Oleh :
2111171004
2019
PERANCANGAN ULANG SABUK V SEPEDA MOTOR MIO
2011
LAPORAN AKHIR
Oleh :
2111171004
2019
Lembar Pengesahan
Oleh :
2111171004
Tim Pembimbing
Diketahui, Disetujui,
i
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Jenderal
Achmad Yani :
NIM : 2111171004
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani karya ilmiah saya
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
ii
Kata Pengantar
Alhamdulillaah, penulis panjatkan kepada Allaah Subhanahu Wa Ta’ala, atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri atau makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wasallam.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat tugas mandiri ini tapi
dengan kegigihan serta arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada pembingbing. Penulis menyimpulkan bahwa tugas mandiri
ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik, guna
kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
orang yang telah berperan sehingga dapat terselesaikan tugas Desain Elemen Mesin II, antara
lain:
1. Keluarga. Untuk Ayah dan Ibu yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang secara
moril dan material selama perkuliahan.
2. Bapak Riki Anggriawan, ST. selaku Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu,
tenaga, dan pikiran didalam memberikan pengarahan dalam penulisan tugas besar desain elemen
mesin 2 ini.
3. Segenap dosen dan staff pengajar di jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Manufaktur
Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan laporan praktikum Desain Elemen Mesin 2 ini yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan tugas mandiri ini dan penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang membangun dari pembaca. Semoga tugas
akhir ini dapat berguna bagi rekan-rekan mahasiswa.
Cimahi, 16 Desember 2019
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
DAFTAR ISI
vi
2.1.3 Komponen CVT. ............................................................................................. 21
2.2 Rumus yang dipakai. ............................................. Error! Bookmark not defined.
BAB III................................................................................................................................... 32
METODE PERENCANAAN ............................................................................................... 32
3.1 Studi literature. ..................................................................................................... 32
1. Kata pengantar. ....................................................................................................... 32
2. Bab 1 pendahuluan .................................................................................................. 32
3. Bab 2 tinjauan pustaka. ........................................................................................... 33
4. Bab 3 metode perancangan. .................................................................................... 33
3.2 diagram alir umum. ..................................................................................................... 34
- penjelasan diagram alir umum. ..................................................................................... 35
3.3 diagram alir perhitungan............................................................................................. 36
penjelasan diagram alir perhitungan. ...................................................................... 37
3.4 Identifikasi masalah. ................................................................................................... 40
BAB IV ................................................................................................................................... 41
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 41
4.1 Diagram Benda Bebas ................................................................................................ 41
4.2 Spesifikasi Kendaraan. ............................................................................................... 42
4.3 Data Perancangan. ...................................................................................................... 43
4.4.Penyelesaian dari identifikasi masalah di Bab 3 bagian 3.2.................................... 44
BAB V .................................................................................................................................... 46
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 46
5.1 Kesimpulan. ................................................................................................................. 46
5.2 Saran. ........................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 47
LAMPIRAN........................................................................................................................... 50
vii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini untuk mengetahui :
1. Mengetahui cara perancangan ulang sabuk v pada sepeda motor
Yamaha Mio 2011.
2. Mengetahui cara perancangan ulang sabuk v pada sepeda motor
Yamaha Mio 2011.
3. Mengetahui komponen apa saja yang ada pada sitem sabuk v pada
sepeda motor Yamaha Mio 2011.
1.3 Batasan Perancangan
Untuk menghindari meluasnya masalah dan mempermudah memahami
tujuan dari penulisan yang dilakukan, maka perlu dibuat pembatasan masalah.
Dalam laporan praktikum desain elemen mesin 2 ini, pembatasan masalah yang
perlu diketahui adalah sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
Pada Bab Pendahuluan ini memaparkan latar belakang masalah,
tujuan, analisa, ruang lingkup kajian dan sistematika penulisan. Bab ini
memberikan gambaran umum mengenai isi dari laporan ini.
II. LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar yang menyangkut sabuk
v dan bagian-bagiannya, serta persamaan-persamaan yang akan
digunakan pada perhitungan-perhitungan mengenai kinerja sabuk gilir.
