Disusun oleh:
SURAT PUAS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
NPM : 1410017211015
Diketahui oleh:
i
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Kampus III Jl. Gajah Mada, Gunung Panggilun. Telp. (0751) 54257 Padang
LEMBARAN PEGESAHAN
Oleh
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin Dosen Pembibing
ii
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Kampus III Jl. Gajah Mada, Gunung Panggilun. Telp. (0751) 54257 Padang
LEMBARAN ASISTENSI
iii
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
Kampus III Jl. Gajah Mada, Gunung Panggilun. Telp. (0751) 54257 Padang
TRANSMISI
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmatNYA
pada jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta, dan merupakan aplikasi dari
terdapat kekurangan-kekurangan dari segi penyajian isi atau materi, maka kritikan
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempuranan
Mesin
laporan ini.
PENULIS
v
DAFTAR ISI
COVER
SURAT PUAS ......................................................................................................... i
LEMBARAN PEGESAHAN ............................................................................... ii
LEMBARAN ASISTENSI .................................................................................. iii
URAIAN TUGAS PERANCANGAN ................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2. BATASAN MASALAH ............................................................................. 2
1.3. TUJUAN ..................................................................................................... 2
1.4. METODOLOGI PERENCANAAN ......................................................... 2
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1. SISTEM TRANSMISI OTOMATIS ........................................................ 4
2.2. CARA KERJA CVT .................................................................................. 6
2.2.1. PUTARAN LANGSAM ..................................................................... 6
2.2.2. SAAT MULAI BERJALAN .............................................................. 6
2.2.3. PUTARAN MENENGAH .................................................................. 7
2.2.4. PUTARAN TINGGI ........................................................................... 7
2.2.5. TORSI CAM ....................................................................................... 8
2.3. SABUK-V (V-BELT) ................................................................................. 9
2.3.1. PERSAMAAN-PERSAMAAN YANG DIPAKAI PADA SABUK-V
10
2.4. BANTALAN ............................................................................................. 11
2.4.1. BAHAN BANTALAN....................................................................... 13
2.5. POROS ...................................................................................................... 14
2.5.1. MACAM-MACAM POROS ............................................................ 14
2.5.2. HAL-HAL PENTING DALAM PERENCANAAN POROS ........ 15
vi
2.5.3. POROS DENGAN BEBAN PUNTIR DAN LENTUR .................. 22
BAB III ................................................................................................................. 28
ANALISA DAN PEMBAHASAN...................................................................... 28
3.1. SPESIFIKASI ........................................................................................... 28
3.2. SABUK-V .................................................................................................. 28
3.2.1. PERENCANAAN SABUK-V .......................................................... 28
3.3. BANTALAN ............................................................................................. 31
3.3.1. PERENCANAAN BANTALAN ...................................................... 31
3.3. POROS ...................................................................................................... 36
3.3.1. PERENCANAAN POROS ............................................................... 36
BAB IV ................................................................................................................. 38
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 38
4.1. KESIMPULAN......................................................................................... 38
4.2. SARAN ...................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
Transmisi Continously Variable Transmission (CVT)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sistem transmisi juga mengalami kemajuan yang sangat cepat. Dimana saat
pertama kali digunakan sistem transmisi masih sangat sederhana, kondisi tersebut
juga berbeda dengan sekarang dimana sistem yang digunakan sudah sangat maju
perkembangannya.
Komponen-komponen yang digunakan pada sistem transmisi sangat
kompleks dan sangat rumit. Walaupun prinsip dasarnya tidak jauh berbeda
dengan terdahulu. Hal ini tercipta sesuai dengan tujuan adanya teknologi itu
sendiri, yaitu untuk meringankan aktivitas individu yang mengoperasikan alat
tersebut.
Transmisi yang jumlah dan tingkat pemakaiannya telah menempati posisi
terpenting disegala bidang diantaranya; industri mesin jahit, industri mesin foto
kopi, industri mesin tik listrik, industri komputer, dan masih banyak yang lainnya.
Selain itu jarak yang terlalu jauh antara dua buah poros sering tidak
memungkinkan transmisi langsung digunakan. Dalam hal ini dapat dipakai
beberapa macam transmisi sesuai dengan kebutuhan kita diantaranya:
a. Transmisi sabuk – V
b. Transmisi sabuk gilir
c. Transmisi rantai rol
d. Transmisi rantai gigi
e. Transmisi roda gigi
Masing-masing transmisi mempunyai keuntungan dan kerugian
tersendiri. Mengingat daya atau putaran yang akan diteruskan. Selain itu transmisi
yang digunakan dapat meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat pada
jarak sumbu poros yang baik dan benar.
1.2.BATASAN MASALAH
Dalam perencanan ini, penulis membatasi masalah penetuan daya,
putaran, jenis transmisi dan komponen yang direncanakan termasuk komponen
utama dan beberapa komponen pendukung.
1.3.TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu merancang transmisi sabuk dan puli dan kontruksinya
b. Tujuan khusus
1. Mampu mengkaji system perancangan dan proses kerja dari suatu
transmisi.
2. Dapat melakukan pemilihan bahan yang efisien untuk setiap detail.
3. Dapat menetapkan sistem sistematik teknologi permesinan dalam
tindakan nyata, dengan perioritas pada transmisi roda gigi.
1.4.METODOLOGI PERENCANAAN
Dalam perancangan ini metode yang digunakan adalah dengan
menggunakan beberapa metode diantaranya adalah:
a. Survey lapangan yaitu mahasiwa melakukan survey langsung ke bengkel
dan melakukan pengambilan data dengan izin yang diberikan oleh kepala
bengkel yang bersangkutan.
b. Wawancara yaitu disini mahasiswa yang bersangkutan melakukan
pendekatan dengan mekanik bengkel dan berkonsultasi dengan
pembimbing untuk mendapatkan data dan perhitungan yang dibutuhkan.
c. Buku referensi, diambil dari berbagai buku yang menyangkut elemen
mesin I, II dan III juga dari buku mengenai transmisi.
d. Bahan perkuliahan elemen mesin I, II dan III
Selain metode diatas yang digunakan penulis, penulis juga melakukan
pendekatan terhadap senior yang telah menyelesaikan tugas perancangan
transmisi ini. Sehingga dalam perancangan ini peran dari teman-teman
sangat membantu.
1.5.SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini membahas latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan,
metodologi perencanaan dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini membahas teori dasar, macam-macam transmisi yang
dirancang dan persamaan-persamaan yang menyangkut perhitungan
perancangan.
Bab III Perancangan Transmisi Sabuk V
Pada bab ini membahas tentang perancangan dan perhitungan-perhitungan
transmisi pada roda gigi yang akan dirancang.
Bab IV Hasil dan pembahasan
Pada bab ini dicantumkan berbagai macam tabel yang menyangkut roda
gigi dan bentuk roda gigi serta perencanaannya.
Bab V Kesimpulan dan saran
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai
rancangan transmisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada CVT terdapat 2 buah puli, yaitu puli primer (depan) dan puli
sekunder (belakang). Antara puli primer dan sekunder dihubungkan oleh sabuk
(v-belt).
- Puli sekunder
Pada putaran ini motor sudah menyala tetapi roda belum berputar. Pada
saat ini putaran mesin masih rendah, Gaya centrifugal clutch carrier lebih kecil
dari gaya per penarik. Sehingga sepatu (kanvas centrifugal) belum mengembang
/ tidak cukup tenaga menggerakan rumah kopling. Alhasil roda belum berputar
Secara teknis, roda bergigi konvensional dalam CVT diganti dengan dua
mangkok/drum yang ukurannya dapat berubah, dan selembar sabuk baja (steel
drive belt). Pergerakan sabuk baja ini dibentuk oleh setiap mangkok/drum.
