Disusun oleh:
Arnel Nicola Afandy (1710816210006)
M. Reynaldi Perdana S. (1710816210014)
Riyan Nur HIdayah (1710816310017)
2020
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS MATA KULIAH
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
(HMPB 645)
Disusun Oleh:
Mengetahui,
i
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
LEMBAR KONSULTASI
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
NAMA : Arnel Nicola Afandy (1710816210006)
M. Reynaldi Perdana S. (1710816210014)
Riyan Nur HIdayah (1710816310017)
KELOMPOK : 4 (Empat)
NO Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan
Nilai Akhir: (A / A- / B+ / B / B- / C+ / C / C- / D+ / D / E )
Banjarbaru, 2020
Dosen Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
Pembuatan laporan praktikum ini diajukan sebagai bahan salah satu syarat untuk
mestinya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Rachmat Subagyo, MT. selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan praktikum ini.
berharap semoga pembuatan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................i
LEMBAR KONSULTASI .................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum .....................................................................................2
1.4 Manfaat Praktikum ...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar ...............................................................................................3
2.1.1 Defleksi ..................................................................................................3
2.1.2 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Defleksi .................................................4
2.1.3 Jenis- Jenis Tumpuan ..........................................................................5
2.1.4 Jenis – Jenis Pembebanan ..................................................................6
2.1.5 Jenis – Jenis Batang ............................................................................7
2.1.6 Metode Perhitungan Defleksi ............................................................. 10
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 17
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................... 17
3.3 Prosedur Praktikum ............................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum ...................................................................................... 20
4.2 Pembahasan........................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 29
5.2 Saran ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
LAMPIRAN................................................................................................... 31
iv
PRAKTIKUM MEKANIKA TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia begitu juga ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan
mengalami kemajuan. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan,
memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Sama halnya dengan
perkembangan teknologi dibidang konstruksi. Sistem struktur yang di letakkan
horizontal dan yang terutama di peruntukkan memikul beban lateral,yaitu beban
yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang. Beban semacam ini khususnya
muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri, beban hidup
vertical, beban keran (crane) dan lain-lain. Contoh sistem balok dapat di
kemukakan antara lain,balok lantai gedung,gelagar keran, jembatan,balok
penyangga dan sebagainya.Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal
baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi. Unsur-
unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidakbarisan dan
mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung, balok
lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau
mencegah dengan 3 bahan-bahan jadi yang rapuh.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan-
perencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan dan tegangan pada
elemen-elemen ketika mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting
terutama dari segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada
batang horizontal yang diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.
Defleksi dan tegangan yang terjadi pada elemen-elemen yang mengalami
pembebanan harus pada suatu batas yang diijinkan, karena jika melewati batas
yang diijinkan, maka akan terjadi kerusakan pada elemen-elemen tersebut ataupun
pada elemen-elemen lainnya.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertikal yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada
balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari
posisinya sebelum mengalami pembebanan.
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral
dikenal sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1 (a) memperlihatkan balok
pada posisi awal sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1 (b) adalah balok
dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.
Gambar 2.1 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi
(Sumber: Panduan praktikum fenomena dasar mesin FT-UNRI)
Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu
y akibat adanya pembebanan dalam arah vertikal. Pada semua konstruksi teknik,
bagian-bagian pelengkap suatu bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik
tertentu yang yang harus diukur dengan tepat agar dapat menahan gaya-gaya
yang akan dibebankan kepadanya.
Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat diterima
oleh suatu konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan, kebutuhan
tersebut haruslah disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan pertimbangan
teknis, seperti kekuatan (strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan
(stability). Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung pada segi
teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan.
Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan
gaya geser dan momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain
haruslah cukup kaku untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak
melendut melebihi batas yang telah diizinkan. Suatu batang jika mengalami
pembebanan lateral, baik itu beban terpusat maupun beban terbagi rata, maka
batang tersebut mengalami defleksi. Suatu batang kontinu yang ditumpu pada
bagian pangkalnya akan melendut jika diberi suatu pembebanan. Deformasi
dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami
pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah
terjadi deformasi.
sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi
pada beban titik tertentu saja (Binsar Hariandja, 1996). Salah satu faktor yang
sangat menentukan besarnya defleksi pada batang yang dibebani adalah jenis
tumpuan yang digunakan.
2) Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya
dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical.
Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.
3) Tumpuan Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel
atau momen. Secara fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah
balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke dalam beton atau
mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.
2) Batang Kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.
3) Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.
4) Batang Menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.
Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang.
P
dari hukum hooke: E
A
P
L L0 / L0 E
A
P
E / L0
A
P
E / L0
A
Pl0
AE
Keterangan : ԑ = Regangan
L = Panjang akhir benda (m)
L0= Panjang awal benda (m)
A = Luas Penampang (m2)
E = Modulus Elastisitas (Pa)
Ϭ = modulus elastisitas (N/m2)
P = massa jenis (kg/m3)
I = Momen inersia (kgm2)
δ = Defleksi (m)
1 d2y
dx 2
d2y
EI M
dx 2
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis
balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang
balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI diperoleh:
dy
dx
EI Mdx C1
1 M
EI
karena ds = r dq, maka
1 M d M
atau d ds
EI ds EI
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx.
Dengan anggapan itu kita peroleh:
M
d dx
EI
Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan
balok original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva ini
pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt yang timbul akibat garis
singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap
sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan oleh sudut dq:
dt = xdq
oleh karena itu
XB
tb / a dt x( Md )
XA
w( x ) w1( x ) w2( x )
Berlaku analog
w '( x ) w '1( x ) w '2( x )
M ( x ) M 1( x ) M 2( x )
Q( x ) Q1( x ) Q2( x )
2.2 Aplikasi
Adapun pengaplikasian pada defleksi ini adalah sebagai berikut:
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat
penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatang tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan.
