ALIFFIANSYAH PERDANA
NRP. 03411540000031
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. DWA DESA WARNANA, S.Si, M.Si.
NIP. 19760123 200003 1001
PEMBIMBING EKSTERNAL
MUHAMMAD ISTIAWAN N.
PT GEO DIPA ENERGI
i
KERJA PRAKTIK – RF184849
ALIFFIANSYAH PERDANA
NRP. 03411540000031
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. DWA DESA WARNANA, S.Si, M.Si.
NIP. 19760123 200003 1001
PEMBIMBING EKSTERNAL
MUHAMMAD ISTIAWAN N.
PT GEO DIPA ENERGI
ii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
1
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Kerja Praktek
saya dengan judul “PEMODELAN DATA MAGNETOTELLURIK 3D
UNTUK MENGETAHUI SISTEM PANAS BUMI LAPANGAN
AAA” adalah benar benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa
menggunakan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan merupakan karya pihak
lain yang saya akui sebagai karya sendiri.
Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Surabaya, 2 April
2019
iii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Menyetujui :
Dr. Dwa Desa Warnana, S.Si, M.Si.
NIP. 19760123 200003 1001 ( )
Dosen Pembimbing
Departemen Teknik Geofisika ITS
Mengetahui,
iv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunianya penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Pada prosesnya, penulis tidak dapat
menyelesaikan laporan ini sendiri, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam
penyusunan laporan kerja praktik ini, yaitu:
1. Orang tua penulis atas doa dan dukungan yang diberikan.
2. PT GEO DIPA ENERGI yang telah menerima kami untuk melakukan kerja
praktik.
3. Divisi Steam Field PT GEO DIPA ENERGI atas kesediannya menjadi
tempat kami melakukan kerja praktik
4. Bapak Muhammad Istiawan Nurpratama sebagai pembimbing kerja praktik
kami di PT GEO DIPA ENERGI atas bimbingan dan masukannya selama
kami melakukan kerja praktik.
5. Bapak Dr. Dwa Desa Warnan selaku pembimbing mata kuliah kerja praktik
di Departemen Teknik Geofisika ITS
7. Dr. Widya Utama DEA selaku Kepala Departemen Teknik Geofisika ITS
8. Teman seperjuangan kerja praktik penulis
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kerja praktik ini masih terdapat
banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun, untuk bisa menyempurnakan isi laporan kerja praktik ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan baik sekarang
maupun di masa mendatang.
Penulis
v
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
vi
LAPORAN KERJA PRAKTIK
5.1.1 Data Hasil Pengolahan dengan IPI2Win (MT) dan Rockwork ....... 47
vii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
viii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
ABSTRAK
PEMODELAN DATA MAGNETOTELLURIK 3D UNTUK
MENGETAHUI SISTEM PANAS BUMI LAPANGAN AAA
ix
LAPORAN KERJA PRAKTIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cadangan energi fosil Indonesia sangat kecil dibandingkan secara
persentase dalam cadangan energi fosil dunia yang hanya mencakup sekitar satu
persen. Sebaliknya, Indonesia memiliki potensi panas bumi yang melimpah,
dimana sistem panas bumi dengan temperatur tinggi dapat ditemukan di Sumatra,
Jawa, Sulawesi, dan pulau-pulau di daerah vulkanik bagian timur. Namun, baru
sekitar empat persen dari sumber daya panas bumi di Indonesia yang sudah
dimanfaatkan. (Surya Darma dkk., 2010).
Melihat kenyataan diatas, eksplorasi panas bumi di Indonesia perlu
ditingkatkan. Salah satu metode geofisika yang banyak digunakan adalah metode
Magnetotellurik (MT). Metode magnetotellurik memanfaatkan medan
elektromagnetik untuk menginvestigasi struktur konduktivitas listrik bumi. Sumber
medan magnetotellurik yang memiliki frekuensi dibawah 1 Hertz berasal dari
sistem arus listrik dari magnetosfer sebagai akibat dari aktivitas matahari,
sedangkan sumber gelombang magnetotellurik dengan frekuensi diatas 1 Hertz
berasal dari petir di seluruh dunia. (Nabighian, 1991).
Keunggulan dari metode MT adalah kemampuan uniknya untuk
melakukan eksplorasi dari kedalaman dangkal hingga sangat dalam tanpa sumber
buatan dari manusia. Beberapa contoh penggunaan metode MT adalah untuk
memetakan air tanah, melacak keberadaan logam di bawah tanah, eksplorasi
minyak dan gas, serta eksplorasi panas bumi. Metode MT sangat unggul dalam
eksplorasi panas bumi karena mampu mengeksplorasi daerah vulkanik tempat
sistem panas bumi, dimana metode seismic refleksi relatif kurang efektif.
