Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

TUGAS AKHIR

INTERPRETASI ANOMALI SELF POTENSIAL MODEL FIXED


GEOMETRI METODE INVERSI SIMULATED ANELING

DISUSUN OLEH :

YUDI RAHMAT PRATAMA


3713100039

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018

i
ABSTRAK

Panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan dan relatif murah
untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Kabupaten Tapanuli Utara adalah
salah satu daerah yang sedang berkembang di Propinsi Sumatera Utara, sehingga
pasokan listrik semakin hari semakin meningkat dengan pesat. Kebutuhan listrik
di daerah ini didapatkan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Asahan,
Sigura-gura, namun belum mencukupi untuk memasok kebutuhan listrik secara
keseluruhan sehingga sering terjadi pemadaman bergilir.
Oleh karena itu, perlu diadakan suatu penelitian untuk menganalisis
karakteristik panas bumi berdasarkan data geofisika dan geologi. Penelitian ini
akan dilakukan di daerah prospek panas bumi Sipoholon Ria-Ria, Kabupaten
Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang akan didapatkan dari Pusat Sumber Daya Mineral
Batubara dan Panas Bumi KESDM berupa data peta dan penampang geologi, data
pengukuran gravity dan megnetotellurik. Data ini akan diolah untuk menghasilkan
sayatan geologi, penampang densitas, dan penampang resistivitas serta akan
diinterpretasi secara terintegrasi untuk mendapatkan kondisi atau jenis batuan dari
batuan penudung (caprock) dan batuan reservoir yang lebih akurat. Selain itu akan
dihasilkan juga dugaan sesar yang menjadi pengontrol atau zona lemah
munculnya manifestasi panasbumi dipermukaan berupa mata air panas, fumarole,
dan solfatar. Selain pengolahan data diatas, akan dilakukan pula pemodelan
kedepan untuk memprediksi kondisi bawah permukaan dari sistem panas bumi
daerah Sipoholon Ria-Ria ini. Dari pemodelan ini akan dihasilkan model
konseptual sistem panasbumi-nya.
Hasil dari interpretasi dan model konseptual kemudian dianalisa untuk
mendapatkan karakteristik sistem panas bumi dari daerah penelitian ini.
Diharapkan informasi yang kita dapatkan dari penelitian ini bisa medukung data-
data yang akan dihasilkan dari kegiatan eksplorasi lanjutan di daerah ini,
sehingga potensi dari daerah prospek ini bisa dievaluasi dan dekembangkan guna
memenuhi pasokan listrik di kabupaten Tapanuli Utara.

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Letak Daerah Penelitian ................................................................................ 3
2.2 Geologi Sipoholon ......................................................................................... 3
2.3 Sistem Panasbumi.......................................................................................... 4
2.4 Metode Geofisika .......................................................................................... 6
2.4.1 Metode Gravity ....................................................................................... 6
2.4.2 Metode Magnetotellurik ......................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 11
3.1 Diagram Alir Penelitian............................................................................... 11
3.2 Jadwal Kerja ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki sekitar 250 daerah kenampakan panasbumi dengan
potensi sekitar 27.000 MWe, yang sebagian besar tersebar sepanjang jalur
gunungapi Sunda-Banda yang terentang mulai dari Sumatera, Jawa, Bali,
Nusatenggara, Banda, Maluku, Sulawesi Utara dan kepulauan Sangir (Gambar 1).
Sekitar 20% terletak di luar jalur gunungapi, sebagian besarnya tersebar di
Sulawesi Tengah, Selatan dan Tenggara (Suhanto & Bakrun, 2003).

Panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan dan relatif murah
untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Kabupaten Tapanuli Utara adalah
salah satu daerah yang sedang berkembang di Propinsi Sumatera Utara, sehingga
pasokan listrik semakin hari semakin meningkat dengan pesat. Kebutuhan listrik
di daerah ini didapatkan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Asahan,
Sigura-gura, namun belum mencukupi untuk memasok kebutuhan listrik secara
keseluruhan sehingga sering terjadi pemadaman bergilir.
Daerah Tarutung dan Sipoholon berdasarkan manifestasi panas buminya
merupakan daerah yang cukup kaya akan sumberdaya panas bumi. Sampai saat ini
energi tersebut belum dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik sebagai
kebutuhan utama, kecuali untuk obyek wisata pemandian air panas, dan itupun
terlihat belum maksimum penggunaannya (Situmorang, 2005). Mengacu pada
Instruksi Presiden tentang penggunaan energi panas bumi untuk pemenuhan
kebutuhan listrik di Indonesia, maka daerah ini dapat menjadi salah satu pemasok
energi yang cukup besar bila sudah dieksploitasi dan dimanfaatkan.
Investasi pengembangan potensi panas bumi ini memerlukan modal besar,
teknologi maju dan memiliki risiko tinggi. Investasi awal sebuah pembangkit
listrik geotermal (PLTP) sangat bergantung pada kompleksitas alamiah dari
wilayah potensi panas bumi dan kapasitas daya listrik yang akan dibangkitkan.
Biaya investasi terbesar adalah pada investasi pembangkit listrik geotermal
(PLTP). Namun, sumber risiko investasi terbesar berasal terutama dari kurangnya
kemampuan mengenali karakteristik sistem panasbumi di bawah permukaan bumi.
Dengan demikian, penelitian kebumian tentang karateristik sistem panas bumi
adalah kunci pengendalian risiko investasi ini. Penelitian tersebut memerlukan
kemampuan geologi, geofisika dan geokimia yang bekerja secara terintegrasi.
Oleh karena itu, perlu diadakannya suatu penelitian untuk menganalisis
karakteristik panas bumi berdasarkan data geofisika dan geologi. Penelitian ini
akan dilakukan di daerah prospek panas bumi Sipoholon Ria-Ria, Kabupaten
Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis komponen penyusun panasbumi yaitu batuan tudung dan batuan
reservoir berdasarkan sifat fisika dari hasil model inversi 2D magnetotellurik
dan model inversi 3D gravity daerah Sipoholon Ria-Ria
2. Membuat model konseptual sistem panasbumi daerah Sipoholon Ria-Ria

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Data geofisika yang diolah merupakan data sekunder yaitu magnetotellurik
dan gravity
2. Karakteristik panasbumi yang dianalisis adalah komponen penyusun
sistem panasbumi yaitu batuan penudung dan reservoir berdasarkan sifat
fisika yang terdiri dari nilai resistivitas bawah permukaan berdasarkan
hasil model 2D magnetotellurik dan nilai densitas berdasarkan hasil dari
model 3D gravity
3. Membuat model konseptual sistem panasbumi daerah Sipoholon Ria-Ria

1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
karakteristik sistem panasbumi dan model konseptual sistem panasbumi daerah
Sipoholon Ria-Ria berdasarkan data geofisika dan geologi.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini untuk letak daerah penelitian, geologi daerah dan
manifestasi panasbumi dikutip dari Pusat Sumber Daya Geologi dalam
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005.

2.1 Letak Daerah Penelitian


Secara administratif lapangan Panas bumi Sipoholon terletak di Kabupaten
Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara, yang secara geografis terletak antara
98o54’00’’ - 99o01’30’’ BT dan 01o56’00’’ LU sampai 02o06’00’’ LU, atau pada
488.000 mT - 504.000 mT dan 215.600 - 232.100 mU pada sistem koordinat
UTM zona 47, belahan bumi utara. Morfologi dicirikan oleh adanya depresi yang
memanjang arah baratlaut – tenggara yang dikelilingi pegunungan dan perbukitan
bergelombang sedang – terjal. Di beberapa tempat terdapat morfologi kerucut
gunung api yaitu G. Martimbang di selatan dan G. Palangkagading di sebelah
barat laut.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2.2 Geologi Sipoholon


Geologi daerah penelitian tersusun oleh 8 satuan batuan, yang terdiri dari
batuan piroklastik dan aliran lava. Urutan satuan batuan dari yang tertua ke muda
adalah: Satuan Aliran Lava Jorbing (Tmlj), Satuan Aliran Lava Siborboron
(Tmlsb), Satuan Piroklastik Toba-1 (Qvt), Satuan Piroklastik Toba-2 (Qvt),

3
Satuan Aliran Lava Palakagading (Qvlpg), Satuan Kubah Lava Martimbang
(Qvma), Sinter Karbonat (Qgs) dan Satuan Alluvial (Qal). Struktur geologi utama
berupa sesar normal yang berarah barat laut - tenggara, yang membentuk
morfologi depresi (graben) sebagai akibat dari pergerakan Sesar Sumatera (SFS).
Selain berarah barat laut - tenggara, di beberapa tempat struktur sesar berarah
utara-selatan dan barat timur. Sesar-sesar ini mengontrol terbentuknya manifestasi
panas bumi di lokasi penelitian. Manifestasi panas bumi di daerah penelitian
terdiri atas mata air panas, bualan gas dan solfatar. Tipe air panas terdiri dari tipe
klorida, tipe bikarbonat dan tipe sulfat. Beberapa contoh manifestasi mata air
panas terdapat pada daerah penelitian yaitu mata air panas Sipoholon, Hutabarat,
Sitompul, Tapian Nauli, Sipolhas, Parbubu-2, Ugan, Penabungan, Pansur Batu,
Simamora, dan Sait Nihuta (Hasan, 2005).

2.3 Sistem Panasbumi


Panasbumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan
tersimpan dalam bentuk air panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu
pada kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Hochstein dan Browne
(2000) mendefinisikan sistem panasbumi sebagai perpindahan panas secara alami
dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sumber
panas ke zona pelepasan panas. Kunci kekuatan untuk menggerakkan fluida
adalah perbedaan densitas antara air resapan yang suhunya lebih rendah dan
bergerak ke bawah dengan fluida panasbumi yang suhunya lebih tinggi yang
kemudian muncul ke permukaan bumi oleh gaya pengapungan.
Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradient panasbumi relatif
normal, terutama pada bagian tepi lempeng dimana gradient panasbumi biasanya
mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-rata (Dickson dan
Fanelli, 2004). Terdapat empat elemen penting yang berpengaruh dalam sistem
panasbumi, terutama sistem panasbumi hidrotermal yang terdapat di sebagian
besar Indonesia, yaitu:

1) Sumber Panas
Panas dapat berpindah secara konduktif, konvektif dan radiasi. Pada sistem
panasbumi perpindahan panas umumnya secara konduktif dan konvektif. Transfer
panas secara konduktif pada batuan terjadi akibat adanya interaksi atomik/molekul
penyusun batuan dalam mantel sedangkan perpindahan panas secara konvektif
adalah perpindahan panas yang di ikuti oleh perpindahan massa (molekul).
Sumber panas dalam sistem panasbumi pada umumnya berasal dari magma.
Terbentuknya magma pada awalnya berasal dari hasil pelelehan mantel (partial
melting) sebagai akibat penurunan titik didih mantel karena adanya infiltrasi H2O
dari zona subduksi. Magma dapat terjadi karena pelelehan sebagian kerak bumi

4
pada proses penebalan lempeng benua seperti yang terjadi pada tumbukan antar
lempeng benua (collision).

2. Fluida Panasbumi
Fluida panasbumi berasal dari air permukaan (air meteorik) yang masuk ke
bawah permukaan melalui rekahan maupun ruang antar butiran batuan
membentuk sistem kantong fluida/reservoir. Fluida juga dapat berasal dari batuan
dalam bentuk air magmatik (air juvenil). Karakteristik fluida panasbumi dapat
memberikan informasi tentang tipe sistem panasbumi, hal penting yang di analisis
untuk menentukan karakteristik fluida dalam reservoir meliputi pendugaan
temperatur reservoir (geothermometer), komposisi kimia fluida, asal-usul fluida,
interaksi fluida terhadap batuan serta pencampuran fluida reservoir dengan fluida
lain (mixing).

3. Batuan Reservoir
Reservoir adalah lapisan yang tersusun dari batuan yang memiliki sifat
permeabel dan porositas tinggi yang berperan untuk menyimpan fluida yaitu uap
dan air panas yang berasal dari hasil pemanasan (konvektif dan konduktif) dalam
suatu sistem hidrotermal. Lapisan ini bisa berasal dari batuan klastik atau batuan
vulkanik yang telah mengalami rekahan secara kuat. Reservoir panasbumi yang
produktif harus memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi, ukuran volume
cukup besar, suhu tinggi dan kandungan fluida yang cukup. Permeabilitas
dihasilkan oleh karakteristik stratigrafi (misal porositas intergranular pada lapili,
atau lapisan bongkah lava) dan unsur struktur (misalnya sesar, kekar dan rekahan).
Geometri reservoir hidrothermal di daerah vulkanik merupakan hasil interaksi
yang kompleks dari proses vulkano-tektonik aktif antara lain stratigrafi yang lebih
tua dan struktur geologi.

4. Batuan Penudung
Lapisan penudung (caprock) berfungsi sebagai penutup reservoir untuk
mencegah keluar atau bocornya fluida panas bumi dari reservoir. Batuan
penudung harus berupa lapisan batuan yang bersifat kedap atau memiliki
permeabilitas rendah. Lapisan penudung umumnya tersusun oleh lapisan batuan
yang terdiri dari mineral lempung sekunder hasil ubahan (alterasi) akibat interaksi
fluida dengan batuan yang dilewatinya. Mineral-mineral lempung sekunder yang
umum membentuk lapisan penudung adalah montmorilonite, smectite, illite,
kaolin, dan phyrophyllite. Di lingkungan tektonik aktif batuan penudung
mangalami deformasi dan membentuk rekahan, tetapi dengan adanya proses kimia
yaitu berupa pengendapan mineral sangat membantu dalam menutup rekahan
yang terbentuk (self sealing), contohnya pengendapan kalsit dan silika.

5
Ilustrasi proses terbentuknya suatu sistem panas bumi dapat dilihat pada
Gambar 2 yang dianalogikan seperti ceret yang berisi air dan dipanaskan oleh api,
seiring dengan meningkatnya tekanan dan temperatur dalam wadah tersebut maka
air akan mengalami perubahan fasa membentuk uap air.

Gambar 2. Ilustrasi Sistem Panasbumi (Sumber: Zarkasyi, 2010)

2.4 Metode Geofisika


Metode geofisika merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang
mempelajari bidang bumi khususnya perut bumi berdasarkan konsep fisika.
Secara umum metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif
dan aktif. Survei geofisika yang sering dilakukan yaitu metode gravity, magnetik,
seismik, geolistrik dan elektromagnetik. Dalam penelitian ini, survei geofisika
yang dipakai adalah survei dari metode gravity dan metode magnetotellurik.

2.4.1 Metode Gravity


Metode gravity (gaya berat) digunakan untuk menggambarkan
bentuk/struktur geologi bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi
bumi yang muncul akibat perbedaan densitas batuan. Metode ini dapat digunakan
di daerah prospek panasbumi karena sistem panasbumi tersusun dari batuan
penudung, reservoir, dan batuan dasar yang masing-masing mempunyai densitas
berbeda.

6
Dalam survei gayaberat yang menjadi obyek penelitian adalah perbedaan
medan gravitasi antar titik lokasi pengukuran di permukaan bumi. Keterdapatan
suatu material/massa tertentu seperti batuan sumber panas di dalam kulit bumi
akan menyebabkan gangguan pada medan gravitasi yang kemudian dikenal
dengan anomali gayaberat. Dengan adanya variasi densitas batuan di bawah
permukaan, maka dapat ditarik kelurusan/struktur geologi berdasarkan gayaberat.
Metode gayaberat ini dalam survei suatu panasbumi dibutuhkan baik untuk survei
pendahuluan (awal) maupun tahap eksplorasi. Perbedaan hasil gayaberat diantara
kedua tahapan survey tersebut dalam hal skala peta dan kerapatan titik ukur.
Variasi gaya berat pada setiap titik di permukaan bumi ini dipengaruhi oleh
5 faktor (Telford, 1976) yaitu lintang, ketinggian, topografi, pasang surut, dan
variasi densitas batuan. Sehingga dalam pengukuran dan interpretasi, faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan.

2.4.1.1 Anomali Bouguer


Konsep anomali gayaberat (anomali Bouguer) yaitu perbedaan nilai
gayaberat terukur dengan nilai gayaberat acuan, yaitu nilai gayaberat teoritis
untuk suatu model teoritis bumi. Perbedaan tersebut merefleksikan variasi rapat
massa yang terdapat pada suatu daerah dengan daerah sekelilingnya kearah lateral,
maupun kearah vertikal. Tujuan akhir penerapan metoda gayaberat pada
eksplorasi sumber daya alam maupun studi keilmuan adalah mendapatkan
gambaran bawah permukaan anomali rapat massa (Sarkowi, 2009).

2.4.1.2 Densitas Batuan


Dalam metoda gayaberat, distribusi parameter fisika yaitu densitas dari
material di bawah permukaan bumi berasosiasi dengan kondisi dan struktur
geologi di dalam bumi, sehingga mengetahui karakteristik densitas dari tiap jenis
batuan patut diketahui oleh para geofisikawan, karena nilai percepatan gravitasi
yang terukur di permukaan bumi akan bervariasi dipengaruhi oleh variasi
distribusi densitas material (batuan) yang berada di bawah-permukaan bumi.
Berdasarkan Telford (1990) nilai densitas batuan dapat dilihat pada Tabel 1.

2.4.2 Metode Magnetotellurik


2.4.2.1 Konsep Metode Magnetotellurik
Magnetotellurik (MT) merupakan teknik eksplorasi pasif yang
memanfaatkan spektrum lebar dari variasi geomagnet yang terjadi sacara alami
sebagai sumber untuk induksi elektromagnetik ke dalam bumi. MT berbeda
dengan teknik geolistrik aktif yang mana sumber arusnya diinjeksikan kedalam
tanah (Simpson & Bhar, 2005).

7
Tabel 1. Nilai Densitas Batuan (Telford, 1990)

Metode magnetotellurik (MT) adalah metode sounding elektromagnetik


(EM) dengan mengukur secara pasif komponen medan listrik (E) dan medan
magnet alam (H) yang berubah terhadap waktu. Perbandingan antara medan listrik
dengan medan magnet yang saling tegak lurus disebut impedansi, yang
merupakan sifat kelistrikan suatu medium seperti konduktivitas dan resistivitas.

8
Kurva sounding yang dihasilkan dari metode MT merupakan kurva resistivitas
semu terhadap frekuensi yang menggambarkan variasi konduktivitas listrik
terhadap kedalaman. Metode magnetotellurik memanfaatkan variasi medan
elektromagnetik alam dengan frekuensi yang sangat lebar yaitu antara 10-5 Hz –
104 Hz. Dengan jangkauan frekuensi yang lebar, metode ini dapat digunakan
untuk investigasi bawah permukaan dari kedalaman beberapa puluh meter hingga
ribuan meter di bawah permukaan bumi. Semakin rendah frekuensi yang dipilih
maka akan semakin dalam jangkauan penetrasi, dan sebaliknya. Rasio antara
medan listrik dan medan magnet akan memberikan informasi konduktivitas bawah
permukaan. Rasio pada bentang frekuensi tinggi memberikan informasi bawah
permukaan dangkal, sedangkan rasio pada bentang frekuensi rendah memberikan
informasi bawah permukaan dalam. Rasio tersebut dapat direpresentasikan
sebagai MT-apparent resistivity dan fasa sebagai fungsi dari frekuensi.
Dari pengukuran menggunakan metode MT ini akan dihasilkan penampang
resistivitas 2D. Penampang resistivitas ini akan menggambarkan kondisi bawah
permukaan bumi. Dengan menggunakan estimasi rentang nilai resistivitas seperti
pada Gambar 3, maka kita bisa menginterpretasi bawah permukaannya seperti
apa.

Gambar 3. Rentang Nilai Resistivitas Beberapa Batuan (Kearey, 2002)

2.4.2.2 Skin Depth Pada Magnetotellurik (δ)


Persamaan skin depth didefinisikan sebagai kedalaman pada suatu medium
homogen dimana amplitudo gelombang EM telah tereduksi menjadi 1/e dari
amplitudonya di permukaan bumi (Cagniard, 1953). Besaran tersebut dirumuskan
sebagai berikut:

9
δ = 500 √𝜌𝑇 …………………………….. (1)
dimana: δ adalah kedalaman penetrasi (m), ρ adalah resistivitas medium (ohm.m)
dan T adalah periode (sekon).

Besaran skin depth digunakan untuk memperkirakan kedalaman penetrasi atau


kedalaman investigasi gelombang EM.

10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian


Penelitian Tugas Akhir ini akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut.

Mulai

Studi Literatur

Tinjauan Pengolahan Pengolahan Pemodelan


Geologi Data Gravity Data MT Kedepan

Sayatan Penampang Penampang


Geologi Densitas Resistivitas

Interpretasi
Model Model
Densitas Resistivitas
3D Gravity 2D MT

Karakteristik
Sistem
Model Konseptual
Panasbumi
Sistem Panasbumi

Analisis

Selesai

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

11
3.2 Jadwal Kerja
Penelitian Tugas Akhir ini akan dilakukan dengan jadwal kegiatan sebagai
berikut.

Tabel 2. Rencana Kegiatan Penelitian

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi
1
Literatur
Pengumpulan
2
Data
Tinjauan
3
Geologi
Pengolahan
4
Data Gravity
Pengolahan
5
Data MT
Interpretasi
6 Data Gravity
dan MT
Pemodelan
7
Kedepan
Membuat
Model
8 Konseptual
Sistem
Panasbumi
Analisis
Karakteristik
9
Sistem
Panasbumi
Pembuatan
10 Laporan
Akhir

12
DAFTAR PUSTAKA

Dickson, M.H and Fanelli, M. 2004. What is Geothermal Energy. University of


Colombia

Hasan, R, dkk. 2005. Geologi Daerah Panas Bumi Sipoholon-Tarutung


Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara. Pemaparan Hasil Kegiatan
Lapangan Subdit Panas Bumi. Jakarta: PSDG

Hochstein, M. P. dan Browne, P. R. L. 2000. Surface Manifestation of


Geothermal Systems with Volcanic Heat Sources. Encyclopedia of
Volcanoes, H. Sigurdsson, B.F.. Houghton, S.R., McNutt, H., Rymer dan
J. Stix (eds.). Academic Press

Kearey, P., Brooks, M., Hill, I. 2002. Introduction to Geophysical Exploration. 3rd
Edition. Blackwell Science

Sarkowi, M. 2009. Modul Praktikum Metode Gayaberat. Universitas Lampung

Simpson, F. dan Bahr, K. 2005. Practical Magnetotellurics. London: Cambridge


University Press

Situmorang, T. 2005. Penyelidikan Geomagnet Daerah Panas Bumi Ria-Ria


Sipoholon, Tarutung, Tapanuli Utara – Sumatra Utara. Pemaparan Hasil
Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi. Jakarta: PSDG

Suhanto, E & Bakrun. 2003. Studi Kasus Lapangan Panas Bumi Non Vulkanik di
Sulawesi : Pulu, Mamasa, Parara dan Mangolo. Jakarta: Subdit Panas
Bumi

Telford, W. M. et all. 1990. Applied Geophysics. London: Cambridge University


Press

Zarkasyi, A. 2010. Model Sistem Panasbumi Daerah Jaboi Pulau Weh, Nangroe
Aceh Darussalam Berdasarkan Analisis Geofisika (Gaya Berat, Magnet,
Geolistrik). Tesis. Bandung

13

Anda mungkin juga menyukai