Anda di halaman 1dari 2

Migas non-kovensional adalah minyak dan gas bumi yang terkandung dalam batuan induk itu

sendiri maupun yang telah bermigrasi dan berkumpul pada batuan lainnya (reservoir) yang berdekatan
dengan karakteristik permeabilitas rendah-sangat rendah.
Seiring dengan menipisnya cadangan migas selama ini, maka potensi migas non-konvensional
sangat menjanjikan untuk dieksplorasi dan dikembangkan karena pada dasarnya sumber migas non-
konvensional ini sangat besar bila dibandingkan dengan migas konvensional. Contohnya yaitu shale oil
dan shale gas.

1. Shale gas
a. Pengertian : Shale gas adalah gas yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat
terbentuknya gas bumi. Shale merupakan batuan sedimen klastik berbutir halus yang tersusun
atas campuran antara mineral lempung dan fragmen kecil dari mineral lain seperti kuarsa,
dolomit, dan kalsit. Shale dikarakterisasi sebagai laminasi tipis yang sejajar dengan lapisan
batuan.
b. Keterdapatan : Hasil kajian EIA/ARI dalam laporannya tentang World Shale gas and Shale oil
Resources Assessment pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa potensi shale oil and shale gas
di Indonesia utamanya terkandung dalam formasi endapan laut dan sebagian pada formasi
batuan serpih non-marine yang berupa coaly shale deposits. Potensi besar terdapat di Cekungan
Sumatra Tengah (Formasi Brown Shale), Cekungan Sumatra Selatan (Formasi Talang Akar),
Cekungan Kutai (Formasi Balikpapan) dan Cekungan Tarakan (Formasi Tabul, Formasi Meliat
dan Formasi Naintupo) dengan endapan batuan serpih tebal yang umumnya merupakan
endapan lakustrin.
c. Ekplorasi : 1. Metode Ekstraksi Konvensional (Batuan shale ditambang, dihancurkan, dan
dipanaskan ke temperatur tinggi (500°F-932°F) sehingga kerogen akan terurai menjadi molekul
yang lebih kecil. Kemudian, kerogen yang telah dipanaskan melalui proses distilasi bertingkat)
2. In-Situ Pyrolysis (Pemanasan kerogen juga dapat dilakukan dari dalam permukaan bumi
atau yang seringkali dikenal dengan nama in-situ pyrolysis. Kerogen oil shale ini harus
dipanaskan dengan suhu antara 650°F dan 700°F. Selain itu, proses surface retorting juga
dibutuhkan yaitu pemanasan dengan menggunakan rentang suhu antara 900°F sampai 950°F)
3. Metode Fracking (dilakukan dengan cara memompakan jutaan galon air, pasir dan bahan
kimia (asam sitrat, benzena dan formaldehida) kedalam perut bumi. Semua material tersebut
dipompakan melalui lubang sumur yang telah dibor horizontal kedalam formasi shale rock
dengan menggunakan tekanan hingga 15.000 lb/in2. Liquid yang diinjeksikan akan
menyebabkan ekstraksi di dalam sumur dan akan melepaskan gas dan minyak dari celah/pori
batuan sehingga minyak dan gas tersebut dapat diproduksi atau diangkut ke atas permukan.
d. Keuntungan dan kerugian :a. lebih bersih daripada batubara yang dianggap sebagai sumber
energy paling kotor b.mampu menurunkan biaya produksi karena kemungkinan produksi shale
gas akan memicu penurunan harga gas alam secara signifikan.
c. produksi shale gas yang besar juga akan membantu meningkatkan ketahanan energi.
d.mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang mahal yaitu minyak bumi dan batubara.
Kerugian (memiliki emisi karbon yang signifikan bila dibandingkan dengan sumber energi
terbarukan lainnya.
proses fracking untuk memperoleh shale gas juga masih dianggap sebagian pihak membahayakan
lingkungan khususnya karena memerlukan air dengan jumlah yang besar serta penggunaan bahan-
bahan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.

2. CBM
a. Pengertian : adalah suatu bentuk gas alam yang berasal dari batu bara (coal). Gas yang
terperangkap pada batubara sebagian besar terdiri dari gas metana, sehingga secara umum
gas ini disebut dengan Coal Bed Methane atau disingkat CBM
b. Keterdapatan : Di dalam lapisan batubara banyak terdapat rekahan (cleat), yang terbentuk
ketika berlangsung proses pembatubaraan. Melalui rekahan itulah air dan gas mengalir di
dalam lapisan batubara. Adapun bagian pada batubara yang dikelilingi oleh rekahan itu
disebut dengan matriks (coal matrix), tempat dimana kebanyakan CBM menempel pada
pori-pori yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, lapisan batubara pada target
eksplorasi CBM selain berperan sebagai reservoir, juga berperan sebagai source rock.
Dari penelitian Steven dan Hadiyanto, 2005, (IAGI special publication) ada 11 cekungan
batubara (coal basin) di Indonesia yang memiliki CBM, dengan 4 besar urutan cadangan
sebagai berikut: 1. Sumsel (183 Tcf), 2. Barito (101.6
c. Eksplorasi : Pada metode produksi CBM secara konvensional, produksi yang ekonomis
hanya dapat dilakukan pada lapisan batubara dengan permeabilitas yang baik. Tapi
dengan kemajuan teknik pengontrolan arah pada pengeboran, arah lubang bor dari
permukaan dapat ditentukan dengan bebas, sehingga pengeboran memanjang dalam suatu
lapisan batubara dapat dilakukan. Seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah, produksi
gas dapat ditingkatkan volumenya melalui satu lubang bor dengan menggunakan teknik
ini.
d. Keuntungan dan kerugian : Salah satu keunggulan CBM dibandingkan dengan batubara
adalah sifatnya yang lebih ramah lingkungan. Produksi CBM tidak memerlukan
pembukaan area yang luas seperti tambang batubara. Pembakaran CBM juga tidak
menghasilkan toksin, serta tidak mengeluarkan abu dan hanya melepaskan sedikit CO2
per unit energi dibandingkan dengan batubara, minyak, ataupun kayu. Disamping itu,
batubara dapat menyimpan gas 6-7 kali lebih banyak dari reservoir gas konvensional,
sehingga sumberdaya CBM sangat besar dan menjanjikan untuk dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai