PROSES PERAWATAN
PAN CONVEYOR 1-2
DI
PT. SEMEN INDONESIA
Oleh:
KRISNANDA KURNIAWAN
NIM. 1731210133
LEMBAR PENGESAHAN
Unit kerja : Section of KCM (kiln and coal mill ) 1-2 Machine Maintenance
Periode : 03 Juli 2019 s.d. 31 Juni 2019
Disusun oleh :
Krisnanda Kurniawan
(1731210133)
Mengetahui, Menyetujui,
SM of Opr Human Capital Pembimbing Lapangan
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, Sholawat serta salam juga tetap tercurahkan kepada
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, sehingga proses penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. Penyusunan laporan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan di PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.
Laporan ini kami susun berdasarkan data-data yang dapat dikumpulkan dan bimbingan
dari pembimbing serta karyawan di Section of KCM (kiln and coal mill ) 1 2 di PT. SEMEN
INDONESIA (Persero) Tbk selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan di mulai pada tanggal
03 Juli s/d 31 Juni 2019.
Dalam penyusunan laporan ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Drs. Awan Setiawan, MMT., MM. sebagai Direktur Politeknik Negeri Malang.
2. Supriatna Adhisuwignjo, ST., MT. sebagai Pembantu Direktur 1, Politeknik Negeri
Malang
3. Ir. Pipit Wahyu Nugroho, MT. sebagai Ketua Jurusan Teknik, Mesin Politeknik Negeri
Malang.
4. Dr. Muhammad Akhlis Rizza, ST MT sebagai Koordinator Praktek Kerja
Lapangan, Politeknik Negeri Malang.
5. Toni Gunawan, ST., M.M. sebagai SM of Opr Human Capital PT. SEMEN
INDONESIA (Persero) Tbk.
6. Didik Isdarmadi sebagai Ka. Seksi KCM 1-2 PT. SEMEN INDONESIA (Persero)
Tbk.
7. Zaka Ahadi sebagai pembimbing lapangan PT. SEMEN INDONESIA (Persero) Tbk.
8. Orang tua sebagai pembimbing, penyemangat, dan penasehat yang tidak pernah akan
tergantikan.
9. Serta semua pihak yang telah membantu selama proses Praktek Kerja Lapangan dan
penyelesaian laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran maupun masukan
yang bersifat membangun untuk kepentingan bersama, dan semoga laporan ini bisa
memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah ..............................................................................................................2
1.4 Tujuan ..............................................................................................................................2
1.5 Metodologi Penelitian ......................................................................................................2
1.6 Manfaat ............................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
khususnya pada bidang konsentrasi Perawatan mesin. Dengan demikian PT Semen Gresik (
Persero ) Tbk, Pabrik Tuban khususnya merupakan salah satu pilihan yan tepat bagi
mahasiswa/i Teknik Mesin. Dengan adanya pengalaman secara langsung di dalam dunia
industri tersebut dapat melihat lebih nyata penerapan materi perkuliahan pada industri
tersebut. Pada Praktek Kerja Lapang kali ini kami ditempatkan pada area Pemeliharaan Mesin
Kiln dan Coal Mill (PMKC) yang secara garis besar mempunyai tujuan untuk memelihara
mesin kiln dan coal mill yang berfungsi sebagai alat produksi terak dalam proses pembuatan
semen.
1.4 Tujuan
Tujuan dari kami melakukan Praktek Kerja Malang adalah :
a. Mengetahui prinsip kerja Pan Conveyor
b. Mengetahui perawatan pada Pan Conveyor
1.6 Manfaat
Dari kegiatan Praktek Kerja Lapang pada bulan Juni - Juli tahun 2019, kami dapat
BAB II SEJARAH
PERUSAHAAN
2.1.1 Sejarah
Sejak ditemukannya deposit batu kapur dan tanah liat pada tahun 1935 sebagai bahan
baku semen oleh seorang sarjana Belanda Ir. Van Es di Gresik. Selanjutnya pada tahun 1950,
wakil presiden RI yang pertama, Moh. Hatta menghimbau kepada pemerintah untuk
mendirikan pabrik semen di Gresik. Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka dilakukan
penelitian ulang dengan dibantu oleh Dr. F. Leufer dan Dr. A Kreaft dari Jerman, yang
akhirnya menyimpulkan bahwa deposit tersebut mampu untuk persediaan selama 60 tahun
untuk pabrik dengan kapasitas 250.000 ton/tahun.
Dari hasil penelitian tersebut, maka dibangun pabrik semen yang pertama di
Indonesia. Realisasi pembangunan pabrik Semen Indonesia oleh pemerintah diserahkan
kepada Bank Industri Negara (BIN). Pada tanggal 25 Maret 1953, denga akta notaris Raden
Mester Soewardi no. 41 oleh BIN didirikan NV pabrik Semen Indonesia sebagai badan
hukum perusahaan itu. Pabrik ini diresmikan oleh presiden Soekarno tanggal 7 Agustus 1957
dengan kapasitas 250.000 ton/tahun. Proyek diserahkan kepada BIN dibantu Bank Exim
(USA). royek dilaksanakan oleh beberapa perusahaan untuk penentuan lokasi dan pembuatan
pola pabrik dilaksanakan oleh White Engineering dan Mc Donald Engineering, sedangkan
designnya dilakukan oleh GA Anderson, gambar perencanaan oleh HK Fergusoh Company
dan kontraktor adalah Marrison Knudsen Internasional Co. Inc dan AS Pabrik ini mengadakan
uji coba operasi pada awal Maret 1957. Kemudian setelah terbukti bahwa pabrik tersebut
dapat beroperasi dengan baik, maka sesuai rencana dan kebutuhan, pada tahun 1966 diadakan
perluasan pertama dengan menambah sebuah tanur pembatasan (proses basah) beserta unit
lainnya yang berkapasitas 125.000 ton/tahun. Pelaksanaan pekerjaan perluasan yang pertama
ini berhasil diselesaikan tahun 1961.
Pada tahun 1969 PT. Semen Indonesia menjadi BUMN pertama yang berubah
menjadi PT (Perseroan) yaitu pada tanggal 24 Oktober 1961. Perluasan kedua dilaksanakan
pada bulan Desember 1970. Perluasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
produksi menjadi 500.000 ton/tahun dengan menambah tanur pembakaran beserta perangkat
lainnya. Perluasan ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 Juli 1972.
Pada awal 1976 pabrik ini mengalami perluasan ketiga. Berbeda dengan unit pabrik
lama yang menggunakan proses basah, perluasan ketiga ini membangun unit pabrik baru yang
menggunakan proses kering. Perluasan ini dengan menambahkan dua buah tanur pembakaran
beserta perlengkapannya. Setiap tanur pembakaran unit yang baru ini mempunyai kapasitas
produksi 500000 ton/tahun sehingga total kapasitas Pabrik Semen Indonesia menjadi
1.500.000 ton/tahun. Pelaksanaan perluasan ketiga ini terselesaikan pada akhir tahun 1978.
Pabrik proses kering diresmikan pada tanggal 2 Agustus 1979 oleh menteri perindustrian AR,
Soehot.
Pada tahun 1990 PT Semen Indonesia (persero), Tbk mengembangkan pabrik di
Tuban dengan sumber dana dari penjualan sahamnya di Semen Cibinong, penjualan saham di
bursa serta dana sendiri dengan melakukan kerja sama dengan Fuller Internasional. Pada
tahun 1994 pabrik unit 1 di Tuban dengan kapasitas 2,3 juta ton/tahun diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 26 September 1994 sehingga kapasitas total menjadi 4,1 juta
ton/tahun. Perluasan terus berlanjut dan dimulai pada awal tahun 1995 dengan mendirikan
pabrik semen Tuban 2 dengan kapasitas 2,3 juta ton/tahun yang merupakan perluasan pabrik
semen Indonesia 3/Tuban 1 dan terselesaikan pada tahun 1997. Pabrik semen Tuban 2 ini
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 April 1997 di Cilacap. Dengan
diresmikannya pabrik Tuban 2 ini maka kapasitasnya menjadi 6,4 juta ton/tahun. Ketika
proyek pabrik semen Tuban 2 dalam tahap penyelesaian, sejak awal tahun 1996 dilaksanakan
proyek Pabrik Tuban 3 yang diselesaikan pada tahun 1998, sehingga kapasitasnya menjadi 8,7
juta ton/tahun.
Tonggak keberhasilan dari Semen Indonesia adalah tercapainya konsolidasi dengan
Semen Padang dan Semen Tonasa pada tanggal 15 September 1995. Dalam tahun yang sama
telah berhasil dilakukan penawaran umum terbatas saham (Right issue) yang pertama dan
hasilnya digunakan untuk pengalihan 100% saham milikpemerintah pada Semen Padang dan
Semen Tonasa berkat kerja sama yang baik antar pegawai maka pada tanggal 19 Mei 1996 PT
Semen Indonesia (Persero), Tbk memperoleh Sertifikat ISO 1992 untuk unit 1 dan 2 di Gresik
dan unit 1, 2, dan 3 di Tuban, adanya krisis moneter di Indonesia, membuat PT Semen
Indonesia (Persero), Tbk membuat program Privatisasi.
Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas kepemilikan sahamnya di
Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S.A. de
C.V. sebuah perusahaan semen global yang berpusat di Meksiko. Komposisi kepemilikan
saham berubah menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%.
1. Bahan Baku
Bahan baku berupa batu kapur terletak di Desa Temandang, 3 km dari lokasi
pabrik. Sedangkan bahan baku berupa tanah liat terletak di Kecamatan Kerek kurang lebih 5
km dari lokasi pabrik.
2. Bahan Pendukung
Bahan pendukung diperoleh dari daerah sekitar, bahan pendukung berupa pasir silika
diperoleh dari Tuban dan Madura. Pasir besi diperoleh dari Pasuruan, Probolinggo, dan
Cilacap. Bahan pengganti pasir besi adalah copper slag (limbah pengolahan tembaga) yang
diperoleh dari Gresik. Gypsum diperoleh dari Petrokimia Gresik yang berupa gypsum sintesis.
Untuk gypsum natural diperoleh dari Kalimantan atau import dari Thailand. Bahan pembantu
berupa trass diperoleh dari Tuban, Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang.
3. Transportasi
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban memiliki lokasi yang strategis
karena lokasi pabrik terletak 9 km dari jalan raya yang menghubungkan kota Surabaya dan
Semarang. Pabrik terletak dekat dengan laut bahkan mempunyai pelabuhan sendiri sehingga
transportasi lewat laut lebih mudah dilakukan.
4. Faktor Sosial
Pabrik dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga membantu program pemerintah
dalam menanggulangi masalah pengangguran. Untuk menjamin lancarnya operasi dan
kegiatan-kegiatan dalam pabrik serta kententraman para karyawan beserta keluarganya maka
perusahaan menyediakan fasilitas seperti perumahan, rumah sakit, sarana pendidikan, sarana
olahraga, koperasi maupun balai pertemuan.
5. Pemasaran
Daerah pemasaran PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk meliputi seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu juga menjalin hubungan kerja sama dagang dengan luar negeri, antara
lain produk Semen Gresik telah diekspor ke Thailand, Singapura, Srilangka, Mexico. Karena
lokasinya yang strategis dan jalur transportasi lancar maka pemasarannya tidak mengalami
hambatan.
2.1.3 Keorganisasian
6. Direktur Keuangan
7. Portfolio Management Office
8. Tim Internal Audit
9. Sekretaris Perusahaan
10. SVP ICT & Pengadaan Strategis
Dan masing-masing Direktur membawahi beberapa departemen, antara lain :
1. Direktur Pengembangan Usaha & Strategi Bisnis membawahi beberapa departemen antara
lain :
a. Departemen Perencanaan Strategi Bisnis dan Capex
b. Departemen Pengembangan Usaha Pendukung Perusahaan
c. Departemen Pengembangan Usaha Semen
d. Departemen Ekspansi Bahan Baku dan Energi
2. Direktur Produksi dan litbang, bertugas mengawasi kegiatan proses produksi serta
bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan produksi mulai dari pengadaan bahan baku
sampai dihasilkan produk semen dan menghasilkan inovasi atau penemuan baru untuk
peningkatan efisiensi pabrik. Direktur Produksi dan Litbang membawahi beberapa
departemen antara lain :
a. Departemen Litbang Proses dan Teknologi
b. Departemen Pengelolaan Produksi dan Pusat Keahlian Teknik
c. Departemen Litbang Produk dan Aplikasi
3. Direktur Teknik dan Proyek bertanggung jawab terhadap segala peralatan yang digunakan
atau kondisi sekitar pabrik dalam menunjang peningkatan mutu produk. Direktur litbang
mempunyai wewenang untuk menentukan kelayakan suatu alat atau kondisi di sekitar
pabrik. Direktur Teknik dan Proyek membawahi beberapa departemen antara lain:
a. Departemen Rancang Bangun
b. Departemen Engineering Knowledge dan Inovasi
c. Departemen Layanan Proyek
d. Manajemen Proyek
4. Direktur Pemasaran dan Supply Chain membawahi beberapa departemen antara lain :
a. Departemen Perencanaan Pemasaran
b. Departemen Corporate Marketing
c. Departemen Supply Chain
5. Direktur Sumber Daya Manusia dan Hukum membawahi beberapa departemen antara lain :
a. Departemen Pengembangan Sistem Sumber Daya Manusia
b. Departemen Center of Dinamic Learning
c. Departemen CSR
d. Departemen Hukum dan GRC
e. Departemen Aset Grup
6. Direktur Keuangan, bertugas dan bertanggung jawab dalam keseluruhan keuangan pabrik,
baik pengurusan hutang maupun piutang. Direktur keuangan membawahi :
a. Departemen Keuangan Strategis dan Pengembangan
b. Departemen Akuntansi dan Keuangan Group
c. Departemen Strategic Performance Management
2. Struktur organisasi Unit Praktik Kerja Industri terlampir pada LAMPIRAN.
Reability Centered Maintenance (RCM) dan Proyek Kendali Mutu untuk mencapai
pengelolaan operasional berkelas internasional sesuai visi Perseroan
Peran Sistem Manajemen Semen Indonesia (SMSI) dalam mendukung fungsi
Holding Company, yaitu :
a. Telah melakukan penyesuaian terhadap seluruh sertifikasi Sistem Manajemen
b. Telah melakukan penyesuaian atas sistem dokumentasi SMSI
c. Telah melakukan mapping dan penyusunan proses bisnis Perseroan di Holding
Company dan Operating Company
d. Telah melakukan standarisasi Sistem Manajemen di Semen Indonesia
Adapun kinerja Sistem Manajemen Semen Indonesia (SMSI) di tahun 2015
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
a. Memperoleh penghargaan “Indonesia Most Trusted Company” Sebagai Trusted
Company Based Investors and Analysts’s Assesment Survey dari majalah SWA.
Penghargaan diberikan kepada perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip-
prinsip Good Good Corporate Governance (GCG), transparansi dan pengelolaan
risiko dengan baik.
b. Mendapatkan penghargaan “Sustainability Report Award” untuk keterbukaan dan
akuntabilitas Semen Indonesia dalam menerbitkan laporan keberlanjutan.
c. Mendapat penghargaan “Most Valuable Brand and IHCS 2015”.
d. Peringkat Kedua Annual Report Award 2014 dari Kementerian BUMN.
e. Penghargaan Best Corporate Transformation Award 2015.
PT. Semen Padang adalah salah satu anak perusahaan PT. Semen Gresik yang
bergerak dibidang penghasil semen. PT. Semen Padang berada di Padang Sumatera
Barat
b. PT. Semen Tonasa
PT. Semen Tonasa adalah anak perusahan PT. Semen Gresik yang bergerak dalam
bidang produksi semen. PT. Semen Tonasa berada di Kab. Pangkep Sulawesi Selatan.
c. PT. Semen Gresik
PT. Semen Gresik adalah anak perusahan PT. Semen Gresik yang bergerak dalam
bidang produksi semen. PT. Semen Gresik berada di Gresik
d. PT. Thang Long Cement Vietnam
PT. Thang Long Cement Vietnam adalah salah satu anak perusahaan PT. Semen
Gresik yang bergerak dibidang penghasil semen. PT. Thang Long Cement berada di
Vietnam
2. Anak Perusahaan Bukan Penghasil Semen (Non Cement Making)
a. PT. Industri Kemasan Semen Gresik (IKSG)
PT. Industri Kemasan Semen Gresik bergerak dalam pembuatan kantong semen dan
kantong semen dan kantong industri kinerja lainnya.
b. PT. Kawasan Industri Gresik
PT. Kawasan Industri Gresik bergerak dalam bidang persewaan bahan industri,
penjualan lahan industri, persewaan Bangunan Pabrik Siap Pakai (BPSP).
c. PT. Eternit Gresik
PT. Eternit Gresik memproduksi asbes, genteng fiber semen, flat sheet, ventilasi,
penutup cahaya, pagar, dan tangki septis.
d. PT. United Traktor Semen Gresik (UTSG)
PT. United Traktor Semen Gresik bergerak dalam bidang usaha
Pertambangan galian, berupa bahan mentah yang digunakan untuk pembuatan
semen
Pekerjaan sipil dan angkutan
Jasa Konsultan pertambangan yang berfungsi sebagai sarana pelengkap atau
penunjang lajunya pengembangan perusahaan.
e. PT. Swadaya Graha
PT. Swadaya Graha bergerak dalam bidang developer, kontraktor sipil dan listrik,
kontraktor mekanikal, workshopdan manufaktur. Untuk mendukung usaha tersebut,
PT. Swadaya Graha memiliki alat kontruksi dan alat berat.
f. PT. Varia Usaha
PT. Varia Usaha bergerak dalam bidang :
Jasa Pengangkutan
Perdagangan / distributor semen
Pertambangan
Fibrikasi Mesin
Perdagangan barang industri
Bengkel mobil
g. PT. Varia Usaha Beton
PT. Varia Usaha Beton bergerak dalam bidang usaha industri beton dan bangunan,
yang meliputi tiga bidang yaitu : batu pecah, mesin (Crushed Stone), beton siap pakai
(Real Mix Concrete), dan beton pra cetak (Precast Concrete).
h. PT. SGG Energi Prima
PT. SGG Energi Prima bergerak di bidang pertambangan batu bara.
i. PT. SGG Prima Beton
PT. SGG Prima Beton khusus memproduksi beton siap pakai dan beton pracetak
3. Afiliasi
a. PT. Varia Usaha Beton
PT. Varia Usaha Beton bergerak dalam bidang usaha industri beton dan bangunan,
yang meliputi tiga bidang yaitu : batu pecah, mesin (Crushed Stone), beton siap pakai
(Real Mix Concrete), dan beton pra cetak (Precast Concrete).
b. PT. Waru Abadi
PT. Waru Abadi bergeerak di bidang perdagangan dan distributor produk bahan
bangunan (semen dan non semen).
c. PT. Varia Usaha Bahari
PT. Varia Usaha Bahari merupakan Badan Usaha Pelabuhan yang bergerak dibidang
pengelolaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya.
d. PT. Varia Usaha Dharma Segara
PT. Varia Usaha Dharma Segara bergerak dalam bidang PLB Business, Forwarding
Business.
2.1.7 Produk
Jenis semen yang diproduksi PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk pabrik Tuban
adalah semen Portland yang menurut standart indonesia SNI15-2049-2004 dapat didefinisikan
sebagai berikut : semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat
hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Adapun
semen Portland yang diproduksi di PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. pabrik Tuban ada
dua tipe yaitu:
mempunyai sifat antara moderat heat cement dan high early strength cement yang mana jenis
semen ini dipasarkan dalam bentuk :
Kantong lem/jahit isi 50 kg
Curah
BAB III
Menurut R.H. Perry, 1984, salah satu sifat kimia batu kapur yaitu dapat mengalami kalsinasi.
Reaksi :
CaCO3 ↔ CaO + CO2 (2.1)
T= 600-800ºC
Kandungan Fe2O3 5 – 10 %
Kuat Tekan 31,6 N/mm2
Silika Ratio 2,30
Alumina Ratio 2,70
b. Copper Slag
Copper slag merupakan produk samping pada proses peleburan dan pemurnian
tembaga dari bahan baku konsentrat tembaga. Copper slag dihasilkan dari proses peleburan
tembaga disemelter dari hasil pengikatan besi dengan pasir silika dan batu gamping yang
ditambahkan sebagai fluks untuk membentuk senyawa stabil dari CaO-FeO-SiO2. Komponen
utama copper slag adalah Oksida Besi (FeO), Dioksida Silikon (SiO2), Oksida Kalsium (CaO)
dan Oksida Alumminium(Al2O3). Copper slag mempunyai sifat fisik dan kimiawi sangat
stabil. Copper slag ini sebagai pengganti pasir besi.
Pasir besi (Fe2O3) berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak
semen. penggunaan pasir besi dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar ± 1%. Copper slag
digunakan karena mempunyai kandungan besi yang tinggi, sehingga menyebabkan material
ini mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan pasir alam. Material ini mempunyai sifat
fisik yang sangat keras dan porositas optimum.
b. Gypsum (CaSO4.2H2O)
Gypsum ini yang pada umumnya terdapat di gunung-gunung disekitar gunung
gamping (kapur) adalah bahan sedimen CaSO4 yang mengandung 2 molekul hidrat. Bahan ini
ditambah setelah campuran bahan mentah dibakar menjadi terak. Penambahan gypsum
dilakukan pada penggilingan akhir dengan perbandingan 96 : 4. Pada proses penggilingan
klinker menjadi semen, jumlah gypsum dikontrol melalui kadungan SO3 (Sulfur trioksida) dari
semen yang diproduksi. Semakin tinggi kandungan SO3 dalam semen maka ini dapat
memberikan indikasi bahwa penggunaan gypsum juga tinggi begitu pun sebaliknya.
Gypsum dalam semen dapat memberikan efek negatif apabila turun dalam jumlah
yang besar, karena dapat menyebabkan terjadinya pemuaian pada semen saat digunakan,
itulah sebabnya penggunaan gypsum harus dikontrol secara ketat. Selain sebagai pengatur
waktu pengikatan dan penyebab pemuaian, gypsum juga mempengaruhi kuat tekan baik itu
nilai kuat tekan maupun perkembangan kuar tekan. Untuk pembuatan semen gypsum yang
diijinkan mempunyai kandungan CaSO4 50–60 % dan air bebas 2,8 %.
Menurut Puja Hadi Purnomo,1994, sifat fisika gypsum sebagai berikut:
Fase : Padat
Warna : Putih
Kadar air : 10% H2O
Bulk density : 1,7 ton/m3
Ukuran material : 0 - 30 mm
Sifat kimia gypsum yaitu dapat mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan sedikit.
Reaksi :
CaSO4.2H2O → CaSO4.½ H2O + 1½H2O (2.5)
Jika pemanasan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi, gypsum akan kehilangan semua airnya
dan menjadi kalsium sulfat anhidrat. Gypsum juga dapat mengalami hidrasi dengan air
menjadi hidrat kristal padat.
Reaksi :
CaSO4.1/2H2O + 11/2H2O → CaSO4.2H2O (2.6)
T < 99 ºC
d. Limbah B3
Limbah B3 yang digunakan bahan baku alternatif adalah dust EAF (industri besi &
baja), bottom ash & fly ash (pembangkit listrik), clay alumina (industri petrochemical), dust
aluminium (industri aluminium), GBFS / Granulated Blast Furnace Slag (limbah besi & baja)
dan COCS (tanah terkontaminasi). Limbah B3 tersebut diatas bisa digunakan sebagai subtitusi
bahan baku batu kapur, tanah liat, terak maupun pasir besi. Komponen mineral limbah B3
tersebut hampir sama dengan komponen mineral batu kapur, tanah liat yang digunakan
sebagai bahan baku utama pembuatan semen. Semua limbah B3 tersebut rata-rata memiliki
kandungan SiO2, Al2O3 dan CaCO3 diatas 40 %.
kotoran seperti akar tumbuhan, pasir, dan kerikil dipisahkan. Lumpur tanah liat yang bersih
dipindahkan ke bejana deng an cara di pompa sembari jumlah kadar airnya dikurangi. Batu
kapur dari alam ditumpuk halus hingga dapat menembus saringan 90 mikron. Penggilingan
dimulai dari penggilingan kasar yang menggunakan Jaw Crusher hingga penggilingan halus
yang menggunakan Roll Crusher. Kemudian dicampurkan air hingga menjadi lumpur batu
kapur.
Proses pembakaran, setelah lumpur tanah liat dan lumpur kapur jadi dengan kadar air
25 - 40 %. Masukkan ke dalam silo atau tungku bakar yang memiliki ukuran 150 m. Tungku
ini memiliki ruang-ruang sebagai berikut :
Ruang paling ujung merupakan ruang yang dinding-dinding ruangnya dilengkapi
dengan sirip-sirip baja tipis untuk memperluas penguapan.
Ruang berikutnya, dinding tungku terdapat rantai baja. Dengan adanya rantai ini
penguapan air semakin sempurna, serta gumpalan-gumpalan lumpur kering pecah.
Bahan yang telah diolah tadi kemudian dipanaskan lagi dengan suhu 500-900oC. Pada
tahap ini akar terjadi penguapan air kristal yang terdapat dalam partikel bahan olahan
tadi, dan juga CO2, SO3, dan senyawa lainnya ikut menguap sedangkan bahan organik
lainnya akan terbakar.
Kemudian bahan tersebut akan mengalir ke ruang pembakaran yang suhunya berkisar
900-1350oC.
Dalam ruang pembakaran (Firing zone) senyawa oksida mulai beraksi satu dengan
yang lain, untuk membentuk senyawa semen (C3S, C2S, C3A, dan C4AF), kemudian
menggumpal dalam keadaan setengah meleleh yang disebut klinker. Klinker yang panas
kemudian dimasukkan ke ruangan pendingin dengan suhu biasa agar klinker cepat dingin.
Keluar dari ruang pendingin biasanya suhu klinker 30oC kemudian agar cukup dingin.
Penggilingan klinker biasanya merupakan siklus yang tertutup (Close circuit). Hasil
giliran diayak 170 mesh (90 mikron), yang masih kasar masuk kembali ke ball mill dan semen
bubuk dapat dipasarkan.
Keuntungan dan Kerugian Proses Basah (Wet Process) antara lain :
Keuntungan
Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa luluhan
Kadar alkalis tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran preheater
atau pipa
tungku tegak (shaft kiln), atau long rotary kiln. Konsumsi panas untuk proses ini sebesar 1000
kcal/kg klinker.
Keuntungan dan Kerugian Proses Semi Kering (Semi Dry Process) antara lain :
Keuntungan :
Tanur yang digunakan lebih pendek
Diperoleh klinker yang seragam
Kerugian :
Menghasilkan debu
Membutuhkan filter
d. Proses Kering (Dry Process)
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam keadaan kering dan
halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill maka udara panas sebagai media
pengering dialirkan dari tanur putar. Kemudian hasil penggilingan raw mill tersebut yang
berkadar air 0,5 -1 % dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi panas di rotary kiln yang
dibutuhkan 900-700 kcal/kg klinker. Hasil pembakaran di tanur putar berupa butiran hitam
yang disebut terak/klinker. Kemudian terak/klinker tersebut digiling di finish mill dengan
menambahkan gypsum pada perbandingan tertentu untuk membentuk semen.
Keuntungan dan Kerugian Proses Kering (Dry Process) antara lain :
Keuntungan :
Tanur yang digunakan relatif pendek
Kapasitas produksi lebih besar
Konsumsi panas yang digunakan relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar
rendah
Biaya produksi rendah
Kerugian :
Kadar air sangat mengganggu operasi karena material menempel pada alat
Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran
Campuran kurang homogen
Banyak debu yang dihasilkan sehingga membutuhkan alat penangkap debu
alumina dan C2 (A,F) masing-masing membentuk C3A dan C4AF. Pembentukan C3A dan
C4AF terjadi pada temperatur 1000-1200oC
c. Zona Pembakaran
Bagian CaO yang tidak bereaksi dengan oksida-oksida alumina besi dan silika
biasanya dalam bentuk CaO bebas atau free lime, banyaknya persentase dibatasi di bawah 1
%. Pada temperatur tinggi ini sisa unsur CaO mengikat C2S untuk membuat C3S.
d. Zona Pendinginan
Di daerah ini campuran kalsium alumina ferrit yang berbentuk cairan bentuk fisisnya
berubah mengkristal setelah terjadi pendinginan di dalam cooler. Temperatur dalam zone ini
sekitar 1350-800oC, sehingga material keluar kiln mempunyai suhu 800oC. Dinding zona
ini dilapisi dengan batu tahan api.
Terak yang keluar dari kiln didinginkan mendadak menjadi 82oC di Rotary Grate
Cooler yang menggunakan udara sebagai pendingin dengan tujuan sebagai berikut :
Agar terak menjadi amorf dan rapuh sehingga mudah digiling
Agar lebih tahan terhadap sulfat
Untuk mencegah terbentuknya kristal MgO
Untuk menghalangi perubahan C3S menjadi C2S
Menurut I Ketut Arsha Putra, 1995, proses yang terjadi pada unit ini adalah :
1) Proses pengurangan kadar air
Terjadi pada suhu 100C
Reaksi :
H2O(l) H2O(g) (2.7)
100 C
Reaksi :
2CaO(l) + SiO2(l) 2CaO.SiO2(l) (C2S) (2.11)
800 – 900 C
4. Penggilingan Semen
Setelah Clinker didinginkan di dalam cooler selanjutnya dilakukan penggilingan di
finish mill. Pada proses ini dilakukan penambahan gypsum dengan kadar 91 persen dengan
perbandingan 96 : 4 yang berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan pada semen.
Penggilingan dilakukan dalam dua tahap yaitu dalam hidraulic roll crusher (HRC) sebagai
penggilingan awal, kemudian dilanjutkan dengan penggilingan dalam Tube Mill untuk
mendapatkan produk semen yang diinginkan. Di dalamnya, semen mengalami pengecilan
ukuran dari 100 mesh menjadi 325 mesh dan lolos ayakan 90%.
3.6 Proses Pembuatan Semen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
1. Unit Persiapan Bahan Baku (Crusher)
Crusher yang digunakan di unit ini berjenis hammer mill. Hammer mill merupakan
aplikasi dari gaya pukul (impact force). Prinsip kerja hammer mill adalah rotor dengan
kecepatan tinggi akan memutar palu - palu pemukul di sepanjang lintasannya. Putaran rotor
berlawanan arah jarum jam,sehingga hammer memukul material ke bawah. Bagian bawah
hammer crusher terpasang grate bars, dan jarak diantara grate bar dengan putaran (kecepatan)
hammer, menentukan ukuran maksimum dari produk crusher. Hammer crusher yang besar
dapat menerima umpan batuan berbentuk bongkahan yang berukuran sekitar 80 cm.
Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan
dinding, palu atau sesama bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini
berlangsung terus hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah
alat. Jadi selain gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek.
Prinsip kerja hammer mill bisa dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini
(Sumber : Power Point Seksi Operasi Crusher PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. pabrik
Tuban)
Keuntungan dan Kerugian Hammer Crusher antara lain :
Keuntungan :
Ukuran Umpan mencapai 80 cm (tergantung dari ukuran hammer, kecepatan, motor
power dan ukuran dari produk yang dinginkan.
Dapat juga digunakan untuk proses pengeringan
Clogging material dapat diatasi dengan menggunakan double shaft hammer crusher
Kerugian :
Hanya untuk material yang tidak abrasif
mempunyai kapasitas 700 ton/jam menjadi bongkahan yang lebih halus dengan diameter 8
cm, selanjutnya batu kapur dijatuhkan ke dalam Belt conveyor yang sama (BC 1 atau BC 2)
dan bertemu dengan batu kapur yang lolos dari ayakan. Campuran batu kapur ini dibawa
Belt Conveyor menuju ke penyimpanan sementara, Surge Bin berkapasitas 500 ton. Surge Bin
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara agar supply tidak terhambat saat dump
truck terlambat. Untuk mengendalikan emisi debu pada saat pengangkutan ke Surge Bin,
dipasang Bag Filter di atas Surge Bin yang mampu menarik debu batu kapur dengan bantuan
Fan. Debu yang tertarik akan masuk ke dalam Bag Filter melalui inlet pipe yang melekat
pada filter bags, dengan jet pulse dihembuskan udara yang mampu mengguncangkan filter
bags secara berkala. Dengan demikian debu terlepas dan jatuh melalui down pipe menuju ke
Surge Bin untuk ditampung. Gas yang masuk bersamaan dengan debu, setelah melewati filter
bags keluar ke lingkungan melalui outlet pipe.
kapur, tanah liat, dan limbah B3 tercampur di BC5. Campuran batu kapur, tanah liat, dan
limbah B3 (Limestone clay mix) dibawa BC6 menuju Secondary Crusher untuk dihancurkan
kembali menjadi partikel dengan diameter 6 cm, hal ini dilakukan untuk
menanggulangi terbentuknya gumpalan-gumpalan material mix yang besar akibat campuran
batu kapur dan tanah liat. Produk dari Secondary Crusher dibawa BC7 Selanjutnya, Mix Pile
diarahkan oleh Tripper menuju ke Storage Mix Pile berkapasitas 160 m atau 45.000 ton.
Pembentukan pile ini diharapkan diharapkan agar campuran batu kapur dengan tanah liat lebih
homogen.
Tugas dari unit Crusher adalah mempersiapkan Mix Pile dan Correction Pile. Saat
ini, Mix Pile yang dipersiapkan oleh unit Crusher terdiri atas 75% batu kapur, 24% tanah liat,
dan 1% limbah B3. Sebelumnya, digunakan 2 mesin Lime Crusher dengan kapasitas masing-
masing alat 700 ton/jam. Berbeda dengan sebelumnya, saat ini digunakan 1 mesin Lime
Crusher untuk mempersiapkan bahan baku dengan kapasitas menjadi ± 1.600 ton/jam.
Sementara itu, 1 mesin Lime Crusher yang lain digunakan bila terdapat gangguan pada mesin
lainnya.
Berikut ini jenis hammer mill yang digunakan pada pabrik Semen Gresik pabrik Tuban
unit 1,2,3, dam 4
Scrapper Reclaimer. Produknya dibawa oleh Belt conveyor dan dimasukkan ke dalam Mix
Bin. Pada unit ini terdapat 4 buah bin yang masing-masing bin berisi bahan baku yang
berbeda - beda. Bin 1 berisi campuran/mix (batu kapur, tanah liat, dan limbah B3)
berkapasitas 235 ton, bin 2 berisi batu kapur high grade berkapasitas 250 ton, bin 3 berisi
pasir besi dan bin 4 berisi pasir silika berkapasitas 150 ton. Batu kapur high grade, pasir besi
dan pasir silika berfungsi sebagai bahan baku koreksi bila bahan baku utama (mix)
kekurangan CaO, SiO2, Fe2O3, dan Al2O3. Berikut ini gambar Mix Pile PT.Semen Indonesia
(Persero), Tbk Pabrik Tuban.
Gambar 3.7 Mix Pile PT.Semen Indonesia (Persero), Tbk Pabrik Tuban
produk Roller Mill adalah 88oC, bila menggunakan Air Heater feed maksimum untuk
Roller Mill adalah 450 ton/jam. Produk keluar Raw Mill mempunyai kehalusan mesh 11-13 %
dari ayakan 170 mesh dengan kadar air 1%. Material yang masih kasar akan turun ke Belt
Conveyor ditransportasikan ke Bucket Elevator dan dikembalikan lagi ke roller mill untuk
digiling kembali, kemudian material yang telah diklasifikasikan oleh klarifyer material sudah
sesuai dengan standart akan ditarik oleh fan dan akan masuk dalam 4 cyclone yang dipasang
paralel. Cyclone Separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan
tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan material berdasarkan perbedaan
berat jenis dan ukuran. Adapun prinsip kerja Cyclone ini sebagai berikut (Wibawa, 2012) :
Gas atau aliran fluida diinjeksikan melalui pipa input.
Bentuk kerucut cyclone menginduksikan aliran gas atau fluida untuk berputar,
menciptakan vortex.
Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar didorong ke arah luar vortex.
Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke sisi kerucut menuju
tempat pengeluaran.
Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui bagian atas dari
cyclone melalui pusat yang bertekanan rendah.
Cyclone membuat suatu gaya sentrifugal yang berfungsi untuk memisahkan partikulat
dari udara kotor.
Gaya sentrifugal timbul saat partikulat di dalam udara masuk ke puncak kolektor
silindris pada suatu sudut dan diputar dengan cepat mengarah ke bawah seperti
pusaran air. Aliran udara mengalir secara melingkar dan partikulat yang lebih berat
mengarah ke bawah setelah menabrak ke arah dinding cyclone dan meluncur ke
bawah.
