PENGONDISIAN UDARA
Disusun Oleh :
Muhammad Sasmito
201910120311216
Kelompok 22
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022/2023
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435
LEMBAR ASISTENSI
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PENGKONDISIAN UDARA
Disusun Oleh:
Disetujui Oleh:
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
“Laporan Praktikum Prestasi Mesin”. Tidak lupa juga Saya ucapkan terima kasih
kepada dosen pengujian logam yang telah membimbing kami agar dapat mengerti
tentang bagaimana cara menyusun laporan ini. Laporan ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang pengujian logam. Dengan penuh kesabaran tugas
ini dapat terselesaikan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pelajar
ataupun, umum khususnya pada diri kami sendiri dan semua yang membaca
laporan ini, Dan mudah mudahan juga dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca .
Dalam penyusunan laporan ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi, dan
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan Bapak/Ibu Dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Pengujian Material, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat
mudah teratasi.
Akhir kata kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Dari kami sadar masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing kami meminta saran
serta masukan supaya laporan ini bisa selesai dengan sempurna.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Stoecker (1982), proses pada siklus kompresi uap standar sebagai
terdiri dari:
1. Proses kompresi
Proses kompresi terjadi dari titik 1 ke titik 2. Pada proses ini refrigeran
tidak mengalami perubahan kondisi selama mengalir pada jalur hisap atau
kompresi. Dari diagram pada Gambar II.2 ditunjukkan bahwa tekanan dan
entalpi berada pada satu garis entropi konstan, hal ini berarti proses
kompresi pada uap standar bersifat isentropik. Proses kompresi ini
memerlukan kerja dari luar sehingga temperatur dan tekanan refrigeran
naik yang berdampak terhadap kenaikan entalpi refrigeran dari h1 ke h2.
Besarnya kenaikan refrigeran ini menunjukkan besarnya kerja kompresi
yang dilakukan pada uap refrigeran.
2. Proses kondensasi
Proses kondensasi berlangsung dari titik 2 ke titik 3. Proses kondensasi
terjadi pada kondensor, dimana refrigeran berfasa uap dari kompresor
didinginkan oleh fluida pendingin biasanya berupa air. Proses 2-3 terjadi
pada tekanan konstan dan besarnya kalor yang dipindahkan selama proses
ini merupakan beda entalpi dari titik 2 dan titik 3.
3. Proses Ekspansi
Proses ekspansi terjadi pada katup ekspansi atau pipa kapiler yang
ditunjukkan dari titik 3 ke titik 4. Pada proses ini terjadi penurunan tekanan
refrigeran dari tekanan kondensasi (titik 3) sampai dengan tekanan
evaporasi (titik 4). Penurunan tekanan refrigeran ini diikuti dengan
penurunan temperatur dari temperatur kondensasi (titik 3) sampai dengan
temperatur evaporasi (titik 4). Akan tetapi, pada proses ini tidak ada
perubahan entalpi refrigeran, artinya proses ini bersifat adiabatik
4. Proses evaporasi
Proses evaporasi merupakan proses penguapan yang terjadi pada
evaporator yang berlangsung dari titik 4 ke titik 1. Pada titik 4 refrigeran
berada pada kondisi uap campuran. Karena proses evaporasi, refrigeran
akan mengalami penguapan akibat penyerapan kalor dari ruang refrigerasi
sampai refrigeran berada pada titik 1 (kondisi uap jenuh). Besarnya kalor
yang diserap adalah beda entalpi titik 1 dan titik 4 yang disebut dengan
efek pendinginan.
c. Siklus Kompresi Uap Aktual
Perbedaan penting antara siklus kompresi uap aktual dengan siklus kompresi
uap standar terletak pada penurunan tekanan yang terjadi pada evaporator dan
kondensor, proses subcooling refrigeran yang meningggalkan kondensor dan
pemanasan lanjut uap refrigeran yang meninggalkan evaporator. Pada siklus
kompresi uap aktual terjadi penurunan tekanan yang terjadi di dalam
kondensor dan evaporator.seperti pada gambar 2.9 dibawah ini. (Stoecker.,
1982)
Dengan kata lain, refrigerant yang keluar dari kompresor akan berwujud
gas (gas refrigerant), bertemperatur tinggi (high temperature) dan
bertekanan tinggi (high pressure).
2. Kedua, setelah refrigerant keluar dari kompresor maka akan disalurkan ke
kondenser. Kondenser merupakan komponen yang berfungsi untuk
menyerap panas pada refrigerant sehingga refrigerant yang keluar dari
kondenser akan mengalami penurunan temperatur. Penurunan temperatur
pada kondenser ini digunakan untuk merubah wujud refrigerant yang pada
awalnya berbentuk gas menjadi cair. Refrigerant yang keluar dari
kondenser ini akan berwujud cair (liquid refrigerant), memiliki tekanan
tinggi (high pressure) dan memiliki temperatur tinggi (high temperature).
3. Ketiga, setelah melewati kondenser selanjutnya refrigerant akan
disalurkan ke receiver dryer. Pada receiver dryer refrigerant akan disaring
dari kotoran dan akan dipisahkan dari air. Refrigerant yang keluar dari
receiver dryer berwujud cair (liquid refrigerant), memiliki tekanan tinggi
(high pressure) dan bertemperatur tinggi (high temperature).
4. Keempat, setelah refrigerant melewati receiver dryer selanjutkan akan
disalurkan ke katup ekspansi. Pada katup ekspansi inilah refrigerant akan
dirubah wujudnya dari cair menjadi kabut. Refrigerant yang keluar dari
katup ekspansi ini akan berwujud kabut (mist refrigerant), bertekanan
rendah (low pressure) dan bertemberatur rendah (low temperature).
5. Kelima, setelah refrigerant melewati katup ekspansi selanjutnya akan
disalurkan ke evaporator. Evaporator ini berfungsi untuk menyerap panas
dari udara luar melalui refrigerant. Refrigerant yang semula berwujud
kabut, dan ketika di evaporator refrigerant akan menyerap panas sehingga
karena menyerap panas dari udara luar maka refrigerant akan berubah
wujud menjadi gas. Refrigerant yang keluar dari evaporator akan berwujud
gas (gas refrigerant), bertekanan rendah (low pressure) dan memiliki
temperatur rendah (low temperature). Setelah keluar dari evaporator
selanjutnya refrigerant akan dikirim kembali ke kompresor untuk di
sirkulasikan kembali ke seluruh sistem AC.
(Sumber : https://www.teknik-otomotif.com/2017/09/siklus-refrigerant-pada-
sistem-ac-air.html)
.........................................(2.1)
Pwb = Tekanan pada temperatur bola basah [kPa] wb
Kelembaban Relatif
Ph
𝐻𝑟 = P db x 100% ..........................................................(2.2)
Derajat Kejenuhan
¯ db
P −P
∅ = P −Ph
¯ . Hr .................................................(2.3)
Pbar = Tekanan barometer (101,325) [kPa]
Pdb = Tekanan pada temperatur bola kering [kPa]
Ph = Tekanan Uap air [kPa]
Hr = Kelembapan relatif
Ø = Derajat Kejenuhan
0,6220 Ph
𝜇 = P −Ph
¯ ............................................................(2.4)
ℎ𝑢𝑑=𝐶𝑝.𝑡𝑑𝑏+𝜇.(1061+0,444𝑡𝑑𝑏 )
[kJ/kg] . ......................................(2.5)
Cp = Panas jenis udara [kJ/kgoC]
tdb = Temperatur bola kering [oC]
μ = Rasio kelembapan actual
hud = Entalpi udara [kJ/kg]
hud kering = Entalpi udara kering [kJ/kg]
hud uap = Entalpi udara uap [kJ/kg]
2.5.2 Thermodinamika
Dampak Refrigerasi
Kalor yang diserap oleh refrigeran pada evaporator
h2 = Entalpi sebelumkondensor
b. Kerja Kompresi
𝑊𝑐𝑜𝑚𝑝= ℎ1−ℎ2 [kJ/kg] ................................................(2.8)
Q = Kalor
h1 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor [kJ/kg]
c. Daya Kompresor
N comp = Mr .(ℎ1−ℎ2 ) .....................................................
(2.10)
Mr = Massa pendaura refrigerant [kg/s]
h1 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor [kJ/kg]
f. Koefisien Prestasi(COP)
h 1−h 4
COP = ........................................................(2.12)
h 1−h 2
h1 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor [kJ/kg]
Kompresor
Tipe : AE4440Y
Power Supply : 1 HP / 220 – 240 V / 50 Hz
Output : 750 W
FLA-Nominal :3.10
g. Kondensor
Model : A19B1E
Power Supply : 850 W / 240 V / 50 Hz
h. Fan Udara
Power Supply : 750 W
Efesiensi : 78%
3.1.2 Bahan
i. Udara
3.2 Diagram Alir
START
PENGARAHAN MATERI
PERSIAPKAN INSTALASI
PENGUJIAN
PENGUJIAN MESIN
PENDINGIN
PENGOLAHAN DATA,
ANALISIS,dan
PEMBAHASAN
3.3 Variabel Praktikum
3.3.1 Variabel Tetap
Variabel tetap adalah variabel yang dibuat sama agar tidak berpengaruh
terhadap variabel bebas yang diujikan. Variable tetap dari praktikum ini
adalah.
1. Compressor
2. Kondensor
3. Fan udara
3.3.2 Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variable bebas pada
praktikum ini adalah temperature udara sekitar
3.3.3 Variabel terikat
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
adanya variabel bebas. Variable terikat pada praktikum ini adalah hasil
dari pengujian pengkondisian udara.
( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )
Dimana:
Pbarr =Tekanan Barometer (101,325 kpa)
Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pwb dengan metode interpolasi:
23−20 Pwb−2,339
25−20
= 3,170−2,339
Pwb = 2,8376
Menetukan nilai Tekanan Uap Air Diudara:
( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )
(101,325−2,8376 ) ( 26−23 )
Ph=2,8376−
2830−1,44 ( 23 )
Ph=2,7320 kPa
b. Kelembapan Relatif
Ph
Hr= ×100 %
Pdb
Mencari nilai Pdb dengan menggunakan rumus interpolasi pada tabel A-4
(uap jenuh) dengan diketahui nilai twb : 26 oC.
Tabel A4 – Uap Jenuh
Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pdb dengan metode interpolasi:
26−25 Pdb−3,170
30−25
= 4,274−3,170
Pdb = 3,3908
Kelembapan Relatif:
Ph
Hr= ×100 %
Pdb
2,7320
Hr= ×100 %
3,3908
Hr=80,57 %
c. Derajat Kejenuhan
Pbar−Pdb
∅= × Hr
Pbar−Ph
101,325−3,3908
∅= ×80,57 %
101,325−2,7320
∅=80,031
kj
hud=67.37
kg
Setelah semua data pengujian dihitung dengan perhitungan psikometri pada sisi
masuk, diperoleh data sebagai berikut:
( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )
Dimana:
Pbarr =Tekanan Barometer (101,325 kpa)
Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pwb dengan metode interpolasi:
21−20 Pwb−2,339
25−20
= 3,170−2,339
Pwb = 2,5052
Menetukan nilai Tekanan Uap Air Diudara:
( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )
( 101,325−2,5052 )( 22−21 )
Ph=2,5052−
2830−1,44 ( 21 )
Ph=2,469 kPa
b. Kelembapan Relatif
Ph
Hr= ×100 %
Pdb
Mencari nilai Pdb dengan menggunakan rumus interpolasi pada tabel A-4
(uap jenuh) dengan diketahui nilai twb : 22 oC.
Tabel A4 – Uap Jenuh
Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pdb dengan metode interpolasi:
22−20 Pdb−2,339
25−20
= 3,170−2,339
Pdb = 2,6714
Kelembapan Relatif:
Ph
Hr= ×100 %
Pdb
2,469
Hr= × 100 %
2,6714
Hr=92,42 %
c. Derajat Kejenuhan
Pbar−Pdb
∅= × Hr
Pbar−Ph
101,325−2,6714
∅= × 92,42 %
101,325−2,469
∅=92,23
d. Ratio Kelembapan Udara
0,6220 Ph
μ=
Pbar−Ph
0,6220 ( 2,469 )
μ=
101,325−2,469
kg
μ=0,0155
kg
e. Entalpi Udara
Cp: Panasjenisudara 1,88 KJ / Kg ° C
kj
hud=58
kg
Setelah semua data pengujian dihitung dengan perhitungan psikometri pada sisi
masuk, diperoleh data sebagai berikut:
- h1 = 417 kJ/kg
- h2 = 430 kJ/kg
- h3 = h4 = 208b kJ/kg
a. Dampak Refrigasi
Kalor yang diserap oleh refrigeran pada evaporator
Qin=h1−h 4
Qin=417−208
kJ
Qin=209
kg
b. Kalor Dilepas Kondensor
Qcond=h 2−h 3
Qcond=430−208
kJ
Qcond=222
kg
c. Kerja Kompresi
Wcomp=h 1−h 2
Wcomp=417−430
kJ
Wcomp=−13
kg
d. Laju Massa Pendauran Refrigeran
Q=Qin−Qcond
Q=209−222
kJ
Q=−13
kg
Q
Mr=
h1−h 4
−13
Mr =
417−208
kJ
Mr =−0.0622
kg
e. Daya Kompresor
Ncomp=Mr( h1−h 2)
Ncomp=−0.0622 ( 417−430 )
kJ
Ncomp=0,808
s
f. Koefisien Prestasi (COP)
h1−h 4
COP=
h 1−h 2
417−208
COP=
417−430
COP=¿ -10,45
A. Perbandingan Hr%
90
85
Hr
80
75
70
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat
B. Grafik Perbandingan µ
0.015
0.014
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat
207
206
205
204
203
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat
220
219
218
217
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat
-8
-10
-12
-14
-16
Termostat
-0.05
-0.06
-0.07
-0.08
Termostat
0.85
0.8
0.75
0.7
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat
-4
-6
COP
-8
-10
-12
-14
Termostat
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa koefisien Prestasi (COP)
terhadap termostat mengalami penurunan dari -10,12 hingga berakhir pada -
12,87. Hal ini menunjukkan bahwa Koefesien Prestasi (COP) terhadap
termostat memiliki hubungan yang bervariasi adanya penurunan dan
peningkatan pada grafik
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3. M.WhiteFrankdanMariandja.1988.
(MekanikaFluida)ErlanggaJakarta.Diaksespada5 Januari 2022