Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR UAP AIR TERHADAP ALIRAN

ENERGI YANG DI HASILKAN PEMBANGKIT DI PT. SARULLA


OPERATION LTD

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi

Oleh :

DAHNIL NURHADIAN
11750514735

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU PEKANBARU
2019
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. I-1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... I-1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. I-2
1.3 Tujuan .................................................................................................... I-2
1.4 Batasan Masalah..................................................................................... I-2
BAB II SASARAN DAN MANFAAT ....................................................II-1
2.1 Sasaran ..................................................................................................II-1
2.2 Manfaat .................................................................................................II-2
BAB III PT. SARULLA OPERATION LTD.................................... III-1
3.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ........................................................... III-1
3.2 Visi dan Misi Perusahaan .................................................................... III-3
3.3 Struktur Organisasi Perusahaan .......................................................... III-3
3.4 Tugas dan Fungsi Masing-Masing Bagian .......................................... III-3
BAB IV TEORI............................................................................................ IV-1
4.1 Pengertian PLTPB ............................................................................... IV-1
4.2 Komponen pada PLTPB ..................................................................... IV-1
4.3 Prinsip Kerja PLTPB .......................................................................... IV-2
BAB V LANGKAH KERJA .................................................................... V-1
5.1 Pengenalan Perusahaan ........................................................................ V-1
5.2 Survei Lapangan................................................................................... V-1
5.3 Studi Literatur ...................................................................................... V-1
5.4 Pengumpulan Data ............................................................................... V-1
5.5 Penyusunan Laporan ............................................................................ V-2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

Latar Belakang

1.1 Latar belakang


Sumber energi saat ini memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan, energi sudah menjadi kebutuhan hidup manusia tanpa energi
aktivitas terhambat dan lumpuh. Popilasi manusia terus miningkat
kebutuhan energi juga semakin meningkat , tidak hanya itu di era revolusi
industri 4.0 kebutuhan energi juga semakin meningkat. Revolusi industri 4.0
juga menyebabkan kegiatan eksplor energi fosil secara besar-besaran.
Aktivitas industri ini mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang berdampak
dengan bumi yang menyebabkan pemanasan global. Mengingat hal tersebut
maka di kembangkangkan energi baru yang ramah lingkungan yang
mengurangi efek dari gas rumah kaca tersebut. Salah satunya adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Indonesia adalah negara yang
memiliki potensi panas bumi yang cukup banyak, melihat hal itu
pengembangan PLTB terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik
Nasional. Atas dasar alasan ini pengembangan alat dan teknis harus
dilakukan untuk menciptakan teknologi yang efesien dan efektif, sama
halnya di PT. Sarulla Operation Ltd yang merupakan PLTPB dengan
potensi yang besar dengan kapasitas terbesar yang ada di Indonesia.
Untuk saat ini dan masa yang akan datang, pemenuhan kebutuhan
energi nasional energi terbarukan terus dikembangkan mengingat kesediaan
bahan bakar fosil semakin sedikit, sudah menjadi keharusan energi
terbarukan dijadikan alternatif. Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang
semakin besar maka dibutuhkan juga pemasok listrik yang besar dan handal.
Pembangkitan energi listrik dihasilkan oleh sebuah generator. Generator
merupakan mesin listrik yang mengkonversikan energi mekanik menjadi
energi listrik dengan menggunakan prinsip induksi elektromagnetik. Sistem
kerja generator untuk menghasilkan energi listrik terjadi pada saat rotor
berputar dan memotong medan magnet sehingga terjadi induksi/gaya gerak
listrik yang kemudian di konversikan dalam bentuk pergerakan elektron,
setiap sudut coil atau kumpuran akan membentuk muatan listrik positif dan
negatif. Pada satu putaran penuh di hasilkan satu sinyal sinus penuh dari
proses tersebut dihasilkan muatan listrik AC.
PT. Sarulla Operation Ltd memiliki 3 unit terpasang dengan
kapasitas 3x110 MW, yang mana dari 65 MW uap sumur dapat
menghasilkan listrik kapasitas terpasang 110 MW. PT. Sarulla Operation
Ltd memiliki 3 unit pembangkit yaitu silangkitang, Namora I-Langit unit 1
dan Namora I-langit unit 2 dangan masing-masing kapasitas terpasang 110
MW. Pembangkit ini menyuplai kebutuhan energi listrik di Kabupaten
Tapanuli Utara bekerja sama dengan PLN untuk pendistribusiannya.

Pada pembangkit PLTPB untuk menggerakan generator rotor di


sambungkan ke turbin yang di gerakkan dari uap, uap masuk ke dalam
turbin sehingga terjadi konversi energi dari energi kalor yang terkandung
dalam uap menjadi energi kinetik yang diterima oleh sudu-sudu turbin.
Turbin yang di kopel dengan generator akan menyebabkan generator
berputar saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari energi mekanik
menjadi energi listrik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih


dalam mengenai cara kerja turbin, generator dan temperatur uap air terhadap
energi listrik yang di hasilkan oleh pembangkit PLTPB PT. Sarulla
Operation Ltd. Adapun judul yang diajukan untuk laporan kerja praktek
yang akan di angkat “Analisis Pengaruh Temperatur Uap Air Terhadap
Aliran Energi Yang Di Hasilkan Pembangkit Di Pt. Sarulla Operation Ltd”.

2.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem untuk menjaga kestabilan temperatur uap ?
2. Bagaimana pengaruh temperatur uap terhadap turbin dan energi listrik yang
dihasilkan?
3. Apa masalah yang sering terjadi terhadap temperatur alam yang berubah-
ubah?
3.1 Tujuan masalah
1. Menganalisis sistem kerja sirkulasi uap terhadap turbin
2. Menganalisis energi yang dihasilkan terhadap temperatur uap air
3. Mengetahui solusi terhadap temperatur alam yang berubah-ubah
BAB II
SASARAN DAN MANFAAT

2.1. Sasaran
2.1.1. Bagi Mahasiswa
Sasaran kerja praktek ini bagi mahasiswa antara lain adalah :
a. Dapat memahami berbagai aspek perusahaan seperti: aspek teknik,
organisasi, ekonomi, persediaan dan sebagainya.
b. Mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesinya setelah
menamatkan pendidikan di Jurusan Teknik Elektro.
c. Mahasiswa mengenal dan mempelajari tingkah laku (attitude), kemampuan
berkomunikasi (Communication Skill), dan kerjasama (teamwork) yang
diperlukan dalam mengembangkan interpersonal skill (human relation) di
dunia kerja.

2.1.2. Bagi Jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau


Sasaran kerja praktek bagi jurusan Teknik Elektro UIN Suska Riau antara lain
adalah :
a. Sebagai salah satu alat evaluasi terhadap kurikulum yang berlaku
b. Menjalin komunikasi produktif antara jurusan Teknik Elektro UIN Suska
Riau degnan dunia kerja
c. Menjalin kerja sama perusahaan dengan jurusan Teknik Elektro UIN Suska
Riau.

2.1.3. Bagi Institusi Tempat Kerja Praktek (KP)


Sasaran kerja praktek bagi institusi tempat kerja praktek antara lain adalah :
a. Sebagai sumbangan perusahaan dalam memajukan pembangunan di bidang
pendidikan.
b. Memberi peluang pada perusahaan dalam merekrut pegawai yang sesuai
dengan tuntutan, secara efektif dan efisien
c. Laporan kerja praktek dapat di jadikan bahan usulan atau masukan dalam
pemecahan masalah-masalah di perusahaan
d. Dapat melihat keadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa yang
melakukan kerja praktek.

2.2. Manfaat
Adapun Pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan memberi beberapa manfaat
sebagai berikut:
a. Mahasiwa dapat megaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang di peroleh di
bangku perkuliahan.
b. Mampu menganalisa permasalahan yang terjadi dan mencari penyelesaian
masalah untuk perbaikan.
c. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai dunia perusahaan.
d. Memperoleh pengalaman mengenai kondisi kerja sehingga mampu beradaptasi
dengan dunia kerja.
BAB III
PT. SARULLA OPERATION LIMITED

3.1 Profil Perusahaan


3.1.1 Sejarah Singkat PT. Sarulla Operation Limited
Sarulla Operations Ltd. (SOL) adalah perusahaan konsorsium yang didirikan
dibawah Hukum Kepulauan Cayman pada 9 Oktober 2007, merupakan sebuah
perusahaan yang beroperasi untuk pengembangan sumber daya panas bumi,
konstruksi dan pengoperasian fasilitas dari Sarulla Geothermal Power Project
(GPP) atau yang bisa disebut dengan Proyek PLTP Sarulla. Proyek ini menjadi
bagian dari program pembangunan listrik pemerintah Indonesia untuk memasok
ketersediaan listrik bagi masyarakat khususnya di Pulau Sumatera. PLTP Sarulla
berada dalam wilayah kerja panas bumi (WKP) Gunung Sibual-buali, Kecamatan
Pahae Julu dan Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi
Sumatera Utara merupakan pembangkit listrik terbesar di dunia dalam satu proyek
(theworld’s largest single-contract geothermal power plant).

Proyek yang memanfaatkan uap dan air garam yang diambil dari lapangan
panas bumi ini membangun 3 unit pembangkit listrik yakni unit Silangkitang (SIL)
berkekuatan 1x110 MW dan unit Namora-I-Langit (NIL) berkekuatan 2x110 MW.
Dengan demikian, kapasitas pengembangan Sarulla GPP ini berjumlah 330 MW.
Eksplorasi PLTP Sarulla dimulai sejak tahun 1993 melalui proyek UNOCAL
SUMATERA UTARA (UNOCAL) yang memegang hak eksplorasi Sarulla
dibawah skema Kontrak Operasi Bersama atau Joint Operating Contract (JOC)
dengan Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang memegang hak untuk menjual
listrik ke PLN dibawah ESC (Energy Sales Contrat). Namun proyek ini terhenti
pada tahun 1998 karena adanya Krisis Keuangan Asia yang menyebabkan
UNOCAL menjual hak eksplorasi PLTP Sarulla ini kembali kepada PLN.

Tahun 2004, PLN membuat skema Independent Power Producers (IPP) bagi
sektor swasta untuk ikut serta dalam mengembangkan proyek panas bumi ini. Dari
forum ini, dimenangkan oleh PT Medco Power Indonesia (Medco), Itochu
Corporation (Itochu), dan Ormat International Inc. sehingga ketiganya secara resmi
menjadi sebuah konsorsium pengembang. Pada Desember 2007, PLN, PGE
bersama konsorsium menandatangani amandemen pertama ESC/JOC dengan
kesepakatan bahwa konsorsium harus membayar US$ 70 Juta kepada PLN pada
saat penutupan laporan keuangan. Amandemen pertama ini pun memuat pasal-
pasal, hak dan kewajiban konsorsium selama menangani pengembangan proyek,
terutama dalam alur keuangan.

