SKRIPSI
Oleh:
ADI SAPUTRA
H1F115002
2019
i
25
RINGKASAN
ix
SUMMARY
x
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, sehingga penulis dapat
penyusunan Skripsi ini, yang hanya dengan bantuan berbagai pihak, maka
Skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis
1. Bapak Dr. Abdul Ghofur, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi
Skripsi ini.
mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut. Akhir kata, semoga Skripsi ini
rekayasa material.
Adi Saputra
xi
DAFTAR ISI
xii
2.7 Karakterisasi Material Komposit .......................................... 16
2.8 Perpindahan Panas ............................................................. 17
2.9 Konduktivitas Termal ........................................................... 21
2.10 Isolator Panas ..................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 25
3.2 Peralatan Penelitian ............................................................ 25
3.3 Bahan yang Digunakan ....................................................... 32
3.4 Perhitungan Komposisi Komposit ........................................ 34
3.5 Prosedur Penelitian ............................................................. 35
3.6 Diagram Alir Penelitian ........................................................ 42
3.7 Variabel Penelitian .............................................................. 43
3.8 Metode Pengambilan Data .................................................. 43
3.9 Cara Pengolahan Data ........................................................ 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Spesifikasi Sampel Uji ......................................................... 45
4.2 Data Hasil Pengujian ........................................................... 50
4.3 Pengolahan Data ................................................................ 51
4.4 Pembahasan ....................................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 68
5.2 Saran .................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 3.17 Laptop/notebook ....................................................... 32
Gambar 3.18 Serat bemban ........................................................... 32
Gambar 3.19 Polyester resin .......................................................... 32
Gambar 3.20 Katalis ....................................................................... 33
Gambar 3.21 Wax/kit mobil ............................................................ 33
Gambar 3.22 Air mineral ................................................................ 33
Gambar 3.23 NaOH ....................................................................... 34
Gambar 3.24 Serat bemban yang sudah dipotong ......................... 36
Gambar 3.25 Perebusan serat bemban .......................................... 36
Gambar 3.26 Larutan alkali dengan (1) konsentrasi 1%dan
(2) konsentrasi 4% .................................................... 36
Gambar 3.27 Perendaman serat dalam larutan alkali dengan
(1) konsentrasi 1% dan (2) konsentrasi 4% ............... 37
Gambar 3.28 Penjemuran serat yang sudah di alkalisasi ............... 37
Gambar 3.29 Cetakan yag sudah diolesi wax ................................. 38
Gambar 3.30 Peletakan serat bemban ke dalam cetakan .............. 38
Gambar 3.31 Sampel uji ................................................................. 39
Gambar 3.32 Prosedur pemasangan sampel dan termokopel pada
alat Heat Insulation House ........................................ 39
Gambar 3.33 Prosedur pengambilan data temperatur .................... 40
Gambar 3.34 Sampel uji yang sudah dipotong ............................... 41
Gambar 3.35 Persiapan pengujian sampel uji mikro struktur .......... 41
Gambar 3.36 Pengujian sampel uji mikro struktur .......................... 41
Gambar 3.37 Diagram alir penelitian .............................................. 42
Gambar 3.38 Heat Insulation/Heat Conduction PHYWE ................. 44
