 35-45%, dan selulosa 23-43%,
disamping komponen komponen ini terdapat komponen lain antara lain: CaO, MgO, Al2O3,
dan NaO. Tempurung kelapa merupakan bahan terbaik yang dapat dibuat menjadi karbon aktif
karena karbon aktif yang terbuat dari tempurung kelapa memiliki mikropori yang banyak,
kadar abu yang rendah, kelarutan dalam air yang tinggi dan reaktivitas yang tinggi, sehingga
dari komposisi tempurung kelapa tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku
pembuatan keramik berpori (Pambayun dkk, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Nainggolan (2008) tentang pembuatan keramik berpori dengan aditif cangkang kelapa sebagai
filter gas buang kendaraan bermotor dengan bahan dasar feldsfar, clay, dan kwarsa
menggunakan suhu pembakaran pada 10000C, menghasilkan porositas 48,98%, susut bakar
antara 1,09% - 2,47%, massa jenis 1,015 gram/cm3 dan nilai kekerasanya adalah 102 kgf/mm2.

Penelitian ini telah dilakukan oleh Siagian (2012) sintesis dan karakterisasi keramik berpori
berbasis Clay dan Kaolin dengan cara pengarangan tempurung kelapa pada suhu 6000C dengan
suhu 9000C, 9500C dan 10000C. Diperoleh susut volum sebesar (1,609-10,14)%, susut massa
(13,56-20,92)%, porositas (26,16-45,33)% dan nilai densitas sebesar (1,230-1,619)gr/cm3.

2.4.Proses Pembentukan dan Pengolahan Material


2.4.1. Kaca (glasses)
Gelas dibuat dari campuran pasir, soda, batu. kapur, natrium sulfat, feldspar, senyawa
boron dan aluminium serta bahan aditif lain, tergantung pada jenisnya. Pembuatan kaca mampu
dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah metode Chemical Vapor Deposition
(CVD), proses sol gel-formation dan melt-quenching technique.

Pembuatan kaca dengan metode CVD didasarkan pada proses hidrolisis dari
penguapan logam halida dalam bahan kaca yang diikuti oleh proses sintering. Persiapan untuk
pembuatan kaca dalam metode ini membutuhkan tingkat kemurnian yang tinggi. Metode CVD
tidak cocok untuk membuat kaca yang terdiri dari alkali dan alkali tanah atau kaca yang
didadah dengan unsur tanah jarang (Yamane and Ashara, 2000).

8
Pembuatan kaca dengan metode sol-gel, akan menghasilkan kaca yang memiliki
kepadatan yang sangat rendah dan porositas yang tinggi. Gel yang kering biasanya melalui
proses sintering pada suhu di atas kisaran transformasi kaca, kemudian akan bergabung
membentuk kaca yang sedikit kurang padat daripada kaca dengan komposisi yang sama dan
dibentuk dengan pelelehan (melting) (Shelby, 2005). Metode sol-gel lebih mudah jika
diaplikasikan pada lapisan tipis atau pembentukan serat, metode ini biasanya hanya untuk kaca
silika. Penghilangan cairan dari pori-pori akan membutuhkan waktu lama dan dapat
menyebabkan retak pada gel. Akan terjadi penyusutan yang cukup besar selama proses
pengeringan yang akan menyebabkan kesulitan dalam pembentukan yang kompleks jika
dilakukan tanpa bantuan mesin (Shelby, 2005).

Sementara itu, Prinsip dasar dari metode MQT adalah peleburan bahan pembentuk
kaca menjadi lelehan yang kemudian akan mengalami pendinginan secara cepat agar terbentuk
kaca (Yamane and Ashara, 2000). Dalam prosesnya dilakukan dengan menggerus campuran
dari semua bahan penyusun kaca, kemudian diletakkan ke dalam crucible yang terbuat dari
platina dan dimasukkan ke dalam furnace untuk dilebur ke dalam lelehan pada suhu tinggi.
Lelehan sesekali diaduk untuk menghilangkan gelembung udara dan meningkatkan
homogenitas dari lelehan (Yamane and Ashara, 2000). Pada umumnya pembentukan lelehan
menjadi kaca dipengaruhi oleh viskositas dan suhu lelehan. Kaca yang dihasilkan dari metode
ini biasanya diberi perlakuan annealing dan selanjutnya didinginkan sampai suhu ruang
(Yamane and Ashara, 2000).

