Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN


(HMPB 645)

Disusun oleh:
Arnel Nicola Afandy (1710816210006)
M. Reynaldi Perdana S. (1710816210014)
Riyan Nur HIdayah (1710816310017)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2020
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS MATA KULIAH
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
(HMPB 645)

Diajukan sebagai syarat


Mata Kuliah Praktikum Mekanika Terapan
Program Studi Teknik Mesin

Disusun Oleh:

M. Reynaldi Perdana S. (1710816210014)

Banjarbaru, Mei 2020

Mengetahui, Telah Diperiksa dan disetujui


Ketua Laboratorium Material dan Fisika Dosen Pembimbing Praktikum
Mekanika Terapan

Hajar Isworo S.Pd.,M.T. Hajar Isworo S.Pd.,M.T.


NIP. 19811224201606108001 NIP. 19811224201606108001

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Teknik Mesin

Dr. Rachmad Subagyo S.T., M.T


NIP. 197608052008121001

i
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LEMBAR KONSULTASI
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
NAMA : Arnel Nicola Afandy (1710816210006)
M. Reynaldi Perdana S. (1710816210014)
Riyan Nur HIdayah (1710816310017)
KELOMPOK : 4 (Empat)
NO Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan

Nilai Akhir: (A / A- / B+ / B / B- / C+ / C / C- / D+ / D / E )

Banjarbaru, 2020
Dosen Pembimbing

Hajar Isworo S.Pd.,M.T.


NIP . 19811224201606108001

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

tugas mata kuliah “Praktikum Mekanika Terapan” dengan tepat waktu.

Pembuatan laporan praktikum ini diajukan sebagai bahan salah satu syarat untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Praktikum Mekanika Terapan.

Dalam pembuatan laporan praktikum ini penulis banyak memperoleh

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehinnga terlaksana sebagaimana

mestinya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Rachmat Subagyo, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik

Mesin

2. Bapak Hajar Isworo S.Pd.,M.T. selaku Ketua Laboratorium Material dan

Fisika dan Dosen Pembimbing Praktikum Mekanika Terapan.

3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan praktikum ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun tanpa

mengurangi fungsi dari pembuatan laporan praktikum ini. Akhirnya kami

berharap semoga pembuatan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

selanjutnya bagi kita semua. Amin.

Banjarbaru, Mei 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................i
LEMBAR KONSULTASI .................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum .....................................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum ...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar ...............................................................................................3
2.1.1 Defleksi ..................................................................................................3
2.1.2 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Defleksi .................................................4
2.1.3 Jenis- Jenis Tumpuan ..........................................................................5
2.1.4 Jenis – Jenis Pembebanan ..................................................................6
2.1.5 Jenis – Jenis Batang ............................................................................7
2.1.6 Metode Perhitungan Defleksi ............................................................. 10
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 17
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................... 17
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum ...................................................................................... 20
4.2 Pembahasan........................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 29
5.2 Saran ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
LAMPIRAN................................................................................................... 31

iv
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia begitu juga ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan
mengalami kemajuan. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Sama halnya dengan
perkembangan teknologi dibidang konstruksi. Sistem struktur yang di letakkan
horizontal dan yang terutama di peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban
yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang. Beban semacam ini khususnya
muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri, beban hidup
vertical, beban keran (crane) dan lain-lain. Contoh sistem balok dapat di
kemukakan antara lain,balok lantai gedung,gelagar keran, jembatan,balok
penyangga dan sebagainya.Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal
baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Unsur-
unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidakbarisan dan
mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung, balok
lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau
mencegah dengan 3 bahan-bahan jadi yang rapuh.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan-
perencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada
elemen-elemen ketika mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting
terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada
batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.
Defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami
pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas
yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen tersebut ataupun
pada elemen-elemen lainnya.

M. Reynaldi Perdana Saputra 1


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari Latar Belakang diatas dapat dirumuskan Masalah Sebagai Berikut:
1. Bagaimana fenomena defleksi pada batang prismatic.
2. Bagaimana hubungan rumus-rumus defleksi teoritis dengan hasil percobaan.
1.3 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari Praktikum Mekanika Terapan ini antara lain adalah:
1. Mengetahui fenomena defleksi pada batang prismatic.
2. Mengetahui hubungan rumus-rumus defleksi teoritis dengan hasil percobaan.
1.4 MANFAAT PRAKTIKUM
Manfaat yang akan didapatkan dari Praktikum Mekanika Terapan ini adalah:
1. Praktikan diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang fenomena-
fenomena yang terjadi pada defleksi.
2. Praktikan diaharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat pada praktikum
defleksi ke dunia kerja nantinya apabila diperlukan.
3. Dapat menghitung dan membandingkan hasil pengukuran defleksi.

M. Reynaldi Perdana Saputra 2


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan.
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral
dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1 (a) memperlihatkan balok
pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1 (b) adalah balok
dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.

Gambar 2.1 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi
(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu
y akibat adanya pembebanan dalam arah vertikal. Pada semua konstruksi teknik,
bagian-bagian pelengkap suatu bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik
tertentu yang yang harus diukur dengan tepat agar dapat menahan gaya-gaya
yang akan dibebankan kepadanya.
Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat diterima
oleh suatu konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan, kebutuhan
tersebut haruslah disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan pertimbangan
teknis, seperti kekuatan (strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan

M. Reynaldi Perdana Saputra 3


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(stability). Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung pada segi
teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan.
Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan
gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain
haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak
melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika mengalami
pembebanan lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata, maka
batang tersebut mengalami defleksi. Suatu batang kontinu yang ditumpu pada
bagian pangkalnya akan melendut jika diberi suatu pembebanan. Deformasi
dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami
pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi.

2.1.2 Hal - Hal Yang Mempengaruhi Defleksi


1) Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka defleksi batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil.
2) Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil.
3) Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Defleksi
pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin banyak
reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi
pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi
pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
4) Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi
pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena

M. Reynaldi Perdana Saputra 4


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi
pada beban titik tertentu saja (Binsar Hariandja, 1996). Salah satu faktor yang
sangat menentukan besarnya defleksi pada batang yang dibebani adalah jenis
tumpuan yang digunakan.

2.1.3 Jenis - Jenis Tumpuan


1) Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal
maupun gaya vertikal yang bekerja padanya. Tumpuan yang berpasak mampu
melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya
reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen yang satu
dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertikal. Tidak seperti pada
perbandingan tumpuan rol atau penghubung, maka perbandingan antara
komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap. Untuk
menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus digunakan.

Gambar 2.2 Sketsa Tumpuan Engsel


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2) Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya
dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical.
Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.

M. Reynaldi Perdana Saputra 5


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.3 Tumpuan Rol


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3) Tumpuan Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau
mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.

Gambar 2.4 Tumpuan Jepit


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2.1.4 Jenis - Jenis Pembebanan


Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang
adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban:
1) Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil.

M. Reynaldi Perdana Saputra 6


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 2.5 (a) Pembebanan Terpusat Samping, (b) Pembebanan Terpusat


Miring, (c) Pembebanan Tepusat Tengah
(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2) Beban Terbagi Merata


Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan
dalm qm (kg/m atau KN/m).

Gambar 2.6 Pembebanan Terbagi Merata


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3) Beban Bervariasi Uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.

Gambar 2.7 Pembebanan Bervariasi Uniform


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

M. Reynaldi Perdana Saputra 7


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2.1.5 Jenis - Jenis Batang


1) Batang Tumpuan Sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.

Gambar 2.8 Batang Tumpuan Sederhana


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2) Batang Kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2.9 Batang Kartilever


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3) Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.

Gambar 2.10 Batang Overhang


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

4) Batang Menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Gambar 2.11 Batang Menerus


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

M. Reynaldi Perdana Saputra 8


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang.

Gambar 2.12 Defleksi Aksial


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

P
 dari hukum hooke:   E
A
P
  L  L0    / L0 E 
A
P
E  / L0  
A
P
E  / L0  
A
Pl0

AE
Keterangan : ԑ = Regangan
L = Panjang akhir benda (m)
L0= Panjang awal benda (m)
A = Luas Penampang (m2)
E = Modulus Elastisitas (Pa)
Ϭ = modulus elastisitas (N/m2)
P = massa jenis (kg/m3)
I = Momen inersia (kgm2)
δ = Defleksi (m)

M. Reynaldi Perdana Saputra 9


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Defleksi Kantilever dan Lateral


Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang.

Gambar 2.13 Defleksi Kantilever


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

Gambar 2.14 Defleksi Lateral


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

3. Defleksi Oleh Gaya Geser atau Puntir Pada Batang


Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan ketelitian
dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu yang ditumpu akan
melendut jika mengalami beban lentur.
2.1.6 Metode Perhitungan Defleksi
Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung
dengan berbagai metode, antara lain (Popov, E.P., 1984):
1) Metode Integrasi Ganda
Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut
kurva elastis balok (lihat pada gambar 2.14). Gambar 2.14 tersebut
memperlihatkan bagaimana menetapkan persamaan kurva ini, yaitu bagaimana
menetapkan lendutan tegak y dari setiap titik dengan terminologi koordinat x.

M. Reynaldi Perdana Saputra 10


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan


kedudukan balok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif.
Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang original
balok dengan proyeksi panjang lendutannya. Konsekwensinya kurva elastis
sangat datar dan kemiringannya pada setiap sangat kecil. Harga kemiringan, tan
q =dy / dx, dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama dengan q, oleh
karena itu
  dy / dx
d dy
dan 
dx dx

Gambar 2.8 Metode Integrasi Ganda


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis
sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga peroleh persamaan:
1 d d
  atau
 ds dx

1 d2y

 dx 2

Dimana rumus lentur yang terjadi adalah


1 M

 EI
1
Dengan menyamakan harga dari persamaan diatas, kita peroleh

M. Reynaldi Perdana Saputra 11


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

d2y
EI M
dx 2
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis
balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang
balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI diperoleh:
dy
dx 
EI  Mdx  C1

Persamaan diatas adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan


kemiringan atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M
menyatakan persamaan momen yang dinyatakan dalam terminologi x, dan C1
adalah konstanta yang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu. Sekarang
integrasi persamaan diatas untuk memperoleh
EIy   Mdxdx  C1  C2

Persamaan diatas adalah persamaan lendutan kurva elastis yang


dikehendaki guna menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C adalah
konstanta integrasi lain yang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan
pembebannya. Apabila kondisi pembebanan dirubah sepanjang balok, maka
persamaan momen akan berubah pula. Pengevaluasian konstanta integrasi
menjadi sangat rumit. Kesulitan ini dapat dihindari dengan menuliskan
persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu
untuk seluruh panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.

2) Metode Luas Bidang Momen


Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang
menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode momen luas.
Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti metode integrasi
ganda. Kurva elastis merupakan pandangan samping permukaan netral, dengan
lendutan yang diperbesar, diagram momen. Jarak busur diukur sepanjang kurva
elastis antara dua penampang sama dengan r ´dq, dimana r adalah jari-jari
lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu. Dari persamaan momen
lentur diperoleh:

M. Reynaldi Perdana Saputra 12


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1 M

 EI
karena ds = r dq, maka
1 M d M
  atau d  ds
 EI ds EI
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx.
Dengan anggapan itu kita peroleh:
M
d  dx
EI

Gambar 2.9. Sketsa Metode Luas Momen


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)
Perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua
titik sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:
B X
1 B
 AB   d   Mdx
A EI XA

Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan
balok original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva ini
pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt yang timbul akibat garis
singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap
sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan oleh sudut dq:

M. Reynaldi Perdana Saputra 13


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

dt = xdq
oleh karena itu
XB

tb / a   dt   x( Md )
XA

Dengan memasukkan harga dq, diperoleh


XB
1
tb / a   dt   x(Md )
EI XA

Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung yang


ditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A. Secara
umum penyimpangan seperti ini tidak sama.
Pengertian geometris mengembangkan dasar teori metode momen luas
dari diagram momen yang mana kita melihat bahwa Mdx adalah luas elemen
arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari ordinat melalui B karena integral M
dx berarti jumlah elemen, maka dinyatakan sebagai,
1
 AB  (luas ) AB
EI
3) Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan diferensial
linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan turunannya
dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian persamaan
untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di superposisi. Jadi defleksi
balok akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat dihitung dengan
superposisi dari defleksi akibat masing-masing beban yang bekerja sendiri-
sendiri
M
w ''  
EIy
Q
w '''  
EIy
q
w IV  
EIy

w( x )  w1( x )  w2( x )

M. Reynaldi Perdana Saputra 14


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Berlaku analog
w '( x )  w '1( x )  w '2( x )
M ( x )  M 1( x )  M 2( x )
Q( x )  Q1( x )  Q2( x )

Gambar 2.10 Metode Superposisi


(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)

2.2 Aplikasi
Adapun pengaplikasian pada defleksi ini adalah sebagai berikut:
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat
penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatang tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan.

2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara radial.
Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi
yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidaklurusan
sumbu poros akan menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi
antara roda gigi. Selain itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.

M. Reynaldi Perdana Saputra 15


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Rangka (Chasis) Kendaraan


Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan
besar,memilikikemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang
penyusun konstruksinya.
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan pesawat
tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas yang tinggi
namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu,diperlukan analisa
lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material atau
batang-batang penyusun pesawat tersebut,untuk mencegah terjadinya defleksi
secara berlebihan yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena beban terus-
menerus.
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap
dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat material
kemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena
salah satu ujungnya bebas tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan
mengalami batas tahan maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut
tersebut.

M. Reynaldi Perdana Saputra 16


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB III
METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum Mekanika Terapan ini dilaksanakan bertempat di Laboratorium
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. pada hari Sabtu
tanggal 14 Desember 2019 mulai dari pukul 08.30 WITA.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Berikut alat dan bahan yang digunakan pada saat Praktikum:
1. Alat Ukur Defleksi

Gambar 3.1 Alat Ukur Defleksi


2. Batang Uji (Variasi Panjang dan Luas Penampangnya)

Gambar 3.2. Batang Uji

M. Reynaldi Perdana Saputra 17


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Beban

Gambar 3.3. Beban


Keterangan:
Massa = 250 gr
4. Mistar

Gambar 3.4. Mistar


5. Jangka Sorong

Gambar 3.5. Jangka Sorong

M. Reynaldi Perdana Saputra 18


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

6. Dial Indikator

Gambar 3.6 Dial Indikator


7. Tumpuan Engsel

Gambar 3.7 Engsel

3.3 PROSEDUR PRAKTIKUM


Prosedur Pelaksanaan Praktikum dilakukan sebagai berikut:
1. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan sederhana.
2. Ambillah salah satu batang uji pendek dan pasang pada tempat yang ada
pada perangkat pengujian serta jepit pada salah satu ujung.
3. Aturlah jarak beban dan titik-titik pengujian defleksi, catat pada tabel.
4. Ganti batang uji dengan yang panjang dan hanya jepit pada satu ujung lalu
catat pada tabel.
5. Ulangi langkah 4 dengan menjepit kedua ujung.

M. Reynaldi Perdana Saputra 19


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PRAKTIKUM

Tabel 4.1 Hasil praktikum


Percobaan Beban Letak beban Panjang
(kN) (mm) batang (mm)
1 24 220 470
2 54 320 740
3 24 & 54 330 & 410 740

1. Percobaan 1

24 kN

Gambar 4.1 Percobaan 1


(Sumber : Praktikum 2020)
EI = Kgm2GPa

AB = 220 mm

BC = 250 mm

P = 24 kN = 24000 N

Mencari reaksi tumpuan

Va = Ra = = = 12,765 kN

Ma – AB x P = 0

M. Reynaldi Perdana Saputra 20


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Ma = 0,220 x 24000 N = 5280 Nm

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan diagram gaya geser dan diagram
momen seperti dibawah ini, nilai Ma kita anggap negatif karena arahnya
berlawanan jarum jam yang menandakan bahwa batang mengalami deformasi
penekanan.

24 kN

Diagram geser
12,765kN

0 kN

Diagram momen
5280 Nm

0 Nm

Gambar 4.2 Diagram gaya geser dan diagram momen pada percobaan 1
Untuk menghitung defleksi

Mµ = Va x µ + Ma = 12765 µ + 5280

M. Reynaldi Perdana Saputra 21


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

mµ = µ + AC = µ + 470

∆D x EI = ∫ ( )( ) dµ =

∆D = = 3796 mm = 3,8 m

2. Percobaan 2

54 kN

Gambar 4.3 Percobaan 2


(Sumber : Praktikum 2020)
AB = 320 mm ; BC = 50 mm ; CD = 370 mm

EI = Kgm2GPa

P = 54 kN = 54000 N

Mencari reaksi tumpuan

Va = Ra = = = 30,648 kN

Vd = Ra – P = – L= = = 23,351 kN

= = 9,807 kNm

Ma = P µ x AB + Vd x AD = 54 kN x 0,42 m + 23,351 kN x 0,74m

= 39,959 kNm

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan diagram gaya geser dan diagram
momen seperti dibawah ini, nilai Ma kita anggap negatif karena arahnya

M. Reynaldi Perdana Saputra 22


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

berlawanan jarum jam yang menandakan bahwa batang mengalami deformasi


penekanan. Vd merupakan gaya geser negatif yang cenderung mengubah bentuk
elemen dengan muka kanan bergerak ke atas relatif terhadap muka kiri.

54 kN

Diagram geser

30,648 kN

0 kN

-23,351 kN

Diagram momen
9,807 kNm
kNm

0 kNm

Gambar 4.4 Diagram gaya geser dan diagram momen pada percobaan 2

M. Reynaldi Perdana Saputra 23


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Untuk titik AB

Mµ = Va x µ – Ma = 30648µ – 39959

Untuk titik BC

Mµ = Va(AB+µ) – P x µ – Ma = 30648 (320 +µ) – 54000µ – 39959

= -23352µ + 9767401

Untuk titik CD

Mµ = Vd(AB+µ) – P(µ+BC) – Ma = 30648 (320 +µ) – 54000(µ +50) – 39959

= -23352µ +7067401

Untuk mencari mx kita asumsikan tidak ada beban di B dan ada beban di C=
1 N karena sebagai titik tengah sehingga P = Va + Vb jika dibagi rata didapatkan
Va = 0,5 dan Vb = 0,5

Ma = P x AC = 1 x 370 = 370

Untuk titik AB

mµ = Va x µ – Ma = 0,5 µ – 370

untuk titik BC

mµ = Va(AB+ µ) – Ma = 0,5(320 + µ) – 370 = 0,5 µ – 185

untuk titik CD

mµ = Va(AC+ µ) – Px – Ma = 0,5(370 + µ) – µ – 370 = -0,5 µ – 185

∆D x EI =∫ ( – )( ) +∫ (

)( ) +

∫ ( )( )d µ

∆D x EI = (-409508572800) + (-79330183625) +169922230825

M. Reynaldi Perdana Saputra 24


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

∆D = = 6334 mm = 6,3 m

3. Percobaan 3

24 kN
54 kN

Gambar 4.5 Percobaan 3


(Sumber : Praktikum 2020)
AB = 330 mm ; BC = 40 mm ; CD = 40 mm ; DE = 330 mm

EI = Kgm2GPa

P1 = 24 kN = 24000 N

P2 = 54 kN = 54000 N

x = 170 mm

Untuk menghitung reaksi tumpuan,

Ra = ( L – AB) = (0,74 – 0,33)m = 13,297 kN

Re = (L – DE) = (0,74 – 0,33 )m = 29,918 kN

Va = Ra = 13,297 kN

Vd = -Re = -29,918 kN

Vbd= Ra-P1 = 13,297 kN – 24 kN = -10,603 kN

Ma = Rax = 13,297 kN x 0,17 m = 2,277 kNm

Me = Re (L – x) = 29,918 kN ( 0,74 – 0,17)m = 17.053 kNm

M. Reynaldi Perdana Saputra 25


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mbd = Me – P2 (L-ED-x) = 17.053 kNm – 54 kN ( 0,74 – 0,32-0,17)m =


3.553 kNm

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan diagram gaya geser dan diagram
momen seperti dibawah ini.

24 kN
54 kN

Diagram gaya geser


13,297 kN

0 kN

-10,603 kN

-29,918 kN

Diagram momen 17.053 kNm

2,277kNm
3.553 kNm

0 kNm

Gambar 4.6 Diagram gaya geser dan diagram momen pada percobaan 3

M. Reynaldi Perdana Saputra 26


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Untuk titik AC

Mµ = Va (µ + AB) + Ma – P1 x µ

Mµ = 13297 (µ + 330) –2277 – 24000 µ

Mµ = -10703µ + 4385633

Untuk titik EC

Mµ = Vd (µ+ED) + Me – P x µ

Mµ = 29918 (µ + 330) – 17053 – 54000 µ

Mµ = -24082 µ + 9855887

Untuk mencari mx

Mac = Mca

(740 – 370) = 0,5

Va = Vb

0 = 740 Va – (740 - 370) – 0,5

Va = 0,499

Untuk titik AB

mµ = Va ( µ + AB) – Mac

mµ = 0,499 (µ+330) – 0,5

mµ = 0,499 µ + 164.17

untuk titik EC

mµ = Vb (µ + ED) – Mca

mµ = 0,499 ( µ + 330 – 0,5

mµ = 0,499 µ + 164.17

M. Reynaldi Perdana Saputra 27


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

∆D x EI = ∫ ( )( ) ∫ (

)( )

∆D =

∆D = 1872,3 mm = 1,9 m

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan 3 kali percobaan dengan variasi beban, jarak,

dan jumlah ujung yang dijepit. Pada percobaan pertama menggunakan batang

pendek dengan beban 24 kN dan jarak beban 220 mm. hasil yang didapatkan dari

perhitungan secara teoritis didapatkan hasil defleksi yaitu 3,8 m.

Pada percobaan kedua yaitu dengan menggunakan batang panjang dengan

beban 54 kN serta jarak bebannya 320 mm dan hanya dijepit pada satu ujung

ketika dilakukan perhitungan secara teoritis didapatkan hasil defleksi yaitu 6,3 m.

Pada percobaan ketiga yaitu dengan menggunakan batang panjang dengan

beban 24 kN pada jarak 330 mm dari kiri dan 54 kN pada jarak 330 mm dari

kanan serta dijepit pada kedua ujungnya ketika dilakukan perhitungan secara

teoritus didapatkan hasil defleksi yaitu 1,9 m .

M. Reynaldi Perdana Saputra 28


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum ini adalah :

1. Defleksi pada batang adalah perubahan bentuk pada batang dalam arah y atau

kebawah akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan pada batang.

2. Pada perhitungan teoritis menggunakan rumus hasil defleksi yang didapatkan

dari ketiga percobaan,pada percobaan pertama hasil defleksi 3,8 m, pada

percobaan kedua hasil deflekasi 6,3 m dan pada percobaan ketiga hasil 1,9 m.

5.2 SARAN

Saran untuk praktikum ini agar hasil praktikum yang dilakukan lebih akurat

batang yang digunakan harus lurus,dapat kita gunakan waterpass untuk

memeriksa kelurusan batang. Permukaan dari batang harus halus agar tidak

mempengaruhi pengukuran defleksinya serta ada penghitungan modulus

elastisitas batang yang diberikan melalui penghitungan tegangan dan regangan

untuk menghitung defleksi secara teoritisnya dan saat melakukan pengukuran

kalibrasi alat secara benar sebelum melakukan pengukuran, saat melakukan

pengukuran agar membaca nilai alat ukur dengan benar dan teliti

M. Reynaldi Perdana Saputra 29


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

DAFTAR PUSTAKA

Nazaruddin.,Muftil Badri.2013.Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.

William T. Thomson “Teori getaran dengan penerapan”

Singer, Ferdinand L, Pytel Andrew. 1985. Kekuatan Bahan. Erlangga, Jakarta.

Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.

Prentice-Hall, Inc.

Team Asisten LKM .2013. Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin Bid.

Konstruksi Mesin Dan Perancangan.Jurusan Teknik Mesin FT-UNRI :

Pekanbaru

M. Reynaldi Perdana Saputra 30


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAMPIRAN

Gambar 1. Proses Percobaan Pertama


(sumber : Dokumentasi Praktikum Kelompok 2)

Gambar 2. Pembacaan Hasil Pengukuran Defleksi Percobaan Pertama


Menggunakan Dial Gauge
(sumber : Dokumentasi Praktikum Kelompok 2)

Gambar 3. Proses Percobaan Kedua


(sumber : Dokumentasi Praktikum Kelompok 2)

M. Reynaldi Perdana Saputra 31


1710816210014
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 4. Pembacaan Hasil Pengukuran Defleksi Percobaan Kedua


Menggunakan Dial Gauge
(sumber : Dokumentasi Praktikum Kelompok 2)

Gambar 5 . Proses Percobaan Ketiga


(sumber : Dokumentasi Praktikum Kelompok 2)

Gambar 6. Pembacaan Hasil Pengukuran Defleksi Percobaan Ketiga


Menggunakan Dial Gauge
(sumber : Dokumentasi Praktikum Kelompok 2

M. Reynaldi Perdana Saputra 32


1710816210014

Anda mungkin juga menyukai