Semester Ganjil
Revisi ke 3
Tanggal Pemeriksaan
Tanggal Pengesahan
( ).
Tegangan pembebanan maksimum akibat gaya atau beban maksimum yang
mengenai benda, sangat menentukan sekali bagi keberhasilan material benda untuk
bertahan dari kerusakan. Ia menjadi batasan maksimum bagi kekuatan struktur
material benda untuk bertahan dari pembebanan lebih (diluar kondisi normal). Maka,
untuk menghindari kegagalan material dalam menghadapi pembebanan, besarnya
tegangan pembebanan yang terjadi tidak boleh melebihi kekuatan struktur material (
< ). Pemilihan akan besarnya kekuatan bahan elemen mesin, ditentukan sekali oleh
besarnya tegangan akibat beban maksimum. Dalam perhitungan, besar kekuatan
bahan elemen mesin dinyatakan sebagai tegangan izin bahan atau kekuatan bahan (
).
Faktor keamanan dalam hal ini tentunya adalah sebagai faktor yang harus ditetapkan
perancang untuk menghadapi kemungkinan dari pembebanan maksimum (diluar
kondisi normal) yang akan diterima elemen mesin saat berfungsi.
1. Tegangan Normal
Daripada berbicara tentang gaya internal yang bekerja pada beberapa luasan
elemen yang kecil, lebih baik, untuk tujuan perbandingan, kita memperlakukan gaya
normal yang bekerja pada suatu unit luasan pada penampang melintang. Intensitas
gaya normal per unit luasan disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam unit gaya
per unit luasan, misalnya lb/in 2, atau N/m2. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-
ujung batang sedemikian sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu
tegangan tarik pada batang; jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi
2. Regangan normal
Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-tarik dan
gaya tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada gage
dapat diukur seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial.
Dari nilai-nilai ini, perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan normal
dan diberi simbol dengan , dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan
panjang l dengan panjang gage L, yaitu
l
L
Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak
berdimensi.
Sebagai efek dari kerja gaya dalam struktur material, maka jenis tegangan dan
regangannya tergantung dari jenis gaya yang bekerja, yakni :
Tegangan tarik ( ta) terjadi akibat bekerjanya gaya tarik ( Fta ) pada satuan luas
penampang ( A ) struktur material elemen mesin, sehingga bendanya mengalami
perpanjangan. Rasio/perbandingan antara perpanjangan yang terjadi ( L )
ta = Fta / A dan ta = L / L
Gambar :
Fta Fta
ta ta
Tegangan tekan ( te ) terjadi akibat kerja suatu gaya tekan ( Fte ) pada satuan luas
penampang ( A ) struktur material elemen mesin, sehingga bendanya mengalami
perpendekan. Rasio/perbandingan antara perpendekan yang terjadi ( L ) terhadap
te = Fte / A dan te = L / L
Gambar :
Fta Fta
te te
1. Suatu plat penutup diikat pada setiap ujungnya oleh empat buah baut,
berdiameter 20 mm. Plat tersebut duduk pada ring berdiameter dalam 22 mm dan
diameter luar 50 mm. Ring tembaga yang ditempatkan diantara kepala baut dan
plat memiliki diameter dalam 22 mm dan diameter luar 44 mm. Jika plat harus
menahan beban sebesar 12 ton, hitunglah tegangan yang terjadi pada ring bawah
sebelum baut dikencangkan. Bagaimana dengan tegangan yang terjadi pada ring
atas dan bawah, setelah baut dikencangkan sehingga menghasilkan tarikan
sebesar 500 kg pada setiap baut.
Jawab :
Diketahui : F = 12 ton
d rb = 22 mm
D rb = 50 mm
Ft = 500 kg
d ra = 22 mm
D ra = 44 mm
D b = 20 mm
Maka :
a. Luas penampang ring bawah : A rb = . (D rb2 - d rb2 ) = . ( 50 2 20 2 )
4 4
= 1583 mm 2
b. Luas penampang ring atas : A ra = . (D ra2 - d ra2 ) = . ( 44 2 20 2 )
4 4
= 1140 mm 2
12000
c. Beban yang diterima setiap baut : F1 = = 3000 kg
4
Jawab :
Diketahui : D b = 18 mm b = 10 N/mm 2
d tt = 24 mm t = 1,5 mm
D tt = 40 mm
Maka :
a. Luas penampang batang baut : Ab = . D b2 = . 18 2 = 81 mm 2
4 4
b. Luas penampang tabung tembaga : A tt = . (D tt 2 - d tt 2 )
4
= . ( 40 2 24 2 )
4
= 256 mm 2
10x81
tt = = 3,16 N/mm2
256
- Luas penampang yang tersisa : A tt.s = . (D tt.s 2 - d tt 2 )
4
= . ( 37 2 24 2 )
4
= 198,3 mm 2
F
tegangan yang terjadi sebelumnya, karena : = . Dengan demikian
A
dari besarnya :
Gaya tekan pada bagian tabung yang dibubut = gaya tekan pada bagian
tabung yang masih utuh = gaya tarik pada batang baut
A tt.b . tt.b = A tt.u . tt.u = A b . b2
81
tt.s = 198,3 . b2 = 0,41 . b2
81
tt.2 = . b2 = 0,32 . b2
256
dengan demikian :
b b2 tt .b tt L tt .2 tt L
x L = x + x
Eb E tt 2 Ett 2
16,32
b2 =
1,73
= 9,43 N/mm2
Soal-soal Latihan :
1.