Proses pembuatan gelas di dalam industri meliputi tahap-tahap sebagai berikut:


1. Persiapan bahan baku (batching)
Pada tahap ini dilakukan penggilingan, pengayakan bahan baku serta pemisahan dari
pengotor-pengotornya. Serbuk bahan baku ditimbang sesuai komposisi, termasuk bahan-bahan
aditif lain yang diperlukan seperti zat pewarna atau zat-zat sesuai dengan produk kaca yang
dikendaki. Pengadukan campuran bahan baku dalam suatu mixer dilakukan agar campuran
menjadi homogen sebelum dicairkan.
2. Pencairan (melting/fusing)
Bahan baku yang sudah homogen, diayak dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
tungku (furnace) bersuhu sekitar 1500oC sehingga campuran akan mencair. Selama proses
pencairan, masing-masing bahan baku akan saling berinteraksi membentuk reaksi-reaksi kimia
berikut :
Reaksi-reaksi penguraian

9
Na2SO3 → Na2O + CO2 ….. (1)
CaCO3 → CaO + CO2 ….. (2)
Na2SO4 → Na2O + SO2 ….. (3)
MgCO3.CaCO3→ MgO + CaO + 2CO2 ….. (4)
Reaksi antara SiO2 dengan Na2CO3 pada suhu 630 – 780o C
Na2CO3 +aSiO2 → Na2O.aSiO2 + CO2 ….. (5)
Reaksi antara SiO2 dengan CaCO3 pada suhu 600o C
CaCO3 +bSiO2 → CaO.bSiO2 + CO2 ….. (6)
Reaksi antara CaCO3 dengan Na2CO3 pada suhu di bawah 600o C
CaCO3 + Na2CO3 → Na2Ca(CO3)2 ….. (7)
Reaksi antara Na2SO4 dengan SiO2 pada suhu 884o C
Na2SO4 + nSiO2 → NaO.nSiO2 + SO2 + 0.5O2 ….. (8)
Reaksi utama
aSiO2 + bNa2O + cCaO + dMgO aSiO2.bNa2O.cCaO.dMgO ….. (9)

3. Leburan kaca
Tungku sebagai tempat mencairkan campuran bahan baku kaca, terbagi menjadi
3 jenis, yaitu :

 Pot furnace, biasanya dipakai untuk menghasilkan kaca-kaca khusus (special glass) seperti
kaca seni, kaca optik dengan skala produksi yang kecil sekitar 2 ton atau lebih rendah. Pot
terbuat dari bata silica-alumina (lempung) khusus atau platina.
 Tank furnace, digunakan pada industri gelas skala besar dan terbuat dari bata refraktori
(bata tahan panas). Furnace ini mampu menampung sekitar 1350 ton cairan gelas yang
membentuk kolam di jantung furnace.
 Regenerative furnace.
Pembentukan (forming/shaping)
Bahan kaca yang berbentuk cair lalu dialirkan ke dalam alat-alat yang berfungsi untuk
membentuk kaca padat sesuai yang diinginkan. Ada beberapa jenis proses pembentukkan kaca,
di antaranya adalah :
a. Proses Fourcault
Bahan cair dialirkan secara vertikal ke atas melalui sebuah bagian yang dinamakan
"debiteuse". Bagian ini terapung di permukaan kaca cair dengan celah sesuai dengan
ketebalan kaca yang diinginkan. Di atas debiteuse terdapat bagian sirkulasi air

10
pendingin yang akan mendinginkan kaca hingga 650 – 670oC. Pada suhu tersebut kaca
berubah menjadi pelat padat dan akan bergerak dengan didukung oleh roda pemutar
(roller) yang menarik kaca tersebut ke atas. Gambar di bawah ini melukiskan skema
prosesFour cault.
b. Proses Colburn (Libbey-Owens)
Jika proses Fourcault , gerakan kaca berlangsung secara vertikal, maka pada
prosesColburn kaca akan bergerak secara vertical kemudian diikuti gerakan horizontal
setelah melewati roda-roda penjepit yang membentuk leburan gelas menjadi lembaran-
lembaran.
c. Proses Pilkington (float process)
Bahan cair dialirkan ke dalam sebuah kolam berisi cairan timah (Sn) panas. Kecepatan
aliran bahan cair ini merupakan pengatur tebal tipisnya kaca lembaran yang akan
diproses. Kaca akan mengapung di atas cairan timah karena perbedaan densitas di
antara keduanya. Kaca ini tetap berupa cairan dengan pasokan panas yang berasal dari
pembakar di bagian atas kolam. Pengendalian temperatur di dalam kolam dilakukan
agar kaca tetap rata di kedua sisinya serta pararel. Bahan yang biaanya digunakan untuk
keperluan ini adalah gas nitrogen murni. Selanjutnya, aliran kaca melewati daerah
pendinginan (masih di dalam kolam) dan keluar dalam bentuk kaca lembaran bersuhu
±600oC. Proses a – c di atas dikenal dengan proses mekanik.
d. Proses tiup (blow), Proses ini digunakan untuk membuat botol kaca, gelas kemasan,
atau aneka bentuk kaca seni lainnya.

