Anda di halaman 1dari 12

Milik Teknik Mesin Universitas Pamulang (untuk kalangan sendiri)

Diktat Kuliah

Elemen Mesin I

Sambungan Las

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik
Universitas Pamulang
2016

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
BAB V
SAMBUNGAN LAS
(WELDING JOINT)
(lanjutan)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa mempunyai pemahaman dan mampu menganalisa,
menghitung , merancang suatu struktur yang yang disambung dengan sistem las.

4.7 Beban eksentris sambungan las


Beban eksentris dapat terjadi pada sambungan las dengan berbagai cara. Ketika tegangan
geser dan tegangan bending secara simultan terjadi pada sambungan, maka tegangan
maksimum menjadi:
Tegangan normal maksimum adalah:
 1
 t (max)  b   b2  4 2 (4 – 11)
2 2
Tegangan geser maksimum adalah:
1
 max   b2  4 2 (4 – 12)
2
dimana σb = Tegangan bending,
τ = Tegangan geser

Gambar 4.14: Beban eksentris

Ada dua kasus beban eksentris sambungan las, yaitu:


Kasus 1:
Perhatikan sambungan tetap T pada salah satu ujungnya dikenai beban eksentris P pada jarak
e seperti pada Gambar 4.14.
misalkan l = Panjang las,
s = Ukuran las,
t = Tebal leher,
Sambungan mendapat dua jenis tegangan:
1. Tegangan geser langsung akibat gaya geser P pada las, dan
2. Tegangan bending akibat momen bending P x e.
Kita tahu bahwa luas leher las adalah:
A = Tebal leher x panjang las
= t.l.2 = 2 t l (untuk double fillet weld)
2016 Elemen Mesin 1 eLearning
07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
= 2x0,707.s.l = 1,414.s.l (t = s.cos45o = 0,707.s)
Tegangan geser pada las adalah:
P P
  (4 – 13)
A 1,41sl
Section modulus dari logam las melalui leher las adalah:
tl 2
Z 2 (untuk kedua sisi las)
6
0,707 sl 2 sl 2
Z 2  (4 – 14)
6 4,242
Momen bending, M = P.e
M 4,242 .P.e
Tegangan bending,  b   (4 – 15)
Z sl 2
Kita tahu bahwa tegangan normal maksimum adalah lihat persamaan (5-11):
 1
 t (max)  b   b2  4 2
2 2
Tegangan geser maksimum adalah lihat persamaan (4-12):
1
 max   b2  4 2
2
Kasus 2:
Ketika sambungan las dibebani secara eksentris seperti pada Gambar 5.15, maka terjadi dua
jenis tegangan berikut ini:
1. Tegangan geser utama, dan
2. Tegangan geser akibat momen puntir.

Gambar 4.15: Sambungan las dibebani secara eksentris

Misalkan P = Beban eksentris,


e = Eksentrisitas yaitu yaitu jarak tegak lurus antara garis aksi beban dan pusat
gravitasi (G) dari fillet.
l = Panjang las,
s = Ukuran las,
t = Tebal leher.
Dua gaya P1 dan P2 adalah didahului pada pusat gravitasi G dari sistem las. Pengaruh beban
P1 = P adalah untuk menghasilkan tegangan geser utama yang diasumsikan seragam
sepanjang las. Pengaruh P2 = P menghasilkan momen puntir sebesar P x e yang memutar
sambungan terhadap pusat gravitasi dari sistem las. Akibat momen puntir menimbulkan
tegangan geser sekunder.
2016 Elemen Mesin 1 eLearning
07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
Kita tahu bahwa tegangan geser utama adalah sama dengan persamaan (5-13)
P P
  (luas leher untuk single fillet weld = t.l = 0,707s.l)
A 1,41sl
Ketika tegangan geser akibat momen puntir (T = P.e) pada beberapa bagian adalah seimbang
untuk jarak radial dari G, sehingga tegangan akibat P.e pada titik A adalah seimbang dengan
AG (r2) dan arahnya memutar ke kanan terhadap AG. Dapat ditulis:
2 
  kons tan
r2 r
2
 r
r2
dimana τ2 adalah tegangan geser pada jarak maksimum (r2) dan τ adalah tegangan geser pada
jarak r.
Perhatikan sebuah bagian kecil dari las yang mempunyai luas dA pada jarak r dari G.
Gaya geser pada bagian kecil ini adalah τ.dA
dan momen puntir dari gaya geser terhadap G adalah:

dT    dA  r  2  dA  r 2
r2
Momen puntir total seluruh luas las adalah:
 
T  P.e   2  r 2  dA  2  r 2  dA
r2 r2
2
T J
r2
dimana J = Momen inersia polar dari luas leher terhadap G.
Tegangan geser akibat momen puntir yaitu tegangan geser sekunder adalah:
T .r P.e.r2
2  2 
J J
Menentukan resultan tegangan, tegangan geser utama dan sekunder adalah kombinasi secara
vektor.
Resultan tegangan geser pada A,
 A   12   22   1 2 cos
dimana θ = sudut antara τ1 dan τ2 , dan
cos θ = r1/r2
Catatan: Momen inersia polar pada luas leher (A) terhadap pusat gravitasi yang diperoleh
dengan teorema sumbu sejajar yaitu:
J = 2[Ixx + Ax2] (double fillet weld)
 Al 2  l2 
J  2  Ax 2   2 A  x 2 
 12  12 
dimana A = luas leher = t.l = 0,707.s.l,
l = panjang las,
x = jarak tegak lurus antara dua sumbu sejajar.

