PENDAHULUAN
1
ini. Mesin ini dirancang untuk memotong pipa-pipa yang tidak sempurna seperti
retak dan pecah. Selain itu mesin ini dirancang dengan penirus pipa, sehingga
ketika selesai pemotongan pipa langsung kedalam proses penirusan.
Dengan adanya mesin pemotong dan penirus pipa ini diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dari perusahaan tersebut
Mengacu pada tujuan tugas akhir maka yang menjadi pemasalahan yang
hendak dipecahkan adalah :
1. Bagaimana membuat mesin pemotong dan pembuat tirus pada pipa uPVC
yang bekerja dengan baik
2. Berapa besar daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin pemotong
dan pembuat tirus pada pipa uPVC tersebut
3. Bagaimana cara mereduksi putaran motor yang awalnya berkecepatan
1400 [rpm] menjadi 350 [rpm]
1.3.Tujuan
Adapun tujuan penulisan dan pembuatan alat pemotong dan penirus pipa
uPVC ini adalah :
Mesin ini dapat diterapkan untuk memperbaiki pipa yang retak atau pecah
yang terjadi di PT Pralon
Membuat mesin pemotong dan penirus pipa bell end untuk bagian
produksi di PT.Pralon.
2
Untuk membantu karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, kami membatasi masalah sebagai berikut.
a. Kegiatan difokuskan pada membuat mesin pembuat tirus pada pipa uPVC
berdiameter 60 [mm] 110 [mm] dengan ketebalan 5[mm]
b. Perhitungan analisa meliputi perencanaan daya, sabuk,pulley, poros. .
3
1.7. Manfaat
Mesin pemotong dan pembuat tirus pada pipa uPVC mempunyai manfaat
antara lain :
Dapat memperbaiki potongan pipa dan pembuatan tirus yang gagal pada
mesin cutting pipa.
Untuk mempermudah dan mempercepat proses perbaikan pipa yang retak atau
pecah.
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
Hampir di setiap rumah dan perusahaam tentunya mempunyai mesin air atau
pompa air. Pastinya mesin tersebut digunakan untuk menyedot air yang berada
dibawah tanah sehingga bisa dipakai dalam kehidupan sehari hari, tentunya
untuk menghubungkan pompa air dengan air yang berada dibawah tanah yaitu
kita memerlukan pipa. Dan pipa yang paling sering diguanakan biasanya berjenis
pipa Upvc
5
2.2. Komponen Utama Mesin Pemotong dan Pembuat Tirus pada Pipa uPVC
2.2.1. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.
Dalam hal ini dijelaskan poros penerus daya yang dipakai untuk
meneruskan momen dari atau kepada poros.
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau beban puntir dan
lentur. Daya yang ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda
gigi, puli sabuk, atau sproket rantai, dan lainlain.
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama pada mesin
bubut, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat
yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan
bentuk serta ukurannya harus teliti.
c. Gandar
6
kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami
beban puntir juga.
(Sularso, 2008:1)
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur seperti telag diutarakan di atas. Juga
ada poros yang mendapatkan beban tarak atau tekanan seperti poros
baling-baling kapal atau turbin, dll.
2. Kekakuan poros
7
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini
disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor listrik, dll.,
dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagia
lainnya. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga
putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi
8
Tegangan pada poros:
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban
lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil daripada
yang dibayangkan.
Jika suatu kasus dimana daya (P) harus ditransmisikan dan putaran poros
(n1) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya (P)
tersebut.
Jika (P) adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai
macam faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga
koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc maka daya
rencana Pd sebagai patokan adalah
= [] .(Sularso,2008 :7)
9
Tabel 2.2 Faktor-Faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan.
Jika momen puntir (disebut juga momen rencana) adalah T [kg.mm] maka:
21
( )( )
1000 60
= .(Sularso,2008 :7)
102
Sehingga,
= 9,74 105
1
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar.
Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukkan
pengaruh-pengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil faktor yang
dinyatakan sebagai Sf2 dengan harga sebesar 1,3 3,0.
10
Dari hal-hal di atas maka besarnya a dapat dihitung dengan,
= .(Sularso,2008 :7)
1 2
Faktor lenturan Cb dalam perhitungan ini tidak akan dipakai, dan sebagai
gantinya dipergunakan faktor koreksi Km untuk momen lentur yang dihitung.
