Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
DI PT. BUKIT ASAM UNIT PELABUHAN TARAHAN LAMPUNG
SATUAN KERJA UNIT 2X8 MW
BANDAR LAMPUNG, LAMPUNG
(13 September 2021 – 01 November 2021)
EVALUASI EFISIENSI KINERJA PADA TURBIN BERJENIS TURBIN ???
Telah melaksanakan ujian seminar hasil kerja praktek pada tanggal ……..
Di Program Studi Teknik Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Jambi
Jambi, 2021
Menyetujui :
Koordinator Kerja Praktek Pembimbing Kerja Praktek
Pada tanggal:
13 September 2021 – 01 Nvember 2021
Disusun oleh:
Rekky Tri Waliadi M1B118009
Ahmad Fikri Al Hadi M1B118021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan di Pusat Pengem
bangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas (PPSDM Migas) Cepu dapat te
rselesaikan tepat waktu.
Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat bagi mahasis
wa untuk menyelesaikan Program Studi Jurusan Teknik Kimia Universitas Ja
mbi. Dengan Praktek Kerja Lapangan ini, diharapkan mahasiswa dapat meng
aplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah serta mendapatkan tamba
han ilmu secara langsung dari lapangan khususnya bidang Teknik Kimia.
Laporan praktek kerja lapangan ini disusun berdasarkan apa yang tela
h kami lakukan pada saat di lapangan Pusat Pengembangan Sumber Daya Ma
nusia Minyak dan Gas Bumi Cepu Jl. Sorogo No. 1 Cepu 58315 Blora-Jawa Ten
gah di mulai tanggal 01 Juni 2021 – 13 Agustus 2021. Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini berisi gambaran umum perusahaan, proses produksi dan tugas
khusus mengenai evaluasi efisiensi furnace dan kolom fraksinasi pada unit kil
ang PPSDM MIGAS Cepu.
Selama penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan, penulis mendap
at banyak bimbingan serta bantuan dari awal sampai selesainya Praktek Kerj
a Lapangan dari berbagai pihak. Untuk itu, dari ketulusan hati penulis menya
mpaikan ucapan terimakasih kepada:
1) Allah SWT yang Maha Esa, karena dengan ijinnya penulis dapat
menyelesaikan rangkaian kegiatan kerja praktek dan menyusun
laporan kerja praktek ini dengan baik.
2) Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang selalu
memberikan dukungan, baik secara moral maupun materil serta
nasihat sehingga kegiatan kerja praktek ini dapat terlaksana dengan
lancar.
3) Bapak Waskito Tunggul Nusanto, S.Kom., M.T. selaku Kepala pusat
pengembangan sumber daya manusia minyak dan gas bumi.
4) Bapak Dr. Yoeswono, S.Si., M.Si. selaku Sub Koordinator Sarana
Penyusun
DAFTAR ISI
4.8. Kesimpulan....................................................................................................................... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Logo Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia ....................6
Gambar 1.2. Peta Lokasi PPSDM Migas Cepu .................................................................8
Gambar 1.3. Skema Alur Distribusi Produk PPSDM Migas Cepu .................................15
Gambar 2.1. Struktur Organisasi dan kepegawaian .................................................16
Gambar 3.1. Diagram Flow Proses Distilasi Atmosferik .........................................24
Gambar 3.2. Heat Exchanger .............................................................................................. 25
Gambar 3.3. Furnace ............................................................................................................. 26
Gambar 3.4. Kolom Fraksinasi dan Stripper ................................................................27
Gambar 3.5. Kondensor ....................................................................................................... 28
Gambar 3.6. Box Cooler ......................................................................................................... 28
Gambar 3.7. Tube Cooler ...................................................................................................... 28
Gambar 4.1. Kolom fraksinasi II (C-2)............................................................................. 42
Gambar 5.1. Tipe Box furnace............................................................................................. 70
Gambar 5.2. Tipe Vertikal silinder.................................................................................... 71
Gambar 5.3. Tipe Cabin ........................................................................................................ 72
Gambar 5.4. Tipe Radiant wall furnace........................................................................... 72
Gambar 5.5. Diagram blok furnace ................................................................................................ 79
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Timur yang bernama Panolan, diresmikan pada tanggal 28 Mei 1893 atas
nama AB. Versteegh. Kemudian beliau mengontrakkannya ke perusahaan
DPM (Dordtsche Petroleum Maarschappij) di Surabaya dengan membayar
ganti rugi sebesar F. 10000 dan F. 0.1 untuk tiap peti (37,5 liter minyak tanah
dari hasil pengilangan). Penemuan sumur minyak bumi bermula di desa
Ledok oleh Mr. Adrian Stoop.
Januari 1893, ia menyusuri Bengawan Solo dengan rakit dari Ngawi
menuju Ngareng Cepu dan akhirnya memilih Ngareng sebagai tempat pabrik
penyulingan minyak dan sumurnya dibor pada Juli 1893. Daerah tersebut
kemudian dikenal dengan nama Kilang Cepu. Selanjutnya, berdasarkan akta
No. 56 tanggal 17 Maret 1923 DPM diambil alih oleh BPM (Bataafsche
Petroleum Maarschappij) yaitu perusahaan minyak milik Belanda.
2. Periode Zaman Jepang ( Tahun 1942 -1945)
Periode zaman Jepang, dilukiskan tentang peristiwa penyerbuan
tentara Jepang ke Indonesia pada perang Asia Timur yaitu keinginan Jepang
untuk menguasai daerah-daerah yang kaya akan sumber minyak, untuk
keperluan perang dan kebutuhan minyak dalam negeri Jepang.
Terjadi perebutan kekuasaan Jepang terhadap Belanda, para pegawai
perusahaan minyak Belanda ditugaskan untuk menangani taktik bumi
hangus instalasi penting, terutama Kilang minyak yang ditujukan untuk
menghambat laju serangan Jepang. Namun akhirnya, Jepang menyadari
bahwa pemboman atas daerah minyak akan merugikan pemerintah Jepang
sendiri.
Sumber-sumber minyak segera dibangun bersama oleh tenaga sipil
Jepang, tukang-tukang bor sumur tawanan perang dan tenaga rakyat
Indonesia yang berpengalaman dan ahli dalam bidang perminyakan, serta
tenaga kasar diambil dari penduduk Cepu dan daerah lainnya dalam jumlah
besar.
Lapangan minyak Cepu masih dapat beroperasi secara maksimal
seperti biasa dan pada saat itu Jepang pernah melakukan pengeboran baru di
lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo dan Semanggi.
3. Periode Zaman Kemerdekaan ( Tahun 1945)
pendidikan dan pelatihan seluas 120 hektar. Ditinjau dari segi geografis dan
ekonomis, lokasi tersebut cukup strategis karena didukung oleh beberapa
faktor, yaitu :
1. Lokasi praktek
Lokasi PPSDM Migas berdekatan dengan lapangan minyak milik
Pertamina, Exxon Mobile Cepu Limited, Petrochina, tambang rakyat
Wonocolo serta singkapan- singkapan geologi, sehingga memudahkan
peserta diklat untuk melakukan field study.
2. Sarana transportasi
Kota Cepu dilewati oleh jalur kereta api Surabaya- Jakarta dan jalan
raya yang menghubungkan kota-kota besar di sekitarnya.
3. Letaknya yang berbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur
baku dan produk-produk yang dihasilkan oleh Unit Distilasi dan Wax
Plant.
b. Laboratorium Analisis Air
Analisis ini bertujuan untuk memeriksa kualitas air bahan baku untuk
ketel uap (boiler), air minum, air untuk pendingin di kilang dan air untuk
keperluan lainnya.
c. Unit Perencanaan Operasi Kilang Unit perencanaan operasi kilang
bertugas mengatur dan merencanakan kondisi operasi kilang.
1.6.4. Unit Utilitas
Jalannya operasi atau proses suatu unit tidak hanya tergantung pada
alat-alat utama saja, tetapi juga tergantung pada sarana penunjang. Salah
satu sarana penunjang yang diperlukan adalah unit utilitas. Bagian- bagian
utilitas terdiri dari :
1. Power plant dan distribusi
Unit ini menyediakan tenaga listrik untuk kilang, perumahan,
perkantoran, dan penerangan jalan.
2. Pengolahan air
Unit ini bertugas untuk menyediakan kebutuhan air untuk kilang,
pemadam kebakaran, air umpan boiler, dan air untuk minum.
3. Penyediaaan uap air dan udara bertekanan
Unit ini berfungsi menyediakan kebutuhan steam sebagai penggerak
pompa torak, steam stripping di kolom, pemanasan minyak berat di
tanki atau pipa, dan blowing dan lain-lain.
4. Telekomunikasi
Menyediakan sarana komunikasi untuk kelancaran kegiatan Pusdiklat
Migas Cepu.
1.6.5. Unit Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
Bertugas melindungi semua peralatan yang berhubungan dengan api
dan pemadam kebakaran serta bertindak langsung bila terjadi kebakaran di
10 kilang maupun di luar kilang di bawah komando pimpinan PPSDM MIGAS
atau bagian lain yang ditunjuk, serta menjaga kelestarian lingkungan sekitar
dari bahaya pencemaran.
Limbah cair berupa ceceran minyak pelumas dan solar. Limbah cair
tersebut dipompakan langsung ke dalam unit oil chater CPI kilang minyak.
Selanjutnya limbah cair tersebut dapat dilakukan proses pemsahan
minyak, dengan tahapan seperti tersebut yang terlampir pada lampiran.
4) Limbah Cair Laboratorium
Limbah cair berupa pencucian bahan kimia campur dengan air
pembilas mengalir ke dalam parit tanah, karena volume limbah cair sangat
kecil sebagian akan terserap ke dalam tanah.
5) Limbah cair dari rumah sakit, asrama, perumahan, pegawai dan
wisma.
Limbah cair rumah sakit:
a. Limbah cair berupa sisa pencucian : film rongent, alat dan obat di
apotik, alat suntik di zaal rawat nginap dibuang kesaluran yang
dilengkapi peresapan.
b. Tinja dibuang ke WC yang dilengkapi di septic tank.
c. Sisa pencucian dapur, air kamar mandi, dibuang kesaluran
tersedia/selokan dan campur dengan limbah cair penduduk
disekitarnya, jarak dengan bengawan solo ± 1 km.
Limbah cair asarama mahasiswa, perumahan pegawai dan wisma.
a. Tinja dibuang ke WC dilengkapi dengan septic tank.
b. Limbah cair kamar mandi, cucian dan dapur dibuang melalui
selokan-selokan yang umunya tidak disemen, sehingga limbah cair
tersebut dapat meresap kedalam tanah dan sebagian mangalir ke
tanah dan sebagian mengalir ke tanah pertanian.
2. Pengelolaan Limbah Gas
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan penurunan kualitas udara
yaitu kilang, boiler plant dan power plant. Ketiga kegiatan tersebut
mengeluarkan limbah gas pembakaran bahan bakar minyak pada dapur
kilang (unit distilasi atmosferis), proses penghasilan steam di boiler plant dan
proses pembangkit tenaga listrik di power plant. Polutan yang timbul adalah
SOX, NOX, CO, HC.
Pencegahan penurunan kualitas udara yang sudah dilakukan, antara lain :
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
BAB III
ORIENTASI LAPANGAN
dipisahkan dari air dalam separator S-8 pada suhu 40C dan ditampung
dalam tangki T.112.113.
Hasil dari puncak menara fraksinasi C-1 A adalah pertasol yang
dialirkan menuju menara fraksinasi C-2, dengan menggunakan steam yang
diinjeksikan akan didiperoleh hasil berupa Pertasol CA pada puncak menara.
5. Pengembunan dan Pendinginan Dalam Condenser dan Cooler
Pertasol CA yang berupa uap tersebut di embunkan dalam kondensor
CN.1.2.3.4 dan embunan yaang terbentuk didinginkan dalam box cooler
BC.3.6 serta dipisahkan dari air dalam separator S-1 kemudian ditampung
dalam tangki T.114.115.116.117.
3.3.3. Solar
Solar adalah hasil pemanasan dari minyak bumi antara 250C s/d
340C dan merupakan bahan bakar diesel. Kegunaan solar diantaranya:
BAB IV
TUGAS KHUSUS I
4.2. Permasalahan
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penyusun membatasi atau
mengorientasikan permasalahan pada penjelasan dan perhitungan mengenai
kolom fraksinasi C-2. Dalam hal ini mencakup tentang evaluasi efesiensi
kinerja kolom fraksinasi berupa uraian proses, kondisi operasi, variabel
proses, kendala operasi yang sering terjadi, cara penanggulangannya, serta
perhitungan neraca massa dan panas pada kolom fraksinasi C-2 di PPSDM
MIGAS Cepu.
4.3. Tujuan
Mengetahui evaluasi efesiensi kinerja kolom fraksinasi berupa uraian
proses, kondisi operasi, variabel proses, kendala operasi yang sering terjadi,
cara penanggulangannya, serta perhitungan neraca massa dan panas pada
kolom fraksinasi C-2 di PPSDM MIGAS Cepu.
4.4. Ruang Lingkup
Ada pun ruang lingkup pada pembuatan tugas khusus ini adalah
melakukan evaluasi efesiensi kinerja yang dibatasi pada suatu jenis alat saja
yaitu kolom fraksinasi C-2.
4.5. Tinjauan Pustaka
4.5.1. Distilasi
Distilasi adalah suatu proses pemisahan larutan cair-cair
menjadi komponen-komponennya dimana mempunyai karakteristik
yang mudah menguap (volatil), dan mempunyai perbedaan tekanan
uap. Perbedaan tekanan uap menyebabkan perbedaan titik didih.
Sehingga dapat dikatakan bahwa distilasi adalah proses pemisahan
dengan perbedaan yang berdasarkan pada titik didih. Pada distilasi
pemisahan dilakukan dengan menggunakan panas sebagai pemisah
atau separating agent. Adanya perbedaan komposisi antara fase cair
dan fase uap ini merupakan syarat utama agar pemisahan dengan
distilasi dapat dilakukan (Handayani & Sujarwo, 2020).
3. Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa
yang memiliki titik didih mencapai 200°C atau lebih. Distilasi uap
dapat menguapkan senyawa- senyawa ini dengan suhu mendekati
100°C dalam tekanan atmosfer menggunakan uap atau air mendidih.
Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi
campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa
campurannya. Selain itu, distilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua suhu, tapi dapat
didistilasi dengan air. Campuran dipanaskan melalui uap air yang
dialirkan ke dalam campuran dan ditambah juga dengan pemanasan.
Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor
menghasilkan distilat dan akhirnya masuk ke labu distilat.
4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi
sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki
titik didih di atas 150°C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan
pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya
menggunakan air dingin karena komponen yang menguap tidak dapat
dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa
vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan
pada sistem distilasi vakum.
4.5.3. Distilasi di PPSDM MIGAS Cepu
Di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas
Cepu jenis distilasi yang digunakan adalah distilasi fraksinasi. Dimana
distilasi fraksinasi merupakan suatu proses pemisahan untuk larutan
yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu
sekitar 30˚C atau lebih. Di kolom fraksinasi ini terjadi pemanasan
secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda setiap platenya.
Dengan tujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plate-plate
Tabel 4.8. Data Kondisi Operasi Rata-rata dari tanggal 07-11 Juli 2021
Data Operasi
Kolom Fraksinasi (C-1)
Temperatur Top 116,54 oC
Tekanan Top 0,0466 Kg/CM2
Discharger Pompa Reflux 1.48 Kg/CM2
Reflux 148,36 M3/Day
Kolom Fraksinasi (C-2)
Temperatur Top 92,36oC
Tekanan Top 0.067 Kg/CM2
Discharger Pompa Reflux 0.98 Kg/CM2
Reflux 23.84 M3/Day
Kolom 3 (Stripper C-3)
Temperatur Top 34,16 oC
Kolom 4 (Stripper C-4)
Temperatur Top 188,24 oC
Kolom 5 (Stripper C-5)
Temperatur Top 171.54 oC
Evaporator
Suhu Masuk Evaporator 313,86 oC
Suhu Atas Evaporator 320,4 oC
Tekanan Masuk Evaporator 0,2362 Kg/CM2
Tekanan Atas Evaporator 0,3002 Kg/CM2
Tabel 4.14. Data Rata- Rata Produk Yang Dihasilakan Dari Tanggal
07-11 Juli 2021
Produk Volume Densitas Massa SG Volume (%)
(L/Hari) (Kg/L) (Kg/Hari) (60/60 F)
Crude Oil 330.369,8 0,8410 277.827,79 0,839 100
T(°F) T T(°F) T
Gambar 4.2. Grafik persamaan linear untuk ASTM, EFV (1atm) dan
EFV (1,1688atm)
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa persamaan
linear untuk ASTM, EFV (1atm) dan EFV (1,1688atm) adalah sebagai
berikut :
ASTM : y= 3,879x + 325,56
EFV (1atm) : y= 2,3532x + 392,05
EFV (1,1688atm) : y= 2,3532x + 407,05
Untuk mengetahui % Solar yang menguap digunakan
persamaan linear dari EFV (1,1688atm) dengan suhu umpan masuk
adalah 558⁰F sehingga
% Solar yang menguap y = 2,3532 x + 407,05
558 = 2,3532 x + 407,05
558 – 407,05 = 2,3532 x
150,95 = 2,3532 x
X = 64,14%
Maka, neraca massa solar yang teruapkan :
Top C-4 (Solar yang menguap) = 64,14% x 159.498,92 kg/hari
= 102.302,60 kg/hari
Umpan Masuk C-4 = Top C-4 + Battom Produk C-4
Pertasol CC 5.313,61
Losses 11.214,03
141,5
o
API = 60 – 131,5
SG o F
60
141,5
= – 131,5
0,7372
= 60,44
Dari gambar 4.5. grafik W.L Nelson figure 5.3 (Terlampir)
dengan suhu inlet kolom fraksinasi C-2 = 116,54 oC = 241,77 oF .
Fase uap : oAPI = 60,44, diperoleh heat content (H) = 250 Btu/lb.
Q =MxH
= 3.425,1295 lb/jam x 250 Btu/lb
= 856.282,39 Btu/jam
B. Reflux C-2
Reflux C-2 = 17.574,37 Kg/Hari
= 1.615,08 lb/jam
SG 60/60oF = 0,7372
141,5
o
API = 60 – 131,5
SG o F
60
141,5
= – 131,5
0,7372
= 60,44
Dari gambar 4.5. grafik W.L Nelson figure 5.3 (Terlampir) dengan
suhu inlet kolom fraksinasi C-2 = 92,36 oC = 198,24 oF . Fase cair :
o
API = 60,44, diperoleh heat content (H) = 198 Btu/lb.
Q =MxH
= 17.574,37 lb/jam x 198 Btu/lb
= 3.479.725,26 Btu/jam
Total panas masuk kolom fraksinasi C-2 :
Q = Q Fraksi Ringan + Q Reflux +
Q = 856.282,39 Btu/jam + 3.479.725,26 Btu/jam
Q = 4.336.007,65 Btu/Jam
Q = 104.064.183 Btu/Hari
2) Panas Keluar
A. Pertasol CA
Pertasol CA = 28.276,6 Kg/Hari
= 2.598,62 lb/jam
SG 60/60oF = 0,7372
141,5
o
API = 60 – 131,5
SG o F
60
141,5
= – 131,5
0,7372
= 60,44
Dari gambar 4.5. grafik W.L Nelson figure 5.3 (Terlampir)
dengan suhu operasi atas = 92,36 oC = 198,24 oF. Fase uap : oAPI =
60,44 ; diperoleh heat content (H) = 198 Btu/lb.
Q =MxH
= 28.276,6 lb/jam x 198 Btu/lb
= 514.526,67 Btu/jam
B. Reflux C-2
Reflux C-2 = 17.574,37 Kg/Hari
= 1.615,08 lb/jam
SG 60/60oF = 0,7372
141,5
o
API = 60 – 131,5
SG o F
60
141,5
= – 131,5
0,7372
= 60,44
Dari gambar 4.5. grafik W.L Nelson figure 5.3 (Terlampir) dengan
suhu inlet kolom fraksinasi C-2 = 92,36 oC = 198,24 oF . Fase uap :
o
API = 60,44, diperoleh heat content (H) = 198 Btu/lb.
Q =MxH
= 17.574,37 lb/jam x 198 Btu/lb
= 3.479.725,26 Btu/jam
C. Pertasol CB
Pertasol CB = 8.993,58 Kg/Hari
= 826,51 lb/jam
SG 60/60oF = 0,6197
141,5
o
API = 60 – 131,5
SG o F
60
141,5
= – 131,5
0,6197
= 96,84
Dari gambar 4.5. grafik W.L Nelson figure 5.3 (Terlampir) dengan
suhu operasi atas = 92,36 oC = 198,24 oF. Fase uap : oAPI = 96,84 ,
diperoleh heat content (H) = 198 Btu/lb.
Q =MxH
= 8.993,58 lb/jam x 198 Btu/lb
= 163.648,98 Btu/jam
Total panas masuk kolom fraksinasi C-2 :
Q = Q Pertasol CA + Q Reflux + Q Pertasol CB
Q = 514.526,67 Btu/jam + 3.479.725,26 Btu/jam + 163.648,98
Btu/jam
Q = 4.157.900,91Btu/jam
Q = 99.789.622 Btu/Hari
4.7. Pembahasan
tidak sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya karena hilang volume dapat
terjadi di beberapa unit karena perubahan kondisi operasi.
Dalam perhitungan neraca panas untuk kolom fraksinasi C-2,
diperoleh nilai efisiensi termal kolom fraksinasi C-2 adalah 95,89 %. Dan
pada kolom fraksinasi II (C-2) persen kehilangan panasnya ialah sebesar 4,11
%. Hilang panas dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni:
1. Usia alat yang sudah tua.
2. Flow meter yang ada mengalami kerusakan sehingga alat kontrol
untuk produksi menjadi terganggu.
3. Menurunnya kinerja isolator yang terdapat dikolom fraksinasi II (C-2)
sebagai penghambat/pelindung agar panas yang dihasilkan dari
proses distilasi tidak hilang ke lingkungan.
4. Karena adanya zat-zat pengotor seperti Mg, Ca, Cl, dan H 2S yang
masuk ke dalam kolom dan menyebabkan korosi pada tray serta
dinding kolam sehingga dapat mengurangi effisiensi panas.
Adapun ketidakakuratan nilai efisiensi panas dari perhitungan dengan
nilai sebenarnya dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yakni:
1. Ketiadaan data primer sehingga data yang digunakan merupakan data
asumsi logis.
2. Adanya kesalahan pada pembacaan flow indicator atau
ketidakakuratan nilai parameter aliran pada ruang kendali
dibandingkan data yang sebenarnya.
3. Data sekunder yang digunakan merupakan rata-rata empiris dari
evaluasi untuk berbagai crude oil dengan karakter yang beragam.
4. Adanya variasi volume produksi harian sehingga data yang diperoleh
tidak bersifat tunak (steady-state) pada berbagai waktu pengukuran.
Secara ideal, Hassan (2013) merekomendasikan bahwa nilai hilang
panas kolom tidak lebih dari 10%. Akan tetapi, parameter kelayakan
penggunaan kolom fraksinasi C-2 tidak dapat dinilai hanya berdasarkan nilai
efisiensi panas. Evaluasi tersebut perlu mempertimbangkan kualitas hasil
produksi, aspek ekonomis penggunaan utilitas, safety, dan kualitas unit
BAB V
TUGAS KHUSUS II
5.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan tugas khusus ini
adalah untuk mengetahui efisiensi serta kelayakan pada furnace 03 saat
dioperasikan dan telah bekerja selama lebih dari 100 tahun.
5.4. Ruang lingkup
Ada pun ruang lingkup pada pembuatan tugas khusus ini adalah
melakukan evaluasi efesiensi kinerja yang dibatasi pada suatu jenis alat saja
yaitu furnace. Untuk meningkatkan efisiensinya, tidak hanya modifikasi alat
yang diperlukan, namun dengan mengurangi jumlah excess air yang masuk ke
dalam air, melakukan maintenance secara berkala, tetap menjaga suhu
keluaran crude oil agar tidak melebihi suhu 350 oC, serta tetap menjaga
kapasitas feed masuk sesuai dengan spesifikasinya. Sehingga dapat
menghasilkan produk yang diinginkan serta panas yang ada dalam furnace
tetap merata agar tidak menyebabkan tube pecah dan menjadi berbahaya.
5.5. Tinjauan Pustaka
5.5.1 Furnace
Furnace merupakan alat yang berfungsi sebagai alat pemindah panas
yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dalam suatu ruangan
ke fluida yang dipanaskan sampai mencapai suhu yang diinginkan. Furnace
adalah salah satu alat dalam proses penukaran panas dalam industri kimia
(Mc. Cabe, 1999).
Furnace merupakan alat yang penting dalam proses pengolahan Crude
Oil di PPSDM MIGAS Cepu. Terdapat empat variabel mendasar dalam proses
pengolahan Crude Oil diantaranya yaitu tekanan, temperatur, level fluida dan
aliran. Kunci utama dalam pemanasan Crude Oil adalah temperatur.
Dilakukan juga pengendelain tekanan, proses pengendalian loop di dalam
loop ini sering disebut dengan istilah pengendalian cascade.
Struktur furnace yaitu bangunan bendinding plat baja dimana bagian
dalamnya dilapisi material tahan api, batu isolasi yang berfungsi untuk
menahan kehilangan panas ke udara melalui dinding furnace dan refractory.
Ada tiga cara mekanisme perpindahan panas dari sumber panas
kepenerima, yaitu (D.Q. Kern, 1965) :
bahan bakar gas dan minyak, serta bahan bakar padat seperti batu bara,
tergantung seberapa besar panas yang dihasilkan serta aspek
keekonomisannya. Besarnya beban panas yang harus diberikan oleh furnace
kepada fluida yang dipanaskan bergantung pada jumlah umpan dan
perbedaan suhu inlet dan outlet umpan yang ingin dicapai. Semakin banyak
jumlah umpan dan semakin besar pebedaan suhu, maka beban dapur akan
semakin tinggi. Thermal cracking akan mengakibatkan terbentuknya gas-gas
ringan yang dapat mengakibatkan volume fluida hasil pembakaran menjadi
sangat besar dan melebihi pipa fluida proses. Apabila hal ini terjadi, maka
dapat mengakibatkan bahaya berupa meledaknya furnace. Thermal cracking
juga dapat membentuk coke yang mengakibatkan berkurangnya luas
perpindahan panas pada furnace. Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah
ruang pembakaran yang menghasilkan sumber kalor untuk diserap
kumparan pipa (tube coil) yang didalamnya mengalir fluida. Dalam
konstruksi ini biasanya tube coil dipasang menulusuri dan merapat ke bagian
lorong yang menyalurkan gas hasil bakar (flue gas) dari ruang bakar ke
cerobong asap (stack). Perpindahan kalor yang di ruang pembakaran
terutama terjadi karena radiasi disebut seksi radiasi (radiant section),
sedangkan saluran gas hasil pembakaran terutama oleh konveksi disebut
seksi konveksi (convection sectiont). Untuk mencegah supaya gas buangan
tidak terlalu cepat meninggalkan ruang konveksi maka pada cerobong
seringkali dipasang penyekat (damper). Perpindahan panas melalui
pembuluh dikenal sebagai konduksi (P. Trambouze, 2000).
5.5.2. Tipe Furnace
Berikut merupakan tipe-tipe furnace, yaitu :
1. Tipe Box
Furnace jenis ini mempunyai bentuk kotak atau box dan memiliki
burner yang terletak di samping atau bawah dengan posisi tegak lurus
terhadap dinding furnace. Dapur ini digunakan untuk kapasitas besar (lebih
dari 100 mmBtu/jam). Tube furnace dipasang tegak lurus atau mendatar.
Nyala api di dalam furnace adalah tegak lurus atau mendatar.
Keuntungan menggunakan furnace tipe box :
d. Instalasi mudah
e. Daya tahan yang tinggi terhadap variasi waktu.
4. Tube Bundles
Tube bundles umumnya terbuat dari pipa parallel lurus yag saling
terhubung antara satu dan lainnya dengan (P. Trambouze, 2000) :
a. Pipa yang di las kembali membentuk sudut 180 o
b. Dengan menggunakan plug headers, dimana sebagian tube
ditutup dengan plug headers sehingga memudahkan pipa untuk
diperiksa atau dibersihkan
Dengan kriteria yang diperlukan dalam pemilihan material tube
bundles :
a. Tahan terhadap proses oksidasi yang dihasilkan oleh panas
pembakaran
b. Tahan terhadap suhu tinggi
c. Tahan terhadap korosi yang dihasilkan oleh fluida panas
5. Stack (cerobong asap)
Stack berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan flue gas hasil
pembakaran dari dalam furnace (atmosfer). Biasanya terbuat dari carbon
steel, suhu stack perlu dijaga antara 350-500 oF. Apabila suhu stack terlalu
tinggi maka akan menyebabkan banyak panas yang terbuang dan dapat
membuat stack menjadi rusak. Bila suhu stack lebih dari 350oF kemungkinan
akan terjadi kondensasi dari air dan gas SO 2 yang akan terbawa oleh flue gas
sehingga terbentuk H2SO4 yang sangat korosif dan dapat merusak semen
lining maupun metal stack.
6. Stack Damper
Alat ini berfungsi untuk mengatur pembuangan flue gas melewati
stack dan mengatur tekanan di dalam furnace.
7. Lubang Intip (peep hole)
Lubang intip pada dinding furnace ini berfungsi untuk mengamati
nyala api serta kondisi tube di dalam furnace.
8. Explotion Hole
Pintu yang dapat terbuka bila terjadi ledakan (tekanan furnace naik)
sehingga furnace terhindar dari kerusakan.
9. Pengatur Udara (air register)
Berfungsi untuk mengatur banyaknya udara yang masuk ke dalam
furnace.
10. Snuffing Steam
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan steam ke dalam furnace, untuk
mematikan api bila terjadi kebocoran tube. Juga digunakan untuk menghalau
gas hidrokarbon sisa di dalam ruang pembakaran sebelum menyalakan
burner.
11. Soot Blower
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan atau membersihkan abu,
debu, dan jelaga yang menempel pada pipa-pipa pembuluh di daerah
konveksi.
5.5.4. Pembakaran dalam Furnace
Proses terjadinya reaksi antara oksigen dengan bahan bakar yang
disertai dengan timbulnya panas merupakan pengertian dari pembakaran.
Ada beberapa unsur yang harus tersedia supaya proses pembakaran bisa
terjadi, yaitu (Maleev, 1933) :
1. Bahan bakar
Pembakaran bahan bakar merupakan suatu reaksi oksidasi berantai
dari senyawa hidrokarbon dengan oksigen yang berasal dari atmosfer.
