Bab 6
Deret Fourier dan Transformasi
Fourier
6.1
Fungsi Periodik
Suatu fungsi dikatakan periodik jika nilai fungsi tersebut berulang untuk
selang besaran tertentu. Secara definisi, dapat dikatakan bahwa suatu fungsi
f (x) disebut periodik jika f (x + p) = f (x) untuk setiap x; bilangan p disebut
sebagai perioda. Misalnya fungsi f (x) = sin x periodanya adalah 2karena
2x
sin(x + 2) = sin x. Secara umum diperoleh perioda dari fungsi sin
T
adalah T .
Gerak benda yang dinyatakan dalam gerak harmonik sederhana (simple harmonic motion) dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi sinus ataupun
fungsi cosinus. Telah diuraikan disinggung sebelumnya bahwa bilangan kompleks (diagram Argand) dapat juga digunakan untuk menyatakan posisi benda. Hubungan antara penulisan bilangan kompleks dengan sinus dan cosinus
juga telah dibahas pada BAB V, yaitu yang dapat dituiskan dalam bentuk
z = x + iy = A(cos t + sin t) = Aeit
6.2
(6.1)
Konsep nilai rata-rata suatu fungsi serupa dengan konsep rata-rata suatu
kumpulan bilangan. Bila terdapat sekumpulan bilangan, maka nilai rata-rat
bilangan tersebut adalah diperoleh dengan menjumlahkan bilangan-bilangan
tersebut kemudian membaginya dengan banyaknya bilangan yang dijumlahkan. Demikian halnya dengan rata-rata suatu fungsi f (x). Misalkan ingin
117
118
dicari rata-rata suatu fungsi f (x) dalam selang interval antara x = a sampai
x = b. Rata-rata tersebut dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai fungsi
f (x) di setiap nilai x kemudian membaginya dengan banyaknya x. Seperti
halnya konsep integral sebagai penjumlahan strip-strip di bawah suatu fungsi
sebagaimana yang telah di bahas pada BAB IV, maka penjumlahan fungsi dalam konsep rata-rata juga dinyatakan dalam bentuk integral. Dengan
demikian rata-rata suatu fungsi f (x) pada interval [a, b] dapat dinyatakan
sebagai
Z
b
f (x)dx
(6.2)
ba
Tinjau dua buah fungsi yang dinyatakan dengan f (x) = sin2 x dan g(x) =
cos2 x. Nilai rata-rata fungsi ini untuk interval [, ] (satu periode) adalah
Z
2
1
sin x [,] =
sin2 x dx
2
Z
2
1
cos2 x dx
cos x [,] =
2
hf (x)i[a,b] =
2
1
sin x [,] + cos x [,] =
(sin2 x + cos2 x) dx = 1
2
sin2 x
[,]
1
= cos2 x [,] =
2
(6.3)
6.3
sin2 nx
[,]
1
= cos2 nx [,] =
2
(6.4)
Koefisien Fourier
(6.5)
119
Karena sin nx dan cos nx mempunyai perioda sebesar 2, maka berarti fungsi f (x) tersebut juga mempunyai perioda sebesar 2. Kemudian dengan
mengingat beberapa hubungan berikut ini
Z
1
sin mx cos nx dx = 0
(6.6)
hsin mx cos nxi[,] =
2
Z
1
=
sin mx sin nx dx
2
0, m 6= n
= 12 , m = n 6= 0
0, m = n = 0
Z
1
=
cos mx cos nx dx
2
0, m 6= n
= 12 , m = n 6= 0
1, m = n = 0
(6.7)
(6.8)
1
kemudian diintegralkan
2
a0 =
f (x) dx
(6.9)
120
1
f (x) cos x dx = a1
2
cos2 x dx =
a1
2
atau
1
a1 =
f (x) cos x dx
f (x) cos nx dx
(6.10)
1
sin x dan
2
kemudian mengintegralkannya pada interval [, ] maka akan diperoleh koefisien bn dengan cara yang sama yaitu yang dapat dinyatakan dalam bentuk
umum sebagai berikut
Selanjutnya bila fungsi f (x) tersebut di atas dikalikan dengan
1
bn =
f (x) sin nx dx
(6.11)
Dengan cara seperti yang dijelaskan di atas, maka suatu fungsi periodik dapat
diuraikan (dieskpansikan) ke dalam suatu deret sinus cosinus yang dikenal
sebagai deret Fourier.
Contoh
Suatu fungsi yang dinyatakan dengan
f (x) =
0,
1,
< x < 0,
0 < x < ,
121
an =
Z
1
f (x) sin nx dx
Z 0
Z
1
0 sin nxdx +
1 sin nxdx
=
0
Z
1
=
sin nxdx
0
0,
untuk n genap,
=
2
, untuk n ganjil
n
bn =
1 2
f (x) = +
2
6.4
einx einx
,
2i
cos nx =
einx + einx
2
(6.12)
122
1.2
1
0.8
0.6
0.4
n= 3
0.2
n=9
n= 15
0
-4
-2
-0.2
Gambar 6.1: Uraian deret Fourier dari fungsi f (x) untuk n = 3, 9 dan 15.
Dengan demikian berarti deret Fourier dapat pula dinyatakan dalam bentuk
fungsi kompleks.
f (x) = c0 + c1 eix + c1 eix + c2 e2ix + c2 e2ix + . . .
n=+
X
cn einx
=
(6.13)
n=
(6.14)
123
1
Dengan demikian bila fungsi f (x) dikalikan dengan
kemudian diintegralk2
an dari x = hingga x = , maka akan diperoleh
Z
Z
1
1
f (x)dx = c0 = c0 =
f (x)dx
2
2
Selanjutnya bila fungsi f (x) tersebut dikalikan dengan einx kemudian diintegralkan dari x = hingga x = , maka akan diperoleh
Z
Z
Z
1
1
1
inx
inx
f (x)e
dx = c0
e
dx + c1
einx eix dx
2
2
2
Z
1
+ c1
einx eix dx + . . .
2
yang memberikan nilai untuk koefisien cn yaitu
Z
1
f (x)einx dx
cn =
2
(6.16)
Uraian deret Fourier di atas adalah untuk fungsi dengan periode sebesar 2
dengan interval [, ]. Fungsi dengan periode 2 namun dengan interval
lainnya yaitu misalnya [0, 2] juga mempunyai bentuk ungkapan koefisien an ,
bn dan cn yang sama, hanya berbeda pada batas integralnya, yaitu
Z
1 2
f (x) cos nx dx
(6.17)
an =
0
Z
1 2
f (x) sin nx dx
(6.18)
bn =
0
Z 2
1
cn =
f (x)einx dx
(6.19)
2 0
Bagaimana halnya dengan uraian untuk fungsi yang periodanya tidak
sama dengan 2 tapi misalkan 2l (baik dalam interval [l, l] ataupun [0, 2l])?
Untuk mendapatkan ungkapan koefisien deret Fourier
dalam
nx
bentuk yang
lebih umum tersebut perhatikanlah bahwa fungsi sin
mempunyai pel
rioda sebesar 2l, yang dapat ditunjukkan dengan
n
nx
nx
sin
(x + 2l) = sin
+ 2n = sin
l
l
l
124
nx
l
perioda sebesar 2l. Dengan demikian f (x) dalam persamaan 6.5 diuraikan
menggunakan fungsi sinus dan cosinus yang mempunyai perioda 2l sehingga
menjadi
1
x
2x
3x
f (x) = a0 + a1 cos
+ a2 cos
+ a3 cos
+ ...