Gambar 4.1 Sampel uji komposit polyester resin-serat bemban
komposisi 40% serat-60% resin ................................ 46
Gambar 4.2 Sampel uji komposit polyester resin-serat bemban
komposisi 50% serat-50% resin ................................ 47
Gambar 4.3 Sampel uji komposit polyester resin-serat bemban
komposisi 60% serat-40% resin ................................ 47
Gambar 4.4 Sampel uji komposit polyester resin-serat bemban
xvi
komposisi 40% serat-60% resin ................................ 48
Gambar 4.5 Sampel uji komposit polyester resin-serat bemban
komposisi 50% serat-50% resin ................................ 49
Gambar 4.6 Sampel uji komposit polyester resin-serat bemban
komposisi 60% serat-40% resin ................................ 49
Gambar 4.7 Grafik pengaruh alkalisasi dan variasi fraksi volume
terhadap nilai konduktivitas termal dari masing-
masing sampel .......................................................... 56
Gambar 4.8 Foto serat bemban (1) tanpa perlakuan; (2) dengan
perlakuan alkalisasi 1%; dan (3) dengan perlakuan
alkalisasi 4% ............................................................. 58
Gambar 4.9 Foto makro struktur komposit polyester resin-serat
bemban dengan perlakuan alkalisasi 1% komposisi
40% serat-60% resin ................................................ 59
Gambar 4.10 Foto makro struktur komposit polyester resin-serat
bemban dengan perlakuan alkalisasi 1% komposisi
50% serat-50% resin ................................................ 60
Gambar 4.11 Foto makro struktur komposit polyester resin-serat
bemban dengan perlakuan alkalisasi 1% komposisi
60% serat-40% resin ................................................ 60
Gambar 4.12 Foto makro struktur komposit polyester resin-serat
bemban dengan perlakuan alkalisasi 4% komposisi
40% serat-60% resin ................................................ 61
Gambar 4.13 Foto makro struktur komposit polyester resin-serat
bemban dengan perlakuan alkalisasi 4% komposisi
50% serat-50% resin ................................................ 62
Gambar 4.14 Foto makro struktur komposit polyester resin-serat
bemban dengan perlakuan alkalisasi 4% komposisi
60% serat-40% resin ................................................ 62
Gambar 4.15 Arah gerak aliran panas pada sampel tanpa rongga
(void) ........................................................................ 64
Gambar 4.16 Arah gerak aliran panas pada sampel berongga
xvii
(void) ........................................................................ 64
Gambar 4.17 Foto arah gerak aliran panas (a) melewati material
tanpa rongga, (b) melewati material berongga .......... 65
Gambar 4.18 Grafik perbandingan nilai konduktivitas termal
berbagai material ...................................................... 67
xviii
DAFTAR SIMBOL
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1993).
Namun serat sintetis ini memiliki sifat yang kurang ramah lingkungan,
sehingga saat ini industri lebih cenderung menggunakan serat alam (natural
fiber) sebagai bahan penguat komposit (Perdana dan Jamasri, 2015). Hal
serat alam yang sangat banyak di alam. Komposit berbahan dasar serat
alam telah banyak diteliti. Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS),
ampas tebu, sabut kelapa telah diteliti untuk mengetahui nilai konduktivitas
termal (Tarkono & Hadi, 2015; Fitri, Yenni dan Yulkifli, 2014; Asfarizal,
1
Bemban atau bamban (Donax canniformis) adalah sejenis terna
anyaman (Heyne, 1987). Bamban sebagai salah satu sumber hayati telah
Ticktin, 2012), obat jerawat (Diba, Yusro, Mariani, & Ohtani, 2013), dan
et al., 2009). Sedangkan pemanfaatan serat dari tanaman bemban ini untuk
mekaniknya, yaitu kekuatan bending (Fikri & Syarief, 2014) dan kekuatan
2
1.2 Rumusan Masalah
(Donax Canniformis)?
Canniformis)?
(Donax Canniformis).
Canniformis).
nilai ekonomis.
3
3. Sebagai referensi pada penelitian yang sejenis untuk
25 cm x 0,8 cm).
canniformis).