III. METODE PERANCANGAN ULANG
2
Bab ini berisikan tahapan-tahapan yang dimulai pada penyusunan
laporan serta besaran yang diperlukan untuk penganalisaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan hasil dan pembahasan yang berkaitan dengan sabuk
gilir.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan dari seluruh hasil atau temuan yang ditulis
secara singkat dan padat berdasarkan hasil perhitungan dan
prmbahasan serta kesimpulan hasil perancangan yang dilakukan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori - teori.
2.1.1 Teori Perancangan Sabuk V.
- Transmisi Sabuk V.
4
Gambar 2. 3 Diagram Pemilihan Sabuk V
Sumber : (Sularso K. S., Transmisi Sabuk, 1978)
Tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk v
dibandingkan dengan sabuk rata.
Dalam gambar 5.2 diberikan berbagai proporsi penampang sabuk v yang umum
dipakai.
Atas dasar daya rencana dan putaran poros penggerak, penampang sabuk v yang
sesuai dapat diperoleh dari gambar 5.3. daya rencana dihitung dengan
mengalihkan daya yang akan diteruskan dengan faktor koreksi dalam tabel 5.1
diameter nominal puli v dinyatakan sebagai diameter 𝑑𝑝 (mm) dari satu lingkaran
di mana lebar awalnya di dalam gambar 5.4 menjadi 𝑙𝑜 dalam tabel 2.1. Transmisi
sabuk v hanya dapat
5
Gambar 2. 4 Profil Alur Sabuk
Sumber : (Sularso K. S., Transmisi Sabuk V, 1978)
Menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama.
Dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk v bekerja lebih halus
dan tak bersuara. Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan, dapat dipakai
beberapa sabuk v yang dipasang sebelah-menyebelah
6
Tabel 2. 3 (a) Sabuk V Standar (bertanda*)
7
Gambar 2. 5 Perhitungan Panjang Keliling Sabuk.
Tabel 2. 5 (c) Panjang Sabuk V Sempit
8
Tabel 2. 6 Diameter Minum Puli Yang Dimakan Dan Dianjurkan (mm)
9
Bila sabuk v dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen, maka tegangan
di seluruh panjang sabuk adalah sama. Tegangan ini disebut tegangan awal. Bila
sabuk mulai bekerja meneruskan momen, tegangan akan bertambah pada sisi tarik
(bagian panjang sabuk yang menarik) dan berkurang pada sisi kendor (bagian
panjang sabuk yang tidak menarik).
Jika tarikan pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah 𝐹1 dan 𝐹2 (kg),
maka besarnya gaya tarik efektif 𝐹𝑒 (kg) untuk menggerakkan puli yang digerakan
adalah
𝐹𝑒 = 𝐹1− 𝐹2 (5.6)
𝐹𝑒 adalah gaya tangensial efektif yang bekerja sepanjang lingkaran jarak bagi alur
puli.
Jika koefisien gesek nyata antara sabuk dan puli adalah 𝜇′,maka
𝐹1 ′
= 𝑒𝜇 𝜃
𝐹2
𝑒 𝜇′𝜃 −1
𝐹𝑒 = 𝐹1 − 𝐹2 = 𝐹1 (5.7)
𝑒 𝜇′𝜃
𝑒 𝜇′𝜃 𝜋
𝐶 = 𝐹𝑎 𝜇′𝜃
.
𝑒 − 1 6120
𝑛1
𝑛= (5.8)
1000
Dimana 𝐹𝑎 (kg) adalah gaya tarik yang diizinkan untuk setiap sabuk, dan 𝑛1 (rpm)
adalah putaran puli penggerak. Dalam praktek, persamaan diatas harus dikoreksi
terhadap faktor-faktor yang bekerja pada sabuk seperti gaya sentrifugal,lenturan,
All.
10
Persamaan berikut ini biasanya dipakai untuk sabuk v standar
𝐶 1
𝑃𝑂 = (𝑑𝑝 𝑛){(𝐶1 (𝑑𝑝 𝑛)−0.09 − (𝑑2 ) − 𝐶3 (𝑑𝑝 𝑛)2 } − 𝐶2 𝑛 𝑋 {1 − (𝐶 )} (5.9)
𝑝 5
Sabuk v sempit akan menjadi lurus pada kedua sisinya bila dipasang pada alur
puli (gambar 5.8). dengan demikian akan terjadi kontak yang merata dengan puli
sehingga keausan pada sisinya dapat dihindari. Ada tiga macam proporsi
penampang uruk sabuk v sempit seperti dalam gambar 5.9
11
Gambar 2. 8 Persinggungan Antara Sisi Sabuk Dan Alur Puli
𝐶 1
𝑃𝑜 = (𝑑𝑝 𝑛){𝐶1 − (𝑑2 ) − 𝐶3 (𝑑𝑝 𝑛)2 − 𝐶4 (𝑙𝑜𝑔10 𝑑𝑝 𝑛)} + 𝐶2 𝑛{1 − (𝐶 )} (5.10)
𝑝 5
12
Tabel 2. 8 Kapasitas Daya Yang Ditransmisikan Untuk Sabuk V Sempit Tunggal,
Po(kW).
Persamaan – persamaan diatas Han sesuai untuk sudut kontak 𝜃 = 180°. Untuk
perbandingan reduksi yang besar dan sudut kontak lebih kecil dari 180° menurut
perhitungan dengan rumus (5.11), kapasitas daya yang diperoleh harus dikalikan
dengan faktor koreksi yang bersangkutan 𝐾𝜃 seperti dipeerlihatkan dalam tabel
5.7. besarnya sudut kontak diberikan oleh
57(𝐷𝑝 −𝑑𝑝 )
𝜃 = 180° − (5.11)
𝐶
𝑃𝑑
𝑁=𝑃 (5.12)
0 𝐾𝜃
Harga N yang relatif besar akan menyebabkan getaran pada sak yang
mengakibatkan penurunan efisiensinya. Dalam hal demikian perencanaan harus
diperbaiki dengan menggunakan sabuk yang lebih besar penampangnya. Dalam
hal transmisi dengan lebih dari satu sabuk perlu diperhatikan bahwa panjang,
mutu, dll., dari asing-masing sabuk dapat berbeda, sehingga perpanjangan yang
berbeda antara satu dengan lain sabuk akan mengakibatkan tegangan yang
berbeda-beda pula.
13
Untuk dapat memelihara tegangan yang cukup dan sesuai pada sabuk, jarak poros
puli harus dapat disetel ke dalam maupun keluar (gambar 5.10). daerah penyetelan
untuk masing – masing penampang sabuk diberikan dalam tabel 5.8. tegangan
sabuk dapat diukur dengan timbangan Diana sabuk ditarik pada titik tengah antara
kedua
14
Gambar 2. 11 Lenturan Sabuk
15
Tabel 2. 11 Daerah Beban Untuk Tegangan Sabuk Yang Sesuai. (satuan : kg)
Puli seperti dalam gambar 5.11. jika beban untuk melenturkan sabuk sebesar 1,6
(mm) setiap 100 (mm) jarak bentangan terletak antara harga maksimum dan
minimum yang diberikan dalam tabel 5.9, maka besarnya tegangan sabuk
dianggap sesuai.
16
Gambar 5.12 kedudukan yang baik untuk puli pengikut.
Sudut antara kedua sisi penampang sabuk yang dianggap sesuai adalah sebesar 30
sampai 40 derajat. Semakin kecil sudut ini, gesekan akan semakin besar karena
efek baji, sehingga perbandingan tarikan 𝐹1 /𝐹2 akan lebih besar. Namun
demikian, kadang – kadang sudut yang kecil pada sabuk sempit atau sabuk standar
dapat menybabkan terbenamnya sabuk ke dalam alur puli. Akhir – akhir ini dalam
perdagangan diperkenalkan sabuk v dengan sudut lebar, yaitu 60 derajat. Untuk
sabuk ini dipakai bahan dengan perpanjangan yang kecil untuk memperbaiki sifat
buruk di atas. Tetapi dengan kondisi semacam ini, gesekan dan perbandingan
tarikan yang dicapai menjadi lebih rendah.
Kerja CVT pada sepeda motor yang biasanya disebut dengan sepeda motor
tipe skuter, CVT ( continuous variable transmission ) sistem ini tidak lagi
menggunakan roda-roda gigi untuk melakukan pengaturan rasio transmisi
melainkan menggunakan sabuk gilir dan pully variable untuk memperoleh
perbandingan gigi yang bervariasi, bagaimana kelebihan,kontruksi dan cara kerja
pada motor matic tersebut. Sumber: (Otosena, 2019)
17
Cara kerja CVT dapat menyesuaikan kondisi pengendara dengan putaran
mesin agar diperoleh kinerja mesin yang imbang antara output mesin
dengan penggunaan bahan bakar yang ekonomis.
Dengan sistem teknologi CVT ini mudah dioperasikan pengendara tidak
perlu lagi melakukan perpindahan posisi gigi percepatan, cukup dengan
menghidupkan mesin lalu naikka putaran mesin dengan memutar handel
gas dan sepeda motor akan mulai berjalan.
Bagi pengendara tidak perlu lagi mengatur posisi gigi percepatan yang
dapat menyulitkan bagi pengendara yang perlu dilakukan hanya mengatur
putaran mesin agar output mesin sesuai dengan kebutuhan.
Kontruksi CVT yang terdiri atas 2 buah pulley pariable yang diposisikan pada
jarak yang tertentu dan keduanya yang dihubungkan dengan sabuk ( v-belt )
18
Gambar 2. 13 Cara Kerja CVT
Sumber: (Lukman.Spd, 2019)
Tenaga kerja mesin diteruskan oleh drive pulley >>>> V belt >>>> driven pulley
>>>> unit kopling centrifugal >>>> roda belakang. Sumber: (Otosena, 2019)
19
Saat putaran mesin rendah atau langsam.
Saat putaran langsam atau stasioner gaya centrifugal yang terjadi saat sepatu
bergesek dari unit kopling centrifugal belum mampu mengalahkan tegangan pegas
centrifugal, sepatu gesek tidak mampu memutarkan rumah kopling sehingga
kopling centrifugal belum bekerja, tenaga putaran mesin yang sudah diteruskan
oleh tranmisi diam pada unit kopling centrifugal sehingga sampai keroda dan
sepeda motor tidak berjalan. Sumber: (Otosena, 2019)
Pada saat putara mesin ditambah kurang lebih 3000 rpm, gaya centrifugal yang
terjadi pada sepatu bergesek sudah cukup besar. Sepatu kopling akan terlempar
keluar dan menempel dengan rumah kopling, pada saat seperti ini kopling
centrifugal mulai meneruskan tenaga putaran mesin keroda belakang sehingga
sepeda motor mulai berjalan. Sumber: (Otosena, 2019)
Sedangkan gaya centrifugal yang telah diterima roller pemberat pada pulley
belum cukup untuk mengalahkan tegangan pegas pada driven pulley. Saat seperti
ini menyebabkan driven pulley menyempit yang menghasilkan diameter yang
besar, karena panjang sabuk tetap maka drive pulley akan menyesuaikan untuk
berada pada posisi melebar, ( diameter kecil ) rasio tranmisi besar sehingga
menghasilkan perbandingan putaran yang ringan dan torsi yang besar. Sumber:
(Otosena, 2019)
Saat mesin putaran meninggi maka gaya centrifugal yang diterima roller pada
drive pulley semakin kuat sehingga roller terlempar kesisi terluar, semakin kuat
menekan pulley pada bagian drive pulley untuk bergerak kearah menyempit dan
mendorong sabuk kebagian diameter drive pulley yang paling besar. Saat tarikan
sabuk pada bagian driven pulley akan semakin besar menekan pegas driven pulley
untuk menggeser drive pulley keposisi yang paling lebar ( diameter terkecil )
20
keadaan ini membuat rasio tranmisi semakin kecil sehingga laju kecepatan sepeda
motor semakin tinggi. Sumber: (Otosena, 2019).
Didalam CVT ada beberapa Komponen agar CVT tersebut bisa bekerja dengan
baik.
a.) Pada bagian primery sheave sendiri ada beberapa komponen yaitu:
21
Gambar 2. 15 Bagian Primery Shave CVT
Sumber: (Motor, 2018)
1. Fixed sheave.
Fixed Sheave berfungsi sebagai penahan v-belt.
Komponen ini tidak bergerak, berbentuk piringan, biasanya bagian sisinya
menyerupai kipas sebagai pendingin mesin.
2. Sliding sheave.
Sliding Sheave berfungsi untuk menekan v-belt dalam putaran tinggi, karna
sliding sheave ini dapat bergerak kekanan ataupun ke kiri.
3. Collar.
Collar berfungsi sebagai tempat dudukan dari fixed sheave, sliding sheave dan
cam.
4. Cam.
Cam berfungsi sebagai tempat dudukan slider.
5. Slider.
Slider berfungsi sebagai pendorong roller, yang roller sendiri akan mendorong
sliding sheave.
Slider ini bergerak saat putaran mesin tinggi.
6. Roller.
Roller berfungsi sebagai penekan sliding sheave.
28
1. V-Belt.
Gambar 2. 16 Sabuk V
Sumber: (Motor, 2018)
V-Belt berfungsi sebagai penghubung antara sliding sheave dan secondary sheave,
yaitu meneruskan putaran mesin dari sliding sheave.
c.) Secondary Sheave
1. Sliding sheave
Sliding Sheave berfungsi menekan v-belt.
perbedaan sliding sheave di secondary sheave dengan sliding sheave di primary
sheave adalah tidak memiliki sirip.
29
2. Fixed sheave
Fixed Sheave berfungsi sebagai penahan v-belt atau bagian diam/statis.
3. Per
Per berfungsi sebagai pendorong sliding sheave.
4. Torque cam
berfungsi membantu menekan otomatis sliding sheave pada saat
motor melakukan akselerasi.
6. Sepatu kopling
Sepatu kopling fungsinya adalah sebagai penghubung putaran ke poros roda
belakang.
sistem kerjanya model sentrifugal yaitu bekerja sesuai putaran mesin.
Sumber: (Motor, 2018)
Bagian terakhir yaitu :
30
fungsinya sendiri adalah sebagai menyeimbangkan putaran mesin dengan putaran
roda.
selain itu juga sebagai pendongkrak tenaga. bisanya ada oli khusus untuk
31
BAB III
METODE PERENCANAAN
32
4. Bab 3 metode perancangan.
- Berisikan tentang bagaimana cara melakukan perancangan agar
berjalan lanacar dan tidak adanya kesalahan.
33
3.2 diagram alir umum.
Start
Rumusan masalah
Pengumpulan data
Hasil
END
34
Penjelasan diagram alir umum.
35
3.3 diagram alir perhitungan.
Start
2.Faktor koreksi 𝑓𝑐
> 11 v : 30
VII
VII
36
VII
𝑑𝑘 +𝐷𝑘
VII
12 C : 2
V
13 pemilihan sabuk v (standar atau sempit)
kapasitas daya transmisi dari satu sabuk 𝑃𝑜 (kW)
𝐷𝑝 −𝑑𝑝
17 sudut kontak 𝜃(°) Faktor
𝐶
koreksi 𝐾𝜃
18 jumlah sabuk N
STOP
END
Sumber: (Sularso K. S., Flowchart Sabuk V, 1978)
37
2. Mencari daya yang akan ditransmisikan P (kW) mencari putaran poros
𝑛1 (rpm) kemudian mengitung i jarak sumbu poros C (mm).
3. Mencari faktor koreksi 𝑓𝑐 yang didapat di Tabel 5.1 Faktor koreksi
diperoleh 𝑓𝑐 1,6 dengan momen puntir puncak >200% jumlah jam kerja
tiap hari 3-5 jam.
4. Momen rencana 𝑇1, 𝑇2 (kg mm) didapat dari
5,18
𝑇1 = 9,75 × 105 × ( ) = (𝑘𝑔. 𝑚𝑚)
𝑛1
5,18
𝑇2 = 9,75 × 105 × ( ) = (𝑘𝑔. 𝑚𝑚)
𝑛2
5. Daya rencana 𝑃𝑑 (kW) didapat dari faktor koreksi X daya yang akan
ditransmisikan.