4. Annealing
Fungsi tahapan ini adalah untuk mencegah timbulnya tegangan-tegangan antar
molekul pada kaca yang tidak merata sehingga dapat menimbulkan kepecahan. Proses
annealing kaca terdiri dari 2 aktivitas, yaitu :
(1) menahan kaca dengan waktu yang cukup di atas temperatur kritik tertentu untuk
menurunkan regangan internal, dan
(2) mendinginkan kaca sampai temperatur ruang secara perlahan-lahan untuk menahan
regangan sampai titik maksimumnya. Proses ini berlangsung di dalam "annealing lehr". Untuk
jenis kaca lembaran, annealing lehr ini dilewati oleh kaca-kaca yang bergerak di atas roda
berjalan.
5. Finishing dan pengendalian kualitas (Quality Control)

11
Beberapa proses penyelesaian akhir pada industri gelas adalah cleaning and polishing, cutting,
enameling, dan grading.
2.4.2. Keramik Berpori (Porous Ceramics)
Pori keramik dapat dibentuk dengan beberapa metode. Perbedaan metode dalam fabrikasi
keramik berpori akan mempengaruhi derajat porositas, kuat tekan dan ukuran pori yang
dihasilkan. Ukuran pori keramik dapat diklasifikasikan menjadi mikro, meso dan makro pori.
IUPAC merekomendasikan mikro pori mempunyai ukuran pori <2 nm, meso pori 2-50 nm dan
makro pori berukuran >50 nm [Sing et al., 1985]. Keramik berpori dapat difabrikasi melalui
ceramic foaming technique, solvent casting, microwave vacuum sintering, polymeric sponge
method dan starch consolidation.
1. Ceramic Foaming Technique
Teknik foaming ini dilakukan dengan penambahan zat foamer. Foaming agent yang
umumnya digunakan adalah hidrogen peroksida, garam karbonat dan baking powder. Zat-zat
tersebut dicampurkan ke dalam TCP kemudian dikalsinasi [Woyansky et al., 1992]. Ukuran
pori TCP yang dihasilkan bervariasi dari 30-600 mikron [Aoki et al., 2004]. Kelemahan metode
ini terletak pada interkoneksi antar pori yang lemah dan ukuran pori yang tidak seragam. Tamai
et al. [2002] mengembangkan teknik ceramic foaming dengan adanya ikatan silang
polimerisasi yang disebut gel-casting. Gel-casting telah diterapkan oleh He et al. [2009] dalam
fabrikasi alumina berpori menggunakan protein. Protein yang dipakai adalah protein putih telur
(EWP) dan protein whey yang terisolasi (WPI). Alumina yang dihasilkan mempunyai derajat
porositas 86,5-87% dengan kuat tekan 6,36-7,87 MPa. Hasil SEM alumina berpori yang
diperoleh dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :

2. Salt-Solvent Casting

12
Metode ini menggunakan garam seperti natrium klorida dan pelarut polimer sebagai
pembentuk pori. Campuran zat-zat tersebut ditambahkan ke dalam TCP dan dicetak (pressing),
kemudian dilarutkan dalam air hingga kristal garam terlepas. Skema salt-solvent casting dapat
dilihat pada Gambar 1.3. Metode ini menghasilkan kalsium fosfat dengan diameter makro pori
100-500 µm, interkonektivitas antar pori yang baik dan derajat porositas berkisar 87-91%
[Walsh et al., 2008].

Skema salt-solvent casting [Abdurrahim & Sopyan, 2008]

3. Polymeric Sponge Method


Penggunaan polimer berpori dapat menghasilkan TCP berpori dengan interkonektivitas
antar pori yang baik. Impregnasi polimer dan proses sintering pada TCP akan menghasilkan
TCP berpori dengan porositas + 45%. Polymeric sponge method ditunjukkan oleh Gambar 1.4.
Ramay & Zhang [2003] telah mengkombinasikan polymeric sponge method dengan metode
gel-casting. Penggabungan metode ini menghasilkan TCP berpori dengan ukuran pori 200-400
µm, mechanical strength yang meningkat, struktur mikro yang homogen dan seragam serta
interkonektivitas antar pori yang baik.

13
Diagram alir polymeric sponge method [Haugen et al., 2004]

4. Starch Consolidation Method


Starch merupakan zat pati yang terdiri dari jagung, sorgum, kentang, ubi dan wheat.
Umumnya starch berwarna putih, dense dan tidak larut dalam air pada temperatur ruang. Starch
consolidation merupakan metode pembentukan pori dengan menambahkan pati pada keramik.
Campuran tersebut lalu ditambahkan air hingga membentuk suspensi dan dimasukkan ke
furnace untuk sintering [Lyckfeldt & Ferreira, 1997]. Metode ini menghasilkan porositas 45-
70% dengan kuat tekan 2-15 MPa [Abdurrahim & Sopyan, 2008]. Mekanisme penggabungan
starch dengan material keramik dapat dilihat pada Gambar 1.5.