Pada poros yang berputar dengan pembebanan momen lentur yang tetap,
besarnya faktor Km adalah 1,5. Untuk beban dengan tumbukan ringan Km
terletak antara 1,5 dan 2,0 dan untuk beban dengan tumbukan berat Km
terletak antara 2 dan 3. Kemudian keadaan momen puntir itu sendiri juga
harus ditinjau. Faktor koreksi yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai disini.
Faktor ini dinyatakan dengan Kt, dipilih sebesar 1,0 jika beban dikenakan
secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan 1,5-3,0
jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar.
1
5,1 3
= [( ) ( . )2 + ( . )2 ] .(Sularso,2008 :18)
Sabuk berfungsi sebagai alat yang meneruskan daya dari satu poros ke
porosyang lain melalui dua puli dengan kecepatan rotasi sama maupun
11
berbeda. Sabuk berfungsi sebagai alat yang meneruskan daya dari satu poros
ke porosyang lain melalui dua puli dengan kecepatan rotasi sama maupun
berbeda.
1. Sabuk rata (flat belt) adalah yang paling banyak digunakan dalam pabrik
dan bengkel-bengkel, dimana jumalah tenaga yang dipindahkan tingkat
menengah dari satu pulley lainnya ketika jarak kedua pulley tidak lebih
dari 10 [m].
12
Bagian sabuk yang sedang memelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan yang
terjadi juga bertambah karena pengaruh bentuk bajinya yang akan menghasilkan
transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Adapun bentuk
konstruksi macam-macam penampang sabuk-V yang umum dipakai
Kelebihan :
13
Kekurangan :
(r1 r2) 2
L =( (r1 + r2 ) + 2x + (Khurmi dan Gupta, 1982 :660)
(D1 d2) 2
L = (D1 + d2) +2x +
2 4.
14
Panjang sabuk dinyatakan dengan rumus :
(r1+ r2) 2
L =( (r1 + r2 ) + 2x + (Khurmi dan Gupta, 1982 :661)
Dimana :
L = Panjang sabuk
x = jarak antarpulley
+2 8()2
x= .(Sularso,2008 :170)
8
V= .(Sularso,2008 :166)
60 1000
= (180 + 2) x rad (untuk sabuk silang)
180
15
Rasio kecepatan sabuk gabungan:
Keterangan:
16
Daya (P) = x V ..[HP] .(R.S. Khurmi dan Gupta, 1982 :657)
Dimana :
1 HP = 75 kgm/s
Tarikan sisi kencang (T1) dan tarikan sisi kendur (T2) pada sabuk :
T1
= e cosec .(R.S. Khurmi dan Gupta, 1982 :666)
T2
Dimana :
Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk
mencegah kerusakan alat, pemilihan baut sebagai alat pengikat harus
dilakukan dengan telitu untuk mendapatkan ukuran sesuai.
17
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya yaitu segi enam, soket segi
enam dan kepala persegi. Mur dan baut dapat dibagi sebagai berikut : baut
penjepir baut untuk pemakaian khusus, sekrup mesin dan sekrup penetap.
Mur dan baut digunakan untuk mengikat beberapa komponen, antara lain:
18
c. Beban geser
19
2.2.4 Proses Grinding
- Gerinda abrasive individu memiliki bentuk yang tidak teratur dan tersebar
secara acak di sepanjang pinggiran roda
Proses grinding dapat diamati dengan baik di permukaan grinding secara skematis
yang ditampilkan dalam gambar dibawah ini :.
20
Gambar 2.11 Skema ilustrasi proses grinding permukaan
Dimana C adalah jumlah titik-titik pemotongan per satuan luas pinggiran roda;
umumnya, C diperkirakan berada dalam kisaran 0.1-10 per mmf. R kuantitas rasio
chip untuk rata-rata ketebalan undeformed chip dan memiliki nilai perkiraan biasanya
antara 10 dan 20, d (depth of cut).
P = U x MRR [W]
21
BAB III
METODOLOGI
Mulai
Observasi Lapangan
Studi Literatur
Perancangan
Pembuatan Alat
Pengujian Alat
Laporan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan.