Supaya terbentuk api yang dapat menghasilkan panas dan flue gas hasil
pembakaran maka dibutuhkan bahan bakar dan juga udara yang cukup. Pada
umumnya komposisi kimia dari bahan bakar merupakan ikatan hidrokarbon
yang terdiri dari karbon (C) dan hidrogen (H).
Reaksi pembakaran dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Pembakaran lengkap tadi tidak sempurna (dengan udara
berlebih)
CH4 + 3O2 CO2 + 2H2O + O2
b. Pembakaran lengkap dan sempurna
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
5.7. Perhitungan
5.7.1. Diagram blok furnace
P Crude Oil
Tanggal P Fuel Oil (kg/cm2)
masuk keluar
= 10.614,910 lb/hari
2. Menghitung panas laten fuel oil
Berdasarkan Tabel 5-1 Nelson titik didih residu yang
digunakan sebagai fuel oil sebesar 300 °F−¿800 °F dengan asumsi
koreksi sebesar 53°F-72°F
Asumsi :
Titik didih = 800°F
Koreksi = 60°F
Sehingga titik didih residu :
Titik didih residu = 800°F-60°F
= 740°F
3. Menghitung nilai Characterization Factor (K-UOP)
3
√ titik didih fuel oil
K-UOP =
SG60 /60
3
740
= √
0,8952
9,0450
= 0,8952
= 10,1039
Berdasarkan Fig 5-22 (Terlampir) Nelson diperoleh
nilai Gross Heat Value Fuel Oil sebesar= 18.480 BTU/lb (dari
grafik menggunakan data faktor k-oup dan °API
O
API fuel oil = 26,5652
Cp fuel oil pada saat 60oF = 0,43 BTU/lboF
Cp fuel oil pada saat 66,6 oC = 151,88 oF = 0,48 BTU/lboF
Maka,
0,48+0,45
Cp rata-rata =
2
= 0,465 BTU/lboF
Cp sesungguhnya = Cp rata-rata × faktor koreksi
= 0,465 × 0,98
= 0,4557 BTU/lboF
Q1b = mFO × Cp sesungguhnya × ΔT
= 10.614,910 lb/hari × 0,4557 BTU/lb°F × (151,88 oF −¿
60oF)
= 444.443,2671 BTU/hari
= 18.518,4695 BTU/jam
c. Panas Pembakar Fuel Gas (LPG)
Tabel 5.6. Data Analisa Fuel Gas
Komponen (A) (B) (C) (D) (E) (F)
BM
% Mol Mol D=AXC LHV F=CXE
Fraksi
Lb/lb mol Btu/ cuft
O2 32 - - - - -
H2S 34 - - - - -
Ts p 12−p 22
Ws = 443,45
Ps √
× d2,667 ×
L× SG ×T
Dimana :
Ws = gas flow (SCF/day)
d = internal diameter (inch)
p1 = initial pressure (psia)
p2 = final pressure (psia)
L = length of lines (miles)
SG = spesific gravity of gas
T = absolute temperature of flowing gas (0R)
Ts = standart absolute temperature (32 oF+459,67) 0R
Ps = standart pressure (14,7 psia)
Diketahui :
P (tekanan fuel gas masuk dapur) = 0,25 kg/cm2 = 1,2420 atm
= 18,2574 psia
R (konstanta gas ideal) = 10,731 psia.cuft/lbmol°R
P×BM
ρ fuel gas = R×T
18,2574 psia ×25,06 lb/lbmol
ρ fuel gas = 10,731 psia . cuft
×549,27 ° R
lbmol /° R
= 0,0776 lb/cuft
ρ udara = 0,062 lb/cuft
ρ fuel gas 0,0776 lb /cuft
SG fuel gas =
ρudara
= 0,062lb /cuft = 1,2516
Sehingga :
2 2
= 443,45 Ts × d2,667 × p 1 −p 2
Ws
Ps √
L× SG ×T
= 443,45
SCF
3.837.859,448
= day
× 25,06 lb /lbmol
359 cuft
= 267.901,8322 lb/hari
= 11.162,5763 lb/jam
2. Panas sensibel fuel gas (Q3)
Temperature fuel gas masuk dapur = 66,8 ℃ = 152,24 °F
Temperature basis = 32 °F
ΔT = (152,24 °F−¿32 °F) = 120,24 °F
Ws dalam berat = 11.162,5763 lb/jam
Tabel perhitungan panas masuk dapur
CO2 44 10,25
O2 32 7,26
N2 28 82,49
CO 30 0
b. nH = mH/BM
1.283,3426lb /hari
=
1lb /lbmol
= 1.283,3426 lbmol/hari
2. Menghitung N2 dan O2 yang masuk
Karena karbon yang terdapat dalam fuel gas hanya menjadi CO2
maka diasumsikan %C = %CO2
nC × % N 2
a. nN2 =
% CO 2
777,6306lbmol /hari ×0,8249
=
0,1025
= 6.258,2193 lbmol/hari
nC × % O 2
b. nO2 =
% CO 2
777,6306lbmol /hari ×0,0726
= 0,1025
= 550,7900 lbmol/hari
3. Menghitung udara berlebih dan udara pembakaran
Dalam udara bebas asumsi untuk perbandingan mol N 2 : O2
adalah 79 : 21 (%-mol), sehingga kelebihan O2 yang masuk sebesar:
21× n N 2
a. O2 berlebih =
79
21× 6.258,2193lbmol /hari
= 79
= 1.663,5773 lbmol/hari
n O2 ×%C O2
b. O2 pembakaran =
% O2
550,7900lbmol /hari ×0,1025
=
0,0726
= 777,6305 lbmol/hari
Diasumsikan tidak ada CO terbentuk berdasarkan persamaan
reaksi dari per. (3)
Asumsi semua H2 menjadi H2O
Q2 = 2.234.106,6527 Q6 = 220.390,3347
Q3a =500.559,5331
Q3b = 92.851,3779
5.8. Pembahasan
Furnace merupakan alat pemanas crude oil sebelum memasuki kolom
fraksinasi. Pada pengolahan minyak bumi, crude oil harus dipanaskan
terlebih dahulu sebelum memasuki kolom fraksinasi. Sumber panas untuk
furnace berasal dari fuel oil, fuel gas, dan udara yang berasal dari flare.