Kyushu Electric Power Co. Inc. (Kyushu) bergabung dengan konsorsium


pengembangan PLTP Sarulla pada tahun 2008. Bergabungnya Kyushu dalam
proyek PLTP Sarulla ini disebabkan adanya krisis keuangan dunia yang disebut
dengan “Lehman Shock”, sehingga kebijakan dan pengaturan tarif pada konsorsium
sebelumnya harus disesuaikan. Maka ditetapkan konsorsium SOL baru dengan
rincian kepemilikan saham yakni Medco (27,5%), Itochu (25%), Kyushu (25%),
Ormat (12,5%). Penandatanganan dan penyerahan amandemen kedua ESC/JOC
PLTP Sarulla dilakukan pada 4 April 2013 oleh PLN dan PGE yang memuat
kontrak pengembangan energi panas bumi dengan jangka waktu kontrak 30 tahun
dengan PT PLN (Persero) sebagai badan usaha umum milik pemerintah Indonesia.
Selain itu diserahkan pula Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU) dari Menteri
Keuangan kepada konsorsium Sarulla Operations Limited (SOL) dengan total
investasi sebesar US$ 1,5 milyar yang berasal dari pinjaman Bank for International
Corporation (JBIC), Asian Development Bank (ADB), Bank of Tokyo-Mitsubishi
UFJ, ING Bank, Sosiete Generale, Mizuho Bank, Sumitomo Mitsui Banking
Corporation dan National Australia Bank. Untuk mendukung perkembangan
usahanya, Sarulla Operations Ltd sebagai sebuah perusahaan operasi dari Sarulla
GPP memiliki visi dan misi dalam mencapai tujuan perusahaannya.

3.2 Visi dan Misi PT. Sarulla Operation Ltd.


3.2.1 Visi
1. Menjadi perusahaan geothermal terbesar di Indonesia yang ramah
lingkungan dan profesional dalam menjalankan bisnisnya.
2. Menjadi perusahaan yang berkomitmen pada kelestarian lingkungan dan
alam sekitar.

3.2.2 Misi
1. Menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan sehingga dapat
mendukung program listrik nasional dan bermanfaat bagi seluruh
masyarakat.
2. Mampu memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia secara berkesinambungan.
3. Memiliki keterbukaan dan intefritas dalam menjalankan bisnis.
4. Senantiasa memeperbaiki diri untuk mencapai kemakmuran bersama.
5. Meskipun belum lama dirintis, Sarulla Operations Ltd. telah mengukir
prestasi diantaranya:
a. KKOB Terbaik pada Pertambangan Award yang diadakan oleh
Subdit Fasilitas Pertambangan Direktorat Fasilitas Kepabeanan
(DJBO) – 2016.
b. Trade Finance Awards 2014.
c. Apresiasi dari Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara.
d. Best Nett I pada PLN Charity Golf Tournament 2011.
e. Winner of Asia Pacific Power pada IJ Global Asia Pacific Award
2014.

3.3 Struktur Organisasi

Consortium

Chief Executive

Corporate Secretary
& Legal Counsel

Chief Operating Chief Administrative Chief Financial

HSEManager Technical Manager HR & GA Manager Finance & Accounting


manager

3.4 Tugas dan Fungsi Masing-Masing Bagian


3.4.1 Consortium
Konsorsium merupakan gabungan dari dua atau lebih perusahaan bersama
dengan bank atau lembaga keuangan dalam membiayai suatu proyek. Tugasnya
ialah memberikan dukungan dana sebagai modal awal untuk suatu proyek yang
akan atau sedang berlangsung. Ketika suatu proyek sudah selesai dibangun, maka
perusahaan jembatan antara konsorsium dan pengelola proyek akan berangsur-
angsur mengembalikan modal awal kepada konsorsium berdasarkan modal yang
didapat. Perusahaan pengelola juga senantiasa memberikan laporan keuangan
secara periodik kepada konsorsium sebagai pertanggungjawaban atas modal yang
diberikan untuk pembangunan suatu proyek/perusahaan.
3.4.2 Board of Directors
Board of Director memiliki tugas dan wewenang untuk menjalankan dan
mengawasi visi, misi dan rencana-rencana strategis perusahaan. Sarulla Operations
Limited sebagai suatu badan usaha yang memiliki visi, misi serta rencana strategis
memiliki susunan direktur yang membawahi beberapa bidang yang dapat di
jabarkan sebagai berikut:
a. Chief Executive Officer (CEO)
Dikepalai oleh satu orang dan bertugas untuk mengurus dan mengelola
perushaaan sesuai dengan visi, misi dan rencana strategis perusahaan, memilih,
menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian, hingga
menyampaikan laporan kepada pemangku kepentingan seperti pihak investor
atas kinerja perusahaan. CEO juga bertanggungjawab untuk melaporkan
laporan keuangan, aktivitas dan pencapaian perusahaan kepada konsorsium
dan juga kepada negara.
b. Chief Operating Officer (COO)
Seorang COO bertugas untuk mengelola pelaksanaan bisnis khususnya
dalam bidang external di lapangan. Hal ini terkait dengan perannya untuk
memimpin kegiatan operasional perusahaan. Dalam hal pelaporan kinerjanya,
COO melaporkan langsung kepada CEO.
c. Chief Administrative Officer (CAO)
Seorang CAO bertugas untuk mengawasi kegiatan administrasi
perusahaan sehari-hari termasuk dalam mengelola dan merancang kebijakan-
kebijakan berusahaan bersama dengan jajaran direktur. Dalam pelaporan
kinerjanya bersama dengan stafnya, CAO bertanggungjawab langsung kepada
CEO.
d. Chief Financial Officer (CFO)
Sesuai dengan jabatannya, seorang CFO bertanggung jawab untuk
mengelola keuangan perusahaan yang meliputi merencanakan anggaran,
pelaporan dan mengelola resiko yang terjadi. CFO bertanggungjawab langsung
kepada CEO terkait dengan kinerja divisinya.
3.4.3 Corporate Secretary & Legal Counsel
Corporate secretary atau sekretaris perusahaan merupakan suatu tim atau
orang yang bertangungjawab langsung kepada CEO dan membina hubungan
dengan pihak ekstenal perusahaan seperti investor, pemerintah dan pemangku
kepentingan. Legal Counsel atau konsultan hukum di sebuah perusahaan bertugas
untuk memberikan pendapat ataupun pertimbangan-pertimbangan hukum yang
tepat serta solusi akan sebuah permasalahan. Namun dilain pihak juga berfungsi
untuk mengolah dokumen perusahaan yang berupa perjanjian kerjasama yang
berada dibawah naungan hukum, membuat permintaan, penawaran dan negosiasi
harga hingga pada pemeriksaan dokumen-dokumen perjanjian beserta
memonitoring validitasnya.
3.4.4 Technical Manager
Technical manager dikepalai oleh Chief Operating Officer yang merupakan
pimpinan dalam mengawasi pelaksanaan kerja suatu bidang usaha. Dalam hal ini,
technical manager bertanggung jawab untuk membuat rencana kerja dan anggaran
yang dibutuhkan, mengendalikan dan memonitor kegiatan suatu proyek,
membangun dan menjalin kerjasama baik dengan internal maupun eksternal
perusahaan, mampu menentukan alternatif dalam pencapaian target serta bekerja
sama dengan pihak-pihak terkait untuk menjaga keselamatan serta lingkungan
kerja.
3.4.5 Health Safety and Environment Manager (HSE)
Health Safety and Environment Manager (HSE) dikepalai oleh seorang Chief
Operating Officer dan bertanggung jawab pula kepada Chief Executive Officer
yang secara khusus menangani kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di lingkungan
perusahaan. Tugas utamanya yakni untuk menganalisis, mengelola dan
melaksanakan program K3 perusahaan agar tercipta keamanan dan keselamatan di
lingkungan kerja khususnya pada proyek yang beresiko tinggi. Dengan demikian,
seorang HSE Manager juga harus cermat dalam mengelola kebijakan-kebijakan
yang telah disesuaikan oleh undang-undang yang berlaku. Selain itu, HSE Manager
bersama dengan stafnya juga bersama-sama menyusun jadwal kerja HSE inspector
untuk memastikan tersedianya man power sesuai kebutuhan.
3.4.6 Human Resource & General Affair (HR & GA) Manager
Human Resource & General Affair (HR & GA) Manager bertugas untuk
mengelola sumber daya manusia di suatu perusahaan, yang meliputi perekrutan,
pelatihan, pemberian motivasi hingga kepada pengurusan asuransi kerja maupun
kesehatan kepada karyawan. Selain itu juga bertugas untuk memberikan pelayanan
dan memonitor hal-hal yang terkait dengan rumah tangga perusahaan yang meliputi
pengurusan kendaraan dinas, penanganan kebersihan dan keamanan, ketersediaan
alat tulis kantor, hingga pada pelaksanaan acara khusus dan tamu VVIP.

3.4.7 Finance Manager


Finance manager dikepalai oleh seorang Chief Financial Officer yang
mengemban tugas untuk mengelola keuangan perusahaan baik dari sisi penerimaan
maupun pengeluaran. Selain mengelola keuangan, finance manager juga mengelola
laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemangku
kepentingan dan juga kepada negara.
BAB IV

TEORI

4.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPb) adalah pembangkit listrik


yang memanfaatkan panas bumi sebagai energi penggerak generator untuk
menghasilkan listrik. Tenaga panas bumi merupakan sumber energi yang dapat
diperbaharui dan juga sebagai salah satu sumber energi paling ramah lingkungan.
Indonesia memiliki potensi panas bumi yang besar dikarenakan letak geografi
Indonesia yang berada wilayah cincin api gunung volkanik (the ring of fire).
Diperkirakan Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 28.91 GW yang
tersebar di 312 lokasi di beberapa pulau seperti Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera,
dan Nusa Tenggara (Nugroho A. P., 2018). Setiap lokasi panas bumi yang berbeda
memiliki karakteristik termodinamika dan kimia yang berbeda pula. Faktor tersebut
akan mempengaruhi sistem konversi energi pada pembangkit listrik. Beberapa jenis
sistem konversi energi pada pembangkit listrik panas bumi yang paling umum
digunakan di seluruh dunia berdasarkan total kapasitas pembangkit yang terpasang
yaitu: pembangkit single flash 42%, dry steam 26%, double flash 23%, binary 3.9%,
kombinasi pembangkit flash dan binary 3.8%, triple flash 1%, dan hybrid 0.06%
(DiPippo, 2008).

Energi panas bumi (geothermal) adalah energi panas yang tersimpan dalam
cela-cela batuan atau fluida yang terkandung di bawah permukaan bumi. Energi
panas bumi ini dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan mengurangi
konsumsi bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menipis. Hasil produksi
dari panas bumi dapat berupa uap kering (superheated steam), uap jenuh (saturated
steam), dua fasa (brine), atau air panas.
Sumber panas bumi di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik tenaga panas bumi adalah fluida dua fasa (brine) dengan dominasi cair.
Kandungan utama brine adalah larutan NaCl sebesar 80% dan kalium, kalsium,
silika, dan nikarbonat yang merupakan unsur utama lainnya. Energi panas ini akan
di manfaatkan sebagai pemanas air yang di injeksikan kedalamnya dan
menghasilkan uap bertekanan super tinggi. Uap yang di hasilkan berupa uap basah
maka akan di pisahkan terlebih dahulu pada separator antara uap kering dan zat
lainnya. Setelah itu uap kering akan di arahkan menggerakkan turbin lalu di
sambungkan ke generator dan di ubah menjadi energi listrik. Hasil dari proses pada
separator berupa air panas atau brine akan di injeksikan kembali kedalam sumur.
4.2 Proses Energi Menurut Hukum Termodinamika I

Aliran massa pada setiap komponen dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan 1 berikut:

Kondisi sistem yang diasumsikan pada keadaan tunak maka perubahan aliran
massa persatuan waktu diasumsikan bernilai nol sehingga aliran massa yang masuk
sama dengan aliran massa keluar. Perhitungan kesetimbangan energi pada setiap
komponen-komponen penyusun pembangkit listrik dapat dianalisis dengan
menggunakan Hukum Termodinamika I, yaitu:

Q : perpindahan kalor dari/ke sistem (kW)


W : daya yang dihasilkan atau digunakan (kW)
ṁ : aliran massa (kg/s)
h : spesifik entalpi (kJ/kg)
v : kecepatan aliran fluida (m/s)
g : konstanta gravitasi (m/s2)
z : ketinggian (m)

4.3 Siklus Energi Dari Pembangkit

Pembangkit listrik tenaga panas bumi merupakan pembangkit listrik yang


memanfaatkan energi panas yang berasal dari inti bumi. Karena energi panas
dari bumi berasal dari alam maka potensinya memiliki karakteristik yang
berbeda tergantung dengan lokasi panas bumi berada. Oleh karena itu sistem
konversi energi pada pembangkit listrik juga akan berbeda sesuai dengan
karakteristik panas bumi tersebut. Berikut ini merupakan beberapa jenis sistem
konversi energi pada umumnya:
4.3.1 Single Flash

Pembangkit listrik dengan tipe single flash ini merupakan pembangkit


listrik yang paling umum digunakan dikarenakan konstruksi yang sederhana.
Single flash digunakan ketika sumber energi panas bumi dari dalam sumur
berwujud dominasi air atau merupakan campuran uap dan brine. Dengan siklus
sistem konversi energi yang dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1 Skema single flash condensing system (Nugroho, 2011)


(1) Uap dari sumur akan memasuki separator untuk memisahkan uap
dari brine. (2) Uap kering dari separatorselanjutnya akan memasuki turbin.
Turbin kemudian akan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
Pada PLTP single flash condensing system, (3) uap yang keluar dari turbin akan
memasuki kondensor dan, (4) air sisa kondensasi akan diinjeksikan ke menara
pendingin. Sedangkan, single flash back pressure tidak menggunakan
kondensor sehingga uap yang keluar dari turbin langsung dilepaskan ke
atmosfer atau dikembalikan ke pembangkit listrik untuk kepentingan
lainnya.Sedangkan, sisa brine akan diinjeksikan kembali ke reservoir (5).
Berdasarkan jenis turbin yang digunakan, single flash dibagi menjadi dua jenis
yaitu single flash condensing system dan single flash back pressure system.
4.3.2 Double flash

Menurut Swandaru & Pàlsson (2010), pembangkit listrik sistem ini


merupakan modifikasi dari pembangkit listrik single flash. pada kondisi yang sama
penggunaan sistem ini dapat menghasilkan daya yang lebih besar dari pembangkit
listrik single flash. Dengan siklus sistem konversi energi yang dapat dilihat pada
Gambar 1 dibawah ini:

Gambar 2 Skema pembangkit listrik double flash (Nugroho, 2011)

(1) Sumber energi dari sumur akan memasuki HPS atau high pressure
separator, (2) kemudian uap kering yang telah terpisah dari brine akan
memasuki HPT atau high pressure turbine. (3) sedangkan brine keluaran
separator, (4) akan dialirkan menuju LPS atau low pressure separator. (5) Pada
pembangkit double flash, uap hasil ekspansi dari turbin single flash (6) bersama
dengan uap keluaran dari LPS, (7) akan memasuki LPT atau low pressure
turbine. (8) Uap keluaran LPT akan memasuki kondensor untuk didinginkan
dan, (9) air sisa kondensasi akan dialirkan menuju menara pendingin.
4.3.3 Binary ( Siklus Biner)
Seperti pembangkit listrik pada umumnya, pembangkit listrik siklus biner
juga menggunakan sumber energi dari panas bumi namun pada pembangkit siklus
biner, temperature sumber panas bumi tergolong rendah. Berdasarkan klasifikasi
(Sanyal, 2005) pembangkit listrik siklus biner sesuai untuk suhu reservoir sama

dengan atau lebih rendah dari 190oC. Pembangkit listrik siklus biner merupakan
sistem tertutup yang menggunakan senyawa organik sebagai fluida kerja kedua
yang akan dipanaskan oleh panas bumi bersuhu rendah.