Karena pentingnya metode MT untuk eksplorasi panas bumi, penulis
melakukan kerja praktik yang mengambil tema modelling data magnetotellurik
menggunakan software modelling yaitu ZondMT2D dan IPI2Win (MT). Dengan
dilakukannya kerja praktik ini, diharapkan pemahaman penulis tentang metode
magnetotellurik semakin meningkat dan pengalaman bekerja dalam perusahaan
yang bergerak di bidang eksplorasi dan pemanfaatan energi panas bumi juga
didapatkan.
1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik adalah sebagai berikut:
2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
panas bumi bagi Pertamina, meliputi area seluas 107.361.995 hektar. Penyelidikan
geologi, geokimia, geologi dan pengeboran landaian suhu berhasil diselesaikan.
Pertamina pada tahun 1976. Hingga tahun 1994 Pertamina sudah menyelesaikan 27
sumur uji produksi (21 sumur di Sikidang, 3 sumur di Sileri dan 3 sumur di
Pakuwajan). Selama tahun 1981-1983 Pertamina menghasilkan power
plant unit kecil berkapasitas 2 MW.
Kemudian Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui surat
No.S.346/MK02/2001 tanggal 4 September 2001 menunjuk PT.PLN (Persero)
untuk menerima dan mengelola aset Dieng Patuha. Melalui surat perjanjian
kerjasama antara Direksi PT. PLN (Persero) dengan Direksi PT. Pertamina
(Persero) No. 066-1/C00000/2001 tanggal 14 September 2001 membentuk Badan
Pengelola Dieng Patuha (BPDP) yang bertugas untuk melakukan persiapan serta
pengelolaan rekomisioning PLTP Unit 1 yang berkapasitas 60 MW serta merawat
aset Dieng Patuha. Sejak tanggal 4 September 2002 PT. Geo Dipa Energi mulai
berperan dalam pengelolaan asset Dieng Patuha. PT. Geo Dipa Energi merupakan
anak perusahaan dari dua BUMN terbesar di Indonesia, yaitu PT. Pertamina
(Persero) memegang saham 67% dan PT. PLN (Persero) dengan saham sebesar
33% yang didirikan pada tanggal 5 Juli 2002. Pada Februari 2011 susunan
pemegang saham Perseroan telah berubah, di mana saham PT. Pertamina diambil
alih langsung oleh Pemerintah Indonesia. Kemudian, pada Desember 2011 Geo
Dipa Energi telah bertransformasi menjadi sebuah Badan Usaha Milik Negara yang
baru.
3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1 Fisiografi Daerah Penelitian
Daerah penelitian terletak di Pulau Jawa. Menurut Van Bemmelen
(1949), fisiografi pulau jawa dibagi menjadi dibagi menjadi tujuh zona.
Ketujuh zona itu adalah zona gunung api kuarter, daerah datara alluvial,
anticlinorium Madura-Rembang, Antiklinorium Kendeng Bogor, dan
Serayu Utara, Zona depresi tengah Jawa, dan daerah Pegunungan Selatan.
Zona penelitian magnetotellurik ini terletak di salah satu zona gunung api
kuarter yang ada di Pulau Jawa. Daerah penelitian termasuk dalam zona
4
LAPORAN KERJA PRAKTIK
breksi Gjm, lava andesit dan tuff Prh serta Ngs, lava andesit piroksen Rbn,
lava andesit piroksen Sgp, lava andesit dan breksi tuff Jmt, tuff breksi Bsm
dan Sdd, dan lava andesit piroksen serta breksi tuff Smb. Bagian kedua
adalah lapisan matang (mature), meliputi lava andesit dan tuff breksi Pkd
serta Pgn, dan tuff breksi Mdd. Bagian ketiga adalah lapisan muda meliputi
tuff breksi IgB, lava andesit dan breksi tuff Prm, Wsb, Kdl, serta Srj, lava
andesit Skr, Pkj, dan Skg, dan alluvial.
5
LAPORAN KERJA PRAKTIK
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Model Konseptual Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di
bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Sumber energi
panas bumi berasal dari magma yang berada di dalam bumi. Magma tersebut
berperan dalam menghantarkan panas secara konduktif pada batuan disekitarnya.
Panas tersebut juga mengakibatkan aliran konveksi fluida hydrothermal di dalam
pori-pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal ini akan bergerak ke atas namun
tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan batuan yang bersifat
impermeabel. Lokasi tempat terakumulasinya fluida hidrothermal disebut reservoir,
atau lebih tepatnya reservoir panas bumi. Dengan adanya lapisan impermeabel
tersebut, maka hidrothermal yang terdapat pada reservoir panasbumi terpisah
dengan groundwater yang berada lebih dangkal. Berdasarkan itu semua maka
secara umum sistem panasbumi terdiri atas tiga elemen: (1) batuan reservoir (cap
rock), (2) fluida reservoir, yang berperan menghantarkan panas ke permukaan
tanah, (3) batuan panas (heat rock) atau magma sebagai sumber panas.
(Supriyanto Suparno, 2009).