60% polyester, 50% serat : 50% polyester, dan 60% serat : 40%
polyester.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
komposisi ampas tebu dan serbuk gergaji pada papan partikel terhadap
memiliki konduktivitas termal yang baik untuk isolator panas pada dinding
serbuk kayu jati 0,032 W/m°C, papan partikel serbuk kayu bayur 0,039
W/m°C, dan yang terakhir papan partikel serbuk kayu meranti dengan nilai
bahan komposit ramah lingkungan terhadap sifat fisik dan sifat termal
5
menggunakan matriks poliester lebih tinggi dibandingkan dengan material
cangkang sawit dan matriks poliester yaitu sebesar 2,8 W/m.K, kemudian
diikuti oleh material komposit dengan material penyusun tandan sawit dan
material penyusun cangkang sawit dan matriks epoksi sebesar 0,17 W/m.K,
konduktivitas termal komposit pada ukuran partikel kopi lolos ayakan mesh
kenaikan pada ukuran partikel kopi lolos ayakan mesh 40-60 yaitu sebesar
mengalami penurunan pada ukuran partikel kopi lolos ayakan mesh 80-100
serbuk aluminium, serbuk arang kayu glugu dan serat tebu terhadap
6
sudah dilakukan didapatkan nilai konduktivitas termal terendah pada
aluminium, serbuk arang kayu glugu, serat tebu dan phenolik resin 20%:
20%: 20%: 20%. Nilai perpindahan panas terendah pada komposit yaitu
glugu, serat tebu dan phenolik resin 20%: 40%: 20%: 20%. Sedangkan nilai
nilai konduktivitas termal terkecil terdapat pada ukuran partikel yang besar
yaitu dengan ukuran lolos ayakan 8 mesh yaitu 0,1012 W/m⁰C. Nilai
2.2 Komposit
7
material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut akan dihasilkan
sejumlah sistem multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara
dua atau lebih bahan yang digabung menjadi satu bahan secara
8
Bila dilihat dari material pembentuk komposit, maka komposit dapat
lain dapat menigkatkan sifat fisis material seperti kekuatan mekanis, dan
unsur udara dan air karena partikel yang berongga atau yang memiliki
Adanya udara dan air pada sela-sela partikel dalam komposit dapat
9
2. Komposit Serat (Fibrous Composite Material)
berupa glass fiber, carbon fibers, armid fibers (poly aramide), dan
sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak (chopped strand mat)
maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang
serpihan mika, glass, dan metal (Schwartz, 1984). Sifat khusus dari
10
Gambar 2.4 Komposit serpih
(Sumber: Schwartz, 1984)
dua atau lebih lapisan/lamina yang digabung menjadi satu dan memiliki
menghilangkan kotoran atau lignin pada serat yang memiliki sifat alami
serat yaitu suka terhadap air atau dapat juga disebut hydrophilic. Pengaruh
perlakuan alkali terhadap sifat permukaan serat alam selulosa telah diteliti
dimana kandungan optimum air mampu direduksi sehingga sifat alami serat
11
(hydrophilic) dapat memberikan ikatan interfacial dengan matrik secara
2.4 Katalis
suatu bahan kimia yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi tanpa bahan
tersebut menjadi ikut terpakai, dan setelah reaksi berakhir, bahan tersebut
12
2.5 Polimer Sebagai Matriks
pengikat bahan pengisi namun tidak mengalami reaksi kimia dengan bahan
1. Thermoset
kerja yang relatif rendah, serta harga yang lebih murah dibanding jenis
2. Thermoplastic
terus menerus dan bisa berubah karena dipanaskan atau bisa didaur
13
mencair pada temperatur tinggi dan berubah ke fase padat apabila
ekstrim, tahan kimia. Suhu kerja polyester dapat mencapai 70°C atau lebih
14
2.6 Bemban
tunggal bertangkai 8-20 cm, dengan helaian bundar telur lebar hingga
jorong, 10-25 × 10-45 cm. Bamban banyak tumbuh liar di tepi-tepi air atau
Taiwan, dan ke arah barat hingga India. Beberapa hasil penelitian yang