14
Mekanisme starch consolidation [Mahata et al., 2012]

 Drying dan Sintering


Dua proses penting dalam fabrikasi keramik adalah drying dan sintering. Drying
merupakan proses pemisahan air dari campuran. Dalam fabrikasi keramik, drying dibutuhkan
untuk melepaskan air dari slurry. Selama proses berlangsung, molekul air berdifusi ke
permukaan dimana proses evaporasi terjadi. Tahapan proses pelepasan molekul air dapat
dilihat pada Gambar 1.6. Gambar tersebut menunjukkan bahwa selama proses drying, material
akan mengalami penyusutan. Penyusutan yang terjadi dikarenakan air telah terevaporasi keluar
bahan sehingga ukuran material semakin kecil. Material yang telah melewati proses ini disebut
green bodies.

Pelepasan air selama drying (a) keramik basah, (b) sebagian air telah hilang dan (c) keramik
kering [Kingery, 1960]

Sintering merupakan proses pemanasan pada temperatur tinggi untuk meningkatkan


kekuatan mekanik material. Proses ini juga dapat didefinisikan sebagai proses produksi suatu
material dengan mikro struktur dan porositas yang terkontrol. Sintering dapat diklasifikasikan
menjadi sintering fasa padat dan fasa cair. Sintering fasa padat terjadi jika material berada
dalam fasa padat pada temperatur sintering sedangakan sintering fasa cair terjadi apabila
terdapat cairan selama sintering berlangsung. Selama sintering berlangsung, struktur partikel
material akan tumbuh (coarsening) dan menyatu membentuk kesatuan massa (densifikasi)
[Kang, 2005]. Hal ini merupakan fenomena dasar dari proses sintering dan dapat diilustrasikan
seperti pada Gambar 1.7.

Selama coarsening dan densifikasi berlangsung, terjadi pergerakan partikel material.


Pergerakan tersebut terjadi secara kompleks dan dikarenakan adanya difusi permukaan (Ds),
difusi gas (Dg), difusi kisi (Dl), difusi boundary (Db), perbedaan viskositas (η) dan perbedaan

15
tekanan uap (Δp) partikel. Gambar 1.8 menunjukkan mekanisme pergerakan partikel dalam
sintering.

Fenomena dasar yang terjadi selama sintering [Kang, 2005]

Mekanisme pergerakan partikel material dalam sintering [Kang, 2005]

Pergerakan partikel material berkaitan erat dengan laju densifikasi (laju sintering).
Pergerakan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pada Gambar 1.9. Laju densifikasi

16
akan meningkat apabila temperatur semakin tinggi, tekanan semakin besar, ukuran partikel
semakin kecil dan waktu sintering yang semakin lama.

Pengaruh variabel sintering terhadap densifikasi (T, temperatur; P, tekanan dan L, ukuran
partikel) [Kang, 2005]

2.5.Penggunaan Material
2.5.1. Kaca (glasses)
 Penggunaan kaca diantaranya adalah sebagai material pembuatan optik, kaca
mata
 Bahan bangunan seperti : atap, kaca jendela, pintu, peralatan dapur dll.
 Sebagai peralatan laboratorium
 Sebagai isolator termal
 Bahan sebagai sight glass di boiler, karena harus menahan panas yang tinggi dari
burner

2.5.2. Keramik Berpori (Porous Ceramics)


 Sebagai bahan untuk pembuatan filter gas buang kendaraan, dengan adanya alat
ini dapat menurunkan emisi gas buang kendaraan (CO)
 Sebagai campuran bahan lambung pesawat yang dapat menahan perubahan panas
dan tekanan.
 Digunakan sebagai filter untuk logam cair

17
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Mempelajari ilmu bahan seperti keramik pori dan kaca merupakan salah satu cara yang
tepat untuk menghasilkan produk yang baik dan sesuai dengan spek yang diinginkan,
dilakukan.
 Kaca adalah amorf (non kritalin) material padat yang bening dan transparan (tembus
pandang), biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama berabad abad
adalah jendela dan gelas minum
 Keramik berpori merupakan keramik yang memiliki pori - pori dengan distribusi
ukuran tertentu dan porositas yang relatif tinggi. Secara luas keramik berpori telah
digunakan untuk keperluan insulasi termal dan sebagai bahan bangunan. Penggunaan
keramik berpori yang semakin meningkat dewasa ini adalah sebagai filter dan membran

3.2 Saran
Pelajari lebih mendalam mengenai ilmu pemilihan bahan sebelum melakukan
perencanaan untuk membuat suatu produk, karena dengan mempelajari ilmu bahan kita bisa
mendapatkan produk sesuai dengan spek atau keinginan.

18

Anda mungkin juga menyukai