6
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Secara umum sistem panas bumi dibagi menjadi dua tipe yaitu, vapor
dominated system dan water dominated system. Perbedaan keduanya ialah
komponen yang lebih dominan. Untuk vapor dominated system ialah sistem yang
sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan
fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya
terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya
umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya.
Sedangkan pada water dominated system ialah sistim panas bumi yang umum
terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat
dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk
lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.
3.2 Metode Magnetotellurik
Gelombang Magnetotellurik (MT) adalah gelombang elektromagnetik,
yaitu gelombang yang dapat merambat tanpa melalui medium. Gelombang ini
merupakan kombinasi antara medan listrik dan medan magnetik yang berosilasi dan
membawa energi dari satu tempat ke tempat lainnya. Seorang ilmuwan bernama
James Clerk Maxwell (1873) mengajukan sebuah hipotesis mengenai perambatan
gelombang elektromagnetik. Hipotesis tersebut yaitu, “Jika perubahan fluks
magnet dapat menimbulkan medan listrik maka perubahan fluks listrik juga harus
dapat menimbulkan medan magnetik”. Hipotesis ini dikenal sebagai sifat simetri
medan listrik dengan medan magnetik. Seandainya hipotesis Maxwell ini benar
berarti perubahan medan listrik akan menghasilkan perubahan medan magnetik
juga, begitupun sebaliknya dan keadaan ini akan terus berulang. Medan magnetik
atau medan listrik yang muncul akibat dari perubahan medan listrik atau medan
magnetik sebelumnya akan bergerak atau merambat menjauhi tempat awal
kejadian. Perambatan medan magnetik dan medan listrik inilah yang disebut
sebagai gelombang elektromagnetik (Maxwell, 1864)
Secara singkat proses terjadinya medan listrik dan medan magnetik di
permukaan Bumi adalah sebagai berikut :
7
LAPORAN KERJA PRAKTIK
8
LAPORAN KERJA PRAKTIK
partikel bermuatan yang bergerak dan dipancarkan dari matahari. Partikel ini
memiliki frekuensi kurang dari 1 Hz, sedangkan lightning activity merupakan
fenomena terjadinya petir yang memiliki frekuensi lebih dari 1 Hz. Metode MT ini
dapat mendeteksi keadaan bawah permukaan dari kedalaman 100 m sampai 100 km
karena pada metode ini menggunakan frekuensi hingga 10000 Hz (Unsworth.
2008).
(a)
(b)
Gambar 3.3 Sumber Medan EM (a) Solar Wind (b) Kilat
9
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Dimana,
E : medan listrik (Volt/m)
B : fluks atau induksi magnetic (Weber/m2 atau Tesla)
H : medan magnet (Ampere/m)
J : rapat arus (Ampere/m2)
D : perpindahan listrik (Coulomb/m2)
Q : rapat muatan listrik (Coloumb/m3
10
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Section merupakan jenis data yang didapat dari pengukuran, apakah berupa data
Time Series, Spectra Series, Other Series, MT Series dan EMAP Series”.
(a) (b)
(c)
11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
(d)
12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
(e)
Gambar 3.4 Contoh EDI file untuk MT Section dalam format notepad (a) Head
(b) Info (c) DEMEAS (d) Data Section dan (e) End Block
13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
3.4.2 Rockworks16
Berdasarkan (ITRC, 2016), software Rockwork menggunakan Kriging.
Kriging adalah suatu metode untuk mengestimasi variabel teregional dengan
pendekatan bahwa data yang dianalisis merupakan variabel random, dari variabel
random tersebut maka akan membentuk suatu fungsi random menggunakan model
struktural variogram (Alfiana, 2010). Kriging merupakan metode yang secara
umum digunakan untuk menganalisis data geostatistik. Data sampel biasanya
diambil dari lokasi-lokasi atau titik-titik yang tidak beraturan. Metode ini digunakan
untuk mengestimasi besarnya nilai variabel teregional Z pada titik tidak tersampel
berdasarkan informasi titik tersampel Z yang berada di sekitarnya dengan
mempertimbangkan korelasi spasial yang ada dalam data tersebut. 𝑍(𝑠𝑖 )
didefinisikan sebagai variabel random pada titik 𝑠𝑖 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛. Estimator
Estimator kriging Z(s) dari Z(s) dengan bobot λ𝑖 adalah sebagai berikut (Bohling
2005) :
...........
. . . . . (2.9)
dengan,
𝑠 : lokasi untuk estimasi,
𝑠𝑖 : salah satu lokasi data yang berdekatan,
𝑚(𝑠) : nilai ekspetasi dari 𝑍(𝑠),
𝑚(𝑠𝑖 ) : nilai ekspetasi dari 𝑍(𝑠𝑖 ),
λ𝑖 : pembobot yang menentukan ukuran jarak antar titik,
𝑛 : banyaknya data sampel yang digunakan untuk estimasi.
