Anda di halaman 1dari 13

ANALISA KEKUATAN PAHAT BUBUT DARI DUA JENIS MATERIAL YANG BERBEDA

Oleh:

Susilo

ABSTRACT

The purpose of strength experiment analysis of lathe chisel is to know strength of lathe chisel. The experiment was done to lathe chisel material that was made in German and China. It used comparative method with experiment. The result of analysis show that chinese lathe chisel with same use, has higher threadbare degree than germany one.

PENDAHULUAN

Mesin bubut yang digunakan untuk pembuatan, pengerjaan logam atau perbaikan tertentu pada suatu komponen mesin, karena begitu banyak macam pengerjaan yang dilakukan oleh mesin bubut dan kebanyakan pengerjaan log am atau pembuatan komponenkomponen mesin hams melalui proses pembubutan yang baik, karena kerja mesin bubut adalah untuk memotong logam dalam bentuk, ukuran dan kualitas perrnukaan yang direncanakan.

Pada proses pengerjaan bubut salah satu komponen yang berpengaruh penting adalah pahat, pahat ini akan menentukan hasil dati pengerjaan yang dilakukan. Kualitas dari pahat hams memenuhi syarat pemotongan / penyayatan, adapun kriteria dari pahat bubut adalah ketajaman dari pahat, sudut kemiringan dari dimensi ujung pahat dan bahan dari pahat. Untuk bahan dari pahat hams melebihi kekuatan dari benda kerja yang dipahat.

Perkembangan dari .mesin bubut sebagai alat produksi (pembentukan logam) sangatlah pesat dan menjadi salah satu alat utama pada setiap perusahaan pemroduksi konstruksi mesin. Sehubungan dengan hal tersebut banyak pula perusahaan yang memproduksi mesin bubut, dari setiap pemroduksi mesin bubut akan mengeluarkan juga komponen-komponen mesin bubut tersebut. Salah satu komponen yang ikut diproduksi oleh perusahaan pembuat mesin bubut adalah pahat. Cina dan Jerman merupakan dua negara besar yang memproduksi pahat bubut, dari kedua negara tersebut memiliki pemasaran yang berbeda sehingga juga membedakan harga dari pahat bubut yang dibuat, tetapi selain hal tersebut yang pasti juga membedakan kekuatan dari pahat bubut yang diproduksi dan pada akhimya terdapat perbedaan pada struktur dari bahan pahat tersebut.

Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menganalisa kekuatan bahan dari masingmasing pahat bubut tersebut. Pengujian yang penulis lakukan adalah dengan pengujian kekerasan yang sehubungan dengan keausan pemakaian, Pengujian tarik yang sehubungan dengan kekuatantarik dari bahan, pengujian kekerasan yang sehubungan dengan tingkat kekersan dari bahan penelitian struktur mikro untuk mengetahui bentuk struktur dari bahan uji. Dari pengujian yang dilakukan akan dianalisa kemudian dapat diketahui kualitas dari masing-masing bahan yang uji.

LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Pustaka

a. Tinjauan Mesin Bubut

Mesin Bubut banyak digunakan untuk pembuatan, pengerjaan logam atau perbaikan tertentu pada suatu komponen suatu mesin karena begitu banyak macam

76

pengerjaan yang dilakukan oleh mesin bubut dan kebanyakan pengerjaan logam atau pembuatan komponen-komponen mesin harus melalui proses pembubutan yang baik, karena kerja mesin bubut adalah untuk memotong logam dalam bentuk, ukuran dan kualitas perrnukaan yang direncanakan.

Proses pembubutan adalah proses perrnesinan dimana perrnukaan benda kerja yang tidak diperLukan akan diraut oleh pahat bubut sehingga didapat permukaan benda kerja dengan dimensi yang sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena selama proses pernbubutan terjadi penyayatan, yaitu saat pahat yang berada pada tool post (dudukan pahat) dinamakan pada benda kerja yang berputar.

Proses pembubutan ini mampu untuk menghasilkan benda kerja dengan bentuk yang silindris, bentuk berlubang, bentuk pasak pada poros, alur pada lubang, hingga proses pernbuatan berbagai macam ulir. Bentuk-bentuk tersebut dihasilkan dengan proses pembubutan, tergantung dari jenis operasi permesinan yang dilakukan dan pahat bubut yang digunakan.