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara radial.
Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi
yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus. Ketidaklurusan
sumbu poros akan menimbulkan efek getaran pada pentransmisian gaya torsi
antara roda gigi. Selain itu,benda dinamis yang berputar pada sumbunya.
BAB III
METODOLOGI
3.1 WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum Mekanika Terapan ini dilaksanakan bertempat di Laboratorium
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. pada hari Sabtu
tanggal 14 Desember 2019 mulai dari pukul 08.30 WITA.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Berikut alat dan bahan yang digunakan pada saat Praktikum:
1. Alat Ukur Defleksi
3. Beban
6. Dial Indikator
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PRAKTIKUM
1. Percobaan 1
24 kN
AB = 220 mm
BC = 250 mm
P = 24 kN = 24000 N
Va = Ra = = = 12,765 kN
Ma – AB x P = 0
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan diagram gaya geser dan diagram
momen seperti dibawah ini, nilai Ma kita anggap negatif karena arahnya
berlawanan jarum jam yang menandakan bahwa batang mengalami deformasi
penekanan.
24 kN
Diagram geser
12,765kN
0 kN
Diagram momen
5280 Nm
0 Nm
Gambar 4.2 Diagram gaya geser dan diagram momen pada percobaan 1
Untuk menghitung defleksi
Mµ = Va x µ + Ma = 12765 µ + 5280
mµ = µ + AC = µ + 470
∆D x EI = ∫ ( )( ) dµ =
∆D = = 3796 mm = 3,8 m
2. Percobaan 2
54 kN
EI = Kgm2GPa
P = 54 kN = 54000 N
Va = Ra = = = 30,648 kN
Vd = Ra – P = – L= = = 23,351 kN
= = 9,807 kNm
= 39,959 kNm
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan diagram gaya geser dan diagram
momen seperti dibawah ini, nilai Ma kita anggap negatif karena arahnya
54 kN
Diagram geser
30,648 kN
0 kN
-23,351 kN
Diagram momen
9,807 kNm
kNm
0 kNm
Gambar 4.4 Diagram gaya geser dan diagram momen pada percobaan 2
Untuk titik AB
Mµ = Va x µ – Ma = 30648µ – 39959
Untuk titik BC
= -23352µ + 9767401
Untuk titik CD
= -23352µ +7067401
Untuk mencari mx kita asumsikan tidak ada beban di B dan ada beban di C=
1 N karena sebagai titik tengah sehingga P = Va + Vb jika dibagi rata didapatkan
Va = 0,5 dan Vb = 0,5
Ma = P x AC = 1 x 370 = 370
Untuk titik AB
mµ = Va x µ – Ma = 0,5 µ – 370
untuk titik BC
untuk titik CD
∆D x EI =∫ ( – )( ) +∫ (
)( ) +
∫ ( )( )d µ
∆D = = 6334 mm = 6,3 m
3. Percobaan 3
24 kN
54 kN
EI = Kgm2GPa
P1 = 24 kN = 24000 N
P2 = 54 kN = 54000 N
x = 170 mm
Va = Ra = 13,297 kN
Vd = -Re = -29,918 kN
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan diagram gaya geser dan diagram
momen seperti dibawah ini.
24 kN
54 kN
0 kN
-10,603 kN
-29,918 kN
2,277kNm
3.553 kNm
0 kNm
Gambar 4.6 Diagram gaya geser dan diagram momen pada percobaan 3
Untuk titik AC
Mµ = Va (µ + AB) + Ma – P1 x µ
Mµ = -10703µ + 4385633
Untuk titik EC
Mµ = Vd (µ+ED) + Me – P x µ
Mµ = -24082 µ + 9855887
Untuk mencari mx
Mac = Mca
Va = Vb
Va = 0,499
Untuk titik AB
mµ = Va ( µ + AB) – Mac
mµ = 0,499 µ + 164.17
untuk titik EC
mµ = Vb (µ + ED) – Mca
mµ = 0,499 µ + 164.17
∆D x EI = ∫ ( )( ) ∫ (
)( )
∆D =
∆D = 1872,3 mm = 1,9 m
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan 3 kali percobaan dengan variasi beban, jarak,
dan jumlah ujung yang dijepit. Pada percobaan pertama menggunakan batang
pendek dengan beban 24 kN dan jarak beban 220 mm. hasil yang didapatkan dari
beban 54 kN serta jarak bebannya 320 mm dan hanya dijepit pada satu ujung
ketika dilakukan perhitungan secara teoritis didapatkan hasil defleksi yaitu 6,3 m.
beban 24 kN pada jarak 330 mm dari kiri dan 54 kN pada jarak 330 mm dari
kanan serta dijepit pada kedua ujungnya ketika dilakukan perhitungan secara
BAB V
5.1 KESIMPULAN
1. Defleksi pada batang adalah perubahan bentuk pada batang dalam arah y atau
percobaan kedua hasil deflekasi 6,3 m dan pada percobaan ketiga hasil 1,9 m.
5.2 SARAN
Saran untuk praktikum ini agar hasil praktikum yang dilakukan lebih akurat
memeriksa kelurusan batang. Permukaan dari batang harus halus agar tidak
pengukuran agar membaca nilai alat ukur dengan benar dan teliti
DAFTAR PUSTAKA
Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.
Team Asisten LKM .2013. Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin Bid.
Pekanbaru
LAMPIRAN