Prinsip kerja siklus biner adalah panas dari sumur akan di arahkan menuju
heat exchanger lalu panas dari sumur itu akan memanaskan air yang ada heat
exchanger dan mengubah fasa air menjadi uap bertekanan. Uap akan di alirkan
menuju turbin dan menggerakkannya. Uap yang melewati turbin akan di
kondensasikan di kondensor dan cooling tower lalu di gunakan lagi pada heat
exchanger. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 3.

Gambar 3 Skema sederhana pembangkit listrik siklus biner

4.3.4 Hybrid Power Plants atau Combine Cycle

Pembangkit listrik hybrid merupakan pembangkit listrik yang


menggabungkan beberapa sistem konversi energi berbeda seperti pembangkit
listrik menggunakan sistem single flash dikombinasikan dengan pembangkit
listrik siklus biner utilisasi uap hasil ekspansi turbin dan siklus biner dengan
utilisasi brine. Konfigurasi pembangkit listrik ini dapat menggunakan single
flash atau double flash dengan sistem biner atau jenis konversi energi lainnya
tergantung pada besarnya entalpi sumber panas bumi (Mwagomba, 2013).
Prinsip kerjan sistem hybrid adalah uap panas yang di injeksikan kedalam
sumur akan masuk ke separator untuk di pisahkan air dan uap keringnya. Uap kering
akan menuju ke turbin pertama dan memutarnya, setelah melewati turbin uap panas
akan di manfaatkan lagi namun bukan tekanan uapnya namun panas yang di bawa
oleh uap tersebut dengan menggunakan heat exchanger vaporizer dan tekanan uap
akan bertambah namun lebih rendah dari tekanan uap awal dan di arahkan menuju
turbin kedua dan uapnya akan di kondensasikan oleh kondensor dan cooling tower
dan di injeksikan kembali ke sumur. Untuk air yang ada di separator pada awal kerja
sistem akan di arahkan ke heat exchanger vaporizer dan uapnya akan di arahkan ke
turbin namun dengan tekanan uap yang lebih rendah. Uap dari turbin akan di
kondensasikan oleh kondensor dan cooling tower dan di injeksikan kembali
kedalam sumur. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.
Salah satu contoh skema sistem konversi energi jenis hybrid dapat dilihat
pada Gambar 4:

Gambar 9 Skema pembangkit listrik hybrid (Nugroho, 2011)


4.4 Sifat Termodinamika
Sistem termodinamika merupakan sistem yang memperhartikan antara
sistem itu sendiri dengan lingkungan berdasarkan perpindahan materi, perpindahan
kalor dan entropi. Dari batasan ini terbentuk beberapa jenis sistem, yaitu:

1. Terbuka
Karakteristik sistem terbuka adalah adanya perpindahan aliran
massa dan energi dari sistem ke lingkungan atau lingkungan ke sistem.
2. Tertutup
Karakteristik sistem tertutup adalah adanya perpindahan aliran
energi antara sistem dengan lingkungan, namun aliran massa tidak dapat
melewati batas antara sistem dan lingkungannya.
3. Adiyabatik
Karakteristik sistem adiyabatik/terisolasi adalah aliran energi dan
massa antara sistem dan lingkungan dapat terjadi.

Dari ketiga sistem terbentuk sifat sistem yang terbagi menjadi 2, yaitu
ekstensif dan intensif.
a). Ekstensif
Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung pada jumlah zat dengan arti
bahwa zat tertentu akan lebih terlihat atau tampak jika jumlah partikel zatnya
lebih besar seperti mol, volume, massa dan lain-lain.
Us : Energi dalam = U1+U2+U3+.......Un
Vs : Volume sistem = V1+V2+V3+.......Vn
Ms : Massa sistem = M1+M2+M3+.....Mn
b). Intensif
sifat instensif adalah kebalikan dari sifat ekstensif yaitu tidak tergantung
pada jumlah zat sehingga zat tersebut akan terlihat walaupun jumlah
partikelnya sangat sedikit contohnya warna, bau, rasa, titik didih, titik lebih dan
lainnya.
Ps : Tekanan sistem = P1=P2=P3=.....Pn
Ts : Temperatur sistem = T1=T2=T3=.....Tn
4.4.1 Volume Atur
Dari sistem termodinamika terdapat volume atur yang merupakan volume
dalam ruang (sistem) yang diselidiki yang di batasi oleh permukaan atur. Ukuran
dan bentuk volume atur dapat di pilih dan di defenisikan berdasarkan pada
kebutuhan analisis. Tetapi yang lazim di temui adalah volume atur yang bentuk,
ukuran, dan kedudukannya tetap terhadap satu sumbu acuan.
Pada sistem terbuka terjadi perpindahan aliran massa keluar dan masuk dari
volume atur. Selama selang waktu ∆t , massa ∆m1 masuk ke volume atur dan massa
∆m0 meninggalkan volume atur. Jika massa dalam volume atur pada waktu t adalah
m(t) dan massa dalam volume atur setelah waktu t + ∆t adalah m( t + ∆t), menurut
kekekalan massa :
m(t) + ∆m1 = m(t + ∆t) + ∆m0
atau
∆m1 - ∆m0 = m(t + ∆t) – m(t) (1.1)
Persamaan (1.1) menyatakan bahwa aliran massa neto masuk volume atur
selama selang waktu ∆t sama dengan kenaikan massa dalam volume atur selama
selang waktu ∆t, atau
m(t +∆t) – m(t) + ∆m0 - ∆m1 = 0
∆t ∆t ∆t (1.2)
persamaan (1.2) di gunakan untuk mencari laju purata perubahan massa.