Dalam proses penggunaan mesin bubut komponen yang amat penting adalah pahat. Pahat berfungsi amat perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan pahat, sebagai pisau penyayat untuk proses pernotongan atau pengurangan bahan yang akan dibentuk, oleh sebab itu bahan dari pahat harus benar-benar keras demikian juga dalam pemilihan pahat juga harus disesuaikan dengan bahan yang akan dibentuk, penggunaan bahan pahat yang lebih lunak dari bahan yang akan dibentuk akan menyebabkan pahat patah atau cepat aus, bahkan bisa juga pahat itu sendiri yang terkisis. Salah satu jenis meterial pahat/perkakas potong yang banyak digunakan adalah baja kecepatan tinggi (HSS). Kelebihan HSS diantaranya adalah sifat keuletan yang relatif baik dan apabila telah mengaiami aus dapat diasah kembali sehingga mata potongnya dapat tajam seperti semula.

b. Tinjauan Bahan

Bahan dari pahat bubut tergolong pada kategori baja karbon, sebelum melakukan penelitian dan menganalisa hasil penelitian maka terlebih dahulu harus mengetahui tentang sifat-sifat dari bahan. Besi dan Iogam adalah bahan-bahan industri yang paling banyak dipakai, dimana sebagian ditentukan karena niiai ekonominya, tetapi yang paling penting karena sifat-sifatnya yang beragam, yaitu bahwa bahan tersebut mempunyai berbagai sifat, dad yang paling lunak dan mudah dibuat sarnpai yang paling keras dan tajam.

Pada paduan besi karbon terdapat fasa karbida yang disebut sementit dan juga grafit, grafit cenderung lebih stabil dibanding dengan sementit. Gambar 1. adalah diagram keseimbangan besi karbon (diagram Fe-Fe3C) sebagai bahan dasar dari besi baja. Pada diagram ditunjukkan beberapa titik penting dengan pengertian sebagai berikut:

A : Titik cair besi

B : Titik pada cairan yang ada hubungannya dengan reaksi peritektik

H : Larutan padat (5 yang ada hubungannya dengan peritektik, kelarutan karbon

maksimum adalah 0.10 %

J : Titik Peritektik, selama pendinginan austenit pada kornposisi J, fasa "I

terbentuk dari larutan padat (5 pada komposisi H dan larutan pada komposisi B.

N : Titik transforrnasi dari besi (5 ¢:> besi "I, titik transformasi A4 dari besi mumi

77

C : Titik eutektik, selama pendinginan fasa y dengan komposisi E dan sementit

pada komposisi F (6,67%C) terbentuk dari cairan pada komposisi C. Fasa autektit ini disebut ledeburut.

E : Titik yang menyatakan fasa y, ada hubungannya dengan reaksi eutektik.

Kelarutan maksimum dari karbon 2,14. paduan besi karbon sampai dengan komposisi ini disebut baja.

G : Titik transformasi besi y <:::> besi 11, titik transformasi A3 untuk besi.

P : Titik yang menyatakan ferit, fasa 11, ada hubungannya dengan reaksi

eutektoid. Kelarutan maksimum dari karbon kira-kira 0,02%.

< ""

CI'"

Gambar 1. Diagram keseimbangan besi karbon (Tala. S., 1999: hal 70)

S Titik eutectoid, SeIama pendinginan, ferit pada komposisi P dan sementit

pada komposisi K (sarna dengan F) terbentuk simultan dari austenit pada komposisi S. Reaksi eutectoid ini dinamakan transformasi AI, dan fasa eutektouid 'ini dinamakan perlit,

GS : Garis yang menyatal _.. antara temperature dan komposisi, dimana mulai terbentuk ferit dan auste, __ ., garis ini disebut garis A3.

ES : Garis yang menyatakan hubungan antara temperature dan komposisi; dimana mulai terbentuk sementit dari austenit, dinamakan garis Acm.

A2 Titik transformasi magnetik untuk besi atau ferit.

Ao : Titik transformasi magnetik untuk sementit.

Baja yang berkadar karbon sarna dengan komposisi eutectoid dinamakan baja eutectoid, dan yang berkadar karbon lebihh dad komposisi eutectoid disebut baja hipereutectoid. Gambar 2 menunjukkan struktur mikro baja apabila baja didinginkan berlahan-lahan dari 50° - 1000e di atas garis GS (A3) dan garis SE (Acm) pada gambar 2 pada baja eutectoid transfonnasi terjadi tetap pad a titik S menjadi strukturyang disebut perlit. Pada baja hipoeutectoid terbentuk fasa ferid mendekati besi murni yang komposisinya sarna dengan P dan perlit, sedang pada hipereutectoid terbentuk perlit dan sementit pada batas butir.

78

-cr-: '~' - - .. -Tl.'~1$f-.-

.- J.. -=-c: -...,.,. ..... ~ . -~ - .---

...., • ...:;I.~ .

.-i., .... -.. ~- ..• ,,-~,

~ __. ... _,_~~~ ~

;-":::.. ;::rr;:._'.. J :s::~ - ~%' -~

-~~_~ ....... __ -.1

~ ~";:'-"'"'w..'"'F"- ~.~' ~?~~~'u ~. ~L"J ..: - .

-c-. .. ..r\:~7' :" •. ~~' i". r- ~..",...

·L-· I'·' ." . "."y..,

i..:. .. ""F--- - '~- .:::~- ~ \,

. ". __r/., , '". L . J: . \L... r--.......l. I

:.r.t.~~-.. ... 'ill :'\. -~.....J ---"""....,-L

• ./ '-;,. ... " _t~.A::~'X--',. .. ~' .• - ).....,. . .."..-. T w?-'''_r-">' J(, ...- ·._.".: .... :./-~f· . -.:-:]:25'

. r"- .(; ~ ... .;

- '\,,~ -v , ,=-,-e...~ . - .':'_

__.t')~"- \~: _. '-::: " - .=~ .

Garnbar 2. Struktur mikro baja karbon untuk 0,06% C, besar butir medium (ASTM No.7) x 100

(Tata. 6:, 1999 .. bat 7/)

.......... ~--'~~~~. ~ ... __ .

'- . ,- •. .:J".. ~ • ;. \.;; • .....,

y.: _' "' -_

'.~- I" , __.:...,_:.~ ..

,_. '. ~~...,.

t\.-· ...... ~, ~ _. ~ .. ~ ;.;......-"'*'- -

"V":._ .~:..~ ~.-:

.. ~"-.' c;:::s.--

....- - - ,-~

". • • _.JC....

.._. .: r": .. ~ .. - -_.'

_.~- > .~ . .:.....!.--.<L_~ .

• J -..:..~ ....... r~ .

pC. ••. _..._.,. "'-- •. ~. .;_-

~.~ ~ - .

. . _._-. i"- "". ~ '- .. ~ .

Gambar 3. Struktur mikro baja karbon untuk 0,25% C, baja dinormalkan pada 930°C x 500

tro« s. 1999,' ba171)

Gam bar 4. Struktur mikro baja karbon untuk 0,30% C, baja diaustenitkan pada 930°C ditransformasikan isothermal pada 700°C,

ferit dan perlit kasar x 1000

(Fata, S., 1999: hal 71)

Gambar 5. Struktur mikro ba~a karbon untuk: 0,45% C, baja dinormalkan pada 840 C, ferit dan perl it x 500 (TilUl. S., 1999: Ill/I 71)

79

'\.'~'r. .lJ't'1V" I /.(J/ ,'!./ tt.t i" !'.,'" , .. 'iliJ{/.,I ..... rC'\' ,.,12':1/ 1 ",

:tfi r,i 'r ty.·, '" ,;;i/. •• ~,., .' ) ''-~ ".

\.t· i.' .• ;, t'l -'A......... ":~ .;.,', I ',' I ~

II,· .. \~. ~'.... r- "~i'. " ... ._ .• , t . I

.-/_. "./1' ~ >.17, • .t. f, ~. ,-:;;;. ,r( . i ;

I • 'I~ I ~ • -..... __..,1. i

~J\i :% ,:.r-.;. ... -:::,; !,ij~<j / :

/-~ \\ ',/I/./:1:,,·<t_.... •• 'l /( ;

\ ,,~I .",,, !~~':::" .. .. r , •

t- ~/~'J' ',.,'r '·,/-f.:.,i/,' ," ., .

r.- I; ,,: '~~: ~ ~ • U' .: ; ~ s »

