Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN

PENGONDISIAN UDARA

Disusun Oleh :

Muhammad Sasmito
201910120311216
Kelompok 22

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022/2023
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435

LEMBAR ASISTENSI

No Tanggal Catatan Asistensi Ket/Paraf

Malang, 23 Januari 2023


DosenPembimbing,

Dini Kurniawati, ST., MT.


NIP. 108 0907 0478
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
LABORATORIUM TEKNIK MESIN
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang - Jawa Timur 65144
Telp. (0341) 463513 Fax. (0341) 460435

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
PENGKONDISIAN UDARA

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Sasmito


Kelas :F
NIM : 201910120311216
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Mesin

Berdasarkan hasil Praktikum Prestasi Mesin yang telah dilaksanakan di


Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang.

Disetujui Oleh:

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing


Teknik Mesin

Murjito, ST., MT. Dini Kurniawati, ST., MT.


NIDN :0706046704 NIDN :0724018205
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
“Laporan Praktikum Prestasi Mesin”. Tidak lupa juga Saya ucapkan terima kasih
kepada dosen pengujian logam  yang telah membimbing kami agar dapat mengerti
tentang bagaimana cara menyusun laporan ini. Laporan ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang pengujian logam. Dengan penuh kesabaran tugas 
ini dapat terselesaikan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pelajar
ataupun, umum khususnya pada diri kami sendiri dan semua yang membaca
laporan ini, Dan  mudah mudahan juga  dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca .

Dalam penyusunan laporan ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi, dan
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan Bapak/Ibu Dosen pembimbing mata kuliah
Praktikum Pengujian Material, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat
mudah teratasi.

Akhir kata kami sebagai penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Dari kami sadar masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing kami meminta saran
serta masukan supaya laporan ini bisa selesai dengan sempurna.

Malang, 8 Januari 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem refrigerasi salah satunya diaplikasikan pada sistem pengkondisian
udara/tata udara. Sistem pengkondisian udara (Air Conditioning) telah banyak
diaplikasikan di masyarakat, mulai dari bangunan hotel, perumahan, kendaraan
dan di pesawat udara untuk tujuan meningkatkan kenyamanan termal. Proses
pengkondisian udara meliputi proses pendinginan (cooling), proses pemanasan
(heating), proses penambahan kelembaban (humidifiying) dan proses
pengurangan kelembaban (dehumidifiying). Dalam proses cooling atau
pendinginan yang digunakan adalah unit refrigerasi (mesin pendingin). Teori
tentang hal diatas sudah didapatkan di bangku kuliah dalam mata kuliah seperti;
termodinamika, perpindahan panas dasar, refrigerasi dan pengkondisian udara.
Akan tetapi pada kenyataannya dalam praktek belum diberikan.
Sehubungan dengan hal di atas, untuk melengkapi kekurangan diatas maka
mahasiswa Teknik Mesin sangatlah perlu untuk melakukan praktikum
pengkondisian udara ini, dengan tujuan agar mahasiswa dapat melengkapi
pengetahuan secara teoritis maupun praktis tentang sistem refrigerasi dan Air
Conditioning. Sehingga pada akhirnya, mahasiswa dapat mengaplikasikan lebih
jauh teori yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataannya di dunia kerja
(Suarnadwipa., 2016).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui prestasi kerja mesin pendingin
2. Untuk mengetahui kondisi parameter – parameter udara dalam
pengkondisiannya dan penggunaan diagram psikiometri.
3. Untuk mengetahui siklus refrigeran dalam sistem refrigeransi dan penggunaan
diagram Mollier (diagram tekanan – entalpi)
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses prestasi kerja mesin pendingin?
2. Bagaimana kondisi parameter – parameter udara dalam pengkondisiannya dan
penggunaan diagram psikiometri?
3. Bagaimana mengetahui siklus refrigeran dalam sistem refrigeransi dan
penggunaan diagram Mollier (diagram tekanan – entalpi)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengondisian Udara


Pengkondisian udara adalah usaha untuk mentreatmen/ memperlakukan udara
sesuai kondisi yang diingankan atau ditargetkan. Pada umumnya udara
dikondisikan untuk mengontrol temperatur dari udara dalam suatu ruangan dan
juga untuk mengontrol tingkat kelembaban udara dalam ruangan (Suarnadwipa.,
2016).
Sistem pengkondisian udara pada dasarnya terdapat empat perlakuan penting
terhadap refrigeran, yaitu pemampatan, pengembunan, penurunan tekanan, dan
penguapan. Di evaporator terjadi penyerapan kalor dari ruangan yang akan di
kondisikan, sedangkan di kondenser, kalor itu dibuang ke lingkungan. Besarnya
beban pendinginan yang diterima evaporator berasal dari dua jenis beban kalor,
yaitu beban kalor sensibel, dan beban kalor laten. Besarnya beban kalor ini dapat
dihitung berdasarkan perbedaan temperatur, perbedaan kelembaban udara, juga
faktor-faktor lain yang mempengaruhi
 Berdasarkan penggunaannya, mesin pendingin dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
1. Air conditioner
Untuk mempertahankan kelembapan relatif di dalam suatu ruangan,
sehingga diperoleh kesegaran serta kenyamanan. Mesin ini banyak
digunakan pada laboratorium, tempat tinggal, kantor, dll
2. Cold storage
Mesin ini digunakan untuk menjaga kestabilan temperatur ruangan
(menjaga temperatur dan kelembapan). Berfungsi untuk menyimpan
bahan makanan dan minuman, alat kedokteran, dan yang lainnya.
3. Freezer
Mesin ini berfungsi untuk mendapatkan temperatur yang sangat
rendah dan biasanya mencapai 0 C. Digunakan pada pembuatan es,
untuk pengawetan daging, ikan, dan lainnya.
2.2 Sistem Refrigerasi
Refrigerasi merupakan suatu proses penaikan kalor dari suatu benda atau
ruangan ke lingkungan sehingga temperature benda atau ruangan tersebut lebih
rendah dari temperature lingkungannya. Kinerja mesin refrigerasi kompresi uap
ditentukan oleh beberapa parameter, diantaranya adalah kapasitas pendinginan,
kapasitas pemanasan, daya kompresi, koefisien kinerja dan faktor kinerja sesuai
dengan konsep kekalan energy, panas tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat
dipindahkan. Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses proses aliran
panas dan perpindahan panas (Muhammad, 2016).
Pada sistem refrigerasi terdapat beberapa system pendinginan diantarannya
system pendinginan absorbs dan system pendingin kompresi :
1. Absorbsi
Siklus pendinginan absorbsi mirip dengan siklus pendinginan kompresi uap
Perbedaan utama kedua siklus tersebut adalah gaya yang menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan antara tekanan penguapan dantekanan kondensasi
serta cara perpidahan uap dari wilayah bertekanan rendah ke
wilayahbertekanan tinggi. Pada sistem pendingin kompresi uap digunakan
kompresor, sedangkan pada sistem pendingin absorbsi digunakan absorber dan
generator. Uap bertekanan rendah diserap diabsorber, tekanan ditingkatkan
dengan pompa dan pemberian panas di generator sehingga absorber dan
generator dapat mengantikan fungsi kompresor secara mutlak. Untuk
melakukan proses kompresi tersebut,sistem pendingin kompresi uap
memerlukan masukan kerja mekanik sedangkan system pendingin absorbs
memerlukan masukan energi panas (Muhammad, 2016).
Untuk gambar sistem refrigerasi absorsi dapat dilihat seperti gambar berikut
ini:
Gambar 2.1 Sistem Refrigerasi Absorbsi
(https://www.mikirbae.com/2015/05/sistem-pendinginan-absorbsi.html)
2. Kompresi
Siklus pendingin kompresi uap merupakan sistemiang banyak digunakan
dalam system refrigrasi pada sistem ini terjadi proses kompresi pengembunan
ekspansi dan penguapan. 5 Kompresi mengisap uap refrigeran dari sisi keluar
dan aporator ini, tekanan diusahakan tetap rendah agarrefrigeran senantiasa
berada dalam fasa gas dan ber temperature rendah. Didalam kompresor uap
refrigerant ditekan sehingga tekanan dan temperature tinggi untuk
menghindarkan terjadinya kondensasi dengan membuang energi ke
lingkungan. energi yang diperlukan untuk proses komporesi diberikan oleh
motor listrik atau penggerak mula lainnya. Jadi dalam proseskompresi energi
diberikan kepada uap refrigeran. Pada waktu uap refrigeran dihisap masuk
kedalam kompresor temperature masih tetap rendah (Dossat, 1980).
Berikut ini gambar dari sistem refrigerasi kompresi:

Gambar 2.2 Sistem Refrigerasi Kompresi (Achmad, 2017).

2.3 Jenis Pengondisian Udara


a. Sistem Udara Penuh
Prinsipnya adalah mendinginkan ruangan dengan hanya menggunakan udara
dingin/conditioned yang disalurkan kedalam ruangan. All air system dapat
dibagi atas dua jenis yaitu single duct (cooling dan heating melalui satu duct)
dan dual duct (cooling  dan heating dengan duct terpisah). Kelebihan sistem
ini antara lain yaitu : lokasi mesin dan perangkat utama lainnya terpisah dari
ruangan yang dikondisikan sehingga memudahkan pemeliharaan, terdapat
banyak sekali pilihan dalam merangkai sistem ini, dapat memanfaatkan free
cooling menggunakan udara luar, pilihan zooning, fleksibilitas dan kontrol
kelembaban yang luas.

Kekurangan sistem ini adalah: memerlukan ruang ducting yang cukup, pada


bangunan bertingkat diperlukan tambahan shaft untuk ducting, perlu bekerja
sama dengan arsitektur untuk mendapatkan tempat untuk mesin.
(http://ptwhm.blogspot.com/2013/05/macam-macam-sistem-pengkondisian-
udara.html)
Untuk siklus All Air System dapat dilihat pada gambar 2.3:

Gambar 2.3 SiklusAll Air System


(Sumber: Arismunandar,1980)
b. Sistem Air Penuh
System ini menggunakan air sebagai media pendingin maupun pemanas,
udara ruang dapat dipanaskan atau didinginkan dengan cara konduksi,
konveksi, maupun radiasi. Beberapa cara sistem ini adalah: baseboard
radiation, wall, floor, ceiling panels, bare pipe, fan-coil units. Sistem ini
banyak terdapat pada hotel, apartemen, gedung perkantoran. Pada gambar 2.4
dapat dilihat siklus sistem air penuh.
(http://ptwhm.blogspot.com/2013/05/macam-macam-sistem-pengkondisian-
udara.html)

Gambar 2.4 SilkusAll Water System


(Sumber: Arismunandar,1980)

c. Sistem Air – Udara


Sistem ini memperoleh pendinginan dari menyalurkan udara dingin dan air ke
suatu terminal dalam ruangan, udara sebagai pendingin utama (primary air)
dan air sebagai pendingin sekunder (secondary water). Terminal dalam
ruangan dapat berupa: air and water induction units, fan-coil units, radiant
panels. Sistem ini digunakan untuk bagian eksterior gedung yang tidak terlalu
memerlukan kontrol kelembaban (http://ptwhm.blogspot.com/2013/05/
macam-macam-sistem-pengkondisian-udara.html)

Gambar 2.5 SiklusAir Water System


(Sumber: Arismunandar,1986)

d. Sistem Refrigerasi Langsung


Sistem ini memiliki semua komponen yang diperlukan sebuah air conditioner
yang terintegrasi dalam satu unit lengkap (unitary). Sistem ini diproduksi
massal dengan masing-masing komponen dipilih, dirakit, dites oleh pihak
pabrikan. Sistem ini secara umum dapat diaplikasikan untuk semua
kebutuhan. Kelebihan sistem ini adalah: kontrol individu setiap ruangan
mudah, murah, terserah pemakai, produksi pabrik dengan pilihan komponen
yang kemampuan dan kualitasnya lebih terjamin, tidak memerlukan ruangan
khusus yang besar, siap langsung digunakan, biaya awal yang murah.
Kekurangannya adalah: tidak ada pilihan kemampuan karena telah tergantung
pabrikan pembuat, efisiensi lebih rendah, pemakaian energi lebih besar
dibandingkan unit sentral, ventilasi tetap tergantung mesin, pemeliharaan unit
lebih banyak (http://ptwhm.blogspot.com/2013/05/macam-macam-sistem-
pengkondisian-udara.html).