2
l
l
l
x
2x
3x
+ b1 sin
+ b2 sin
+ b3 sin
+ ...
l
l
l
(6.20)
Demikian juga f (x) pada persamaan 6.13 dapat dituliskan dalam bentuk
f (x) = c0 + c1 eix/l + c1 eix/l + c2 e2ix/l + c2 e2ix/l + . . .
n=+
X
cn einx/l
=
(6.21)
n=
Kemudian dengan menggunakan beberapa persamaan sebagaimana persamaan 6.6 6.8, namun dengan perioda dan interval yang berbeda
1
2l
sin
l
nx
mx
cos
dx
l
l
0,
nx
mx
1
sin
dx = 12 ,
sin
2l l
l
l
0,
Z
0,
mx
nx
1 l
cos
cos
dx = 21 ,
2l l
l
l
1,
Z
=0
(6.22)
m 6= n
m = n 6= 0
m=n=0
(6.23)
m 6= n
m = n 6= 0
m=n=0
(6.24)
Selanjutnya dengan proses yang sama sebagaimana ketika mendapatkan koefisienkoefisien Fourier di atas, maka akan diperoleh (untuk interval [l, l])
1
an =
l
bn =
1
l
nx
dx
l
f (x) sin
nx
dx
l
l
l
1
cn =
2l
f (x) cos
f (x)einx/l dx
l
(6.25)
125
(6.26)
Contoh
Ekspansikan fungsi berikut
f (x) =
0,
1,
0 < x < l,
l < x < 2l,
, n ganjil
in
dan juga
Z
1
1 2l
f (x)dx =
c0 =
2l l
2
Dengan demikian diperoleh
1 3ix/l 1 3ix/l
1
1
ix/l
ix/l
f (x) =
e
e
+ e
e
+ ...
2 i
3
3
3x
x 1
1 2
+ sin
+ ...
sin
=
2
l
3
l
Plot uraian Fourier fungsi tersebut untuk l = 1 ditunjukkan dalam gambar
6.2.
126
1.2
1
0.8
0.6
0.4
n=3
n=7
0.2
n = 17
0
0
0.5
1.5
2.5
-0.2
Gambar 6.2: Uraian deret Fourier dari fungsi f (x) untuk n = 3, 7 dan 17
dengan l = 1.
6.5
Suatu fungsi f (x) dikatakan sebagai fungsi genap jika f (x) = f (x). Misalnya adalah f (x) = x2 , f (x) = cos x dan lain sebagainya. Sedangkan suatu
fungsi f (x) dikatakan sebagai fungsi ganjil jika f (x) = f (x). Contoh
fungsi ganjil adalah f (x) = x, f (x) = sin x, f (x) = x3 dan lain sebagainya.
Secara grafis fungsi genap ditandai dengan kesimetrian terhadap sumbu vertikal sedangkan fungsi ganjil ditandai dengan kesimetrian terhadap titik pusat
koordinat. Dengan sifat kesimetrian fungsi genap dan fungsi ganjil tersebut,
maka dapat dituliskan bahwa
Z l
Z l
2
f (x) dx, jika f (x) fungsi genap
f (x) dx =
(6.27)
0
l
0,
jika f (x) fungsi ganjil
Tinjau suatu fungsi f (x) yang merupakan fungsi ganjil dan fungsi lain
g(x) yang merupakan fungsi genap. Misalkan perkalian kedua fungsi tersebut
dinyatakan dengan h(x) = f (x)g(x). Dengan menggunakan sifat fungsi ganjil
dan fungsi genap dapatlah dinyatakan bahwa
h(x) = f (x)g(x) = f (x)g(x) = h(x)
Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil perkalian dua fungsi yang berbeda
(yang satu fungsi ganjil dan yang lain fungsi genap) akan menghasilkan fungsi
127
f (x) cos
l
nx
dx = 0
l
nx
menghasilkan fungsi genap, sehingga dengan persaSedangkan f (x) sin
l
maan 6.27 diperoleh
1
bn =
l
2
nx
dx =
f (x) sin
l
l
l
f (x) sin
0
nx
dx
l
nx
menghasilkSebaliknya jika f (x) adalah fungsi genap, maka f (x) cos
l
an fungsi genap sehingga berdasarkan persamaan 6.27 dapat diperoleh
an =
1
l
f (x) cos
l
2
nx
dx =
l
l
f (x) cos
0
nx
dx
l
nx
menghasilkan fungsi ganjil, sehingga dengan persaSedangkan f (x) sin
l
maan 6.27 diperoleh
1
bn =
l
f (x) sin
l
nx
dx = 0
l
an = 0
Z
Jika f (x) fungsi ganjil maka
nx
2 l
bn =
f (x) sin
dx
l 0
l
Z
nx
2 l
f (x) cos
dx
an =
Jika f (x) fungsi genap maka
l 0
l
bn = 0
(6.28)
(6.29)
128
6.6
Teorema Parseval
X
X
1
bn sin nx
an cos nx +
f (x) = a0 +
2
1
1
(6.30)
Nilai rata-rata suatu fungsi dalam interval [, ] telah dijelaskan pada bagian awal BAB ini. Bila dicari nilai rata-rata dari fungsi [f (x)]2 untuk selang
[, ] maka dapat dituliskan
[f (x)]
[,]
[f (x)]2 dx
(6.31)
2
= 12 a0 , (an cos nx)2 [,] =
Dengan mengingat bahwa
[,]
2
1 2
1 2
a dan (bn sin nx) [,] = 2 bn , maka dapat dinyatakan
2 n
[f (x)]
[,]
1
=
2
2
1
a
2 0
1
=
2
[f (x)] dx =
1
a0
2
2
1X 2 1X 2
+
a +
b (6.32)
2 1 n 2 1 n
6.7
Transformasi Fourier
X
a0 X
+
an cos n x +
bn sin n x
f (x) =
2
n=1
n=1
(6.33)
129
dengan
1
a0 =
l
Zl
f ( ) d
Zl
f ( ) cos n d
Zl
f ( ) sin n d
1
an =
l
(6.34)
1
bn =
l
Zl
1X
f ( ) d +
cos n x
l n=1
Zl
f ( ) cos n d
Zl
f ( ) sin n d
1X
+
sin n x
l n=1
(6.35)
Kemudian karena
= n+1 n =
(n + 1) n
=
l
l
l
=
l
Zl
f ( ) d
Zl
Zl
Z
Z+
Z+
1
f ( ) sin d d
f ( ) cos d + sin x
cos x
f (x) =
130
Z+
f ( ) cos d
Z+
f ( ) sin d
1
B() =
A() cos x d +
B() sin x d
(6.36)
Selain itu f ( ) sin menjadi bersifat fungsi ganjil sehingga B() = 0. Dengan demikian jika f (x) merupakan fungsi genap, maka diperoleh integral
Fourier cosinus1 :
Z
f (x) = A() cos x d
0
2
A() =
(6.37)
f (x) cos x dx
Sedangkan jika f (x) merupakan fungsi ganjil maka f (x) = f (x) dan
Z+
f (x) dx = 0, selanjutnya f (x) cos x bersifat fungsi ganjil sehingga dipe-
Beberapa buku teks menggunakan ungkapan yang sedikit berbeda berkaitan dengan konstanta dalam integral Fourier. Misalnya dalam buku BOAS, ungkapan inq R
2
tegral Fourier cosinus dinyatakan sebagai f (x) =
A() cos x d dan A() =
0
q R
2
f (x) cos x dx
131
f (x) =
B() sin x d
2
B() =
(6.38)
f (x) sin x dx
Integral Fourier dapat juga diungkapkan dalam bentuk fungsi eksponen, yaitu
dalam bentuk
Z+
C()eix d
f (x) =
1
C() =
2
(6.39)
Z+
f (x)eix dx
Contoh 1
Suatu fungsi nonperiodik dinyatakan dengan
(
1, 1 < x < 1
f (x) =
0, |x| > 1
Nyatakanlah fungsi tersebut dalam bentuk integral Fourier.
Fungsi f (x) tersebut merupakan fungsi genap, sehingga dapat dinyatakan
2
A() =
2
f (x) cos x dx =
Z1
cos x dx =
2 sin
=
f (x) =
A() cos x d
2
=
Z
0
sin
cos x d
2
[sin 0]