Metode Kriging terbagi menjadi tiga jenis kriging pokok yaitu simple
kriging, ordinary kriging dan universal kriging.
1. Simple kriging merupakan metode kriging dengan asumsi bahwa rata-rata dari
populasi telah diketahui dan bernilai konstan. Pengembangan dari metode
simple kriging adalah metode sequential kriging dimana pada metode ini data
spasial yang akan di estimasi dipartisi menjadi beberapa bagian.
17
LAPORAN KERJA PRAKTIK
18
LAPORAN KERJA PRAKTIK
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
4.3.2 ZondMT2D
20
LAPORAN KERJA PRAKTIK
BAB V
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Gambar 5. 1 Plot Titik Akuisisi beserta Line Pengukuran pada Peta Geologi
Adapun line pengukuran yang ada pada gambar 5.1 ditentukan oleh penulis dengan
dua jenis orientasi, yaitu barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Setelah dilakukan
plotting, terdapat line pengukuran yang tidak masuk ke peta geologi yang menandakan area
tersebut bukan merupakan area interest dari lapangan panas bumi. Penentuan line yang
saling tegak lurus dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas interpretasi dari pengolahan
3D.
46
LAPORAN KERJA PRAKTIK
47
LAPORAN KERJA PRAKTIK
a b
48
LAPORAN KERJA PRAKTIK
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pembahasan Pengolahan dengan IPI2Win (MT) dan Rockwork
5.2.1.2 Kurva TE
49
LAPORAN KERJA PRAKTIK
50
LAPORAN KERJA PRAKTIK
51
LAPORAN KERJA PRAKTIK
dimana titik tanpa reservoir juga terlihat. Secara rinci sistem panas bumi tersebut seperti
tabel berikut :
Tabel 5.3 Interpretasi penampang BT 3 dari IP2WIN_MT
Cap Rock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohmm) (km) (ohmm) (km) (ohmm) (km)
1 97 2.96 0.278 25.6 1.55 136 2.8 4.83
2 105 3.32 0.683 28.7 0.878 194 3 4.04
52
LAPORAN KERJA PRAKTIK
reservoir cenderung mengalami peningkatan hingga titik 119 lalu mengalami peningkatan
dan penurunan kedalaman kembali. Secara rinci sistem panas bumi tersebut seperti tabel
berikut :
Tabel 5.4 Interpretasi penampang BT 4 dari IP2WIN_MT
Cap Rock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohmm) (km) (ohmm) (km) (ohmm) (km)
1 98 4.51 0.499 10.2 – 23.7 1.1 133 2.3 8.5
2 106 1.33 – 4.51 1.4 11.9 0.84 119 1.98 10.4
3 119 0.73 – 5.54 1.8 11.9 0.74 108 1.5 14
4 126 1.17 1.1 11.9 1.59 117 2 12.2
5 138 5.62 0.923 18.53 0.51 117 2.5 12.8
53
LAPORAN KERJA PRAKTIK
54
LAPORAN KERJA PRAKTIK
55
LAPORAN KERJA PRAKTIK
56
LAPORAN KERJA PRAKTIK
57
LAPORAN KERJA PRAKTIK
58
LAPORAN KERJA PRAKTIK
59
LAPORAN KERJA PRAKTIK
60
LAPORAN KERJA PRAKTIK
61
LAPORAN KERJA PRAKTIK
62
LAPORAN KERJA PRAKTIK
63
LAPORAN KERJA PRAKTIK
64
LAPORAN KERJA PRAKTIK
65
LAPORAN KERJA PRAKTIK
66
LAPORAN KERJA PRAKTIK
67
LAPORAN KERJA PRAKTIK
68
LAPORAN KERJA PRAKTIK
69
LAPORAN KERJA PRAKTIK
70
LAPORAN KERJA PRAKTIK
71
LAPORAN KERJA PRAKTIK
72
LAPORAN KERJA PRAKTIK
73
LAPORAN KERJA PRAKTIK
74
LAPORAN KERJA PRAKTIK
75
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Ketebalan reservoir relatif sama dan mengalami peningkatan kedalaman pada titik 17.
Secara rinci sistem panas bumi tersebut seperti tabel berikut :
Tabel 5.21 Interpretasi penampang US 14 dari IP2WIN_MT
Cap Rock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohmm) (km) (ohmm) (km) (ohmm) (km)
1 25 4.66 0.603 30.2 1.74 102 2.2 14.6
2 32 4.75 0.466 30.2 1.88 102 2.3 7.2
3 37 4.75 0.91 41.5 1.14 102 2.5 13.1
76
LAPORAN KERJA PRAKTIK
77
LAPORAN KERJA PRAKTIK
semakin mengalami peningkatan kedalaman seiring arah barat laut. Secara rinci sistem panas
bumi tersebut seperti tabel berikut :
Gambar 5.33 Model 3 dimensi Kurva TE dari arah (a). Tenggara, (b). Barat daya, (c).