6. Bahan poros dan perlakuan panas didapat untuk bahan poros S30C-D.
7. Didapat penampang sabuk v dari tabel 5.2 ukuran puli v didapat tipe A.
8. Diameter minimum puli 𝑑𝑚𝑖𝑛 didapat dari ukuran puli pada sepeda motor
di bagian puli penggerak roda belakang didapat 115 mm.
9. Diameter lingkaran jarak bagi puli 𝑑𝑝 , 𝐷𝑝 (𝑚𝑚) diameter luar puli
𝑑𝑘 , 𝐷𝑘 (𝑚𝑚) diameter naf 𝑑𝐵 , 𝐷𝐵 (𝑚𝑚) untuk mencari 𝑑𝑝 = 𝑑𝑚𝑖𝑛 , 𝐷𝑝 =
115 × 𝑖 = (𝑚𝑚)
𝑑𝑘 = 𝑑𝑝 + 2 × 5,5 = (𝑚𝑚)
𝐷𝑝 = 𝐷𝑝 + 2 × 5,5 = (𝑚𝑚)
10. Mencari kecepatan sabuk v
3,14 × 150 × 𝑛1 𝑚
𝑣= =( )
20 × 1000 𝑠
11. Hasil dari tahap 10 kemudian dicek apabila kurang dari 30 (m/s)
dinyatakan baik sebaliknya berarti dinyatakan tidak baik.
38
12. Kemudian cari jarak sumbu poros
𝑑𝑘 +𝐷𝑘
C: 2
13. Bila didapat hasil dilakukan Pemilihan sabuk v yang tepat (standar atau
sempit?) Kapasitas daya transmisi satu sabuk 𝑃𝑜 (kW).
14. Dihitung kembali panjang keliling L (mm).
15. Apabila didapat hasil carilah nomor nominal di Tabel 5.3 (b) Panjang
sabuk v standar.
16. Hitung kembali untuk mengetahui jarak sumbu poros C (mm).
17. Kemudian dihiyung kembali agar mendapatkan hasil untuk sudut kontak
𝜃(°) dan faktor koreksi 𝐾𝜃 .
18. Dihitung kembali untuk menentukan jumlah sabuk N.
19. Kemudian menghitung kembali agar mendapatkan hasil daerah penyetelan
jarak poros ∆𝐶𝑖 , ∆𝐶𝑡 (mm).
20. Apabila semua sudah terhitung dan didapatkan hasil penampang
sabuk,panjang keliling L (mm) jumlah sabuk N jarak sumbu poros C (mm)
Daerah penyetelan ∆𝐶𝑖 , ∆𝐶𝑡 (mm) dan diameter luar puli
𝑑𝑘 , 𝐷𝑘 (𝑚𝑚),maka akan didapatkan hasil untuk tipe sabuk,Nomor
sabuk, 𝑑𝑘 , 𝑑𝑎𝑛 𝐷𝑘 lubang poros dan jarak sumbu poros dan itulah hasil
yang didapat.
21. Berhenti.
22. Selesai.
39
3.4 Identifikasi masalah.
Dalam masalah perancangan sabuk ini saya akan mencari tahu sabuk v
dan puli yang sesuai.
Diketahui sebuah motor MIO 2011 digerakan oleh putaran piston dengan
daya 6,54 (kW) 4 tak (4 Langkah ) SOHC (Single Over Head Cham)
8000 (Rpm) dan diameter 25 (mm). Diameter poros putaran kerja mesin
yang dikehendaki 30 (mm) dan 5500 (Rpm). Motor bekerja selama 3 jam
sehari.
Ditanyakan carilah sabuk v dan puli yang sesuai.
40
BAB IV
41
4.2 Spesifikasi Kendaraan.
42
Suspensi depan telescopic fork
43
4.4.Penyelesaian dari identifikasi masalah di Bab 3 bagian 3.2.
Penyelesaian :
10,46
𝑇2 = 9,74 × 105 × ( ) = 1852,37 (𝑘𝑔. 𝑚𝑚)
5500
44
50 50
𝑃𝑜 = 3.14 + (3,42 − 3,14) ( ) + 0,14 + (0,47 − 0,41) ( )
200 200
= 3,43(𝑘𝑊)
(156+122)2
14. L = 2 × 300 + 1,57(156 + 122) + = 1100(𝑚𝑚)
4×300
45
BAB V
Sabuk Tipe A.