Collector plate ditanahkan (di-grounding) agar bermuatan positif. Dengan demikian, pada
saat discharge electrode diberi arus DC, maka medan listrik terbentuk pada ruang yang berisi
tirai-tirai electrode tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat-pelat tersebut,
Gas bersih kemudian bergerak ke cerobong asap.
terjadi di dalam Blending Silo adalah dengan cara Aerasi dan Outlet. Di dalam blending silo
terjadi proses aerasi dengan cara udara dari luar dihisap oleh Blower kemudian dihembuskan
pada bagian bahwa Blending Silo. Tujuan aerasi adalah untuk melancarkan proses transport
material dari blending silo menuju been kiln feed.
Rotary Kiln perlu dilapisi batu tahan api pada bagian dalamnya untuk mencegah agar baja
tidak meleleh.
Setelah keluar dari burning zone, klinker dengan kandungan moisture < 1% berubah
menjadi bentuk kristal karena mengalami proses pendinginan di dua tempat yaitu pertama
terjadi di daerah cooling zone dan selanjutnya diteruskan di luar kiln yaitu di dalam clinker
cooler. Klinker yang keluar dari kiln akan mengalai pendinginan lebih lanjut di dalam clinker
cooler. Sebagai media pendingin digunakan udara luar yang dihembuskan oleh 12 buah fan.
Berikut ini pada gambar 3.14 adalah Rotary Kiln pada Pabrik Tuban 3 & 4.
kembali dan membentuk senyawa baru. Udara pendingin yang disemburkan akan
mendinginkan terak dan keluar sebagai udara panas. Udara panas dengan suhu 1000oC
(Secondary Air) dikembalikan ke kiln untuk membantu proses pemanasan, udara panas
dengan suhu 800oC (Tersier Air) dialirkan ke Preheater. Sedangkan udara panas dengan suhu
< 800oC masuk ke Electrostatic Precipitator (EP) untuk di pisahkan dengan material kemudian
udara panas tersebut digunakan di unit Raw Mill, Coal Mill, Conditioning tower.
Produk dari cooler akan dihaluskan di Hammer Mill. Keluar dari proses pendinginan
terdapat material yang memiliki ukuran besar. Material tersebut berasal dari coating yang
menempel pada dinding. Karena panas pada Kiln tidak stabil menyebabkan coating tersebut
lepas. Material yang keluar dari Hammer Mill dan Electrostatic Precipitor masuk ke tempat
panampungan Klinker (clinker dumb) melalui drag bucket.
Klinker dari Klinker dumb menuju ke bin 3 sebagai tempat penyimpanan sementara.
Selanjutnya material ditimbang di Weight Feeder (WF3). Dari Weight Feeder material dibawa
oleh Belt Conveyor (BC1) ke Bucket Elevator (BE1). Bucket Elevator membawa material ke
HRC. HRC berfungsi untuk Pra-Grinding sehingga dapat membantu kerja Ball Mill. Sistem
dari HRC adalah 2 Roll besar berputar berlawanan arah dan material masuk lewat celah dari
ke dua roll tersebut. Sementara itu, gypsum masuk ke bin 1 dan Weight Feeder 1 (WF1) dan
trass masuk ke bin 2 dan Weight Feeder 2(WF2). Selanjutnya ke dua material ini masuk ke
Bucket Elevator 2 (BE2).
Klinker, gypsum, dan trass kemudian masuk ke Ball Mill untuk dihaluskan dan
dicampur. Trass dan gypsum berfungsi untuk membantu proses di Ball Mill. Ball Mill
memiliki 2 ruang yang dipisahkan oleh sekat yang memiliki mesh ± 94,37%. Ruang yang
pertama berisi bola - bola baja berukuran 70 mm, 60 mm, 50 mm, dan 40 mm. Sedangkan
pada ruang ke-2 berisi bola - bola dengan ukuran 25 mm, 20 mm, dan 17 mm.
Di dalam Ball mill terdapat dua kompartemen yang dipisahkan oleh diafragma. Pada
kompartemen I (lifting linier), campuran semen mengalami penggilingan awal mejadi partikel
yang beukuran 70 mesh. Setelah dari kompartemen I, campuran semen masuk ke dalam
kompartemen II (classifying linier) melewati diafragma. Disini campuran semen digiling
kembali menjadi partikel yang berukuran diameter 90 mikron (325 mesh) atau 3.200 100
blaine. Untuk mengendalikan suhu campuran semen di dalam Ball mill (115o) maka dilakukan
Water Spray di dalam Ball Mill.
Campuran semen halus yang berukuraan 325 mesh dari Balll mill melalui Air Slide
dan Bucket Elevator masuk ke dalam separator. Dari separator semen dipisahkan antara yang
halus dan kasar, yang kasar melalui Air Slide di giling kembali di Ball Mill, sedangkan yang
halus ditarik oleh fan masuk ke cyclone untuk dipisahkan antara gas dan semen dari separator.
Semen masuk ke silo dengan menggunakan Air Slide untuk ditampung, sedangkan gas keluar
dan sebagian gas di recycle kembali menuju ke separator. Semen yang lolos karena tarikan
fan ditangkap oleh Bag filter, lalu dengan menggunakan Air Slide semen tersebut masuk ke
silo untuk ditampung, sedangkan udara keluar melalui fan.
Berikut adalah gambar ball mill
2) Laboratorium
a) Tahap Kerja Laboratorium
Untuk mempertahankan mutu standar semen yang telah ditentukan oleh standar
pabrik dan SNI, maka perlu dilakukan pengendalian proses pembuatan semen dari bahan
mentah sampai bahan jadi. Standar mutu semen yang dipakai di PT. Semen Indonesia
(Persero), Tbk untuk Semen Portland jenis I (OPC) adalah SNI 15-2049-1994 dan ASTM C
150-1995 sedangkan untuk Semen PPC adalah SNI 15-0302-1994 dan ASTM C 595 M-1995.