Barat laut, dan (d). Timur laut
78
LAPORAN KERJA PRAKTIK
5.2.1.3 Kurva TM
79
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.34 (a). Penampang Rockwork16 BT1 & (b). Penampang IPI2win_MT BT1
Gambar 5.35 (a). Penampang Rockwork16 BT2 & (b). Penampang IPI2win_MT BT2
80
LAPORAN KERJA PRAKTIK
81
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.36 (a). Penampang Rockwork16 BT3 & (b). Penampang IPI2win_MT BT3
Tabel 5.26 Interpretasi penampang BT3 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 9 2.52 – 5.86 0.848 19.4 1.61 194 1.41 11.2
2. 60 2.94 0.637 17.6 1.53 128 2.13 6.47
3. 71 2.73 - 6.45 0.861 16.8 2.19 120 1.35 7.37
4. 105 8.8 0.685 30.3 1.24 198 2.15 6.49
Pada line BT3 terdapat sistem panas bumi pada 4 titik yaitu 9, 60, 71, dan 105. Dari
titik 9 ke 71 terdapat kenaikan posisi mendekati permukaan dengan 60 merupakan posisi
paling tinggi kemudian menjadi lebih dalam di titik 71. Lalu titik 71 ke 105 dipisahkan oleh
brine atau uap air panas bersifat asam.
82
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.37 (a). Penampang Rockwork16 BT4 & (b). Penampang IPI2win_MT BT4
Terlihat pada line BT4 tidak terdapat sistem panas bumi. Data yang diperoleh juga
sedikit susah diinterpretasikan dikarenakan mungkin pada saat akuisisi terpengaruh oleh
efek badai matahari, petir, atau efek statik. Namun bisa juga penampang bawah permukaan
BT4 memang seperti itu.
Gambar 5.38 (a). Penampang Rockwork16 BT5 & (b). Penampang IPI2win_MT BT5
Tabel 5.27 Interpretasi penampang BT5 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 50 2.69 - 8.78 0.912 13.6 1.67 103 1.77 8.5
2. 62 4.67 – 6.86 1.052 31.1 1.4 130 1.76 8.5
3. 2 4.3 – 8.78 0.663 31.1 0.765 130 2.8 5.66
83
LAPORAN KERJA PRAKTIK
84
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.39 (a). Penampang Rockwork16 BT6 & (b). Penampang IPI2win_MT BT6
85
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.40 (a). Penampang Rockwork16 BT7 & (b). Penampang IPI2win_MT BT7
Tabel 5.29 Interpretasi penampang BT7 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 64 6.85 1.71 24.7 1.9 141 0.35 7.03
2. 83 7.21 0.184 34.9 3.76 141 0.35 8.32
3. 92 8.8 0.441 37.5 2.37 141 1.44 8.73
Pada line BT7 terdapat sistem panas bumi hanya pada 3 titik yaitu 64, 83, dan 92.
Sistem panas bumi mengalami kenaikan mendekati permukaan dengan adanya penipisan
caprock dan penebalan reservoir pada titik 83 lalu menipis lagi pada titik 92.
86
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.41 (a). Penampang Rockwork16 BT8 & (b). Penampang IPI2win_MT BT8
Tabel 5.30 Interpretasi penampang BT8 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 12 3.75 1.17 13.5 1.6 121 1.39 11.4
2. 35 6.12 2.626 11.6 1.25 121 0.48 13.7
3. 52 3.48 – 7.78 0.751 11.6 2.51 121 0.94 10.8
4. 74 7.78 – 9.81 0.957 16.3 1.92 121 1.45 9.51
5. 93 8.93 0.887 32.2 1.56 121 1.45 11.4
6. 170 3.98 1.34 22.4 1.64 121 0.91 14.2
Pada line BT8 terdapat sistem panas bumi pada 6 titik yaitu 12, 35, 52, 74, 93, dan
170. Sistem panas bumi cenderung mirip dari antar titik jika dilihat dari nilai ketebalan tiap
unsur sistem panas buminya dan juga nilai resistivitasnya. Namun terdapat anomali pada
titik 35 dimana mengalami penebalan caprock yang signifikan serta juga peningkatan nilai
resistivitas reservoir pada titik 93 dan 170.
87
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.42 (a). Penampang Rockwork16 BT9 & (b). Penampang IPI2win_MT BT9
Tabel 5.30 Interpretasi penampang BT9 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 200 1.78 0.97 11.6 1.71 153 1.22 10.4
2. 53 8.48 0.608 17.6 1.44 142 1.9 5.5
3. 75 9.1 0.55 14.8 2.01 125 1.71 8.52
Pada line BT9 terdapat sistem panas bumi hanya pada 3 titik yaitu 64, 83, dan 92.
Dari titik 64 menuju 83 dipisahkan oleh brine atau uap air bersifat asam. Titik 83 dan 92
cenderung lebih mendekati permukaan dibandingkan dengan titik 64.
