Disusun Oleh :
Nama : Antoni
NIM : 20182120100022
TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS TRUNAJAYA BONTANG
2019
BAB I
TEKNOLOGI PEMANASAN AIR
1.1 Latar Belakang
Saat ini ketersediaan energi dunia terutama minyak bumi semakin menipis. Kondisi ini
menuntut kita untuk mencari energi alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Beberapa alternatif pengganti minyak bumi antara lain energi angin, air, nuklir, biomassa, dan
cahaya Matahari. Energi Matahari adalah salah satu alternatif yang tidak polutif, dan mudah
didapatkan.
Energi surya atau Matahari telah dimanfaatkan di berbagai belahan dunia, jika
dieksploitasi dengan tepat energi ini berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi
energi dunia saat ini dalam waktu yang lebih lama. Energi Matahari dapat digunakan untuk
memproduksi listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan.
Prinsip kerja pemanas air energi surya jenis pelat datar adalah sebagai berikut : energi
surya memanasi kolektor sehingga air dalam pipa kolektor menjadi panas, air yang panas ini
mempunyai massa jenis yang lebih kecil dari air yang lebih dingin di sekitarnya sehingga
bagian air yang panas ini merambat ke bagian atas kolektor, masuk dalam tangki penyimpanan
di bagian atas tangki penyimpanan dan mendesak air dalam tangki penyimpanan yang lebih
dingin ke bagian bawah tangki penyimpanan. Air dingin yang terdesak ini selanjutnya akan
keluar dari tangki penyimpanan dan melalui pipa aliran air dingin masuk kolektor dari bagian
bawah kolektor. Karena sirkulasi air panas dari kolektor ke tangki penyimpan dan air dingin
dari tangki penyimpan ke kolektor terjadi tanpa bantuan pompa maka sirkulasi ini disebut
sirkulasi natural atau yang lebih dikenal sebagai prinsip thermosyphon. Air dingin yang masuk
kolektor akan dipanasi lagi dengan energi surya yang diterima kolektor. Karena temperatur air
dalam kolektor lebih tinggi dari temperatur air yang ada dalam tangki penyimpan maka
sirkulasi natural akan terus berlangsung selama kolektor menerima energi surya dan akibatnya
air dalam tangki penyimpan makin lama makin panas. Temperatur yang dapat dicapai air dalam
tangki penyimpan tergantung pada energi surya yang diterima kolektor, luas kolektor,
banyaknya air, dan kualitas bahan isolasi tangki penyimpan (umumnya air dalam tangki
penyimpan dapat mencapai temperatur 60oC sampai 80oC). Jika air panas dalam tangki
penyimpan akan digunakan maka kran pengeluaran air panas dibuka, sehingga air panas dalam
tangki penyimpan keluar. Karena antara tangki penyimpan dan tangki penyuplai terhubung
dengan pipa aliran air penyuplai maka air dalam tangki penyuplai akan masuk ke dalam tangki
penyimpan melalui bagian bawah tangki penyimpan dan mendesak air panas dalam tangki
penyimpan ke atas dan keluar melalui kran pengeluaran air panas. Penempatan kran
pengeluaran air panas harus pada bagian atas tangki penyimpan karena air terpanas dalam
tangki penyimpan selalu berada pada bagian atas (air terpanas mempunyai massa jenis terkecil)
sementara penempatan saluran pipa aliran air penyuplai ditempatkan pada bagian bawah tangki
penyimpan agar air penyuplai yang bertemperatur lebih rendah tidak teraduk dengan air
terpanas yang ada di dalam tangki penyimpan. Kolektor merupakan bagian pada pemanas air
yang menerima energi surya. Berikut gambar dan bagian-bagian kolektor pemanas air dengan
termosifon :
a
c e
b
d
f
Keterangan: a. Tangkipenyimpan d. Isolator dari papan
e. Selang penyalur air dingin
b. Penutup dari kaca f. Rangka kolektor dan tangki
penyimpan
c. Selang penyalur air panas
Setelah melalui tahap pre-treatment, air laut disalurkan ke membran RO dengan pompa
yang bertekanan tinggi sekitar 55 dan 85 bar, tergantung dari suhu dan kadar garamnya. Air yang
keluar dari membran RO ini berupa air tawar dan air yang berkadar garam tinggi (brine
water). Air tawar selanjutnya dialirkan ke tahapan post treatment untuk diolah kembali agar
sesuai dengan standar yang diinginkan. Sedang brine water dibuang melalui Energy Recovery
Device. Aliran Brine Water ini masih memiliki tekanan yang tinggi. Tekanan yang tinggi ini
dimanfaatkan oleh Energy Recovery Device untuk membantu pompa bertekanan tinggi sehingga
tidak terlalu besar memakan daya listrik. Karenanya desalinasi dengan tekonlogi RO ini
dianggap yang paling rendah konsumsi daya listriknya diantara sistem desalinasi lainnya.
3. Penukaran Ion
a. Resin penukar ion umumnya terbuat dari polimer yang tidak mudah larut
memiliki sisi pertukaran ion dengan jumlah yang banyak.
b. Ion didalam larutan berpindah menuju resin penukar ion akibat adanya perbedaan
densitas muatan related (muatan per volume terhidrasi)
c. Jika ion dipertukarkan berupa kation. Maka resin tersebut dinamakan resin
penukar kation. Dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersbut
dinamakan penukaran anion.
d. Ion bermuatan positif (seperti kalsium dan magnesium) dihilangkan oleh resin
kation dengan mempertukarkan ion H+. sedangkan untuk ion bermuatan negative
(seperti sulfat dan kllorida) dipertukarkan dengan ion OH oleh resin anion.
e. Proses desalinasi ini dilakukan menggunakan pertukaran anion
f. OH yang dilepaskan oleh resin akan berkaitan membentuk senyawa H2O.
Sumber :
http://digilib.unila.ac.id/1300/7/BAB%20I.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/142009-ID-none.pdf
https://repository.usd.ac.id/29942/2/055214075_Full%5B1%5D.pdf
https://www.slideshare.net/noussevarenna/teknik-penyehatan-desalinasi-air-laut-
ppt
http://sanfordlegenda.blogspot.com/2012/11/Desalinasi-mengolah-air-laut-
menjadi-air-tawar.html