Diameter dari setiap mangkok/drum diatur oleh sebuah komputer transmisi yang
menambah atau mengurangi tekanan minyak ke dalam setiap bagian yang
bergerak dari setiap mangkok/drum. Ini adalah rasio rendah (gigi 1). Didalam gigi
tinggi (top gear) tekanan tinggi minyak masuk ke dalam katrol penggerak “drive
pulley”. Diameter mangkok/drum sekarang berputar balik ssehingga katrol
penggerak berputar lebih cepat dari katrol yang bergerak. Di dalam kedua posisi
ini, rasio terendah dan tertinggi, komputer transmisi membantu menyeimbangkan
tekanan minyak ke setiap mangkok/drum dan ini menghasilkan rasio yang tepat
ke kondisi jalanan dan posisi akselerasi berkendaraan.
2.4. BANTALAN
Bearing dapat diklasifikasikan berdasarkan gerakan yang diijinkan oleh
desain bearing itu sendiri, berdasarkan prinsip kerjanya, dan juga berdasarkan
gaya atau jenis beban yang dapat ia tahan. Berikut adalah macam-macam bearing
dilihat dari berbagai aspek:
1. Jika berdasarkan gesekan yang terjadi pada bearing, maka bearing
terbagi menjadi dua jenis yakni:
Anti-friction bearing : yaitu bearing yang tidak akan menimbulkan
gesekan. Contoh: roller dan ball bearing
Friction bearing : yakni bearing kerjanya dapat menimbulkan
gesekan. Contoh: bush dan plain bearing.
2. Jika dilihat dari beban yang ditahan oleh bearing, maka berikut adalah
jenis-jenisnya:
Journal Bearing: adalah bearing yang didesain untuk menahan
beban yang tegak lurus terhadap sumbu shaft horisontal.
Foot step atau pivot bearing: adalah bearing yang didesain pada
poros vertikal untuk menahan beban yang paralel terhadap sumbu
poros tersebut.
Thrust bearing: adalah bearing yang didesain untuk menahan
beban horisontal yang paralel dengan sumbu poros horisontal.
diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum dan
rol bulat.
2. Atas Dasar Arah beban dan poros
Bantalan Radial, arah bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros
Bantalan radial, bantalan ini sejajar dengan sumbu poros Bantalan
gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpi beban yang arahnya sejajar
dan tegak lurus sumbu poros.
2.5. POROS
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
2.5.1. MACAM-MACAM POROS
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya
sebagai berikut:
Poros transmisi
Poros macam ini mendapat beban punter murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan pada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk, atau sprocket rantai, dll.
Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan
bentuk serta ukurannya harus teliti.
Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang,
dimana tidak terdapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh
berputar, disebut gandar. Gandar disini hanya mendapat beban lentur,
kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami
beban puntir juga.
Menurut bentuknya poros dapat digolongkan atas poros lurus
umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dll. Poros
luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi perubah
arah, dan lain-lain.
2.5.2. HAL-HAL PENTING DALAM PERENCANAAN POROS
Untuk merencanakan sebuah poros, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
Kekuatan poros
Suatu poros tranmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur
atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat
beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin.
Kelelahan maupun tumbukan serta pengaruh kosentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus
diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup untuk
menahan beban seperti diatas.
Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tinggi
tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan
mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran serta suara pada bagian
elemen mesin. Karena itu disamping kekuatan poros, kekakuannya juga
Tabel 2.2. Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang di
dinginkan
Kekuatan
Standar dan Perlakuan
Lambang Tarik Keterangan
Macam Panas
(Kg/mm2)
S30 Penormalan 48
S35 - 52
Baja Karbon
S40 - 55
Konstruksi Mesin
S45 - 58
(JIS G 4501)
S50 - 62
S55 - 66
SNC 2 - 85
SNC 3 - 95
Pengerasan
Baja Khrom Nikel SNC 21 80
kulit
Pengerasan
SNC 22 100
kulit
SNCM 8 - 105
SNCM Pengerasan
90
22 kulit
SNCM Pengerasan
100
23 kulit
SNCM Pengerasan
120
25 kulit
SCr 3 - 90
SCr 4 - 95
SCr 5 - 100
Baja Khrom
Pengerasan
(JIS G 4104) SCr 21 80
kulit
Pengerasan
SCr 23 85
kulit
SCM 2 - 85
SCM 3 - 95
SCM 4 - 100
SCM 5 - 105
Baja Khrom
Pengerasan
Molibden SCM 21 85
kulit
(JIS G 4105)
Pengerasan
SCM 22 95
kulit
Pengerasan
SCM 23 100
kulit
SFA
A
Kelas 55A
Poros pengikut 28 55
1 SFA
B Penormalan
55B
ataucelup dingin
SFA
A dan pelunakan
60A
30 60
SFA
B
60B
SFA
A Gandar yang
65A Celup dingin dan
digerakan dan 35 65
SFA pelunakan
B poros pengikut
65A
SFA
A Celup dingin dan
QA
pelunakan pada 30 60
SFA
B bagian tertentu
QB
Catatan : A= 0,035% P atau kurang B= 0,045% P atau kurang
0,040% S atau kurang 0.045% S atau kurang
Sf 40,45
Baja tempa ASTM A105=73
50,55
SNC BS 653M31
Baja nikel khrom
SNC 22 BS En36
SNCM 2 BS 830M31
SNCM 25 BS En39B
Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan
0,735 untuk mendapatkan daya dalam kW.
Jika momen puntir (disebut juga sebagai momen rencana) adalah T
(Kg.mm) maka :
(T / 1000 )( 2N / 60 )
Pd (2.10)
102
Sehingga
Pd
T 9,74 x10 5 (2.11)
N
dimana : T = momen rencana disebut juga momen puntir (kg.mm)
n1 = putaran poros (rpm)
Bila momen rencana T (Kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros
ds (mm), maka tegangan geser (Kg/mm2) yang terjadi adalah
T 5,1T
(2.12)
( ds / 16 )
3
ds 3
filet pada tangga poros. Harga faktor konsentrasi tegangan untuk alur pasak
dan untuk poros bertangga dapat diperoleh dengan diagram R.E.Peterson
(gambar 2.2, 2.3). Bila atau dibandingkan dengan faktor keamanan Sf2 untuk
kosentrasi tegangan pada poros bertangga atau alur pasak yang ditaksir terdahulu,
maka atau sering kali menghasilkan diameter poros yang lebih besar. Lakukan
koreksi pada Sf2 yang ditaksir sebelumnya untuk konsentrasi tegangan, dengan
mengambil a . Sf2 /( atau ) sebagai tegangan yang diizinkan yang dikoreksi.
Bandingkan harga ini dengan . Cb.Kt dari tegangan geser yang dihitung atas
dasar poros tanpa alur pasak, faktor lenturan Cb, dan faktor koreksi tumbukan Kt,
dan tentukan masing-masing harganya jika hasil yang terdahulu lebih besar, serta
lakukan penyesuaian jika lebih kecil.
2 4 2
max (2.15)
2
Beban yang bekerja pada poros pada umumnya adalah beban berulang.
Jika poros tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya besar maka
kejutan berat akan terjadi pada saat mulai atau sedang berputar.
Diagram aliran untuk memilih sabuk-V dan Poros dalam skema diagram dibawah
ini:
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1.SPESIFIKASI
Dimensi P x L x T : 1859 mm x 676 mm x 1053 mm
Jarak sumbu roda : 1240 mm
Berat kosong : 89.3 kg
Volume silinder : 110 cc
Diameter x Langkah : 50 x 55 mm
Perbandingan Kompresi : 9.2: 1
Torsi maksimum : 0,85 kgf.m / 5500 rpm
Daya maksimum : 8.22 PS / 8000 rpm
Ban depan Lebar : 70 mm
Aspect ratio : 90 mm
Ban belakang Lebar : 80 mm
Aspect ratio : 90 mm
Transmisi : V-belt otomatis
Perbandingan reduksi primary 47/15 (3,133)
Perbandingan reduksi secondary 42/13 (3,321)
Bahan pinion AISI Type 4340 Normalized
3.2.SABUK-V
3.2.1. PERENCANAAN SABUK-V
Data untuk sabuk:
Daya yang ditransmisikan P: 8,22 PS = 6,041 KW
N1 = 8000 rpm (putaran puli penggerak)
N2 = 2500 rpm (putaran puli yang digerakkan)
Jarak sumbu poros C = 250 mm
Perhitungan sabuk-V:
N 8000rpm
Perbandingan putaran (i) = N1 = = 3,2
2 2500rpm
8,457
= 9,74.105 kg.mm . 8000
= 1029,63 kg.mm
P
T2 = 9,74.105 kg.mm . Nd
2
8,573
= 9,74.105 kg.mm . 2500
= 3340,04 kg.mm
= 217 mm
Kecepatan linier sabuk-V (v)
dp .N1 65.8000
v = 60.1000 = 60.1000
= 8,66 m/s
Tegangan geser yang diijinkan (𝜏𝑏 ijin) untuk puli
S
𝜏𝑏 = r.l
dengan : r = 74/2 = 37 mm
l = 20 mm
P 6124w
S= = 8,66 m⁄ = 707,15 N .9,8 m⁄s 2 = 6930,16 kg
v s
6930,16
𝜏𝑏 = = 186,29 kg⁄mm2 .
37.20
Bahan puli yang direncanakan dilihat dari tabel pada lampiran. Maka
didapat bahan yang cocok dipakai untuk puli adalah Baja Karbon Konstruksi
Mesin (JIS G 4501) S 30 C, dengan 𝜏𝑏 ijin adalah 48 kg/mm2.
Panjang keliling sabuk-V (L)
π 1
L = 2. C + (dp + Dp ) + (Dp − dp )2
2 4.C
3,14 1
= 2 . 250 + (65 + 208) + (208 − 65)2
2 4.250
Maka tipe sabuk-V yang direncanakan adalah sabuk-V tipe A No.38,
dengan diameter luar puli penggerak 74 mm, dan luar diameter puli yang
digerakkan 217 mm
3.3.BANTALAN
3.3.1. PERENCANAAN BANTALAN
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban
sehingga putaran atau gerakan bolak-balik bekerja secara halus dan aman.
Bentalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros dan bagian-bagian
lainnya bekerja dengan baik.
Pada perencanaan ini dipakai bantalan pada ujung poros. Bantalan
tersebut diharapkan dapat menahan dan menjaga beban radial dan sedikit
beban aksial.
Berdasarkan besarnya diameter poros yaitu 20 mm, maka pada
perencanaan bantalan dipilih standar JIS 6024 untuk bantalan bola
glinding.
Data bantalan: (Sularso hal 143)
Kapasitas nominal bantalan dinamis (C) = 1000 kg
Kapasitas nominal statis (CO) = 635 kg
Diameter lubang (d) = 20 mm
Diameter luar (D) = 47 mm
Lebar cincin (B) = 14 mm
Jari-jari fillet (r) = 1,5 mm
Putaran transmisi = 7500rpm
Daya pada bantalan = 9.32 KW
Ra Rb
MB = 0
RA . L – WP . L/2 – WC . 15 = 0
120 RA – 3.485(60) – (1) (15) = 0
RA =1.867 kg
FY = 0
RA + RB – W P – W C = 0
RB = WP + WC - RA
= 3.485+ 1 – 0,13
= 2.617 kg
Dimana:
A = Bantalan radial A
B = Bantalan radial B
C = Kopling
Q = Beban terbagi rata untuk poros
WP 3.485
= = 2.904 kg / mm
L 0,12
= 20,62 kg
Dimana:
P: daya yang bekerja = 9,36 Kw
3. Besarnya beban ekivalen dinamis :
Pr = x. v. Fr + y. Fa (Sularso hal 135)
= 1. 1. (20,62) + 0
= 20,62 kg
Dimana:
Fr = beban radial = 20,62 kg
Fa = beban aksial = 0
x = faktor beban radial
=1 (Sularso hal 135)
y = faktor beban aksial = 0
v = pembebanan pada cincin dalam yang berputar
=1
b. Perhitungan umur bantalan
1. Untuk bantalan gelinding.
A. faktor keamanan:
fn = (33,3/n)1/3 (Sularso hal 136)
= (33,3/7500)1/3 = 0,16
Dimana:
n = putaran transmisi = 7500 rpm
faktor umur :
fh = fn . C/P (Sularso hal 135)
= (0,16).1000/20,62
= 8.1161
Dimana:
C = kapasitas nominal dinamis = 1000 kg
umur nominal bantalan :
Ln = 500 fh3 (Sularso hal 136)
= 500. (8.1161)3
= 267308.7 jam
Keandalan umur bantalan, jika mengambil 99 % :
Ln = a1. a2. a3. Lh (Sularso hal 136)
= (0,21). 1. 1 (267308.7)
= 56134.8 jam
Dimana:
a1 = faktor keandalan 99%
= 0,21 (tabel 4.10 Lit 1 hal 137)
a2 = faktor bahan
= 1 (baja dicairkan secara terbuka)
a3 = faktor kerja = 1 (kondisi kerja normal)
Jika dalam satu hari bekerja selama 15 jam, maka umur bantalan
tersebut:
56134 .8
Lb =
15 365
= 10.52 tahun
Jadi, bantalan dapat diganti sekitar 8,75 tahun sekali.
2. Untuk bantalan pada batang pengangkat digunakan bantalan
dengan standar JIS 600 dengan data :
Kapasitas normal dinamis (C) = 360 kg (Sularso hal 143)
Kapasitas normal statis (CO) = 196 kg
Diameter lubang (d) = 10 mm
Diameter luar (D) = 26 mm
Lebar cincin (B) = 8 mm
Jari-jari fillet (l) = 0,5 mm
Dalam hal ini untuk bantalan tersebut:
Beban radial yang bekerja (Fr) = 20,62 kg
Beban ekivalen dinamis (Pr) =20,62 kg
Faktor keamanan:
fn = (33,3/n)1/3 (Sularso hal.136)
= (33,3/7500)1/3
= 0,16
Dimana:
n = putaran transmisi = 7500 rpm
Faktor umur :
fh = fn. C/Fr (Sularso hal 135)
= (0,16). 360 //20,62
= 2,96
Dimana:
C = kapasitas nominal dinamis = 360 kg
Umur nominal bantalan :
Lh = 500 fh3 (Sularso hal 136)
= 500 . (2,96)3
= 12483,13 jam
Keandalan umur bantalan jika mengambil 99 %
Ln = a1. a2. a3. Lh (Sularso hal 136)
= (0,21). 1. 1. (12483,13)
= 2621,45 jam
Dimana:
a1 = faktor keandalan = 0,21
a2 = faktor bahan =1
a3 = faktor kerja =1
jika dalam satu hari berkerja selama 15 jam, maka umur bantalan
tersebut :
2621 , 45
Lb =
15 365
= 0,47 tahun
Jadi, bantalan tersebut dapat diganti sekitar 0,49 tahun sekali.
3.3. POROS
3.3.1. PERENCANAAN POROS
Data untuk poros :
P = 8,22 PS = 6,041 KW
N1 = 800 rpm
1. Perhitungan Poros
Faktor koreksi daya yang akan direncanakan (fc)
Fc = 1,2 (untuk daya normal)
Daya rencana (Pd)
Pd = fc . P
= 1,2 . 6,041
= 7,249 KW
Momen Rencana (T)
P
T = 9,74.105 kg.mm . Nd
1
7,249
= 9,74.105 kg.mm . 800
= 8,825 kg.mm
Bahan poros yang diambil, dilihat dari tabel. Baja paduan untuk poros,
pada lampiran adalah Baja Khrom Nikel Molibden (JIS G 4103) SNCM 25.
b ijin = 120 kg/mm2
Sf1 = 6,0 (harga 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja paduan)
Sf2 = 2,0 (untuk pengaruh-pengaruh lainnya)
Tegangan geser yang diijinkan (a)
σb
τa = Sf
1 .Sf2
120
= 6.2
= 10 kg/mm2
Diameter Poros (ds)
1/ 3
5,1
ds K t C b T
a
dimana : Kt = 1,0 (faktor koreksi untuk momen puntir)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. SULARSO dan SUGA .Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen mesin, Pt.
PRADNYA PRATAMA,Jakarta
2. Umar Sukrisno, bagian-bagian mesin dan perencanaan, Erlangga, Jakarta
pusat
3. Wiranto Arismunandar, Penggerak mula, Erlangga, Jakarta pusat.
4. Kros. C. Ir Stock. J. Elemen Mesin, Penerbit Erlangga, 1993.
250
200
150
100
50
0
-100 0 100 200 300 400 500
-50
-100
-150
i Check lines:7.5;
ii Informace
Project information
o projektu
? Input sectinon
1.0 Preliminary shaft diameter design
1.1 Calculation units
1.2 Transmitted power 7,43 [kW] 1.6 Type of shaft load
1.3 Shaft speed 8000 [/min]
1.4 Torsion moment 8,87 [Nm] 1.7 Material of the shaft
1.5 Preliminary min. diameter 17,05 [mm]
2.0 Shaft shape and dimensions
2.1 The scale of the displayed shaft diameter. Calculation units
50
40
30
20
10
0
-20 -10 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
-20
-30
-40
-50
2.2 Table 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Origin 0,00 160,00 160,00 160,00 160,00 160,00 160,00 160,00 160,00 160,00
L 160,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
ø Da 25,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
ø Db 25,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
ø da 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
ø db 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
R 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
2.3 Total length of the shaft 160,00 [mm] 2.6 The shaft surface (Roughness Ra)
2.4 X-coordinate of the left support (bearing) Fixed 10,00 [mm]
2.5 X-coordinate of the right support (bearing) Free 160,00 [mm]
3.0 Notches and necking-down on the shaft
3.1 The ultimate tensile strength (Su, Rm) 1175,0 [MPa]
3.2 Notch sensitivity factor (q) 0,8
3.3 A. Transverse hole
X[mm] d[mm] bc bb bt -20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
3.4 B. Necking-down
X[mm] d[mm] r[mm] bc bb bt
0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
3.5 C. General notch
X[mm] b[mm] bc bb bt
0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
0,00 0,00 1,00 1,00 1,00
3.6 D. Rounding between cylindrical sections of the shaft
1 2 3 4 5 6 7 8 9
bc 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
bb 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
bt 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
4.0 Loading of the shaft
-50 0 50 100 150 200 250
7.16 Results for X co-ordinate 174,63 1371,60 1397,00 2095,50 2127,25 2127,25 2127,25 2127,25
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
8.0 Graph - Deflection, Bending angle
9.0 Graph - Bending moment, Bending stress
10.0 Graph - Radial force, Stress in shear
11.0 Graph - Axial force, Torsional moment
12.0 Graph - Torsional angle, Reduced stress, Safety coeficient
13.0 Graphical output, CAD systems
Název výpočtu
Rolling bearings SKF
Pulley Penggerak
Pulley Digerakkan
Poros Penggerak
Poros Digerakkan
250
15
1
0
23
,5
90
17
180
20
30
17,5
15
30
24
14
117,60
229,34
A SECTION A-A
SCALE 1 : 5