digunakan sebagai obat bisul (Haryadi & Ticktin, 2012), obat jerawat (Diba,
15
2.7 Karakterisasi Material Komposit
1. Massa komposit
mc = mf + mm ...................................................................... (2.1)
3. Fraksi serat
𝑚𝑓
Wf = x 100 ..................................................................... (2.3)
𝑚𝑐
𝑚𝑓
⁄𝜌𝑓
Vf = 𝑚𝑓 x 100% .................................................... (2.4)
⁄𝜌𝑓+𝑚𝑚⁄𝜌𝑚
Dimana:
16
2.8 Perpindahan Panas
dalam suatu sistem tersebut terdapat gradien temperatur, atau bila dua
berikut:
1. Konduksi
pada suatu benda/material itu sama dengan hasil kali dari konduksi
termal benda, luas penampang yang mana panas mengalir dengan cara
17
dT qcond dT
qcond = −k. A atau = qcond” = −k .......................... (2.5)
dx A dx
Dimana:
dT (T2−T1)
= .......................................................................... (2.6)
dx L
dimana:
qcond” = flux, laju aliran perpindahan panas pada arah x, yaitu laju
L = ketebalan (m)
18
Gambar 2.11 Perpindahan panas konduksi pada dinding komposit
(Sumber: Incropera, 2007)
sebagai berikut:
𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝑘𝐶
qcond” = (ℎ1 𝐴 + + + + ℎ4 𝐴)∆T ................................. (2.8)
𝐿𝐴 𝐿𝐵 𝐿𝐶
2. Konveksi
solid dengan gas atau liquid yang berdekatan didalam pergerakan, dan
19
untuk pendinginan (Newton’s Law of Cooling) (Incropera, 2007) yang
dimana:
3. Radiasi
dimana:
20
A = luas penampang (m2)
daerah benda panas ke daerah yang lain dari benda yang sama pada
21
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal
tenang. Oleh karena itu, apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan
2. Suhu
suatu bahan dan merupakan sifat khas dari suatu bahan, kerapatan
Dimana ρ adalah nilai kerapatan (kg/m3), m adalah massa benda (kg) dan
22
Penelitian tentang konduktivitas termal komposit telah dilakukan baik
yang dapat menghasilkan komposit yang memiliki sifat mekanik yang baik
termal yang paling baik adalah ruang hampa, karena panas hanya bisa
kualitas ruang hampa pada temperatur sangat rendah, gas dalam pori yang
Material isolator jenis ini banyak digunakan dalam aplikasi sebagai bahan
dengan baik. Bahan yang baik untuk isolator panas memiliki nilai
23
panas yang baik (good conductor) atau penghantar panas yang tidak baik
kalor yang buruk dibandingkan cairan. Pada material yang mengadung gas
dan bertemperatur yang tinggi, kalor dapat berpindah melalui radiasi. Pada
konduktivitas termal akan turun dengan naiknya porositas serta akan naik
atau tegangan listrik. Isolasi termal ialah suatu bahan yang digunakan untuk
dapat menjaga suhu ruangan tetap stabil lebih lama dari keadaan biasanya
tanpa isolasi, karena bahan isolasi dapat menghambat laju aliran panas dari
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Komposit
material komposit.
25
b. Wadah plastik tempat mengaduk campuran matriks.
c. Timbangan digital
d. Jangka Sorong
26
e. Gelas Ukur
f. Gunting
g. Pisau
27
h. Isolasi hitam
i. Amplas
j. Handscoon
28
k. Suntikan 6 ml
untuk mengukur nilai konduktivitas termal dari sampel yang di uji. Berikut
adalah beberapa komponen dari alat yang digunakan pada penelitian ini:
29
Gambar 3.12 Heat Insulation House
Insulation House.
30
Gambar 3.14 Termokopel NiCr-Ni, 500 max
a. Mikroskop Digital
31
b. Laptop/Notebook
2. Polyester resin
32
3. Katalis
4. Wax/kit mobil
5. Air Mineral
33
6. NaOH
Komposisi yang dibuat adalah sebesar 40% serat, 60% resin, dan 1%
Vcet = Vkomp
Vkomposit = 25 cm x 25 cm x 0,8 cm
= 500 cm3
= 500 ml
34
2. Menghitung volume serat
40
= x 500 cm3
100
= 200 cm3
= 200 ml
60
= x 500
100
= 300 cm3
= 300 ml
sebagai berikut:
1
= x 300
100
= 3,00 cm3
= 3,00 ml
35
Gambar 3.24 Serat bemban yang sudah dipotong
4%.
1 2
36
d. Serat bemban yang sudah disiapkan kemudian dimasukkan
alkalisasi.
1 2
selama 2 hari.
2. Pembuatan komposit
telah disiapkan.
37
Gambar 3.29 Cetakan yag sudah diolesi wax
b. Menyiapkan resin.
c. Menyiapkan katalis.
volume resin).
38
3. Pengujian Sampel Uji Konduktivitas Termal
1A 1B
1C
Rumah Isolasi
Sampel Pengatur
Suhu
(Lamp
Termokopel Socket)
39
d. Setelah pemanasan selama 40 menit ambil data temperatur
selama 30 menit.
Keterangan gambar:
q = sumber panas
Tin = Temperatur udara dalam
tin = Temperatur dinding dalam
Tout = Temperatur udara luar
tout = Temperatur dinding luar
diambil 1 sampel.
40
Gambar 3.34 Sampel uji yang sudah dipotong
41
3.6 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Persiapan
Perendaman serat
dengan NaOH 1% dan 4%
Pembuatan Sampel
Material Komposit
Pengolahan Data
Analisis
Kesimpulan
Selesai
42
3.7 Variabel Penelitian
Konduktivitas Termal dan Struktur Makro” pada Lab. Fisika dan Material
Mangkurat Banjarbaru.
43
Gambar 3.38 Heat Insulation/Heat Conduction PHYWE
digital) dan alat ukur konduktivitas termal (Heat Insulation), hal ini bertujuan
termal dilakukan pada satu titik yaitu di titik tengah dari sampel seperti
sumber panas yang dihasilkan oleh lamp socket sebesar 100 Watt.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesifikasi sampel uji dapat dilihat pada tabel 4.1 dimana masing-
Dari tabel 4.1 dapat dilihat dari komposisi campuran demikian maka
akan didapatkan sampel uji dengan ukuran yang sama. Komposit polyester
keadaan tunak atau konstan, keadaan ini didapat setelah pengujian atau
45
4.1.1. Karakterisasi Sampel Uji Komposit Polyester Resin-Serat
1A 1B
1C
2A 2B
46
2C
3A 3B
3C
resin 60%, gambar 4.2 yang menunjukkan komposisi serat 50%-resin 50%
47
dibandingkan dengan seratnya maka resin lebih mudah untuk mengisi
ruang kosong dalam cetakan. Sebaliknya, pada komposisi serat yang lebih
ruang kosong dalam cetakan karena susunan serat yang lebih rapat.
4A 4B
4C
48
5A 5B
5C
6A 6B
6C
49
Berdasarkan gambar 4.4 yang menunjukkan komposisi serat 40%-
resin 60%, gambar 4.5 yang menunjukkan komposisi serat 50%-resin 50%
masing sampel uji. Pada komposisi serat yang lebih banyak dibandingkan
resin/matriksnya maka resin lebih sulit untuk mengisi ruang kosong dalam
maka resin lebih mudah untuk mengisi ruang kosong dalam cetakan karena
pada pengujian ini diukur beberapa parameter seperti yang ada pada tabel
4.2.
termal
50
Alkalisasi Fraksi T in T out t in t out hc
L (m)
(%) Volume/Sampel (°C) (°C) (°C) (°C) (W/m²°C)
40 serat - 60 resin
Sampel 4A 49,9 26,8 43,8 35,1
Sampel 4B 0,008 49,3 28,6 43,7 36,8 8,1
Sampel 4C 48,6 28,2 42,9 35,4
50 serat - 50 resin
Sampel 5A 50,0 27,7 42,8 35,7
4
Sampel 5B 0,008 50,5 28,3 45,5 36,7 8,1
Sampel 5C 49,8 29,6 44,6 36,9
60 serat - 40 resin
Sampel 6A 51,1 28,8 44,8 35,3
Sampel 6B 0,008 51,1 29,4 45,9 38,1 8,1
Sampel 6C 49,9 29,6 45,0 37,4
100 resin
Tanpa Sampel 7A 50,7 30,7 44,9 37,2
Perlakuan Sampel 7B 0,008 50,9 30,6 45 37,7 8,1
Sampel 7C 48,5 30,2 43,6 36,8
Dari tabel 4.2 dapat dihitung nilai konduktivitas termal dari masing-
perlakuan dan jenis variasi yang sama, data temperatur yang di ambil pada
panas persatuan luas (q/A) setiap jenis sampel berbeda dikarenakan laju
berikut:
51
Koefisien perpindahan panas dalam kasus aliran udara alami (natural
Untuk nilai nilai tout dan Tout dapat dilihat pada tabel 4.2.
Diketahui:
hc = 8,1 W/m2.K
L = 0,008 m
(tin − tout )
qcond” = k L
(45,4−38,5)
61,56 = k 0,008
k = 0,071 W/m°C
52
Dari dua langkah diatas maka didapatkan nilai konduktivitas termal
53
Tabel 4.4 Nilai konduktivitas termal rata-rata dari masing-masing sampel
Konduktivitas Konduktivitas
Alkalisasi Fraksi
Termal Termal Rata-
(%) Volume/Sampel
(W/m°C) Rata (W/m°C)
40 serat - 60 resin
Sampel 1A 0,071
Sampel 1B 0,083 0,075
Sampel 1C 0,071
50 serat - 50 resin
Sampel 2A 0,074
1
Sampel 2B 0,087 0,074
Sampel 2C 0,061
60 serat - 40 resin
Sampel 3A 0,054
Sampel 3B 0,108 0,070
Sampel 3C 0,049
40 serat - 60 resin
Sampel 4A 0,062
Sampel 4B 0,077 0,067
Sampel 4C 0,062
50 serat - 50 resin
Sampel 5A 0,073
4
Sampel 5B 0,062 0,065
Sampel 5C 0,061
60 serat - 40 resin
Sampel 6A 0,044
Sampel 6B 0,072 0,061
Sampel 6C 0,067
100 resin
Tanpa Sampel 7A 0,055
perlakuan Sampel 7B 0,063 0,060
Sampel 7C 0,063
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa nilai konduktivitas termal dari keenam
50% serat-50% resin, dan 60% serat-40% resin dengan alkalisasi 1% serta
4%. Nilai konduktivitas termal rata-rata ini didapat dari penjumlahan nilai
54
yang sama seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4, penjumlahan yang
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa nilai konduktivitas termal dari keenam
50% serat-50% resin, dan 60% serat-40% resin dengan alkalisasi 1% serta
konduktivitas termal ini berada diatas sampel kontrol (tanpa serat) yaitu
4.4 Pembahasan
sampel dari 7 variasi komposisi komposit (40% serat-60% resin, 50% serat-
50% resin, dan 60% serat-40% resin dengan alkalisasi 1%, 40% serat-60%
resin, 50% serat-50% resin, dan 60% serat-40% resin dengan alkalisasi 4%,
dan 100% resin) untuk mengetahui nilai konduktivitas termal yang terdapat
55
4.4.1 Grafik Pengaruh Variasi Fraksi Volume Terhadap Nilai
Konduktivitas Termal
0,08
0,075 0,074
0,07 0,07
Konduktivitas Termal
0,067 0,065
0,06 0,061
0,05
(W/moC)
0,04
Alkalisasi 1%
0,03
Alkalisasi 4%
0,02
0,01
0
40 serat - 60 resin 50 serat - 50 resin 60serat - 40 resin
Variasi Fraksi Volume (%)
Gambar 4.7 Grafik pengaruh alkalisasi dan variasi fraksi volume terhadap
nilai konduktivitas termal dari masing-masing sampel
penurunan dari komposisi serat 40% ke komposisi serat 60% dari angka
0,075 W/moC menjadi 0,070 W/moC, dan nilai konduktivitas termal untuk
40% ke komposisi serat 60 dari angka 0,067 W/moC menjadi 0,061 W/moC
masih berada diatas sampel kontrol (tanpa serat) yaitu sebesar 0,060
W/moC. Hal ini disebabkan oleh susunan serat yang kurang rapat
memungkinkan terdapat celah kosong yang tidak terisi oleh resin yang
56
menimbulkan gelembung-gelembung udara yang terjebak (void) sehingga
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa gas adalah pemindah kalor yang
Hal ini juga dapat dilihat dari penampakan mikroskopik dari masing-
1 2
57
3
Gambar 4.8 Foto serat bemban (1) tanpa perlakuan; (2) dengan
perlakuan alkalisasi 1%; dan (3) dengan perlakuan alkalisasi 4%
mengisi ruang kosong antar penguat untuk mencapai volume terpadat dan
2008). Bahan yang baik untuk isolator panas memiliki nilai konduktivitas
Konduktivitas Termal
58
mikroskop digital perbesaran 10x untuk mempermudah menganalisis
1A 1B
Resin
1C
Serat
2A 2B
Resin
Serat
59
2C Resin
Serat
3A 3B
Serat
3C
Resin
kepadatan dan kerapatan pada sampel ini tidak terdapat rongga sehingga
gambar 4.10 dan gambar 4.11 sampel komposit dengan komposisi serat
60
lebih banyak yaitu 50% serat-50% resin dan 60% serat-40% resin. Dimana
langsung pada sebagian besar dari serat bemban dan sisanya resin
4A 4B
Rongga
Serat
4C
Resin
5A 5B
Resin
Rongga
Serat
61
5C Resin
Serat
Rongga
6A 6B
Serat
Rongga
6C
Resin
v
62
gambar 4.13 dan gambar 4.14 sampel komposit dengan komposisi serat
lebih banyak yaitu 50% serat-50% resin dan 60% serat-40% resin. Dimana
mengisi secara rapat dan terdapat rongga yang semakin besar dengan
Bemban
panas yang terjadi pada sampel uji material komposit polyester resin-serat
terjadi perpindahan panas secara konveksi. Hal ini dapat dilihat pada
63
Gambar 4.15 Arah gerak aliran panas pada sampel tanpa rongga (void)
yang terjadi pada sampel uji diatas, panas merambat keseluruh ruang
sampel uji. Sampel yang di uji menghantarkan panas cukup besar karena
aliran panas bergerak lebih cepat, dan juga tidak terdapat rongga (void)
konduksi dan konveksi. Karena terdapat rongga banyak pada sampel uji.