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
Tabel 4.3: Momen inersia polar dan section modulus dari las

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
Contoh 5:
Sambungan las seperti pada Gambar 4.16, menerima beban eksentris 2 kN. Tentukan ukuran
las, jika tegangan geser maksimum dalam las adalah 25 MPa.

Gambar 4.16

Penyelesaian:
Diketahui: P = 2kN = 2000 N ; e = 120 mm ; l = 40 mm ; τmax = 25 MPa = 25 N/mm2.
misalkan s = Ukuran las dalam mm, dan
t = tebal leher las.
Sambungan las pada Gambar 4.16 menerima tegangan geser utama akibat gaya geser P =
2000 N dan tegangan bending akibat momen bending P.e.
Kita tahu bahwa luas leher adalah:
A = 2t.l = 2.0,707.s.l
= 1,414.s.l = 1,414.s.40 = 56,56.s

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
P 2000 354
Tegangan Geser:    N / mm 2 (5 – 13)
A 56,56 s s
Momen bending, M = P.e = 2000x120 = 240x103 N-mm
sl 2 s  40 2
Section Modulus las melalui leher, Z    377 s Nmm3 (5 – 14)
4,242 4,242
M 240  10 3 636,6
Tegangan bending,  b    N / mm 2
Z 377 s s
Kita tahu bahwa tegangan geser maksimum seperti pada persamaan (5-12) adalah:
1
 max   b2  4 2
2
2
1  34,4  320,3
26  636,6 2  4  
2  s  s
320,3
s  12,8 mm
25

Contoh 6:
Sebuah poros pejal berdiameter 50 mm dilas ke plat tipis seperti pada Gambar 5.17. Jika
ukuran las 15 mm, tentukan tegangan geser maksimum dan tegangan normal maksimum
dalam las.

Gambar 4.17

Penyelesaian:
Diketahui: D = 50 mm ; s = 15 mm ; P = 10kN = 10000 N ; e = 200 mm.
Luas leher untuk las fillet melingkar adalah:
A  t  D  0,707 s  D
 0,707  15    50  1666 mm 2
P 10000
Tegangan geser utama:    6 N / mm 2  6 MPa
A 1666
Momen bending M = P.e = 10000. 200 = 2x106 Nmm.
Dari tabel 4.3, untuk las-lasan melingkar kita dapat menentukan section modulus:
tD 2   0,707  15  50 2
Z   20825 mm 3
4 4

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
M 2  10 6
Tegangan bending,  b    96 N / mm 2  96 MPa
Z 20825
• Tegangan normal maksimum
 1
 t (max)  b   b2  4 2
2 2
96 1
 t (max)   96 2  4  6 2  96,4 MPa
2 2
• Tegangan Geser maksimum:
1
 max   b2  4 2
2
1
 96 2  4  6 2  48,4 N / mm 2
2

Contoh 7:
Sebuah balok berpenampang persegi dilas dengan las fillet seperti pada Gambar 4.18.
Tentukan ukuran las, jika tegangan geser yang diijinkan dibatasi 75 MPa.

Gambar 4.18

Penyelesaian:
diketahui: P = 25kN = 25x103 N ; τmax = 75 MPa = 75 N/mm2 ; l = 100 mm ; b = 150 mm; e
= 500 mm
Sambungan las menerima tegangan geser utama dan tegangan bending. Luas leher untuk las
fillet persegi adalah:
A = t(2l + 2b)= 0,707s(2l + 2b)
= 0,707s(2x50 + 2x100)=353,5 s mm2
P 25  10 3 70,72
Tegangan geser utama adalah:    N / mm 2
A 353,5s s
Tegangan bending adalah: M = P.e = 25x10 x500 = 12,5x106 Nmm.
3

Dari tabel 5.3 untuk bagian las persegi, section modulus adalah:
 b2   150 2 
Z  t  bl    0,707 s150  100    15907 ,5s mm3
 3   3 
M 125  10 6 785,8
Tegangan bending adalah: b    N / mm 2
Z 15907 ,5s s
Tegangan geser maksimum adalah:

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
1
 max   b2  4 2
2
2 2
1  785,8   70,72  399,2
75     4   N / mm 2
2  s   s  s
s = 399,2/75 = 5,32 mm (s = ukuran las)

Contoh 8:
Sebuah plat baja persegi dilas seperti cantilever ke kolom vertikal dan mendukung beban P
seperti pada Gambar 4.19. Tentukan ukuran las jika tegangan geser tidak melebihi 140 MPa.