Gambar 2.6 SiklusAir Water System


(Sumber: Arismunandar,1986)

2.4 Termodinamika Sistem Refrigerasi


a. Siklus Refrigerasi Carnot
Siklus Refrigerasi Carnot merupakan kebalikan dari mesin carnot. Mesin
carnot menerima energi kalor dari temperatur tinggi, energi kemudian diubah
menjadi suatu kerja dan sisa energi tersebut dibuang ke sumber panas pada
temperatur rendah. Sedangkan siklus refrigerasi carnot menerima energi pada
temperatur rendah dan mengeluarkan energi pada temperatur tinggi. Oleh
sebab itu pada siklus pendingin diperlukan penambahan kerja dari luar.siklus
ini dapat dilihat pada gambar 2.7 (Sunyoto., 2010)
Gambar 2.7 Siklus refrigerasi carnot
(Sumber: Sunyoto, 2010)
Adapun proses-proses yang membentuk siklus refrigerasi carnot yaitu:
 Proses kompresi adiabatik
 Proses pelepasan kalor isothermal
 Proses ekspansi adiabatik
 Proses penyerapan kalor isothermal

b. Siklus Kompresi Uap Standar


Siklus kompresi uap secara teoritis adalah siklus kompresi uap standar, seperti
yang terlihat pada skematik diagram dan diagram tekananentalpi pada Gambar
2.8

Gambar 2.8 Diagram tekanan enthalpy siklus kompresi uap standar


(Sumber: United Nations Environment Programme, 2006)

Menurut Stoecker (1982), proses pada siklus kompresi uap standar sebagai
terdiri dari:
1. Proses kompresi
Proses kompresi terjadi dari titik 1 ke titik 2. Pada proses ini refrigeran
tidak mengalami perubahan kondisi selama mengalir pada jalur hisap atau
kompresi. Dari diagram pada Gambar II.2 ditunjukkan bahwa tekanan dan
entalpi berada pada satu garis entropi konstan, hal ini berarti proses
kompresi pada uap standar bersifat isentropik. Proses kompresi ini
memerlukan kerja dari luar sehingga temperatur dan tekanan refrigeran
naik yang berdampak terhadap kenaikan entalpi refrigeran dari h1 ke h2.
Besarnya kenaikan refrigeran ini menunjukkan besarnya kerja kompresi
yang dilakukan pada uap refrigeran.
2. Proses kondensasi
Proses kondensasi berlangsung dari titik 2 ke titik 3. Proses kondensasi
terjadi pada kondensor, dimana refrigeran berfasa uap dari kompresor
didinginkan oleh fluida pendingin biasanya berupa air. Proses 2-3 terjadi
pada tekanan konstan dan besarnya kalor yang dipindahkan selama proses
ini merupakan beda entalpi dari titik 2 dan titik 3.

3. Proses Ekspansi
Proses ekspansi terjadi pada katup ekspansi atau pipa kapiler yang
ditunjukkan dari titik 3 ke titik 4. Pada proses ini terjadi penurunan tekanan
refrigeran dari tekanan kondensasi (titik 3) sampai dengan tekanan
evaporasi (titik 4). Penurunan tekanan refrigeran ini diikuti dengan
penurunan temperatur dari temperatur kondensasi (titik 3) sampai dengan
temperatur evaporasi (titik 4). Akan tetapi, pada proses ini tidak ada
perubahan entalpi refrigeran, artinya proses ini bersifat adiabatik
4. Proses evaporasi
Proses evaporasi merupakan proses penguapan yang terjadi pada
evaporator yang berlangsung dari titik 4 ke titik 1. Pada titik 4 refrigeran
berada pada kondisi uap campuran. Karena proses evaporasi, refrigeran
akan mengalami penguapan akibat penyerapan kalor dari ruang refrigerasi
sampai refrigeran berada pada titik 1 (kondisi uap jenuh). Besarnya kalor
yang diserap adalah beda entalpi titik 1 dan titik 4 yang disebut dengan
efek pendinginan.
c. Siklus Kompresi Uap Aktual
Perbedaan penting antara siklus kompresi uap aktual dengan siklus kompresi
uap standar terletak pada penurunan tekanan yang terjadi pada evaporator dan
kondensor, proses subcooling refrigeran yang meningggalkan kondensor dan
pemanasan lanjut uap refrigeran yang meninggalkan evaporator. Pada siklus
kompresi uap aktual terjadi penurunan tekanan yang terjadi di dalam
kondensor dan evaporator.seperti pada gambar 2.9 dibawah ini. (Stoecker.,
1982)

Gambar 2.9 Perbandingan siklus aktual dan siklus standart


(Sumber: United Nations Environment Programme, 2006)
Penurunan tekanan ini terjadi karena adanya gesekan, sehingga akibat dari
penurunan tekanan tersebut, kompresi dari titik 1 menuju titik 2 memerlukan
daya input yang lebih banyak dari pada siklus kompresi uap standar. Dalam
siklus kompresi uap aktual, terjadi pemanasan lanjut uap refrigeran yang keluar
dari evaporator untuk mencegah adanya refrigeran yang masih berfasa cair
masuk ke dalam kompresor. Pemanasan lanjut ini dapat terjadi akibat tipe
peralatan ekspansi yang digunakan atau karena penyerapan panas dijalur
masuk (suction line) antara evaporator dan kompresor. Selain itu, cairan
refrigeran yang keluar dari kondensor juga mengalami proses subcooling untuk
menjamin refrigeran yang masuk ke katup ekspansi sudah 100% dalam kondisi
cair. (Sungadianto., 2006)

2.5 Siklus Kerja Refrigerant


Gambar 2.10 Siklus Refrigerant sistem AC
(Sumber : https://www.teknik-otomotif.com/2017/09/siklus-refrigerant-pada-
sistem-ac-air.html)

1. Pertama refrigerant dapat mengalir karena adanya kompresor pada sistem


AC. Refrigerant yang keluar dari kompresor AC ini akan memiliki tekanan
yang tinggi karena refrigerant pada kompresor tersebut dikompresikan.
Selain itu, refrigerant juga akan bertemperatur tinggi dan akan berubah
wujud menjadi gas.