88
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.43 (a). Penampang Rockwork16 BT10 & (b). Penampang IPI2win_MT BT10
Terlihat pada line BT10 tidak terdapat sistem panas bumi. Data yang diperoleh juga
sedikit susah diinterpretasikan dikarenakan mungkin pada saat akuisisi terpengaruh oleh
efek badai matahari, petir, atau efek statik. Namun bisa juga penampang bawah permukaan
BT10 memang seperti itu.
89
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.44 (a). Penampang Rockwork16 BT11 & (b). Penampang IPI2win_MT BT11
90
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.45 (a). Penampang Rockwork16 US1 & (b). Penampang IPI2win_MT US1
91
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Pada line US1 terdapat sistem panas bumi pada 5 titik yaitu 136, 212, 138, 148, dan
155. Sistem panas bumi cenderung mengalami kenaikan mendekati permukaan secara
perlahan dengan diikuti adanya penipisan caprock serta penebalan reservoir pada titik 138
dan 148.
Gambar 5.46 (a). Penampang Rockwork16 US2 & (b). Penampang IPI2win_MT US2
Tabel 5.33 Interpretasi penampang US2 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 127 8.76 0.566 12.3 0.725 123 2.66 6.43
2. 211 4.04 0.593 12.3 1.8 123 1.89 8.51
3. 213 4.04 1.782 12.3 1.36 123 1.04 14.1
4. 221 2.37 – 6.68 1.869 13.3 1.52 123 0.76 14.8
5. 146 1.88 – 4.04 1.017 12.3 2.09 123 1.04 11.9
92
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Pada line US2 terdapat sistem panas bumi pada 5 titik yaitu 127, 211, 213, 221, dan
146. Sistem panas bumi cenderung semakin dalam ke arah selatan. Hal ini diikuti dengan
adanya penebalan reservoir di titik 211. Selanjutnya terdapat penebalan caprock di titik 213
dan 221 dan penebalan reservoir lagi di titik 221. Untuk titik yang paling terakhir tidak
dianggap sebagai sistem panas bumi karena tidak ditemukan adanya caprock.
Gambar 5.47 (a). Penampang Rockwork16 US3 & (b). Penampang IPI2win_MT US3
93
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.48 (a). Penampang Rockwork16 US4 & (b). Penampang IPI2win_MT US4
94
LAPORAN KERJA PRAKTIK
penurunan menjauhi permukaan dengan adanya penebalan reservoir dan penipisan caprock
di titik 124.
Gambar 5.49 (a). Penampang Rockwork16 US5 & (b). Penampang IPI2win_MT US5
95
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Pada line US5 terdapat sistem panas bumi pada 4 titik yaitu 107, 106, 112, dan 111.
Caprock pada titik 107 merupakan caprock tertebal dan reservoir pada titik 106 ialah yang
tertebal pula. Sistem panas bumi pada line ini cenderung mengalami kenaikan atau
mendekati permukaan.
Gambar 5.50 (a). Penampang Rockwork16 US6 & (b). Penampang IPI2win_MT US6
Tabel 5.37 Interpretasi penampang US6 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 92 8.36 0.402 46.6 1.42 115 2.38 10.4
2. 99 8.36 0.556 46.6 1.44 115 2.21 7.84
3. 104 5.03 0.876 48.1 1.14 115 1.99 6.41
4. 103 5.03 0.762 48.1 1 115 1.99 10.8
96
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Pada line US6 terdapat sistem panas bumi pada 4 titik yaitu 92, 99, 104, dan 103.
Sistem panas bumi mengalami kecenderungan penurunan kedalaman semakin ke selatan
dengan nilai resistivitas dan nilai ketebalan masing-masing komponen sistem panas bumi
yang cenderung sama.
Gambar 5.51 (a). Penampang Rockwork16 US7 & (b). Penampang IPI2win_MT US7
97
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.52 (a). Penampang Rockwork16 US8 & (b). Penampang IPI2win_MT US8
98
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.53 (a). Penampang Rockwork16 US9 & (b). Penampang IPI2win_MT US9
Tabel 5.40 Interpretasi penampang US9 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 53 8.44 1.42 13.3 0.968 108 1.55 6.99
99
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.54 (a). Penampang Rockwork16 US10 & (b). Penampang IPI2win_MT US10
Tabel 5.41 Interpretasi penampang US10 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
100
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.55 (a). Penampang Rockwork16 US11 & (b). Penampang IPI2win_MT US11
Tabel 5.42 Interpretasi penampang US11 dari hasil IPI2win_MT
No Titik Caprock Reservoir Heat Source
101
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.56 (a). Penampang Rockwork16 US12 & (b). Penampang IPI2win_MT US12
Tabel 5.43 Interpretasi penampang US12 dari hasil IPI2win_MT
No Titik Caprock Reservoir Heat Source
102
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.57 (a). Penampang Rockwork16 US13 & (b). Penampang IPI2win_MT US13
Terlihat pada line US13 tidak terdapat sistem panas bumi. Data yang diperoleh juga
sedikit susah diinterpretasikan dikarenakan mungkin pada saat akuisisi terpengaruh oleh
efek badai matahari, petir, atau efek statik. Namun bisa juga penampang bawah permukaan
US13 memang seperti itu.