" I 1.-. ~. . .... )., , ,'. ':' I

.. Jo • al I ~.}

} \ '_" .. J."';. At: ... -_.' ... /,/.{.I', ./ i. '

~ • ..-: .. ~ .... r- ",,,'''-. Jt ,. " • ~#; •• ",.':,. """;?-~/:I 1 I • ! '-P':

: ..... J(~ .:. .: ~ .. ~;;.,~ ~'I /:':'.' -' >

~ ~~,.... ~;, ••• ". '," Ii / i '"

, ...... _/ .. ;-~ c .... .11 -

. Gambar 6. Struktur mikro baja karbon untuk 0,80% C, baja diaustenitkan pada 1150DC, didinginkan ditungku x 200 (fata, S., 1999: hal7l)

Gambar 7. Struktur mikro baja karbon untuk 1,0% C, baja dirol panas pada 1050oC, pendinginan udara, matriks perlit,

sementit pada batas butir (garis putih) x 500

(Tata, S., 1999: hal 71)

2. Pengujian dan Evaluasi Bahan

Pengujian sifat mekanis bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis suatu bahan, seperti tegangan (Stress), regangan (Strain), kekuatan (Strength), keuletan (Ductility), ketangguhan (Toughness), dan kekerasan (Hardness),

a. Uji Tarik (Tensile test)

Defonnasi bahan disebabkan oleh beban tarik statik adalah dasar dari pcngujian-pengujian dan studi mengenai kekuatan bahan, halini disebahkan oleh beberapa alasan :

1) Mudah dilakukan

2) Menghasilkan tegangau uniform pada penampang

3) Kebanyakan bahan mempunyai kelemahan untuk menerima beban tegangan tarik yang uniform pada penampang. Evaluasi di bagian aman masih rnungkin

80

Gambar 8. Alat Uji Tarik

Maka dalam pengujian bahan industri, kekuatan adalah paling sering ditentukan oleh penarikan statik, Untuk memberikan evaluasi secara industri terhadap bahan-bahan, setiap negara rnenentukan batang uji sesuai dengan standard yang ada di negara tersebut. Penentuan tersebut tidak dilakukan dalarn penelitian, kecuali karena alas an penggunaan praktis maka batang uji standard industri dapat dipakai,

/'

t

i

Gambar 9. Deformasi disebabkan oleh behan tarik. (Tara, s.. 1999: hal 8)

Pada pengujian tarik benda uji diberi beban tarik yang besarnya secara kontinu dan satu surnbu terhadap benda uji yang diamat; pertambahan beban (P) & pertambahan panjang (Lll). Tegangan (Stress) yang terjadi pada benda uji adalah beban (P) persatuan luas penamnang (Lll) :

81

(J = PmIU (Kg I mm 2) • .. ••• • • . . • • .. • .. • . • • • •• •• . . • . • .. • • . . •••• [1]

A

Dimana :

(J = Tegangan tarikmaksimum (kg/mm/)

Pmax = Beban maksimal (Kg)

A = Luas Penampang (mnr')

Sedangkan pertambahan panjang dinyatakan dengan Regangan yaitu pertambahan panjang dibagi dengan panjang awal pada panjang ukur (gage length) :

M Lf -Lo

e = -= [2]

i, i,

Dimana :

.1.L = Perubahan panjang. (mm)

L, = Panjang awal (mm)

Lf - P anjang akhir (mm)

o = Regangan

Regangan tidak memiliki satuan, akan tetapi dapat dikalikan dengan 100%. Dari hasil pengukuran Tegangan dan Regangan dibuat suatu grafik Tegangan - Regangan, ditunjukan pada Gamhar 10, yang menerangkan kurva tegangan-tegangan teknik dan grafik tegangan regangan sejati,

1"caarH~:ln·t.ctJ3n!).iH\

/ ~~)trll""

,: "'--urs---.._

y V (l~gc mot.) "-

I \.

p l lep, pSUlh

J

,

I

,

I I

l--vori$ Dffset

,

T e~::I-uI)OIn.te!JanG"iln :s~~ar.l

'. I

~ I

(a) Tegangan-regangan teknik

r('g,,"'O{m

(b) Tegangan-regangan sejati

Gambar 10. Kurva tegangan-regangan (Dieter G. E., 1987)

h. Uji Kekerasan (Hardness Test)

Kekerasan adalah ketahanan bahan terhadap deformasi plastis atau deformasi permanent, Pengujian kekerasan ada 3 jenis yaitu :

1. Goresan, untuk mineral dengan menggunakan metode skala Mohs,

2. Lekukan (identasi); benda uji diidentasi atau ditekan dengan identor I penetrator sehingga meninggalkan jejak nilai kekerasan ditentukan oleh besar kecilnya jejak,

3. Pantulan; pengukuran kekerasan dinamik yaitu penumbuk yang dijatuhkan ke permukaan logam dan kekerasan dinyatakan dengan tinggi pantulan, metodenya adalah skeleroskop Shore

Metode pengujian kekerasan terhadap logam yaitu metode identasi yang paling banyak digunakan antara lain :

82

I. Metode Kekerasan Brinell

2. Metode Kekerasan Rockwell

3. Metode Kekerasan Vickers

Gambar 11. Alat Uji Kekerasan Vickers

Metode terse but dengan memberikan identasi pada benda uji, jejak yang terbentuk kemudian diukur luas penampangnya (pada metode Brinell dan Vickers). Nilai kekerasan ditenmkan dengan Beban per luas penampang jejak. Bahan yang memiliki kekerasan tinggi akan rnenghasilkan jejak yang lebih kecil, sedang bahan yang lunak akan menghasilkan jejak yang besar,

1. Metode Brinell

Mengidentasi permukaan Iogam dengan bola baja dengan tekanan tertentu, kemudian diukur diameter dad jejak penetrator tersebut pada logam yang diuji, kekerasan ditentukan dengan pcrsa1naan sbb :

BRN = IT.D.(D _2&- _ d2) (kg,uun1 [3]

Dimana:

BRN == Kekerasan Brlnell (kg/mm')

P = Beban yang diberikan (Kg)

D .'" Diameter penetrator (rum)

d. =Diameter injakan penetrator (mrn)

Ketentuan penggunaan beban dan tebal benda uji

Tabel1 K· n P

eten tan enggunaan e an an e a en a JJ1
I I t D
Bahan I PID2 (mm) (mm)
Ferrous I 30 >6 10
Paduan Non-Fe I ]0 I 3-6 5
Murni Non-Fe i 5 1-3 2,5 B b d T b IE dU"

83

2. Metode Rockwell

Pengujian ini lebih cepat karena nilai kekerasan lang sung dapat dilihat dari meteran pada alat ujinya. Penetrator yang digunakan biasanya dari kerucut intan dengan sudut puncak 120° dan bola baja berdiameter 1/16 dan 1/8 inchi, besar beban yang digunakan 60,100 dan 150 Kg. Tabel 2. memberikan informasi tentang skala dan beban utama pada setiap skala yang ada pada pengujian kekerasan dengan metode Rockwell.

Tabe12. Skala Kekerasan Rockwell

Brinhell Rockwell Rockwell Kekerasan Shore
(Ha) (H"A, HaC superficial Vickers (Hv) mikro (H») (Hv)
etc) (H"A, HaC etc)
Bola baja Kerucut Kerucut intan Piramida intan Jenis Palu intan
10 mm ¢I intan 120°, 120°, Bola sudut bidang Vickers 3 g
Karbida Bola baja baja 1/ berhadapan jenis Knoop
1/16"-1/2" 112" 136° sudut 130°,
172°
500-3,000 Beban mula Beban mula 3 1-120 kg 1-500 g
kg 10 kg kg, b eban tota I
beban total 15,30 dan 45
60,100, kg
150 kg
Beban Dalamnya Dalamnya Beban Beban Tinggi
Luas penekanan penekanan Luas Luas pantulan
penekanan penekanan penekanan 6,5" dari
10" tinggi
pantulan
asal
adalah
100 (Sumber : Surdia. T & Saito. S .. Pengetahuan Bahan Teknik, 1984)

a e ara teristi er agar pengullan e eras an
Skala Penekanan Behan utama Dial
B Bola Baja 1116" 100 Merah
C Intan 150 Hitam
A Intan 60 Hitam
D Intan 100 Hitam
E Bola Baja 1/8" 100 Merah
F Bola Baja 1/16" 60 Merah
G Bola Baja 1116" 150 Merah
H Bola Baj a 1/8" 60 Merah
K Bola Baja 1/8" 150 Merah
L Bola Baja 114" 60 Merah
M Bola Baja 114" 100 Merah
P Bola Baja 114" 150 Merah
R Bola Baja 1116" 60 Merah
S Bola Baja 112" 100 Merah
V Bola Baja 112" 150 Merah T b 13 K k . ik b b

kk

(Sumber : Surdia. T & Saito. S .. Pengetahuan Bahan Teknik. 1984)

3. Metode Vickers

Penetrator yang digunakan adalah piramid intan dengan sudut puncak 136°, kekerasan ditentukan dengan persamaan :

84

2.P sin B /2 I,854.P 2

VHN = 2 "" 2 (kg/mm [4]

D D

Dimana:

VHN = Kekerasan Vickers (kg/mm/)

D = Diagonal jejak rata-rata (mm)

P = Beban yang diberikan (Kg)

Jika dilakukan dengan lebih dari satu pengujian, maka untuk mementukan hasil pengujian :

_ IYHN

VHNrata-rata - L:n . [5]

Dimana:

l:VHN = Jumlah Kekerasan vickers dari setiap pengujian (kg/mm ')

l:n = Banyaknya pengujian yang dilakukan.\

Karena jejak yang dibuat dengan penekanan piramida serupa secara geometris dan tidak terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN tidak tergantung pada beban pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban yang biasa digunakan pada uji vicker, berkisar antara 1 hingga 120 kg, tergantung pada kekerasan logam yang akan diuji. Tabel 1 adalah ringkasan berbagai pengujian kekerasan. Dalam pengujian kekerasan, seperti pada pengujian static lainya, diukur ketahanan terhadap deformasi. Tetapi ukuran penekanan, beban dan ukuran penekanan, derajat pengerasan berbeda. J adi pertama korelasi antara kekerasan yang diperoleh dengan berbagai cara pengujian kekerasan menjadi permasalahan. Tidak ada cara lain kecuali mendapat hubungan terse but secara eksperimen, jadi kekerasan yang diperoleh dengan berbagai cara ditulis sebagai tabel konveksi kekerasan. Tetapi hal yang diutarakan diatas berbeda menurut bahan, oleh karena itu untuk baja dan paduan tembaga perlu memakai tabel yang berlainan, sesuai dengan paduan masingmasing.

Sejumlah data tersedia berkenaan dengan hubungan antara kekerasan dan kekuatan tarik atau kekuatan lelah. Hubungan ini sangat memudahkan pengunaannya untuk mengetahui kekuatan bahan dengan pengujian sederhana dari kekerasan. Tetapi karena hubungan itu memuat banyak faktor variable, perlu hati-hati dalam penggunaan hagi bahan yang sarna jenisnya. Namun demikian jika bahan sul it untuk dilakukan pengujian tarik karen a memiliki sifat keras dan patah langsung mak atuk hasil dari pengujian tarik dapat digunakan rumus hubungan kekerasan dan _t(ekuatan tarik yaitu dengan persamaan sebagai berikut:

IjB = 3,45 x VHNratn-rata [6]

Dimana:

IjB = Kekuatau tarik bahan (Kg/mrn")

VHN = Kekerasan Vickers rata-rata (kg/mm")

c. Struktur Mikro

Pengarnatan terhadap struktur mikro logam akan sangat membantu sekali dalam mengidentifikasikan suatu logam. Karena Iogam terdiri dari struktur atom yang membentuk struktur kristal, dirnana masing-masing kristal akan dengan orientasi yang berbeda. Orientasi yang berbeda dari masing-masing struktur kristal terse but

85

dinamakan butir (Grain) sedang daerah yang membatasi butir disebut batas butir (Grain Boundary). Setiap logam akan memiliki struktur mikro yang berbeda, pengamatan struktur mikro digunakan mikroskop logam.

