Kupang, 03Nopember2012
ABSTRAK
Pemilihan konfigurasi tidak hanya menentukan kualitas pencitraan bawah permukaan namun juga akan
menentukan efektifitas dan efisiensi dari suatu survey lapangan. Untuk itu dilakukan eksperimen dengan
menggunakan model sintetik forward modeling yang kemudian diuji dengan data lapangan berdasarkan model
geologi yang dibuat menggunakan konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger. Hasilnya menunjukkan
sensitivitas kedua konfigurasi dalam mendeteksi anomali yang sama. Namun pada konfigurasi schlumberger
anomali lebih ditonjolkan dibandingkan dengan konfigurasi Wenner baik pada data sintetik maupun pada data
lapangan. Perbedaan dari hasil inversi pada data sintetik dengan data pengukuran adalah model sintetik
bersifat homogen isotropis sedangkan model geologi bersifat heterogen anisotropis, kemudian dibuat pseudo 3D
dari profil 2D yang akan membantu interpretasi dari model sintetik maupun model geologi.
Kata Kunci: Forward modeling, Konfigurasi wenner, wenner-schlumberger, Model geologi, dan Pseudo 3D
kemudian dijadikan parameter lapangan untuk akuisisi Res2DMod. dibuat model setiap lintasan dengan hasil
data. sebagai berikut :
Data yang terekam dalam komputer langsung a. Lintasan 1 Timur Barat
berbentuk format DAT yang akan diinversi dalam
Res2DInv. Walaupun demikian tetap memakai formula
yang sesuai dengan konfigurasinya untuk mendapatkan
a (apparent resistivity).
∆V
a = K I (1)
dengan
K = 2𝜋a untuk Wenner (2)
dan
K = 𝜋n(n+1)a untuk Schlumberger (2)
demikian akan diperoleh perbandingan berupa pengukuran diperoleh harga resistivitas berkisar
sensitivitas konfigurasi. Pada Gambar 12 antara 16 – 225 Ω.m, dengan nilai resistivitas anomali
menunjukan penampang resistivitas konfigurasi drum sekitar 16 – 50 Ω.m. Anomali pada lintasan ini
wenner dari setiap lintasan sebelum anomali dibuat tidak terdeteksi dengan baik sama hal nya dengan
pada lintasan tersebut, dengan tujuan membandingkan model yang dibuat untuk lintasan 1 model sintetik,
keadaan sebelum dan setelah anomali dibuat untuk gambar 7. Untuk itu dilakukan overlay untuk data
masing-masing konfigurasi. lintasan 1 spasi 1 meter dan 0.5 meter sehingga
anomali terdeteksi dengan baik dengan posisi
horizontal di bawah elektroda 7 dengan kedalaman
sekitar 1 meter dari permukaan. Anomali ini juga
terdeteksi pada lintasan 3 timur-barat gambar 14.
Hasil overlay dari lintasan 2 dan 3 timur-barat relatif
sama hal ini dikarenakan jarak kedua lintasan hanya
20 cm dikondisikan dengan dimensi drum.
3.4. Pseudo 3D
Dari hasil pengukuran dengan konfigurasi
schlumberger baik pada model geologi maupun pada
data sintetik dibuat pseudo 3D dari profil 2D gambar
27 menunjukan hasil inversi data sintetik dan hasil
inversi dari data pengukuran. Hasil inversi overlay
pada data sentetik menunjukan bahwa anomali
dideteksi dengan baik pada posisi yang tepat baik
secara vertikal maupun horizontal, sama halnya pada
hasil inversi overlay data pengukuran. akan tetapi
hasil overlay pada data pengukuran memperlihatkan
adanya pola yang menyerupai anomali ditunjukan
pada point A dan B, namun pola ini juga terbentuk
pada hasil overlay dari data sintetik yang
membedakan keduanya hanyalah nilai resistivitas.
6. PUSTAKA