No. 43
𝑑𝑘 = 133 (𝑚𝑚)
𝐷𝑘 = 177,3 (𝑚𝑚)
5.2 Saran.
Mengingat V Belt merupakan elemen mesin yang vital untuk mendukung kinerja
suatu mesin penepung, maka dalam perencanaan V Belt pada suatu mesin
penepung disarankan agar menggunakan Sabuk (Belt) dengan kualitas yang baik
dan sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan kinerja mesin yang maksimal dan efisien.
46
DAFTAR PUSTAKA
Lukman.Spd. (2019, Januari Jum'at). Cara Kerja CVT. Diambil kembali dari Cara Kerja
CVT: https://lukmanspd.wordpress.com/tag/cara-kerja-cvt/
Motor, M. S. (2018, januari 20). Komponen CVT. Diambil kembali dari Komponan CVT:
https://misterisepedamotor.blogspot.com/2018/01/komponen-cvt-dan-
fungsinya.html
Otosena. (2019, januari jum'at). Google. Diambil kembali dari Cara Kerja CVT:
https://www.otosena.com/prinsip-cara-kerja-cvt-pada-motor-matic/
Otosite. (2019, Januari Jum'at). Google. Diambil kembali dari Gambar CVT:
http://www.Otosite.net
PT. Kresna Prima Bersatu. (1978). Sabuk Gilir. Dalam K. S. Sularso, Dasar Perencanaan
dan Pemilihan Elemen Mesin (hal. 179-181). Bandung dan Tokyo Jepang:
Sularso,Kiyokatsu Suga.
Suga, S. d. (1978). transmisi sabuk gilir. Bandung, Indonesia dan Tokyo, Jepang: PT .
Kresna Prima Persada.
Sularso, K. S. (1978). Flowchart Sabuk Gilir. Dalam K. S. Sularso, Dasar Perencanaan Dan
Pemilihan Elemen Mesin (hal. 188). Bandung, tokyo jepang: Sularso, Kiyokatsu
Suga.
Sularso, K. S. (1978). Gambar Tabel 5.12 Sabuk gilir. Dalam K. S. Sularso, DASAR
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN ELEMEN MESIN (hal. 183-184). Bandung, Tokyo
Jepang: Sularso, Kiyokatsu suga.
47
Sularso, k. S. (1978). Gambar Tabel 5.14 dan Gambar 5.15 Sabuk Gilir. Dalam k. S.
Sularso, DASAR PERENCANAAN DAN PEMILIHAN BAHAN ELEMEN MESIN (hal.
184-185). Bandung, Tokyo Jepang: Sularso, Kiyokatsu Suga.
Sularso, k. S. (1978). Sabuk Gilir. Dalam K. S. Sularso, & K. S. Sularso (Penyunt.), DASAR
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN ELEMEN MESIN (K. S. Sularso, Penerj., ke12 ed.,
hal. 182). Bandung dan Tokyo Jepang, Indonesia, Indonesia: Sularso, Kiyokatsu
Suga. Dipetik januari 4, 2019
Sularso, k. S. (1978). Tabel 5.15 dan Gambar 5.16 Sabuk Gilir. Dalam k. S. Sularso, DASAR
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN BAHAN ELEMEN MESIN (hal. 186-187).
Bandung, Tokyo Jepang: Sularso, kiyokatsu Suga.
48
Sularso, K. S. (1978). Transmisi Sabuk V. Dalam K. S. Sularso, DASAR PERENCANAAN DAN
PEMILIHAN ELEMEN MESIN (hal. 170). Bandung, Tokyo Jepang: Sularso,
Kiyokatsu Suga.
Warungasep.net. (2016, agustus 30). spesifikasi motor Beat Fi 2016. Diambil kembali
dari spesifikasi motor Beat Fi 2016:
https://warungasep.net/2016/08/13/spesifikasi-lengkap-new-honda-beat-
sporty-esp-2016-ada-fitur-eco-indicator/
49
LAMPIRAN
Sabuk v
50
Driven pulley / otomatis CVT
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62