Laboratorium di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk bertugas untuk mengendalikan
mutu selama proses pembuatan semen berlangsung serta mempertahankan mutu produksi
dalam batas-batas yang telah ditetapkan.
b) Jenis Laboratorium
1) Laboratorium X-Ray
Laboratorium X-Ray dalam melakukan pengujian atau analisis menggunakan alat X-
Ray Spectrometer yang bekerja dalam beberapa menit. Laboratorium ini bertugas mengontrol
komposisi umpan kiln selama proses berlangsung serta mencampur bahan mentah menjadi
umpan kiln sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
Analisis yang dilakukan oleh laboratorium X-Ray meliputi :
Analisis bahan baku
Analisis hasil penggilingan Raw Mill
Analisis umpan Kiln
Analisis Klinker
Analisis umpan Cement mill
Analisis produk Finish Mill
Tabel 3.7 Analisis Laboratorium X-Ray
Laboratorium Analisis Komponen Frekuensi
Batu kapur Karbonat, Air Setiap satu jam
X-ray Tanah liat Al2O3, Air Setiap satu jam
Pasir silika SiO2, Air Setiap satu jam
Pasir Besi Karbonat Setiap satu jam
(Sumber : Laboratorium Jaminan Mutu)
2) Laboratorium Mix Control
Laboratorium Mix Control di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk bertugas untuk :
Yaitu waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras, mulai dari penambahan
air,pengadukan, dan dimasukkan di kamar lembab. Analisis dilakukan dengan metode vicat
yang dilakukan dalam waktu 45 - 330 menit.
Frekuensi: satu kali sehari.
Kuat Tekan Semen
Yaitu kemampuan semen untuk menerima tekanan. Analisis dilakukan dengan
membuat semen yang dicetak dan dibiarkan dikamar lembab selama 3, 7, dan 28 hari lalu
ditekan atau dipress.
Frekuensi: satu kali sehari.
False Set
Yaitu pengerasan semua dari pasta semen tanpa disertai panas hidrasi, yang
berlangsung selama beberapa menit. Pengerasan semua ini dapat dihilangkan dengan
penambahan pengadukan.
Frekuensi: satu kali sehari.
Kehalusan
Kehalusan semen berpengaruh pada kekuatan semen, semakin halus semen maka
kekuatan semen makin tinggi sebab alkali-alkali potensial mudah bereaksi sempurna dengan
air.
Frekuensi: satu kali sehari.
Pemuaian
Yaitu dengan mengeringkan produk selama 24 jam kemudian dimasukkan ke dalam
autoclave selama 3 jam. Bila semen mempunyai kadar free lime yang terlalu tinggi maka
pemuaiannya akan lebih cepat.
5) Laboratorium Batu Bara
Pada laboratorium batu bara bertugas untuk menganalisis batu bara secara proximate.
Komponen - komponen yang dianalisis antara lain inherent moist, ash content, volatile
matter, fixed carbon, total sulfur, gross caloric value, total moist, dan HGI
Tabel 3.9 Komposisi Standart Batu Bara PT. Semen Indonesia (persero), Tbk
Komponen Standar Metode pengujian
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1.5. Overhoul
Yaitu memperbaiki mesin – mesin secara total bisa dikarenakan karena trouble (
gangguan ) yang besar atau karena kondisi peralatan ( mesin ) yang harus diperbaiki atau
penggantian suku cadang. Oleh karena itu pekerjaan dapat direncanakan dan disusun
jadwalnya dengan baik. Pekerjaan ini timbul dalam usaha melakukan improvement
terhadap exiting plant. Oleh karena itu pekerjaan perbaikan yang secara total menyangkut
kegiatan – kegiatan proses produksi dalam waktu yang lama tenaga pekerja yang banyak
serta dalam kondisi mesin yang mati, Kegiatan ini harus dikoordinasikan dengan seksi –
seksi yang lain berkaitan dengan proses produksi semen untuk pekerjaan yang kecil (
modifikasi ) dilakukan sendiri. Pekerjaan yang besar dan membutuhkan penanganan
secara serius dengan waktu yang lama , maka pekerjaan tersebut dilakukan di bengkel
mesinn dan bila di bengkel mesin PT. Semen Gresik tidak mampu menyelesaikan dengan
cepat, maka pekerjaan ini diserahkan diluar unit kerja di PT. Semen Gresik ( Persero ).
a.) b.)
Gambar 4.4 Bucket & Skirt Pan Conveyor
a.) Bucket Pan Conveyor b.) Skirt ditunjukan oleh lingkaran merah
e.) Sproket
Sproket berfungsi sebagai dudukan chain agar tidak terjadi slip pengaman atau
chain tidak keluar dari jalurnya pada waktu conveyor beroprasi.
`
Gambar. 4.7 Roller pan conveyor
Penyebab :
a.) Adanya Keausan Pada roller yang disebabkan gesekan material
b.) Ada kekocakan pada roller
c.) Telat melakukan lubrikasi
d.) Life time
Solusi :
a.) Penggantian pada roller pan conveyor
2.) Hammer
15.05.2019
300000582441 452DB2: F150 - DIRTY
(KOTOR)
10.04.2019
300000582441 OVL-PEMEBERSIHAN
AREA DB BAWAH BUCKET
05.03.2019
300000582441 INSP. REGREASE 452DB2
10.01.2019
300000582441 452DB2 GANTI BUKCET DB
09.01.2019
300000582441 452DB2 PERSIAPAN GANTI
BUCKET
08.01.2019
300000582441 452DB2 PERSIAPAN GANTI
BUCKET
07.01.2019
300000582441 GANTI BUCKET 452DB2
03.01.2019
300000582441 NEPLE GREASE TAIL
RUSAK TIDAK.BISA REGRE
300000593578
03.06.2019 DCS, 452DB4IT637NAIKAN
SETTING
300000536656
21.02.2019 TAMBAH OLI REDUCER
452DB4
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. PT. Semen Gresik menggunakan beberapa proses produksi antara lain :
Tahap Penyiapan Bahan Baku ( Crusher )
Tahap Pengolahan Bahan Baku ( Roller Mill )
Tahap Pembakaran ( Kiln )
Tahap pendinginan ( Cooler )
Tahap Pengilingan Akhir ( Finish Mill )
Tahap Pengemasan ( Packer )
2. Sistem kerja Pemeliharaan Mesin Kiln dan Coal Mill mempunyai empat tugas utama,
antara lain:
Preventive maintenance
Corrective maintenance
Predictive maintenance
Overhoul
3. Peralatan utama dalam proses pembakaran dan produksi terak adalah :
Kiln
Coal Mill
Cooler
Alat transportasi material yang terdiri dari :
Belt Conveyor yang antara lain :
Chain Conveyor (441.CV)
Pan Conveyor (441.DB)
Bucket Elevator
4. Penerapan K3 sangat penting baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
5. Kerjasama antar karyawan dalam mengatasi masalah di lapangan memberikan hasil
yang baik bagi perusahaan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN