Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi
Oleh :
DAHNIL NURHADIAN
11750514735
Latar Belakang
2.1. Sasaran
2.1.1. Bagi Mahasiswa
Sasaran kerja praktek ini bagi mahasiswa antara lain adalah :
a. Dapat memahami berbagai aspek perusahaan seperti: aspek teknik,
organisasi, ekonomi, persediaan dan sebagainya.
b. Mempersiapkan mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesinya setelah
menamatkan pendidikan di Jurusan Teknik Elektro.
c. Mahasiswa mengenal dan mempelajari tingkah laku (attitude), kemampuan
berkomunikasi (Communication Skill), dan kerjasama (teamwork) yang
diperlukan dalam mengembangkan interpersonal skill (human relation) di
dunia kerja.
2.2. Manfaat
Adapun Pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan memberi beberapa manfaat
sebagai berikut:
a. Mahasiwa dapat megaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang di peroleh di
bangku perkuliahan.
b. Mampu menganalisa permasalahan yang terjadi dan mencari penyelesaian
masalah untuk perbaikan.
c. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai dunia perusahaan.
d. Memperoleh pengalaman mengenai kondisi kerja sehingga mampu beradaptasi
dengan dunia kerja.
BAB III
PT. SARULLA OPERATION LIMITED
Proyek yang memanfaatkan uap dan air garam yang diambil dari lapangan
panas bumi ini membangun 3 unit pembangkit listrik yakni unit Silangkitang (SIL)
berkekuatan 1x110 MW dan unit Namora-I-Langit (NIL) berkekuatan 2x110 MW.
Dengan demikian, kapasitas pengembangan Sarulla GPP ini berjumlah 330 MW.
Eksplorasi PLTP Sarulla dimulai sejak tahun 1993 melalui proyek UNOCAL
SUMATERA UTARA (UNOCAL) yang memegang hak eksplorasi Sarulla
dibawah skema Kontrak Operasi Bersama atau Joint Operating Contract (JOC)
dengan Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang memegang hak untuk menjual
listrik ke PLN dibawah ESC (Energy Sales Contrat). Namun proyek ini terhenti
pada tahun 1998 karena adanya Krisis Keuangan Asia yang menyebabkan
UNOCAL menjual hak eksplorasi PLTP Sarulla ini kembali kepada PLN.
Tahun 2004, PLN membuat skema Independent Power Producers (IPP) bagi
sektor swasta untuk ikut serta dalam mengembangkan proyek panas bumi ini. Dari
forum ini, dimenangkan oleh PT Medco Power Indonesia (Medco), Itochu
Corporation (Itochu), dan Ormat International Inc. sehingga ketiganya secara resmi
menjadi sebuah konsorsium pengembang. Pada Desember 2007, PLN, PGE
bersama konsorsium menandatangani amandemen pertama ESC/JOC dengan
kesepakatan bahwa konsorsium harus membayar US$ 70 Juta kepada PLN pada
saat penutupan laporan keuangan. Amandemen pertama ini pun memuat pasal-
pasal, hak dan kewajiban konsorsium selama menangani pengembangan proyek,
terutama dalam alur keuangan.
3.2.2 Misi
1. Menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan sehingga dapat
mendukung program listrik nasional dan bermanfaat bagi seluruh
masyarakat.
2. Mampu memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia secara berkesinambungan.
3. Memiliki keterbukaan dan intefritas dalam menjalankan bisnis.
4. Senantiasa memeperbaiki diri untuk mencapai kemakmuran bersama.
5. Meskipun belum lama dirintis, Sarulla Operations Ltd. telah mengukir
prestasi diantaranya:
a. KKOB Terbaik pada Pertambangan Award yang diadakan oleh
Subdit Fasilitas Pertambangan Direktorat Fasilitas Kepabeanan
(DJBO) – 2016.
b. Trade Finance Awards 2014.
c. Apresiasi dari Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara.
d. Best Nett I pada PLN Charity Golf Tournament 2011.
e. Winner of Asia Pacific Power pada IJ Global Asia Pacific Award
2014.
Consortium
Chief Executive
Corporate Secretary
& Legal Counsel
TEORI
Energi panas bumi (geothermal) adalah energi panas yang tersimpan dalam
cela-cela batuan atau fluida yang terkandung di bawah permukaan bumi. Energi
panas bumi ini dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan mengurangi
konsumsi bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menipis. Hasil produksi
dari panas bumi dapat berupa uap kering (superheated steam), uap jenuh (saturated
steam), dua fasa (brine), atau air panas.
Sumber panas bumi di Indonesia yang dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik tenaga panas bumi adalah fluida dua fasa (brine) dengan dominasi cair.
Kandungan utama brine adalah larutan NaCl sebesar 80% dan kalium, kalsium,
silika, dan nikarbonat yang merupakan unsur utama lainnya. Energi panas ini akan
di manfaatkan sebagai pemanas air yang di injeksikan kedalamnya dan
menghasilkan uap bertekanan super tinggi. Uap yang di hasilkan berupa uap basah
maka akan di pisahkan terlebih dahulu pada separator antara uap kering dan zat
lainnya. Setelah itu uap kering akan di arahkan menggerakkan turbin lalu di
sambungkan ke generator dan di ubah menjadi energi listrik. Hasil dari proses pada
separator berupa air panas atau brine akan di injeksikan kembali kedalam sumur.
4.2 Proses Energi Menurut Hukum Termodinamika I
Kondisi sistem yang diasumsikan pada keadaan tunak maka perubahan aliran
massa persatuan waktu diasumsikan bernilai nol sehingga aliran massa yang masuk
sama dengan aliran massa keluar. Perhitungan kesetimbangan energi pada setiap
komponen-komponen penyusun pembangkit listrik dapat dianalisis dengan
menggunakan Hukum Termodinamika I, yaitu:
(1) Sumber energi dari sumur akan memasuki HPS atau high pressure
separator, (2) kemudian uap kering yang telah terpisah dari brine akan
memasuki HPT atau high pressure turbine. (3) sedangkan brine keluaran
separator, (4) akan dialirkan menuju LPS atau low pressure separator. (5) Pada
pembangkit double flash, uap hasil ekspansi dari turbin single flash (6) bersama
dengan uap keluaran dari LPS, (7) akan memasuki LPT atau low pressure
turbine. (8) Uap keluaran LPT akan memasuki kondensor untuk didinginkan
dan, (9) air sisa kondensasi akan dialirkan menuju menara pendingin.
4.3.3 Binary ( Siklus Biner)
Seperti pembangkit listrik pada umumnya, pembangkit listrik siklus biner
juga menggunakan sumber energi dari panas bumi namun pada pembangkit siklus
biner, temperature sumber panas bumi tergolong rendah. Berdasarkan klasifikasi
(Sanyal, 2005) pembangkit listrik siklus biner sesuai untuk suhu reservoir sama
dengan atau lebih rendah dari 190oC. Pembangkit listrik siklus biner merupakan
sistem tertutup yang menggunakan senyawa organik sebagai fluida kerja kedua
yang akan dipanaskan oleh panas bumi bersuhu rendah.
Prinsip kerja siklus biner adalah panas dari sumur akan di arahkan menuju
heat exchanger lalu panas dari sumur itu akan memanaskan air yang ada heat
exchanger dan mengubah fasa air menjadi uap bertekanan. Uap akan di alirkan
menuju turbin dan menggerakkannya. Uap yang melewati turbin akan di
kondensasikan di kondensor dan cooling tower lalu di gunakan lagi pada heat
exchanger. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 3.
1. Terbuka
Karakteristik sistem terbuka adalah adanya perpindahan aliran
massa dan energi dari sistem ke lingkungan atau lingkungan ke sistem.
2. Tertutup
Karakteristik sistem tertutup adalah adanya perpindahan aliran
energi antara sistem dengan lingkungan, namun aliran massa tidak dapat
melewati batas antara sistem dan lingkungannya.
3. Adiyabatik
Karakteristik sistem adiyabatik/terisolasi adalah aliran energi dan
massa antara sistem dan lingkungan dapat terjadi.
Dari ketiga sistem terbentuk sifat sistem yang terbagi menjadi 2, yaitu
ekstensif dan intensif.
a). Ekstensif
Sifat ekstensif adalah sifat yang tergantung pada jumlah zat dengan arti
bahwa zat tertentu akan lebih terlihat atau tampak jika jumlah partikel zatnya
lebih besar seperti mol, volume, massa dan lain-lain.
Us : Energi dalam = U1+U2+U3+.......Un
Vs : Volume sistem = V1+V2+V3+.......Vn
Ms : Massa sistem = M1+M2+M3+.....Mn
b). Intensif
sifat instensif adalah kebalikan dari sifat ekstensif yaitu tidak tergantung
pada jumlah zat sehingga zat tersebut akan terlihat walaupun jumlah
partikelnya sangat sedikit contohnya warna, bau, rasa, titik didih, titik lebih dan
lainnya.
Ps : Tekanan sistem = P1=P2=P3=.....Pn
Ts : Temperatur sistem = T1=T2=T3=.....Tn
4.4.1 Volume Atur
Dari sistem termodinamika terdapat volume atur yang merupakan volume
dalam ruang (sistem) yang diselidiki yang di batasi oleh permukaan atur. Ukuran
dan bentuk volume atur dapat di pilih dan di defenisikan berdasarkan pada
kebutuhan analisis. Tetapi yang lazim di temui adalah volume atur yang bentuk,
ukuran, dan kedudukannya tetap terhadap satu sumbu acuan.
Pada sistem terbuka terjadi perpindahan aliran massa keluar dan masuk dari
volume atur. Selama selang waktu ∆t , massa ∆m1 masuk ke volume atur dan massa
∆m0 meninggalkan volume atur. Jika massa dalam volume atur pada waktu t adalah
m(t) dan massa dalam volume atur setelah waktu t + ∆t adalah m( t + ∆t), menurut
kekekalan massa :
m(t) + ∆m1 = m(t + ∆t) + ∆m0
atau
∆m1 - ∆m0 = m(t + ∆t) – m(t) (1.1)
Persamaan (1.1) menyatakan bahwa aliran massa neto masuk volume atur
selama selang waktu ∆t sama dengan kenaikan massa dalam volume atur selama
selang waktu ∆t, atau
m(t +∆t) – m(t) + ∆m0 - ∆m1 = 0
∆t ∆t ∆t (1.2)
persamaan (1.2) di gunakan untuk mencari laju purata perubahan massa.
Persamaan kekekalan energi dalam volume atur. Bila tidak ada aliran massa
masuk atau keluar volume atur persamaan menjadi
Q = dE +W
dt
Temperatur setiap sumber energi panas bumi berbeda-beda pada setiap lokasi
sehingga jenis fluida kerja yang digunakan akan berbeda-beda sesuai dengan potensi
temperatur panas bumi tersebut. Pemilihan jenis fluida kerja yang tepat untuk
pemanfaatan uap pada pembangkit listrik siklus biner memerlukan pertimbangan
dalam beberapa faktor. Menurut DiPippo (2008) pemilihan fluida pada pembangkit
listrik siklus biner dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa parameter
yaitu: suhu kritikal (critical temperature) fluida kerja, tekanan kritikal (critical
pressure), kadar racun (toxicity), sifat mudah terbakar (flammability), potensi
penipisan ozon (ozone depletion potential), dan potensi pemanasan global.
Beberapa jenis fluida yang dapat digunakan sebagai alternatif fluida kerja
pada pembangkit listrik siklus biner, beberapa fluida tersebut telah dikelompokkan
berdasarkan jenis fluidanya dan diseleksi oleh Chen (2010). Dari analisis tersebut
ditemukan bahwa tidak ada fluida spesifik tertentu yang paling baik digunakan
untuk sistem tertentu. Untuk pemilihan fluida terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangan termasuk kondisi reservoir. Namun, fluida kerja dengan massa
jenis dan kalor laten yang tinggi dapat menghasilkan daya turbin yang lebih tinggi.
Selain itu fluida isentropik dan fluida kering direkomendasikan untuk sistem ORC
seperti n-pentane, isobutane, n-butane dan fluida kerja yang memiliki suhu dan
tekanan kritis yang rendah merupakan fluida kerja yang potensial untuk
Supercritical Rankine Cycle. Pada Gambar 10 fluida kerja R-718 (air) dicantumkan
sebagai pembanding dengan fluida lainnya, dapat dilihat pada gambar :
Berdasarkan kemiringan kurva diagram T-s pada kondisi saturasi uap (dT/ds)
seperti pada Gambar 11 hingga Gambar 13, fluida kerja dapat digolongkan menjadi
fluida kering (dry fluid), fluida isentropik, dan fluida basah (wet fluid). Fluida kerja
memiliki nilai dT/ds yang tak terhingga sehingga digunakan kebalikan dari slope
(ds/dT) untuk menggambarkan seberapa kering atau seberapa basah fluida tersebut.
Fluida isentropik atau fluida kering direkomendasikan untuk siklus Rankine
Organik (ORC) untuk mencegah pengerakan (scaling) oleh tetesan cairan pada
baling-baling turbin selama proses ekspansi.
Superheat dalam jumlah yang banyak digunakan pada Steam Rankine Cycle
untuk meningkatkan efisiensi termal. Namun, penggunaan superheat tidak selalu
meningkatkan efisiensi pada setiap jenis fluida kerja. Untuk penggunaan fluida
kering (dry fluid) penggunaan superheat mengurangi efisiensi siklus dan hal ini
tidak direkomendasikan. Sedangkan untuk penggunaan fluida kerja basah (wet
fluid) penggunaan superheat sangat diperlukan untuk keamanan proses ekspansi
pada turbin dan untuk meningkatkan efisiensi siklus.
4.9 Titik kritikal fluida kerja (Critical points of working fluids)