22
3.2. Uraian Diagram Alir Proses Perancangan
3.2.1 Observasi
Pada tahap observasi ini,dilakukan dengan cara melihat dan meninjau cara
pemotongan dan pembuatan tirus pipa uPVC secara konvensional atau
manual dari alat yang telah ada. Hal ini dilakukan guna mengidentifikasi
masalah dan usaha pemecahannya, serta mengumpulkan data data proses
pemotongan dan pembuatan tirus pipa, sehingga dapat dianalisa
kebutuhannya dan dapat menentukan dimensi dari alat yang akan dirancang
Pemilihan konsep bentuk dari mesin pemotong dan pembuat tirus pipa
uPVC. Ada beberapa yang menjadi pertimbangan dalam melakukan
penggalian konsep diantaranya:
1. Mekanisme pemotongan dan penirusan
2. Proses pembuatan dan material yang digunakan
23
1. Rancangan satu:
24
2. Rancangan dua:
25
dengan apa saja yang telah direncanakan. Dalam membuat alat dilakukan
secara manual dan juga ada yang melalui proses permesinan.
Setelah mesin selesai dan dibuat dan telah di uji coba kan, lalu mesin
tersebut berhasil. Maka dilanjutkan dengan pembuatan laporan untuk
mempertanggung jawabkan mengenai hasil mesin yang dibuat.
26
BAB IV
dimana :
w (width of cut) = 1 mm
d (depth of cut) = 5 mm
MRR = v x w x d
= 100 x 1 x 5
= 500 mm3/min
MRR x U
P= 60
500 x 7
P= 60
P = 58.3333 [W]
P = 0.1 [HP]
Keterangan U = energy spesifik aluminium [7 Ws/mm3]
Dipilih motor dengan daya 0.25 [HP] dan putaran 1400 [rpm] dengan
pertimbangan mudah di dapat di pasaran.
27
4.1.2 Perhitungan V-Belt
Panjang Belt
(120 60) 2
L = (120 + 60) +2(170) +
2 4.170
L = 628.037 [mm]
28
Dilihat dari lampiran panjang v-belt standar, nomor nominal V-belt yang
dipakai yaitu no.31 dengan panjang L = 787 [mm]
b = 2(787) - (120+60)
= 1008.5133 [mm]
+2 8()2
Cd = 8
1008.5133+1008.51332 8(12060)2
Cd = 8
x = 250.33 [mm]
21
sin =
60[]30[]
sin = 250.33[]
= 6.88060
= (180 - 2) x
180
= (180 2(6.8806)) x
180
= 2.9014 rad
29
Kecepatan linear belt
v= 60 1000
60[] 700[]
v= 60 1000
v = 4.3982 m/s
42.6
= 0.54 - 152.6+
42.6
= 0.54 - 152.6 + 4.3982
= 0.2657 0.3
(T1 T2) x v
P=
75
P x 75
T1 T2 =
0.25[HP] x 75
T1 T2=
4.3982 [m/s]
T1
= e cosec
T2
T1
= e 0.3 x 2.9014 x cosec 20
T2
T1= 12.7424T2.(ii)
30
11.7424T2 = 4.2631
T2 = 0.3631 [kg]
T1 = 4.6268 [kg]
Besar daya motor yang dipakai (P) = 0,25 [HP] dengan kecepatan putar sebesar
(N) = 1400 [rpm], perbandingan d2 : D1 = 1 : 2 putaran pisau menggunakan rumus
1 2
=
2 1
2 2
N1 = 1
1400 1
N1 = 2
N1 = 700 Rpm
- Besar daya motor yang dipakai (P) = 0,25 [HP] atau sama dengan 0,1864
[kW] dengan kecepatan putar sebesar (N) = 1400 [rpm].dan putaran cutter
sebesar 700 [rpm]
- Daya Rencana
Faktor koreksi motor diambil fc = 1.5 (daya rata-rata yang diperlukan)
Pd = fc x P
= 1.5 x 0,1864 [kW
= 0.2796 [kW]
- Torsi pada motor listrik diketahui putaran motor sebesar 1400 [rpm]
= 9,74105 .
31
0.2796
= 9,74105 . = 194.5217 [. ]
1400
- torsi pada penerus daya diketahui putaran cutter sebesar 700 [rpm],
0.2796
= 9,74 105 . = 389.0434 [. ]
700
Menentukan Momen
32
4Fb+ Fc = 12.475 [kg]
-3Fb = -9.48 [kg]
Fb = 3.16 [kg]
Fb + Fc = 2.995 [kg]
Fc = 2.995 3.16
Fc = - 0.165 [kg]
Momen vertical pada titik B dan C
Mbv = Fa x 50
= 2.495 x 50
= 124.7 [kgmm]
Mcv = Fd x 50
= 0.5 x 50
= 25 [kgmm]
- Gambar gaya yang bekerja:
33
Kekuatan tarik untuk bahan ST 37 adalah sebesar 37 [kg/mm2], dan besar
Sf1 = 6 (untuk bahan S-C) dan Sf2 = 1,3 3,0 (diambil 1,3 untuk beban
dikenakan tumbukan ringan).
37
= = = 4,7436 [ ]
1 . 2 6 . 1,3 2
1
5,1 3
= [( ) ( . )2 + ( . )2 ]
1
5,1 3
= [( ) (1.75 216.07)2 + (1.25 389.0434)2 ]
4,74
ds = 8.7189 [mm]
dimana : l1 = 10 mm l = 70 mm
l2 = 110 mm
34
Akibat Geser Langsung :
w = T1 cos 30o + T2 cos 30o
Ws =
4.3214
Ws =
4
Ws = 1.0804 [kg]
Tarik akibat momen :
WxL
Wtm = x l2
2(12 + 22 )
4.3214 x 70
Wtm = x 110
2(102 + 1102 )
Geser ekuivalen :
Wse = 2 + 2
Tarik ekuivalen :
1
Wte = (Wtm + 2 + 2 )
2
1
Wte = (1.3636 + 1.36362 + 1.08042 )
2
35
t ijin =
37 [ )
2
t ijin =
4
g =
2
9.25
g =
2
g = 4.625 [kg/mm2]
Ukuran baut :
4
dc =
4 1.7397
dc =
4.625
dc = 0.7 [mm] = M 1
4
dc =
4 1.5517
dc =
9.25
Untuk keserasian dengan lubang pada motor listrik, maka baut pengikat yang dipakai
adalah M 8 dengan dc = 6.466 [mm]
36
4.2 Perhitungan Rangka
Ulir dengan bahan ST42 dengan panjang 700 [mm] dan diameter 24 [mm] (
sebanyak 1 buah)
V = . r2 .t
= 316672,54 [mm3]
M = st42.v
= 2,486 [kg]
M = (st42.v) . 2
= 4,01 [kg]
= 8,02 [kg]
37
V= ( . R2 .t)Besar - ( . r2 . t)Kecil
= (. (37,5 [mm])2. 50 [mm]) - (. (25 [mm])2. 50 [mm])
= 122.718,463 [mm3]
M = (st42. v) . 2
= 1,926 [kg]
M = (st42. v)
= 106.028,7521 [mm3]
M = st42. v
= 0,8324 [kg]
38
Perhitungan rangka belakang
= 0.8324 [kg] + 2.486 [kg] + 0.19 [kg] + 9 [kg] + 9 [kg] + 1.926 [kg] + 4.01 [kg]
Ma = 0
375
Fa = Fb = 750
27.4444 375
= = 13.7222 [kg]
750
39
Gambar 4.7 Tahanan Bengkok
b = Mb / Wb
2
= (. + )
6
802
= 3 (4080 + )
6
= 12800 mm3
Mb = 27.4444 x 375
= 10291.65 [kg.mm]
b = Mb / Wb
b = 10291.65 / 12800
= 0.804 [kg/mm2]
ijin ST42=
42 [ ]
2
= 4
= 10.5 [kg/mm2]
Jadi ijin > b sehingga bahan ST42 yang digunakan untuk rangka belakang aman.
Ulir dengan bahan ST42 dengan panjang 600 [mm] dan diameter 24 [mm] (
sebanyak 1 buah)
40
V = . r2 .t
= 271.433,6053 [mm3]
M = st42. v
= 2,1310[kg]
M = (st42. v) . 2
= 4,01 [kg]
= 8,02 [kg]
M = (st42. v) . 2
= 1,926 [kg]
41
Bushing ulir dengan ddalam = 24 [mm], dluar = 40 [mm] dan t = 30 [mm] (
sebanyak 1 buah)
V= ( . (R2 r2)). t
= ( .(20 [mm])2 (12 [mm])2)). 30 [mm]
= 24.127,431[mm3]
M = (st42. v)
= 70.685,8347 [mm3]
M = st42. v
= 0,5550 [kg]
Perhitungan rangka
depan
42
= 0.5550 [kg] + 2.1310 [kg] + 0.19 [kg] + 1.926 [kg] + 4.01 [kg]
= 8.812 [kg]
Ma = 0
375
Fc = Fd = 750
8.812 375
= = 4.406 [kg]
750
b = Mb / Wb
2
= (. + )
6
802
= 3 (4080 + )
6
= 12800 mm3
43
Mb = 8.812 x 375
= 3304.5 [kg.mm]
b = Mb / Wb
b = 3304.5 / 12800
= 0.2582 [kg/mm2]
ijin ST42=
42 [ ]
2
= 4
= 10.5 [kg/mm2]
Jadi ijin > b sehingga bahan ST42 yang digunakan untuk rangka depan aman.
Me = 0
44
(13.7222 x 200) + (4.406 x 550)
Fg = 1000
Fg = 5.1677 [kg]
F=0
Fa + Fc Fe Fg = 0
Fe = Fa + Fc - Fg
Fe = 12.9605 [kg]
b = Mb / Wb
2
= (. + )
6
802
= 3 (4080 + )
6
= 12800 mm3
Mb = Fa x 200 + Fc x 550
b = Mb / Wb
45
5167.74
b =
12800
= 0.4037 [kg/mm2]
ijin ST42=
42 [ ]
2
=
4
= 10.5 [kg/mm2]
Jadi ijin > b sehingga bahan ST42 yang digunakan untuk rangka depan aman.
Pengujian alat ini dilakukan untuk dapat mengetahui berhasil tidaknya alat ini
dalam melakukan fungsinya sebagai pemotong dan penirus pipa uPVC, yang
membantu mempermudah proses pemotongan dan penirusan pipa uPVC, serta
menghasilkan pipa uPVC.
Pengujian mesin pemotong dan penirus pipa uPVC ini dengan menggunakan
mesin cutting sebagai objek utamanya yang akan memotong dan meniruskan pipa
uPVC. Metode pengujian yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh data berupa
waktu yang didapatkan dan hasil pemotongan serta penirusan pipa uPVC dari mesin
ini. Sehingga nantinya kita akan mengetahui perbandingan waktu serta hasil
pemotongan dan penirusan yang dilakukan dengan menggunakan mesin cutting.
Mekanisme kerja mesin pemotong dan penirus pipa uPVC ini cukup sederhana, yaitu:
Pipa yang retak atau pecah diletakan diatas roller.
Turunkan handle pencekam untuk mencekam pipa.
Nyalakan motor cutting
46
Turunkan mata pisau untuk melakukan proses pemotongan dan penirusan piap
dengan memutar handle.
Setelah melakukan proses pemotongan dan penirusan pipa kemudian handle
diangkat, dan pipa dapat diambil.
Menggunakan Mesin
47
4.6. Realisasi Biaya
Berikut adalah table rincian atau realisasi biaya dalam pembuatan tugas akhir :
48
27 mata potong diameter 4" 1 80000
Total 2918300
Fabrikasi
No Nama Uraian Harga [Rp]
1 Sewa Bengkel Proses Permesinan 300000
2 Ongkos Transportasi Transportasi 250000
Total Biaya 550000
49
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Setelah melakukan uji coba kami menemukan terdapat kekurangan yang ada
pada mesin. Maka dari itu kami mempunyai beberapa saran untuk meminimalisir
kekurangan tersebut :
- Sebelum pembuatan tugas akhir ini, kita harus banyak dan sering melakukan
observasi lapangan agar tidak terjadi kekurangan data.
50
DAFTAR PUSTAKA
[1] Khurmi, R.S & Gupta, J.K. 1982. A Text Book Of Machine Design, Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd: New Delhi
[2] Sularso & Suga Kiyokatsu,2008. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin, Pradya Pramita, Jakarta
[3] Kalpakjian, Serope & R.Schmid. 2009 Manufacturing Engineering And
Technology. Prentice Hall
51
LAMPIRAN
52
53