Dengan kata lain, refrigerant yang keluar dari kompresor akan berwujud
gas (gas refrigerant), bertemperatur tinggi (high temperature) dan
bertekanan tinggi (high pressure).
2. Kedua, setelah refrigerant keluar dari kompresor maka akan disalurkan ke
kondenser. Kondenser merupakan komponen yang berfungsi untuk
menyerap panas pada refrigerant sehingga refrigerant yang keluar dari
kondenser akan mengalami penurunan temperatur. Penurunan temperatur
pada kondenser ini digunakan untuk merubah wujud refrigerant yang pada
awalnya berbentuk gas menjadi cair. Refrigerant yang keluar dari
kondenser ini akan berwujud cair (liquid refrigerant), memiliki tekanan
tinggi (high pressure) dan memiliki temperatur tinggi (high temperature).
3. Ketiga, setelah melewati kondenser selanjutnya refrigerant akan
disalurkan ke receiver dryer. Pada receiver dryer refrigerant akan disaring
dari kotoran dan akan dipisahkan dari air. Refrigerant yang keluar dari
receiver dryer berwujud cair (liquid refrigerant), memiliki tekanan tinggi
(high pressure) dan bertemperatur tinggi (high temperature).
4. Keempat, setelah refrigerant melewati receiver dryer selanjutkan akan
disalurkan ke katup ekspansi. Pada katup ekspansi inilah refrigerant akan
dirubah wujudnya dari cair menjadi kabut. Refrigerant yang keluar dari
katup ekspansi ini akan berwujud kabut (mist refrigerant), bertekanan
rendah (low pressure) dan bertemberatur rendah (low temperature).
5. Kelima, setelah refrigerant melewati katup ekspansi selanjutnya akan
disalurkan ke evaporator. Evaporator ini berfungsi untuk menyerap panas
dari udara luar melalui refrigerant. Refrigerant yang semula berwujud
kabut, dan ketika di evaporator refrigerant akan menyerap panas sehingga
karena menyerap panas dari udara luar maka refrigerant akan berubah
wujud menjadi gas. Refrigerant yang keluar dari evaporator akan berwujud
gas (gas refrigerant), bertekanan rendah (low pressure) dan memiliki
temperatur rendah (low temperature). Setelah keluar dari evaporator
selanjutnya refrigerant akan dikirim kembali ke kompresor untuk di
sirkulasikan kembali ke seluruh sistem AC.
(Sumber : https://www.teknik-otomotif.com/2017/09/siklus-refrigerant-pada-
sistem-ac-air.html)

2.6 Diagram Psikrometri


Psikrometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan uap air. Uap
air adalah bentuk gas dari air pada temperatur di bawah titik uap air, yang nilainya
tergantung pada tekanan atmosfer. Pada temperatur dan tekanan barometer
tertentu, uap air dapat berwujud gas atau liquid. Kandungan uap air di udara dapat
mencapai 1 hingga 3 % dari total volume udara. Uap air dapat menguap pada
tekanan yang sangat rendah.
Tujuan utama mempelajari psikrometri ialah menghitung besarnya energi yang
diperlukan untuk mengkondisikan udara (air conditioning). Dalam psikrometri
perlu diketahui komponen-komponen yang digunakan untuk mengidentifikasi
sifat-sifat termodinamika udara yang diantaranya adalah temperatur bola kering
(dry bulb temperature), temperatur bola basah (wet bulb temperature), titik embun
(dew point), tekanan uap air (vapor press), entalpi, volume spesifik (spesific
volume), kelembapan relatif (relative humidity), dan kelembapan spesifik
(humidity ratio). (https://idkuu.com/apa-fungsi-dari-diagram-psychrometric)
Digram psikometri dapat dilihat seperti gambar 2.11 di bawah ini.

Gambar 2.11 Diagram Psikrometri (sumber: wikipedia.org)

Terdapat beberapa komponen yang digunakan untuk identifikasi sifat


termodinamika udara. Komponen inilah yang menjadi dasar untuk mempelajari
psikometri :
a. Temperatur Bola Kering (Dry Bulb Temperature, Tdb)
Temperatur bola kering (DB) merupakan temperatur yang diukur dan dibaca
melalui skala termometer sensor kering dan terbuka. Temperatur DB dibaca
dalam oF, atau oC, (oR atau K), namun temperatur yang dibaca ini tidak tepat
karena pengaruh radiasi panas. Suhu DB ini merupakan ukuran panas sensibel.
Perubahan suhu DB menunjukkan adanya perubahan panas sensibel
b. Temperatur Bola Basah (Wet Bulb Temperature, Twb)
Temperatur bola basah (WB) adalah kondisi temperatur saat terjadi
kesetimbangan antara campuran udara dan uap air. Temperatur bola basah
diukur menggunakan termometer yang ditempatkan pada aliran
udara minimal 5 m/s. Sensor termometer WB dibalut kain kassa basah untuk
menghindari radiasi panas. Suhu WB merupakan ukuran panas total (entalpi).
Perubahan suhu WB menunjukkan adanya perubahan panas total 
c.  Temperatur Titik Embun (Dew Point Temperture, Tdp)
     Temperatur titik embun (DP) adalah suhu di mana udara mulai menunjukkan
aksi pengembunan ketika didinginkan. Temperatur DP ditandai sebagai titik
sepanjang garis saturasi. Pada saat udara ruang mengalami saturasi (jenuh)
maka besarnya suhu DB sama dengan suhu WB dan DP (Parish dan Putman,
1977). Temperatur DP merupakan ukuran panas laten pada sistem. Perubahan
temperatur DP menunjukkan adanya perubahan panas laten atau adanya
perubahan kandungan uap air di udara.
d.  Tekanan Uap Air (Vapor Press, Pv)
     Tekanan uap air merupakan tekanan parsial uap air yang ditimbulkan oleh
molekul uap air di dalam udara lembap pada temperatur konstan. Apabila
udara mencapai kondisi jenuh, maka tekanan uap air tersebut disebut tekanan
uap air jenuh (Pvs) 
e.   Volume Spesifik (Specific Volume, v)
Volume spesifik adalah ruang udara pada setiap meter kubik (m3) persatuan
berat (Kg). Volume spesifik dinyatakan dalam satuan volume per satuan berat
(m3/kg). Garis skalanya sama dengan garis skala bola basah

f.  Kelembapan Relatif (Relative Humidity, RH)


     Kelembapan relatif (RH) merupakan perbandingan tekanan uap air terhadap
tekanan uap air jenuh pada temperatur konstan pada suatu ruang atau lokasi
tertentu. Kelembapan relatif dinyatakan dalam satuan %RH 
g.  Kelembapan Spesifik (Humidity Ratio, W)
     Kelembapan spesifik (W) adalah massa uap air (mu) yang terkandung dalam
udara lembap per-satuan massa udara kering (ma) pada atmosfer. Kelembapan
spesifik diukur dalam satuan grains per pound udara ( 7000 grains = 1 pound)
dan diplotkan pada garis sumbu vertikal yang ada di bagian samping kanan
chart.
h.  Entalpi (Enthalpy, h)
Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur
tertentu, atau jumlah energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg
udara kering dan x kg air (dalam fasa cair) dari 0oC sampai mencapai toC dan
menguapkannya menjadi uap air (fase gas). Entalpi dinyatakan dalam satuan
Btu/lb. Harga entalpi dapat diperoleh sepanjang skala di atas garis saturasi.