Gambar 4.16 Arah gerak aliran panas pada sampel berongga (void)
64
Pada gambar 4.16 menunjukkan bahwa arah gerak rambat panas
yang terjadi pada sampel uji diatas, panas merambat tidak keseluruh
ruang sampel uji. Hal ini disebabkan oleh rongga yang terdapat pada
perpindahan panas yang terjadi pada sampel yang berongga (void) adalah
(a) (b)
Gambar 4.17 Foto arah gerak aliran panas (a) melewati material tanpa
rongga, (b) melewati material berongga
65
(Armiya, 2014), dan nilai konduktivitas termal komposit partikel kopi
diuji lebih kecil dari nilai konduktivitas termal fiberglass blankets, dan lebih
meranti, komposit partikel kopi, elastomeric sheets, dan urethane foam high
Konduktivitas Termal
Material
(W/m°C)
66
0,1
0,086
0,08 0,075
0,06
Termal (W/moC)
Konduktivitas
0,06
0,039 0,042
0,04
0,02
0,02 0,013
0
Jenis Material
termal material bangunan fiberglass blankets lebih tinggi dari semua nilai
0,086 W/moC. Akan tetapi sampel komposit yang diuji memiliki nilai
polyester resin sebesar 0,060 W/moC, papan partikel serbuk kayu meranti
foam high density sebesar 0,020 W/moC, dan terendah adalah komposit
partikel kopi sebesar 0,013 W/moC. Dilihat dari nilai konduktivitas termalnya
dibandingkan material lain yang ada pada gambar 4.18 kecuali dengan
fiberglass blankets. Selain itu serat bemban juga sangat mudah didapatkan
67
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
serat bemban dengan variasi alkalisasi dan fraksi volume, dapat diambil
beberapa kesimpulan:
bisa dilihat dari sampel yang memiliki banyak rongga (void) dengan
penguat/reinforcement).
5.2 Saran
dan data logger 12 channel agar lama waktu pengambilan data lebih efisien.
68
DAFTAR PUSTAKA
Armiya. 2014. Uji Konduktivitas Termal Pada Papan Partikel. Teknik Mesin
Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.
Diba, F., Yusro, F., Mariani, Y., & Ohtani, K. 2013. Inventory and Biodiversity
of Medicinal Plants from Tropical Rain Forest Based on Traditional
Knowledge by Ethnic Dayaknese Communities in West Kalimantan
Indonesia. Kuroshio Science, 7(1), 75–80.
Haryadi, B., & Ticktin, T. (2012). Medicinal and Ritual Plants of Serampas,
Jambi Indonesia. Ethnobotany Research & Applications, 10, 133–149.
Herlina, Nasmi Sari, Zainuri A., & Wahyu F. 2011. Pengaruh Panjang Serat
dan Fraksi Volume Serat Pelepah Kelapa Terhadap Ketangguhan
Impact Komposit Polyester. Teknik Mesin Universitas Mataram:
Mataram.
Incropera, Frank P., David P., & De Witt. 2007. Fundamentals of Heat and
Mass Transfer 6th Edition. Jhon Wiley & Son, Inc.: New York.
Maiwita, F., Yenni Darvina, & Yulkifli. 2014. Pengaruh Variasi Komposisi
Ampas Tebu Dan Serbuk Gergaji Pada Papan Partikel Terhadap
Konduktivitas Termal. Pillar of Physics: Universitas Negeri Padang,
Vol. 1, April 2014: 41-48.
Pratama, N., Djusmaini, D., & Yenni, D. 2016. Pengaruh Variasi Ukuran
Partikel Terhadap Nilai Konduktivitas Termal Papan Partikel Tongkol
Jagung. Pillar of Physics: Universitas Negeri Padang, Vol. 7. April
2016, 25-32.
Saleem, M., Nazir, M., Ali, M. S., Hussain, H., Lee, Y. S., Riaz, N., & Jabbar,
A. 2009. Antimicrobial Natural Produkts: an Update on Future
Antibiotic Drug Candidates. Natural Product Report, 27, 238–254.
Setiawan, R. A., Dedi D. L., & Hary S. 2016. Pengaruh Variasi Ukuran
Partikel Kopi Terhadap Nilai Konduktivitas Termal Komposit Dengan
Matrik Polyester Eterset 2504 Apt. Jurnal ROTOR Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Jember: Jember. Volume 9 Nomor 1.
Tarkono, dan Hadi Ali. 2015. Pemanfaatan Serat Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS) Dalam Produksi Eternit Yang Ramah Lingkungan.
Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan: Universitas Lampung. Vol. 1
No. 1.
(a) (b)
Gambar 7. Larutan alkali dengan (a) konsentrasi 1%, (b) konsentrasi 4%
Gambar 8. Perendaman serat bemban dalam larutan alkali
2. Pembuatan Sampel