103
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.58 (a). Penampang Rockwork16 US14 & (b). Penampang IPI2win_MT US14
Tabel 5.44 Interpretasi penampang US14 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 17 4.14 – 8.36 1.153 30.7 0.281 113 2.97 11
2. 32 1.9 – 8.36 0.728 14.4 1.53 125 2.07 10.3
3. 37 13.7 0.834 39.6 1.29 106 1.89 10.5
4. 48 2.25 1.22 34.6 1.39 107 1.12 7.98
Pada line US14 terdapat sistem panas bumi pada 4 titik yaitu 17, 32, 37, dan 48. Dari
titik 17 ke 32 dipisahkan oleh zona low resistivity dan mengalami penebalan reservoir di titik
32. Selanjutnya sistem panas bumi cenderung semakin dalam ke arah selatan diikuti dengan
adanya penebalan caprock.
104
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.59 (a). Penampang Rockwork16 US15 & (b). Penampang IPI2win_MT US15
Tabel 5.45 Interpretasi penampang US15 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 11 2.29 1.33 18.9 0.817 114 1.94 11.7
2. 15 2.65 – 4 3.293 11.8 0.554 183 0.57 14.5
3. 24 3.1 – 7.68 1.886 17.6 1.7 116 0.76 9.33
Pada line US15 terdapat sistem panas bumi pada 3 titik yaitu 11, 15 dan 24. Titik 11
ke 15 dipisahkan oleh zona low resistivity. Kemudian dari titik 15 menuju 24, sistem panas
bumi mengalami penipisan caprock dan penebalan reservoir. Caprock pada titik 15
merupakan yang tertebal daripada yang lainnya.
105
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.60 (a). Penampang Rockwork16 US16 & (b). Penampang IPI2win_MT US16
Tabel 5.46 Interpretasi penampang US16 dari hasil IPI2win_MT
Caprock Reservoir Heat Source
Error
No Titik Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan Resistivitas Ketebalan
(%)
(ohm.m) (km) (ohm.m) (km) (ohm.m) (km)
1. 6 4.56 0.367 42.3 1.05 102 2.26 11
2. 9 2.76 1.33 46 1.62 102 1.06 8.46
Pada line US16 terdapat sistem panas bumi hanya pada 2 titik yaitu 6 dan 9. Kedua
titik dipisahkan oleh zona low resistivity. Terdapat perbedaan antara dua titik tersebut yaitu
caprock dan reservoir pada titik 9 lebih tebal daripada titik 6.
106
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Gambar 5.61 Model 3 dimensi Kurva TM dari arah (a). Tenggara, (b). Barat daya, (c).
Barat laut, dan (d). Timur laut
Pada model 3 dimensi hasil pengolahan dengan menggunakan software
Rockworks16 tampak terdapat hanya terdapat 4 jenis lapisan. Hal ini dikarenakan pada saat
input data berdasarkan dari data hasil pengolahan IPI2win_MT sebelumnya, yaitu hanya
menginterpretasikan 4 jenis lapisan saja yaitu topsoil, caprock, reservoir, dan heat source.
Topsoil diindikasikan dengan lapisan berwarna kuning yang memiliki nilai resistivitas lebih
besar daripada 100 ohm.m. Caprock diindakasikan dengan lapisan berwarna biru yang
memiliki nilai resistivitas kurang dari 10 ohm.m. Untuk reservoir ditandai dengan warna
107
LAPORAN KERJA PRAKTIK
hijau dengan nilai resistivitas berkisar dari 10 ohm.m hingga 80 ohm.m. Heat source
berwarna merah dengan nilai resistivitas lebih dari 100 ohm.m.
Dari model 3 dimensi yang terlihat dari berbagai arah dapat ditarik hipotesa yaitu
adanya penebalan reservoir di arah barah laut dan cenderung secara perlahan mengalami
penipisan reservoir diikuti dengan penebalan caprock ke arah timur laut. Hal ini juga
didukung kuat dengan penampang hasil yang didapatkan dari Rockworks di tiap line
utamanya pada BT5 hingga BT9 dan US10 hingga US16. Jika secara cermat dari BT5 hingga
ke BT9 dan US10 hingga US16 terdapat beberapa titik yang dapat dianggap sebagai anomali
yaitu titik 5, 11, 12, 27, 33, 34, dan 51. Dimana ketujuh titik tersebut terlihat closure sistem
panas bumi serta dilalui patahan (sesuai dengan peta geologi regional).