Pemanasan pada furnace bertujuan agar crude oil sesuai dengan kondisi
operasi yang diinginkan untuk proses berikutnya. Sistem perpindahan panas
yang terjadi pada furnace terdiri dari perpindahan panas secara konduksi,
konveksi dan radiasi.
Perpindahan panas radiasi terjadi karena adanya energi panas yang
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar pada burner yang kemudian
diterima secara langsung oleh dinding luar tube furnace tanpa adanya media
penghantar. Sedangkan pada perpindahan panas konduksi, terjadi karena
adanya panas yang ditransfer dari dinding luar tube furnace ke dinding
bagian dalam tube tersebut. Yang terakhir merupakan perpindahan panas
konveksi, dimana adanya perpindahan panas dari dinding bagian dalam tube
ke crude oil yang ada di dalam tube furnace tersebut. Berdasarkan
perpindahan panas tersebut, maka efisiensi furnace dapat dihitung sebagai
indikasi layak atau tidaknya furnace tersebut untuk dioperasikan.
5.9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa efisiensi
furnace-03 sebesar 70,38 % dengan didapatkan hasil heat inlet sebesar
11.019.516,7332 BTU/jam dan nilai heat outlet sebesar 3.264.287,5541
BTU/jam dengan excess air sebesar 17,21 %. Dimana dalam kondisi ini dapat
dikatakan bahwa furnace-03 yang telah berusia lebih dari 100 tahun di
PPSDM MIGAS Cepu masih layak dioperasikan sesuai dengan syarat operasi.
Untuk mempertahankan efisiensinya, tidak hanya modifikasi alat yang
diperlukan, namun dengan mengurangi jumlah excess air yang masuk ke
dalam air, melakukan maintenance secara berkala, tetap menjaga suhu
keluaran crude oil agar tidak melebihi suhu 350 oC, serta tetap menjaga
kapasitas feed masuk sesuai dengan spesifikasinya. Sehingga dapat
menghasilkan produk yang diinginkan serta panas yang ada dalam furnace
tetap merata agar tidak menyebabkan tube pecah dan menjadi berbahaya.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktek (KP) yang telah dilakukan di Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi Cepu
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
(PPSDM MIGAS) mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan
pelatihan bidang minyak dan gas bumi.
2. Proses pengolahan yang ada di PPSDM MIGAS menggunakan metode
distilasi atmosferik dengan bahan baku crude oil yang mengahasilkan
produk seperti: pertasol CA, pertasol CB, pertasol CC, solar, dan
residu.
DAFTAR PUSTAKA
Munawaroh, S.I., Azizah, N., Mufid, M. and Subur, M., 2021. Perhitungan
Neraca Massa dan Neraca Energi Evaporator Pada Unit Kilang PPSDM
MIGAS CEPU. DISTILAT: JURNAL TEKNOLOGI SEPARASI, 7(1), 13-19.
Nelson, W. L. 1968. Petroleum Refinery Engineering 4th Edition, New York :
Mc. Graw Hill.
Setiawan. 2018. Operasi Teknik Kimia Kelas XII. PT Kuantum Sejahtera. Jawa
Timur.
Sujarwo W, Handayani F.Y,. 2020. Operasi Teknik Kimia. PT Kuantum
Sejahtera. Jawa Timur.
Trambouze, P. 2000. Petroleum refining 4, Materials and Equipment, IFP.
France.
LAMPIRAN
Gambar 4.1. Figure 12.8 (Edmister) ASTM 50% temperature vs EFV 50%
temperature
Gambar 4.3. Figure 5-27. Vapor preassure and boiling point correction.
Gambar 4.4. Figure 7-3 Nelson (Approximate steam required to strip when using
only a bath of liquid, i.e., only one theoretical plate)
Gambar 4.5. Figure 5.3 Nelson (Heat Content of Petreleum fractions including the
effect of pressure)
Gambar 5.1. Tabel 5.1 Nelson (Heat Content of Petreleum fractions including the
effect of pressure)
Gambar 5.2. Figure 5.22 Nelson (Heat Content of Petreleum fractions including the
effect of pressure)
Gambar 5.3. Figure 5.1 Nelson (Heat Content of Petreleum fractions including the
effect of pressure)
Gambar 5.7. Figure 14-1, Nelson (Heat Content of Petreleum fractions including the
effect of pressure)
Lampiran 2. Data Produk dan Data Operasi