Gambar 9. Aliran massa 1 dimensi


4.4.2 Kekekalan Energi untuk Volume Atur
Persamaan hukum pertama yaitu,
E1 – E2 = Q – W
Laju perpindahan kalor dalam selang waktu ∆t
Q = E2 – E1 + W
∆t ∆t ∆t (1.3)
E1 – E2 adalah perubahan energi sistem yang memperlihatkan volume atur
yang mempunyai massa tetap m yang mengisi daerah pada waktu yang berbeda,
yaitu waktu t dan t + ∆t. Jika E(t) adalah energi saat volume atur pada saat t, maka
E(t+∆t) adalah energi dalam volume atur pada selang waktu t +∆t.

Gambar 10. Merupakan persamaan kekekalan energi dalam volume atur

Persamaan kekekalan energi dalam volume atur. Bila tidak ada aliran massa
masuk atau keluar volume atur persamaan menjadi
Q = dE +W
dt

4.5 Fluida Zat Kerja PLTPb

Temperatur setiap sumber energi panas bumi berbeda-beda pada setiap lokasi
sehingga jenis fluida kerja yang digunakan akan berbeda-beda sesuai dengan potensi
temperatur panas bumi tersebut. Pemilihan jenis fluida kerja yang tepat untuk
pemanfaatan uap pada pembangkit listrik siklus biner memerlukan pertimbangan
dalam beberapa faktor. Menurut DiPippo (2008) pemilihan fluida pada pembangkit
listrik siklus biner dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa parameter
yaitu: suhu kritikal (critical temperature) fluida kerja, tekanan kritikal (critical
pressure), kadar racun (toxicity), sifat mudah terbakar (flammability), potensi
penipisan ozon (ozone depletion potential), dan potensi pemanasan global.

Beberapa jenis fluida yang dapat digunakan sebagai alternatif fluida kerja
pada pembangkit listrik siklus biner, beberapa fluida tersebut telah dikelompokkan
berdasarkan jenis fluidanya dan diseleksi oleh Chen (2010). Dari analisis tersebut
ditemukan bahwa tidak ada fluida spesifik tertentu yang paling baik digunakan
untuk sistem tertentu. Untuk pemilihan fluida terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangan termasuk kondisi reservoir. Namun, fluida kerja dengan massa
jenis dan kalor laten yang tinggi dapat menghasilkan daya turbin yang lebih tinggi.
Selain itu fluida isentropik dan fluida kering direkomendasikan untuk sistem ORC
seperti n-pentane, isobutane, n-butane dan fluida kerja yang memiliki suhu dan
tekanan kritis yang rendah merupakan fluida kerja yang potensial untuk
Supercritical Rankine Cycle. Pada Gambar 10 fluida kerja R-718 (air) dicantumkan
sebagai pembanding dengan fluida lainnya, dapat dilihat pada gambar :

Gambar 10 Jenis - jenis fluida kerja (Chen, 2010)

4.6 Jenis Fluida Kerja

Berdasarkan kemiringan kurva diagram T-s pada kondisi saturasi uap (dT/ds)
seperti pada Gambar 11 hingga Gambar 13, fluida kerja dapat digolongkan menjadi
fluida kering (dry fluid), fluida isentropik, dan fluida basah (wet fluid). Fluida kerja
memiliki nilai dT/ds yang tak terhingga sehingga digunakan kebalikan dari slope
(ds/dT) untuk menggambarkan seberapa kering atau seberapa basah fluida tersebut.
Fluida isentropik atau fluida kering direkomendasikan untuk siklus Rankine
Organik (ORC) untuk mencegah pengerakan (scaling) oleh tetesan cairan pada
baling-baling turbin selama proses ekspansi.

4.6.1 Fluida Kering (Dry Fluid)


Fluida kering adalah fluida kerja yang membentuk slope positif dengan ds/dT
> 0, contohnya pentane. Namun jika fluida terlalu kering maka uap yang terekspansi
dari turbin berada dalam keadaan superheat dimana hal tersebut akan menjadi
energi yang sia-sia atau pemborosan dan menambah beban kerja pada proses
pendinginan di kondensor.

Gambar 13 Diagram T-s fluida kerja kering

Sumber Gambar: Bao dan Zhao (2013)

4.6.2 Fluida Isentropik


Fluida isentropik adalah fluida kerja yang membentuk slope hampir garis
vertikal dengan nilai ds/dT = 0. Fluida isentropik akan tetap berada dalam kondisi
saturasi uap saat proses ekspansi di turbin. Contoh fluida isentropik flourinal 85 dan
R11.

Gambar 12 Diagram T-s fluida kerja isentropik

Sumber Gambar: Bao dan Zhao (2013)


4.6.3 Fluida Basah (Wet Fluid)
Nilai ds/dT < 0 membentuk slope negatif yang menunjukkan bahwa fluida
tersebut merupakan fluida kerja basah. Contoh fluida basah adalah ammonia dan
air.

Gambar 11 Diagram T-s fluida kerja basah

Sumber Gambar: Bao dan Zhao (2013)

4.7 Pengaruh kalor laten, massa jenis, dan kalor jenis


Fluida dengan kalor laten dan massa jenis yang tinggi serta kalor jenis yang
rendah dapat digunakan untuk Siklus Rankine Organik karena fluida dengan kalor
laten dan massa jenis yang tinggi lebih mudah menyerap energi dari sumber energi
panas pada evaporator sehingga mengurangi alur massa yang dibutuhkan.

4.8 Effectiveness of superheating

Superheat dalam jumlah yang banyak digunakan pada Steam Rankine Cycle
untuk meningkatkan efisiensi termal. Namun, penggunaan superheat tidak selalu
meningkatkan efisiensi pada setiap jenis fluida kerja. Untuk penggunaan fluida
kering (dry fluid) penggunaan superheat mengurangi efisiensi siklus dan hal ini
tidak direkomendasikan. Sedangkan untuk penggunaan fluida kerja basah (wet
fluid) penggunaan superheat sangat diperlukan untuk keamanan proses ekspansi
pada turbin dan untuk meningkatkan efisiensi siklus.
4.9 Titik kritikal fluida kerja (Critical points of working fluids)

Kondensasi merupakan salah satu proses yang penting pada siklus


Rankine Organik (ORC). Kondensor pada umumnya dirancang untuk suhu
diatas 300 K, sehingga fluida seperti metana dengan titik didih jauh dibawah
300 K tidak dapat digunakan karena sulit untuk dikondensasi. Selain itu, titik
beku fluida kerja juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan fluida kerja.
Titik beku fluida kerja harus lebih rendah titik beku operasional sistem. Fluida
kerja juga harus dapat bekerja pada kisaran tekanan tertentu yang ditoleransi.
Tekanan yang sangat tinggi memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi
kehandalan mesin dan mempengaruhi peningkatan biaya.

4.10 Tabel Identifikasi Distribusi Hidrotermal Di AS

Resource Class Reservoir No. of Identified Reserves in


Temperature Systems Identified
Systems
Very Low 100°C to < 150°C 134 8,000 MWe
Temperature
Low Temperature 150°C to < 190°C 34 5,500 MWe
Moderate 190° to < 230°C 11 4,300 MWe
Temperature
High Temperature 230°C to < 300°C 7 8,200 MWe
Ultra High 300°C+ 1 2,000 MWe
Temperature
Steam Field 230°C to 240°C 1 1,000 MWe
Total 118 29,000 MWe

Sumber (Sanyal, 2005)


4.11 Diagram Klasifikasi Tekanan-Enthalpy-Suhu untuk Air

Sumber (Sanyal, 2005)


BAB V
LANGKAH KERJA

Langkah kerja dalam pelaksanaan kerja praktek “Analisis Pengaruh


Temperatur Uap Air Terhadap Aliran Energi Yang Di Hasilkan Pembangkit Di Pt.
Sarulla Operation Ltd”, meliputi beberapa tahapan yaitu:

5.1 Pengenalan Perusahaan


Pada pengenalan perusahaan ini terdapat beberapa kegiatan, yaitu:
a. Pengenalan perusahaan dan bagian – bagiannya.
b. Pengenalan aturan- aturan perusahaan.
c. Pengenalan alat – alat safety dan yang digunakan.

5.2 Survei Lapangan


Survei lapangan ini merupakan salah satu kegiatan yang pertama kali
dilakukan diarea kerja yaitu dilokasi kerja bersama pembimbing lapangan, dimana
disini pembimbing memperkenalkan area kerja, peraturan-peraturan perusahaan,
alat-alat yang menjadi pembahasan, dan juga menjelaskan alat-alat safety yang
digunakan pada saat melakukan pekerjaan di lapangan. Kita harus mematuhi
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan guna untuk menjaga
keselamatan dan keamanan kerja.

5.3 Studi Literatur


Studi literatur adalah bagian dari langkah yang penulis gunakan untuk
mendapatkan teori-teori yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan cara
mempelajari referensi-referensi melalui jurnal maupun data yang telah diberikan
oleh perusahaan.

5.4 Pengumpulan Data


Kegiatan pengumpulan data langsung terjun bersama pembimbing Kerja
Praktek (KP) di lapangan untuk memperkenalkan semua area cakupan perusahaan
dan bagian bagian dari sistem kerja dan gangguan pada turbin. Dengan cara
observasi dan mengambil gambar beberapa komponen dari turbin serta dengan
melakukan wawancara atau tanya jawab dengan pembimbing Kerja Praktek (KP).

Anda mungkin juga menyukai