5.2.2 Pembahasan Pengolahan dengan ZondMT2D
5.2.2.1 Penampang BT1
108
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Penampang BT2 terdiri dari 11 titik pengukuran yang dihubungkan. Penampang BT2
terletak sejajar dan berlokasi di sebelah utara dari penampang BT1. Jarak penampang ini
sekitar 0.5 kilometer dari penampang BT1. Rentang nilai resistivitas dari penampang ini juga
relatif mirip dengan penampang BT1. Akan tetapi, lebih sedikit dijumpai daerah dengan
resistivitas rendah, kecuali pada kedalaman 2 kilometer dan 4 kilometer. Pada penampang
ini dapat dijumpai anomaly resistivitas yang sangt tinggi (>300 Ωm) di bagian tengah dan
membentuk kubah. Daerah permukaan yang memiliki resistivitas sangat tinggi disebabkan
oleh geologi permukaannya yang berupa tuff breksi.
5.2.2.3 Penampang BT3
109
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Penampang BT7 terletak di utara BT6 dan berorientasi sejajar. Tren high resistivity di bagian
kiri mulai menunjukkan tren yang semakin dalam, pada penampang ini terletak pada
110
LAPORAN KERJA PRAKTIK
kedalaman 4-5 km. Sementara itu, daerah high resistivity ini dibatasi oleh daerah low
resistivity yang ada di kedalaman 2 km. Daerah high resistivity di sebelah kanan masih
menunjukkan tren kemenerusan.
111
LAPORAN KERJA PRAKTIK
112
LAPORAN KERJA PRAKTIK
dibanding daerah sekitarnya. Penampang ini tidak masuk ke peta geologi, sehingga tidak
termasuk wilayah interest panas bumi.
113
LAPORAN KERJA PRAKTIK
114
LAPORAN KERJA PRAKTIK
115
LAPORAN KERJA PRAKTIK
daerah low resistivity di bagian tengah. Adapun daerah high resistivity di bagian kanan
(barat daya) merupakan gambaran tegak lurus dari kemenerusan daerah high resistivity yang
konsisten dari penampang BT2 – BT6.
5.2.2.21 Penampang US10
116
LAPORAN KERJA PRAKTIK
resistivitas rendah di bagian tengah. Penampang ini menunjukkan anomali yang serupa
dengan penampang tegak lurusnya.
117
LAPORAN KERJA PRAKTIK
118
LAPORAN KERJA PRAKTIK
119
LAPORAN KERJA PRAKTIK
120
LAPORAN KERJA PRAKTIK
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan,
diantaranya:
- Sistem panas bumi lapangan AAA terdiri dari caprock (1000 m – 1500m), reservoir rock
(1500m – 2500m) serta heat source (>2500m)
- Pemodelan 3D berdasarkan IP2WIN_MT dan Rockwork16 didapatkan bahwa caprock
membentuk closure dengan arah timur laut serta reservoir rock mengaami penebalan
pada arah barat laut.
- Dari ZondMT2D didapatkan bentuk daerah dengan nilai resistivitas yang khas seperti
sistem panas bumi pada penampang BT2, BT3, BT4, BT5, dan BT6 serta US8, US9,
US10. Daerah ini memiliki nilai resistivitas 10-100Ωm dan dibatasi daerah low resistity
dengan nilai resistivitas <10Ωm
- Kedua software memiliki perbedaan pada algoritma dan metode geostatistika dalam
pengolahan. Pada IPI2Win(MT) dan Rockwork, resolusi vertikal lebih baik dari
ZondMT2D, sebaliknya, ZondMT2D lebih baik dalam resolusi lateral.
6.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran untuk penelitian selanjutnya,
diantaranya :
- Pada pemodelan 3D dengan software rockwork16 sebaiknya dilakukan pengolahan
secara manual (parameter diatur sendiri) dikarenakan software tersebut menggunakan
algoritma krigging dimana sangat kompleks dan otomatis
- Pada pengolahan dengan ZondMT2D sebaiknya mesh parameter serta inversi dilakukan
secara manual.
121
LAPORAN KERJA PRAKTIK
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N.E.N. (2015), "Metode Robust Kriging dan Penerapannya pada Data Geostatitistika",
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta,.
Gerald, C.F. dan Wheatley, P.O. (1997), "Applied Numerical Analysis", Addison Wesley
Longman, Inc,.
ITRC (2016), "Geospatial Analysis for Optimization at Environmental Sites (GRO-1)",
Washington : Interstate Technology and Regulatory Council,.
Matthew dan Sadiku (1992), Numerical Techniques in Electromagnetics,.
Nabighian, M. N. ed. (1991), Electromagnetic Methods in Applied Geophysics: Volume 2,
Application, Parts A and B, Society of Exploration Geophysicists.
http://doi.org/10.1190/1.9781560802686.
Surya Darma, Harsoprayitno, S., Setiawan, B., Sukhyar, R., Soedibjo, A.W., Ganefianto, N.
dan Stimac, J. (2010), Geothermal Energy Update: Geothermal Energy Development
and Utilization in Indonesia, hal. 13.
122