2.7 Diagram Mollier


Diagram mollier adalah diagram grafis yang menentukan hubungan antara entalpi
dan entropi. Perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan sistem
termodinamika, sehingga memungkinkan untuk mengetahui sistem atas kondisi
tertentu. (http://dunia-pltu.blogspot.com/2015/04/diagram-mollier_11.html)
Beberapa istilah Thermodinamika yang berhubungan Diagram Mollier:
 Enthalpy (kJ/kg) adalah ukuran total energi suatu sistem Thermodinamika.
 Entropy (kJ/kg.K) adalah ukuran ketidakteraturan mikroskopik dari sebuah zat.
 Power (W) adalah laju energi yang ditransfer atau kerja yang dilakukan
persatuan waktu.
 Kerja (J)  adalah jumlah dari energi yang ditransfer dari suatu sistem menuju
sistem lain.
 Isoenthalpy adalah keadaan dimana Enthalpy dari sebuah sistem adalah
konstan.
 Isoentropy adalah keadaan dimana Entropy dari sebuah sistem adalah konstan.
Gambar 2.12 Diagram Mollier
(http://dunia-pltu.blogspot.com/2015/04/diagram-mollier_11.html)

Keterangan garis menurut penomeran :


1.Garis kelembaban uap konstan menunjukkan kelembaban konstan dari steam
exhaust.
2. Garis saturasi menunjukan zat cair yang sedang dipanaskan.
3. Garis temperatur konstan menunjukkan temperatur dari zat cair.
4. Garis entalpi menunjukkan garis untuk menentukan entalpi.
5. Garis entropi menunjukkan garis untuk menentukan entropi.
6. Garis tekanan konstan menunjukkan tekanan absolut dari zat cair.

2.8 Rumus Rumus Perhitungan


2.8.1 Diagram Psikometri
 Tekanan Uap Air diUdara
¿
𝑃ℎ = 𝑃𝑤𝑏 - P ba r−P w b . ¿ .(t d b−t w b) 2830−1,44 .t w b

.........................................(2.1)
Pwb = Tekanan pada temperatur bola basah [kPa] wb

Pbar = Tekanan barometer (101,325)[kPa] bar

tdb = Temperatur bola kering [oC]

twb = Temperatur bola basah [oC]

Ph = Tekanan Uap air [kPa]

 Kelembaban Relatif

Ph
𝐻𝑟 = P db x 100% ..........................................................(2.2)

Pdb = Tekanan pada temperatur bola kering [kPa]


Ph = Tekanan Uap air [kPa]
Hr = Kelembapan relatif

 Derajat Kejenuhan

¯ db
P −P
∅ = P −Ph
¯ . Hr .................................................(2.3)
Pbar = Tekanan barometer (101,325) [kPa]
Pdb = Tekanan pada temperatur bola kering [kPa]
Ph = Tekanan Uap air [kPa]
Hr = Kelembapan relatif
Ø = Derajat Kejenuhan

 Rasio Kelembaban Aktual

0,6220 Ph
𝜇 = P −Ph
¯ ............................................................(2.4)

Pbar = Tekanan barometer (101,325) [kPa]

Ph = Tekanan Uap air [kPa]


μ = Rasio Kelembapan actual
 Entalpi Udara
ℎ𝑢𝑑 =ℎ𝑢𝑑𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 +ℎ𝑢𝑎𝑝 [kJ/kg]

ℎ𝑢𝑑=𝐶𝑝.𝑡𝑑𝑏+𝜇.(1061+0,444𝑡𝑑𝑏 )
[kJ/kg] . ......................................(2.5)
Cp = Panas jenis udara [kJ/kgoC]
tdb = Temperatur bola kering [oC]
μ = Rasio kelembapan actual
hud = Entalpi udara [kJ/kg]
hud kering = Entalpi udara kering [kJ/kg]
hud uap = Entalpi udara uap [kJ/kg]

2.5.2 Thermodinamika

 Dampak Refrigerasi
Kalor yang diserap oleh refrigeran pada evaporator

𝑄𝑖𝑛= ℎ1−ℎ4 [kJ/kg] ...................................................(2.6)

h1 = Entalpi refrigeransesudahkondensor [kJ/kg]

h4 = Entalpi refrigeransebelumkondensor [kJ/kg]

Qin = Kalor yangdiserap [kJ/kg]

a. Kalor Dilepas Kondensor


𝑄𝑐𝑜𝑛𝑑= ℎ2−ℎ3 [kj/kg] .....................................................(2.7)

h3=h4 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor

h2 = Entalpi sebelumkondensor

Q_cond = Kalor yang dilepaskon densor


dapat ditentukan berdasarkan pada diagram refrigeran 12

b. Kerja Kompresi
𝑊𝑐𝑜𝑚𝑝= ℎ1−ℎ2 [kJ/kg] ................................................(2.8)

h1 = Entalpi refrigeran sesudahkondensor [kJ/kg]

h2 = Entalpi sebelumkondensor [kJ/kg]


Wcomp = Kerjakompresi [kJ/kg]
 Laju Massa PendauranRefrigeran
Q
Mr =
h 1−h 4
..............................................................(2.9)

Q = Kalor
h1 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor [kJ/kg]

h4 = Entalpi refrigeran sebelum kondensor [kJ/kg]

Mr = Massa pendaura refrigerant [kg/s]

c. Daya Kompresor
N comp = Mr .(ℎ1−ℎ2 ) .....................................................
(2.10)
Mr = Massa pendaura refrigerant [kg/s]
h1 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor [kJ/kg]

h2 = Entalpi sebelum kondensor [kJ/kg]

N comp = Daya kompresor [kJ/s]

d. e. Volume Aliran Refrigeran

V = Mr. v [m3 / s] .............................................


(2.11)
Mr = Massa pendauran refrigerant [kg/s]
v = kecepatan aliran refrigerang [m/s]
V = Volume Aliran Refrigeran [m^3/s]

f. Koefisien Prestasi(COP)
h 1−h 4
COP = ........................................................(2.12)
h 1−h 2
h1 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor [kJ/kg]

h2 = Entalpi sebelum kondensor [kJ/kg]

h3 = h4 = Entalpi refrigeran sesudah kondensor [kJ/kg]

h4 = Entalpi refrigeran sebelum kondensor [kJ/kg]


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

 Kompresor
Tipe : AE4440Y
Power Supply : 1 HP / 220 – 240 V / 50 Hz

Output : 750 W

FLA-Nominal :3.10

Refrigen : R 134a = R.12

Putaran : 2900 rpm

g. Kondensor
Model : A19B1E
Power Supply : 850 W / 240 V / 50 Hz
h. Fan Udara
Power Supply : 750 W
Efesiensi : 78%
3.1.2 Bahan

i. Udara
3.2 Diagram Alir

START

PENGARAHAN MATERI

PERSIAPKAN INSTALASI
PENGUJIAN

PENGUJIAN MESIN
PENDINGIN

PENGOLAHAN DATA,
ANALISIS,dan
PEMBAHASAN
3.3 Variabel Praktikum
3.3.1 Variabel Tetap
Variabel tetap adalah variabel yang dibuat sama agar tidak berpengaruh
terhadap variabel bebas yang diujikan. Variable tetap dari praktikum ini
adalah.
1. Compressor
2. Kondensor
3. Fan udara
3.3.2 Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variable bebas pada
praktikum ini adalah temperature udara sekitar
3.3.3 Variabel terikat
variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
adanya variabel bebas. Variable terikat pada praktikum ini adalah hasil
dari pengujian pengkondisian udara.