Sebelum benda uji diamati dengan mikroskop logam, benda uji pada bagian permukaan yang diamati harus benar-benar rata agar dapat memantulkan sinar dengan baik. Benda uji dilakukan pengamplasan dari kasar (240) sampai halus (1200) tergantung dari kekesaran permukaan logam tersebut, Kemudian dipoles dengan bahan pemoles biasanya serbuk aluminium atau bahan pemoles yang mengandung serbuk alumina. Setelah itu dilakukan etsa (dikikis bagian perrnukaannya dengan bahan kirnia) Tujuan etsa adalah mengikis selaput deforrnasi pada pennukaan benda uji, yang terkikis pad a batas butir, bagian batas butir akan tampak dan komponenkomponen tertentu (fasa-fasa) akan tampak,

13at etsa yang digunakan terhadap logam akan berbeda-beda tergantung dad jenis logamnya. Untuk baja karbon dan best cor biasanya digunakan zat elsa Nital yaitu campuran asam nitrat dengan kepekatan 36 % (HN03) dan alkohol dengan perbandingan 1-5 ml HNO. pekat dmgan 99-95 ml Alkohol. Sketsa pengamatan struktur mikro.

Ukuran dan bentuk butir akan sangat dipengaruhi oleh perlakuan termal (heat treatment) terhadap logam tersebut atau perlakuan mekanik pembentukan (metal forming). Besar butir juga akan mepengaruhi kekuatan dari logam tersebut.

Gambar 12. Alat Uji Foto Mikro

KESIMPULAN

Pada bagian akhir penulisan laporan penelitian pahat bubut produksi Jerman dan pahat bubut produksi China ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pahat bubut produksi Jerman rnemiliki kekerasan vickers sebesar 39,334 kg/mrrr', sedangkan pahat bubut produksi China hanya memiliki kekerasan vickers sebesar 37,458 kg/mm '. Jadi pda pahat bubut buatan Jerman memiliki kekerasan lebih tinggi di banding pahat bubut buatan China.

86

Gambar 13. Dapur Etsa

Gambar 14. Bentuk dari benda uji tarik

Bentuk dari benda uji tarik

2. Dart grafik laju penguj ian kekerasan vickersdapat dill hat bahwa bahan pahat bubut Jerman memiliki grafik yang linier disemua ternpat penguj ian, sedang pada pahat bubnt China cenderung berbeda pada area pengujian yang berbeda.

3. Kekuatan tarik dad pahat bubut produksi Jerman Iebih tinggi yaitu 14,9 kg/mrn", sedangkan pahat bubut buatan China memiliki kekuatan tarik lebih rendah yaitu 10,33 kg/mm",

4, Dad hasil foto mikro terlihat hahwa pahat bubut produksi Jerman lebih homogen di banding dengan pahat bubut produksi China.

5. Dad perhitungan prosentase struktur bahan, ternyata bahan pahat bubut produksi Jerman memiliki struktur martensit dan perl it yang lebih tinggi, Hal itu menandakan bahwa pahat bubut buatan Jerman memiliki kekerasan lebih tinggi di banding pahat bubut buatan China.

Dad semua uraian kesimpulan diatas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa dari semua hasil pengujian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pahat bubut produksi Jerman memiliki kualitas teknis yang lehih balk dibanding dengan pahat bubut produksi China.

87

DAFTAR PUS TAKA

Anwir, B.,S. (1953). Tafsir Kamus Teknik, Stem. H. Jakarta: Penerbit Buku Teknik

Budinski, G., dan Budinski., K., 1999, Engineering Material-properties and selection, 6th edition, Prentice Hall International, Inc., New Jersey, USA.

Callister Jr., WD., 1997, Material Science and Engineering An In/ormation, 4th edition, Jhon weley and Sons, New York, USA.

Davis, H.E., Troxell, G.E., Wiskocil, C.T., 1955, The Testing and Inspection 0/ Engineering Materials, Mcgrew-Hill Book company, New York, USA.

Dieter, G., terjemahan oleh Sriati Djeprie, 1987, Met.alurgi Mekanik; Jilid I, edisi ke-tiva, Eriangga, Jakarta.

Nasution, S., dan Thomas, M., 2000, Buku Penuntun Pembuatan Tesis, Skripsi, Disertasi dan Makalah, Cetakan ke-enam, Bumi Aksara, Jakarta.

Samsudin. (1998). Diklat Ilmu Logam. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sumallman, R, E. (1991). Metarulgi Fisik Modern. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sa'ti., S.T-M., 1974, Buku Polyteknik; Cetakan ke-tujuh, Sumur Bandung, Bandung.

Tata, S., (1999). Pengetahuan Bahan Teknik. Cetakan ke-empat. Pradnya paramita. Jakarta.

88

Anda mungkin juga menyukai