Gambar 4.19

Penyelesaian:
Diketahui: P = 60 kN = 60x103 N ; b = 100 mm ; l = 50 mm ; τ = 140 MPa = 140 N/mm2
Pertama menentukan pusat gravitasi sistem las seperti pada Gambar 5.19 (b). Dari tabel 5.3,
kita dapat menentukan
l2 50 2
x   12,5 mm
2l  b 2  50  100
dan momen inersia polar untuk luas leher sistem las terhadap G adalah:
 (b  2l ) 3 l 2 (b  l ) 2 
J  t  
 12 b  2l 
 (100  2  50) 3 50 2 (100  50) 2 
 0,707 s     275  10 s mm
s 4

 12 100  2  50 
Jarak beban dari pusat gravitasi (G) yaitu eksentrisitas adalah:
e  150  50  12,5  187,5 mm
r1  BG  50  x  50  12,5  37,5 mm
AB  100 / 2  50 mm
Radius maksimum dari las adalah:
r2  AB 2  BG 2  50 2  37,5 2  62,5 mm
cos θ = r1/r2 = 37,5/62,5 =0,6
Luas leher sistem las adalah:
A = 2 x 0,707s x l + 0,707s x b = 0,707s(2l + b)
= 0,707s(2x50 + 100)=141,4 s mm2
Tegangan geser utama adalah:

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
P 6  10 3 424
1    N / mm 2
A 141,4 s s
dan tegangan geser akibat momen puntir atau tegangan geser sekunder adalah:
P.e.r 2 6  10 3  187 ,5  62,5 2557
2    N / mm 2
J 275  10 3 s s
Resultan tegangan geser adalah:
   1 2   2 2  2 1 2 cos
2 2
 424   2557  424 2557 2832
140       2   0,6 
 s   s  s s s
s = 2832/140 = 20,33 mm (s = ukuran las)

Latihan:
1. Sebuah plat lebarnya 10A mm dan tebal 1A mm dilas dengan plat lain secara
transverse weld pada ujungnya. Jika plat dikenai beban 7A kN, tentukan ukuran las
untuk beban statis dan beban fatik. Tegangan tarik yang diijinkan tidak melebihi 7A
MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
2. Jika plat pada soal no.1 di atas disambung dengan double fillet dan tegangan geser
tidak melebihi 56 MPa, tentukan panjang las untuk (a) beban statis dan (b) beban
dinamis.
3. Batang baja melingkar berdiameter 5A mm dan panjang 20A mm dilas secara
melingkar ke sebuah plat baja kemudian ujung batang baja dikenai beban 5 kN.
Tentukan ukuran las, dengan asumsi tegangan yang diijinkan dalam las adalah 10A
MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
5,66 M
Petunjuk  b (max) 
sd 2
4. Sebuah poros pejal persegi ukuran 8A mm x 5A mm dilas secara fillet weld 5 mm pada
seluruh sisinya ke plat tipis dengan sumbu tegak lurus ke permukaan plat. Tentukan
torsi maksimum yang dapat diterapkan poros, jika tegangan geser dalam las tidak
melebihi 85 MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang
4,242T
mengerjakan). Petunjuk  max 
sl 2
5. Sebuah plat dilas secara fillet weld dengan tebal t = 10 mm seperti pada Gambar 5.20.
Tentukan Tegangan geser maksimum dalam las, asumsikan setiap las panjangnya 100
mm.
6. Gambar 4.21 menunjukkan sebuah sambunga las yang dikenai beban eksentris 20kN.
Pengelasan hanya satu sisi. Tentukan ukuran las seragam jika tegangan geser yang
diijinkan untuk bahan las adalah 8A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor
terakhir NIM yang mengerjakan).

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
Gambar 4.20 Gambar 4.21
7. Sebuah braket dilas ke sisi tiang (column) dan membawa beban vertikal P seperti
pada Gambar 4.22. Tentukan P jika tegangan geser maksimum pada 10 mm fillet weld
adalah 8A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang
mengerjakan).
8. Sebuah bracket seperti pada Gambar 4.23 membawa beban 40 kN. Hitung ukuran las
jika tegangan geser yang diijinkan 8A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor
terakhir NIM yang mengerjakan).

Gambar 4.22 Gambar 4.23

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id
Daftar Pustaka
1. Khurmi, R.S. J.K. Gupta. A Textbook of Machine Design. S.I. Units. Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd. New Delhi. 2004.
2. Sularso. (2000) Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta : PT.
Pradnya Paramita.
3. Spotts, M.F. (1981) Design of Machine Elements. Fifth Edition. New Delhi :
Prentice-Hall of India Private Limited.
4. Shigly, Joseph Edward. Mechanical Engineering Design. Fifth Edition. Singapore :
McGraw-Hill Book Co. 1989.
5. Achmad Zainuri, ST, M.Eng., Teknik Mesin, Universitas Mataram.
6. Agus Purna Irawan, Teknik Mesin, Universitas Tarumanagara.
7. Achmad Risa Harfit, ST., Teknik Mesin, Universitas Gunadarma.

2016 Elemen Mesin 1 eLearning


07 Staff Pengajar Teknik Mesin Unpam http://www.unpam.ac.id

Anda mungkin juga menyukai