3.4 Prosedur Percobaan


1. Memastikan bahwa instalasi sudah dalam keadaan siapdigunakan
2. Membuka semua katup yang ada pada instalasi(siklus)
3. Menghidupkan mesin pendingin, kemudian tunggu berberapa saatsampai
kondisi menjadi normal.
4. Mengatur beban pendingin dengan memuktar thermostat pada posisi dan
tunggu sampai 10 menit agar siklus berkerja, kemudian catatsemua data
yang diperlukan sesuai dengan lembardata.
5. Lakukan langkah 4 untuk beban pendingin berikutnya ( percobaan
selanjutnya) dengan tidak mematikan mesinpendingin.
6. Jika seluruh pengujian telah dilaksanakan, matikan mesin pendingindan
pastikan semua katup dalam posisitertutup.
7. Sebagai catatan untuk menjaga agar tidak terjadikerusakan.
BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN

4.1 Data Hasil Pengujian


Tabel 4.1 Data Hasil Pratikum
PENGKONDISIANUDARA REFRIGERAN
PengkondisianUdara Refrigeran

Termostat Sisi Masuk Sisi Keluar Sebelum Sesudah


Tdb Twb Tdb Twb T1( P1 T2( P2
(oC) (oC) (oC) (oC) C)
o o
C)
(Psi) (Psi)
1 26 23 22 21 5 39 29 90
2 26 23 22 21 5 39 29 90
3 25 23 22 21 6 40 31 99
4 26 23 22 21 5 39 34 100
5 25 23 22 21 2 36 37 112
6 25 23 23 22 -1 28 34 120

4.2 Perhitungan Psikometrik (Data No 2)


4.2.1 Perhitungan sisi masuk
a. Tekanan Uap Air Di Udara

( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )

Dimana:
Pbarr =Tekanan Barometer (101,325 kpa)

tdb =Temperatur bola kering (26 oC )


twb =Temperatu bola basah ( 23 oC)
Mencari nilai Pwb dengan menggunakan rumus interpolasi pada tabel A-4
(uap jenuh) dengan diketahui nilai twb : 23 oC.
Tabel A4 – Uap Jenuh

Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pwb dengan metode interpolasi:
23−20 Pwb−2,339
25−20
= 3,170−2,339
Pwb = 2,8376
Menetukan nilai Tekanan Uap Air Diudara:

( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )

(101,325−2,8376 ) ( 26−23 )
Ph=2,8376−
2830−1,44 ( 23 )

Ph=2,7320 kPa

b. Kelembapan Relatif
Ph
Hr= ×100 %
Pdb

Mencari nilai Pdb dengan menggunakan rumus interpolasi pada tabel A-4
(uap jenuh) dengan diketahui nilai twb : 26 oC.
Tabel A4 – Uap Jenuh

Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pdb dengan metode interpolasi:
26−25 Pdb−3,170
30−25
= 4,274−3,170
Pdb = 3,3908
Kelembapan Relatif:

Ph
Hr= ×100 %
Pdb
2,7320
Hr= ×100 %
3,3908
Hr=80,57 %

c. Derajat Kejenuhan

Pbar−Pdb
∅= × Hr
Pbar−Ph
101,325−3,3908
∅= ×80,57 %
101,325−2,7320
∅=80,031

d. Ratio Kelembapan Udara


0,6220 Ph
μ=
Pbar−Ph
0,6220 ( 2,7320 )
μ=
101,325−2,7320
kg
μ=0,0172
kg
e. Entalpi Udara
 Cp: Panasjenisudara 1,88 KJ / Kg °C

hud=hud kering+ huap

hud=Cp . tdb+ μ . ( 1061+0,444. tdb )

hud=1,88. 26+0,0172. ( 1061+0,444.26 )

kj
hud=67.37
kg

Setelah semua data pengujian dihitung dengan perhitungan psikometri pada sisi
masuk, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Hasil perhitungan sisi masuk


Thermosta
Ph Hr ∅  Hud
t

1 2,8376 82,18 85,791 0,0172 68,438

2 2,8376 80,57 80,031 0,0172 67,37

3 2,8376 82,18 85,791 0,0172 68,438

4 2,8376 80,57 80,031 0,0172 67,37

5 2,8376 82,18 85,791 0,0172 68,438

6 2,8376 82,18 85,791 0,0172 68,438


4.2.2 Perhitungan sisi Keluar
a. Tekanan Uap Air Di Udara

( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )

Dimana:
Pbarr =Tekanan Barometer (101,325 kpa)

tdb =Temperatur bola kering (22 oC )


twb =Temperatu bola basah ( 21 oC)
Mencari nilai Pwb dengan menggunakan rumus interpolasi pada tabel A-4
(uap jenuh) dengan diketahui nilai twb : 21 oC.
Tabel A4 – Uap Jenuh

Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pwb dengan metode interpolasi:
21−20 Pwb−2,339
25−20
= 3,170−2,339
Pwb = 2,5052
Menetukan nilai Tekanan Uap Air Diudara:

( Pbar−Pwb ) ( tdb−twb )
Ph=Pwb−
2830−1,44 ( twb )
( 101,325−2,5052 )( 22−21 )
Ph=2,5052−
2830−1,44 ( 21 )

Ph=2,469 kPa

b. Kelembapan Relatif

Ph
Hr= ×100 %
Pdb

Mencari nilai Pdb dengan menggunakan rumus interpolasi pada tabel A-4
(uap jenuh) dengan diketahui nilai twb : 22 oC.
Tabel A4 – Uap Jenuh

Dari data diatas, dapat diketahui nilai Pdb dengan metode interpolasi:
22−20 Pdb−2,339
25−20
= 3,170−2,339

Pdb = 2,6714
Kelembapan Relatif:

Ph
Hr= ×100 %
Pdb

2,469
Hr= × 100 %
2,6714
Hr=92,42 %

c. Derajat Kejenuhan

Pbar−Pdb
∅= × Hr
Pbar−Ph

101,325−2,6714
∅= × 92,42 %
101,325−2,469
∅=92,23
d. Ratio Kelembapan Udara
0,6220 Ph
μ=
Pbar−Ph
0,6220 ( 2,469 )
μ=
101,325−2,469
kg
μ=0,0155
kg

e. Entalpi Udara
 Cp: Panasjenisudara 1,88 KJ / Kg ° C

hud=hud kering+ huap

hud=Cp . tdb+ μ . ( 1061+0,444. tdb )

hud=1,88. 22+0,0155. (1061+ 0,444.22 )

kj
hud=58
kg

Setelah semua data pengujian dihitung dengan perhitungan psikometri pada sisi
masuk, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Hasil perhitungan sisi keluar


Thermosta
Ph Hr ∅  Hud
t

1 2,469 92,42 92,23 0,0155 58

2 2,469 92,42 92,23 0,0155 58

3 2,469 92,42 92,23 0,0155 58

4 2,469 92,42 92,23 0,0155 58

5 2,469 92,42 92,23 0,0155 58

6 2,6361 92,90 92,71 0,0166 61,04


4.2.3 Pembacaan Diagram Psikometrik
a. Perhitungan sisi masuk

Berdasarkan hasil pembacan grafik psikometrik pada bagian sisi masuk


dengan Tdb : 26 ° C dan Twb : 23 ° C , diperoleh data sebagai berikut:
 Rasio Kelembapan = 0,0165 kg/kg
 Kelembaban Relatif = 78,8 %
 Volume Spesifik = 0,87 m3 /kg
 Entalpi Udara Kering = 68,5 kJ/Kg
b. Perhitungan sisi Keluar

Berdasarkan hasil pembacan grafik psikometrik pada bagian sisi masuk


dengan Tdb : 22 ° C dan Twb : 21 ° C , diperoleh data sebagai berikut:
 Rasio Kelembapan = 0,0151 kg/kg
 Kelembaban Relatif = 90 %
 Volume Spesifik = 0,858 m3 /kg
 Entalpi Udara Kering = 61 kJ/Kg

d. Tabel Hasil Perhitungan dengan menggunakan diagram psikometrik


Tabel 4.5 Tabel Hasil Perhitungan dengan menggunakan diagram psikometrik
Sisi masuk Sisi keluar
Termostat 𝜇 𝐻𝑟 V hud 𝜇 𝐻𝑟 v hud

(kg/kg) (%) (m3/kg) (kJ/kg) (kg/kg) (%) (m3/kg) (kJ/kg)


1 0,0165 78,8 0,87 68,5 0,0151 90 0.858 61

2 0,0165 78,8 0,87 68,5 0,0151 90 0.858 61

3 0,017 80 0,9 70 0,0151 90 0.858 61

4 0,0165 78,8 0,87 68,5 0,0151 90 0.858 61

5 0,017 80 0,9 70 0,0151 90 0.858 61

6 0,017 80 0,9 70 0,0161 90,2 0,861 65,5

4.3 Perhitungan Termodinamika (Data No 2)


Dari grafik P-H diatas didapatkan nilai :

- h1 = 417 kJ/kg
- h2 = 430 kJ/kg
- h3 = h4 = 208b kJ/kg

a. Dampak Refrigasi
Kalor yang diserap oleh refrigeran pada evaporator
Qin=h1−h 4
Qin=417−208
kJ
Qin=209
kg
b. Kalor Dilepas Kondensor
Qcond=h 2−h 3
Qcond=430−208
kJ
Qcond=222
kg
c. Kerja Kompresi
Wcomp=h 1−h 2
Wcomp=417−430
kJ
Wcomp=−13
kg
d. Laju Massa Pendauran Refrigeran
Q=Qin−Qcond
Q=209−222
kJ
Q=−13
kg
Q
Mr=
h1−h 4
−13
Mr =
417−208
kJ
Mr =−0.0622
kg
e. Daya Kompresor
Ncomp=Mr( h1−h 2)
Ncomp=−0.0622 ( 417−430 )
kJ
Ncomp=0,808
s
f. Koefisien Prestasi (COP)
h1−h 4
COP=
h 1−h 2
417−208
COP=
417−430
COP=¿ -10,45

Tabel 4.5 Tabel Hasil Perhitungan Termodinamika


Qin Qcond Wcomp Q Mr Ncomp
Termostat COP
kJ/kg kJ/kg kJ/kg kJ/kg kJ/kg kJ/s
1 209 222 -13 -13 -0,0622 0,808 -10,45
2 209 222 -13 -13 -0,0622 0,808 -10,45
3 211 223 -12 -15 -0,0693 0,876 -11,02
4 209 221 -11 -22 -0,0715 0,920 -11,98
5 206 220 -14 -21 -0,0723 0,934 -12,43
6 208 221 -13 -22 -0.0745 -0,945 -12,87
4.4 Pembahasan
4.4.1 Perbandingan Pembacaan Diagram Psikometrik dan Hasil Perhitungan
Psikometrik

A. Perbandingan Hr%

Perbandingan Hr terhadap termostat


95

90

85
Hr

80

75

70
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat

Hr sisi masuk (perhitungan) Hr sisi keluar (perhitungan)


Hr sisi masuk (diagram) Hr sisi keluar (diagram)

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan dengan hasil


pembacaan grafik berbanding lurus hanya saja pada pembacaan diagram
psikometrik nilainya bulat sehingga adanya perbandingan terhadap hasil
perhitungan, Maka di dapat rata-rata hasil perhitungan untuk sisi masuk
sebesar 81,64% dan untuk sisi keluar sebesar 92,58%. Sedangkan rata-rata
hasil pembacaan diagram psikometrik untuk sisi masuk 79,6% dan sisi
keluar 90,06%.

B. Grafik Perbandingan µ

Perbandingan µ terhadap termostat


0.018
0.017
0.016
µ

0.015
0.014
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat

µ sisi masuk (perhitungan) µ sisi keluar (perhitungan)


µ sisi masuk (diagram) µ sisi keluar (diagram)
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan dengan hasil
pembacaan grafik berbanding lurus hanya saja pada pembacaan diagram
psikometrik nilainya bulat sehingga adanya perbandingan terhadap hasil
perhitungan, maka di dapat rata-rata hasil perhitungan untuk sisi masuk
sebesar 0,0172 kg/kg dan untuk sisi keluar 0,0158 kg/kg. Sedangkan rata-rata
hasil pembacaan diagram psikometrik untuk sisi masuk sebesar 0,0168 kg/kg
dan untuk sisi keluar sebesar 0,015 k4g/kg.

C. Grafik Perbandingan Hud

Perbandingan hud terhadap termostat


80
60
40
hud

20
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat

hud sisi masuk (perhitungan) hud sisi keluar (perhitungan)


hud sisi masuk (diagram) hud sisi keluar (diagram)

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan dengan hasil


pembacaan grafik berbanding lurus hanya saja pada pembacaan diagram
psikometrik nilainya bulat sehingga adanya perbandingan terhadap hasil
perhitungan,Maka di dapat rata-rata hasil perhitungan untuk sisi masuk
sebesar 68,154 kJ/kg dan untuk sisi keluar sebesar 59,001 kJ/kg. Sedangkan
rata-rata hasil pembacaan diagram psikometrik untuk sisi masuk sebesar
69,754 kJ/kg dan untuk sisi keluar sebesar 62,23 kJ/kg. Sehingga masing-
masing sisi

4.4.2 Pengaruh Kalor yang diserap pada evaporator terhadap thermostat

Hubungan Qin terhadap Termostat


212
211
210
209
208
Qin

207
206
205
204
203
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dampak refrigrasi


terhadap termostat mengalami penurunan dari 211 kJ/kg hingga 206 kJ/kg
dan terjadi kenaikan 208 kJ/kg. Hal ini menunjukkan bahwa dampak
refrigrasi terhadap thermostat memiliki hubungan yang bervariasi.

4.4.3 Pengaruh Kalor saat pendinginan terhadap thermostat

Hubungan Qcond terhadap Termostat


224
223
222
221
Qcond

220
219
218
217
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Kalor dilepas


kondensor terhadap termostat mengalami Variasi Nilai dari awal 219 kJ/kg,
Titik puncak pada angka 223 kJ/kg dan berakhir pada 221 kJ/kg. Hal ini
menunjukkan bahwa Kalor dilepas Kondensor terhadap termostat memiliki
hubungan yang bervariasi.

4.4.4 Pengaruh Kerja Kompresi terhadap thermostat

Hubungan Wcomp terhadap Termostat


0
0 1 2 3 4 5 6 7
-2
-4
-6
Wcomp

-8
-10
-12
-14
-16
Termostat

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Kerja Kompressor


terhadap termostat mengalami penurunan dan kenaikan dari -12 kJ/kg
hingga -13 kJ/kg. Hal ini menunjukkan bahwa Kerja Kondensor terhadap
termostat memiliki hubungan yang bervariasi

4.4.5 Pengaruh Laju Aliran Massa Refrigeran terhadap thermostat

Hubungan Mr terhadap Termostat


0
0 1 2 3 4 5 6 7
-0.01
-0.02
-0.03
-0.04
Mr

-0.05
-0.06
-0.07
-0.08
Termostat

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Laju Massa Pendauran


Refrigeran terhadap termostat mengalami penurunan dan kenaikan dari -
0,0601 Kg/s hingga -0,0745 Kg/s. Hal ini menunjukkan bahwa Laju Massa
Pendauran Refrigeran terhadap termostat memiliki hubungan yang
bervariasi.

4.4.6 Pengaruh Daya Kompresi terhadap thermostat

Hubungan Ncomp terhadap Termostat


1
0.95
0.9
Ncomp

0.85
0.8
0.75
0.7
0 1 2 3 4 5 6 7
Termostat

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa Daya Kompressor


terhadap termostat mengalami peningkatan dari 2,314 kJ/s hingga 5,760
kJ/s. Hal ini menunjukkan bahwa Daya Kompressor terhadap termostat
memiliki hubungan yang bervariasi adanya penurunan dan peningkatan
pada grafik.

4.4.6 Pengaruh Koefisien Prestasi terhadap thermostat

Pengaruh COP Terhadap Termostat


0
0 1 2 3 4 5 6 7
-2

-4

-6
COP

-8

-10

-12

-14
Termostat
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa koefisien Prestasi (COP)
terhadap termostat mengalami penurunan dari -10,12 hingga berakhir pada -
12,87. Hal ini menunjukkan bahwa Koefesien Prestasi (COP) terhadap
termostat memiliki hubungan yang bervariasi adanya penurunan dan
peningkatan pada grafik

BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum prestasi mesin tentang pengkondisian udara ini dapat


disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembacaan Diagram Psikometrik dengan cara melihat temperature
bola kering (Tdb) dan Temperatur bola Basah (Twb). Lalu di cari
titik pertemuan antara Tdb dengan Twb. Maka didapat hasil
berdasarkan data yang sudah ada pada bab 4.
2. Pembacaan Diagram Mollier dengan cara melihat Entrophy dan
Tekanan Lalu di cari titik pertemuan antara Entrophy dengan
Tekanan. Maka didapat hasil berdasarkan data yang sudah ada pada
bab 4.
3. Besar suhu termostat berbanding lurus dengan kelembaban relatif
(HR) dan rasio kelembaban (μ). Besar suhu termostat berbanding
lurus dengan besar Laju aliran massa pendauran refrigerant (Mr) dan
Daya kompressor (N). Besar suhu termostat berbanding terbalik
dengan besar kalor yang diserap oleh refrigerant pada evaporator
(Qin),kalor yang dilepas oleh kondensor (Qcond), kerja kompresi
(Wcomp).

5.2 Saran

1. Perlunya menghitung beban pendinginan dalam pelaksanaan


praktikum pengkondisian udara yang nantinya akan dimasukkan
kedalam perhitungan nilai kalor yang diserap refrigeran pada
evaporator.
2. Perlunya mengukur laju massa perpindahan udara dalam pelaksanaan
praktikum pengkondisian udara yang nantinya akan dimasukkan
kedalam perhitungan nilai kalor yang dilepaskan oleh udara.

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Petunjuk Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2022.


UniversitasMuhammadiyahMalang

2. Zainudin. 2002. (Analisa Pengaruh Vorioli Sudut Sambungan Belokan


terhadapHeadAliran Pipa).Universitas Mataram. Diaksespada5
Januari2022

3. M.WhiteFrankdanMariandja.1988.
(MekanikaFluida)ErlanggaJakarta.Diaksespada5 Januari 2022

4. Karyono. Iwanyudi. 2008. (Analisa Aliran Berkembang). FT UI


Jakarta.Diaksespada5 Januari 2022

5. 2000. (Pemilihan dan Pemakaian Pompa dan Kompresor). Prodnya


Paronita,Jakarta.Diakses pada5 Januari 2022

6. Abdin. Kurniati. 2013. (Studi Analisis Perbandingan Kecepatan


Aliran Airmelalui Pipa Vorioli dengan Perbedaan Diameter Pipa).
Universitas Cakra.Diaksespada5 Januari 2022

Anda mungkin juga menyukai