2.
dimana :
Bidang geser
Fs
(aksi) Fs
(reaksi)
Fs (aksi) s
s
Fs (reaksi)
Contoh Soal :
Jawab :
Pertama kita asumsikan bahwa gaya F terbagi secara sama pada permukaan
a-a dan b-b. Dengan demikian gaya yang bekerja pada bidang a-a atau b-b
adalah 1/2(30 x 103) = 15 x 103 N, dan bekerja pada luasan sebesar 1/4()(10) 2
= 78.6 mm2.
Dengan demikian tegangan geser yang bekerja pada bidang a-a atau b-b
adalah:
1 / 2.F 15 103
192 MPa
A 78.6
Gambar :
a a
F b b F
Terjadi di sepanjang struktur material elemen mesin yang dikenai momen puntir
(MP) atau torsi ( T ), akibat fungsinya dalam meneruskan daya putar ( F ). Besarnya
tegangan yang terjadi (P) akan mencapai maksimum pada sisi terluar benda (dengan
radius r ), terutama pada bagian ujung benda yang dijepit / ditahan (sejarak L dari titik
tumpuan gaya). Sebaliknya, menjadi nol ( 0 ) pada sumbu benda dan pada titik
tumpuan gaya. Hal ini dikarenakan, geseran pada struktur material benda searah radial
(sudut geser ), bertambah besar sesuai dengan pertambahan jarak.
Gambar :
FF
rd
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir Dadang S Peramana, M.Si T 10
dd ELEMEN MESIN
d
F
gr
FF
Fff
Ff
uh
uj
F
P maks.
P = 0
P maks MP = T
= .d4
32
berikut :
T P
Dari : = d
IP
2
T P
= d
.d 4
32 2
T = . P . d 3
16
T
G.
Adalah : =
.d 4 L
32
dl
- IP = . (d l 4 - d d 4 ) , dengan r =
32 2
maka :
dd
T = . P . d l 3 (1 k4 ) , dimana : k =
16 dl
Regangan geser
Suatu garis membujur a-b digambarkan pada permukaan poros tanpa beban.
Setelah suatu momen puntir T dikenakan pada poros, garis a-b bergerak menjadi
a-b seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Sudut , yang diukur dalam radian,
diantara posisi garis akhir dengan garis awal didefinisikan sebagai regangan geser
pada permukaan poros. Definisi yang sama berlaku untuk setiap titik pada batang
poros tersebut.
b
a
b
T T
Modulus elastisitas geser
dimensi untuk G adalah sama dengan dimensi tegangan geser, karena regangan
geser tak berdimensi.
Sudut puntir
Jika suatu poros dengan panjang L dikenai momen puntir T secara konstan
dikeseluruhan panjang poros, maka sudut puntir (angle of twist) yang terbentuk
pada ujung poros dapat dinyatakan dengan :
L
T T
Torsi plastis
Apabila momen puntir yang bekerja baik pada poros pejal maupun poros berlubang
dinaikkan terus, nilai momen puntir mungkin akan mencapai titik lelah geser dari
bahan bagian luar. Ini adalah batas maksimum untuk momen puntir elastis dan
dinyatakan dengan Te. Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan
tercapainya titik-titik lelah pada bahan untuk posisi lapis yang semakin kedalam,
sampai keseluruhan lapisan bahan mencapai titik lelahnya; dan ini menunjukkan
terjadinya momen puntir plastis penuh (fully plastic twisting moment) Tp. Kita tidak
bicarakan tegangan yang lebih besar dari batas titik lelah, karena ini adalah batas
momen puntir yang dapat diberikan oleh poros. Dari hasil beberapa pengujian
diperoleh bahwa Tp = 4/3(Te).