Anda di halaman 1dari 27

TEKNOLOGI PROSES METALURGIK

JENIS TUNGKU PELEBURAN LOGAM

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD DZAKY MUZHAFFAR (122017028)
MUHAMMAD DODY AFRILLYANA (122019006P)

DOSEN PEMBIMBING :
NETTY HERAWATI, S.T, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala pujI hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya.
Penyelesaian makalah ini menjadi salah satu tugas yang materinya terdapat
dalam mata kuliah Teknologi Proses Metalurgik, salah satu mata kuliah yang
terdapat di Teknik Kimia. Oleh karena itu, penyususnan makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang beberapa hal
yang dibahas dalam makalah ini.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Netty
Herawati, S.T, M.T yang selalu memperbanyak masukan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik dan juga kepada teman-teman yang telah
membantu menyusun makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan laporan ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Palembang, 14 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………... 4
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 6
2.1 Pengecoran Logam …………………………………………………………. 6
2.2 Dapur Peleburan …………………………………………………………….. 7
2.3 Klasifikasi Tungku …………………………………………………………. 8
2.4 Pengecoran Logam …………………………………………………………. 16
2.5 Cetakan Logam …………………………………………………………….. 16
2.6 Keuntungan Dan Kerugian Pembentukan Dengan Pengecoran …………… 20
2.7 Pencairan Logam …………………………………………………………... 20
2.8 Pembekuan Logam ………………………………………………………… 21
2.9 Aliran Logam Cair Dan Shrinkage ………………………………………… 22
2.10 Cacat Hasil Pengecoran …………………………………………………... 20
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan menuangkan
logam cair ke dalam rongga cetakan. Pengecoran logam dapat dilakukan untuk
bermacam – macam logam seperti, baja paduan tembaga, aluminium, besi, dan
baja, serta paduan lain.
Pengecoran logam membutuhkan tungku peleburan untuk membuat logam
menjadi cair sehingga dapat dilakukan proses pengecoran logam. Tungku
peleburan atau nama lainnya yaitu tanur peleburan memiliki peran penting dalam
proses pengecoran logam. Ada beberapa jenis tungku peleburan, diantaranya
yaitu Tungku Besalen, Tungku Tukik, Tungku Kupola, Tungku Induksi, dan
Tungku Krusibel. Crucible Furnace Prototype dibuat sebagai alat untuk
mempermudah proses peleburan logam cor dengan kapasitas tertentu.
Berdasarkan pengamatan tim terhadap mesin tungku krusibel yang telah ada,
kami mencoba untuk memodifikasi mesin tersebut dengan menyederhanakan
sistem kerja mesin dan ukuran dimensi mesin tanpa mengurangi fungsi kinerja
dari mesin sebelumnya. Sehingga hal tersebut menjadi ciri tersendiri dari mesin
yang telah dibuat dan dapat digunakan pada praktek perkuliahan.
Sistem rangka mesin dari Crucible Furnace Prototype harus kuat menyangga
beban yang akan diterima dari tungku cor, kowi, dan bantalan kowi. Konstruksi
rangka yang kokoh diperlukan untuk menahan beban yang ditimpakan atau
diletakkan di rangka mesin. Hal yang perlu mendapat perhatian lebih yaitu
kepresisian rangka mesin sehingga rangka menjadi seimbang saat dilakukan
proses pengelasan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pengecoran atau peleburan logam ?
2. Apa saja jenis – jenis tungku peleburan logam ?

4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu
1. Untuk mengetahui apa itu pengecoran atau peleburan logam
2. Untuk mengetahui apa saja jenis – jenis dari tungku peleburan logam

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengecoran Logam


Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan logam
dan menuangkan cairan logam tersebut ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat
digunakan untuk membuat benda-benda dengan bentuk rumit. Benda berlubang
yang sangat besar dan sangat sulit atau sangat mahal jika dibuat dengan metode
lain, dapat diproduksi masal secara ekonomis menggunakan teknik pengecoran
yang tepat.
Pengecoran logam dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam seperti,
besi, baja paduan tembaga (perunggu, kuningan, perunggu alumunium dan lain
sebagainya), paduan ringan (paduan alumunium, paduan magnesium, dan
sebagainya), serta paduan lain, semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan
sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang mengandung molibdenum, chrom, dan
silikon), dan sebagainya.
Untuk membuat coran harus melalui proses pembuatan model pencairan
logam, penuangan cairan logam ke model, membongkar, membersihkan dan
memeriksa coran. Pencairan logam dapat dilakukan dengan bermacam- macam
cara, misal dengan tanur induksi (tungku listrik di mana panas diterapkan dengan
pemanasan induksi logam), tanur kupola (tanur pelebur dalam pengecoran logam
untuk melebur besi tuang kelabu), atau lainnya. Cetakan biasanya dibuat dengan
memadatkan pasir yang diperoleh dari alam atau pasir buatan yang mengandung
tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal. Cetakan dapat juga
terbuat dari logam, biasanya besi dan digunakan untuk mengecor logam-logam
yang titik leburnya di bawah titik lebur besi.
Pada pengecoran logam, dibutuhkan pola yang merupakan tiruan dari benda
yang hendak dibuat dengan pengecoran. Pola dapat terbuat dari logam, kayu,
stereofoam, lilin, dan sebagainya. Pola mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari
ukuran benda yang akan dibuat dengan maksud untuk mengantisipasi penyusutan
selama pendinginan dan pengerjaan finishing setelah pengecoran. Selain itu, pada
pola juga dibuat kemiringan pada sisinya supaya memudahkan pengangkatan pola

6
dari pasir cetak.
Cetakan adalah rongga atau ruang di dalam pasir cetak yang akan diisi dengan
logam cair. Pembuatan cetakan dari pasir cetak dilakukan pada sebuah rangka
cetak. Cetakan terdiri dari kup dan drag. Kup adalah cetakan yang terletak di atas,
dan drag cetakan yang terletak di bawah. Hal yang perlu diperhatikan pada kup
dan drag adalah penentuan permukaan pisah yang tepat.
Rangka cetak yang dapat terbuat dari kayu ataupun logam adalah tempat untuk
memadatkan pasir cetak yang sebelumnya telah diletakkan pola di dalamnya.
Pada proses pengecoran dibutuhkan dua buah rangka cetak yaitu rangka cetak
untuk kup dan rangka cetak untuk drag. Proses pembuatan cetakan dari pasir
dengan tangan.

2.2 Dapur Peleburan


Dalam proses pengecoran logam tahapan peleburan untuk mendapatkan
logam cair pasti akan dilakukan dengan menggunakan suatu tungku peleburan di
mana material bahan baku dan jenis tungku yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan material yang akan dilebur.
Pemilihan tungku peleburan yang akan digunakan untuk mencairkan logam
harus sesuai dengan bahan baku yang akan dilebur. Paduan Aluminium, paduan
tembaga, paduan timah hitam, dan paduan ringan lainnya biasanya dilebur dengan
menggunakan tungku peleburan jenis krusibel, sedangkan untuk besi cor
menggunakan tungku induksi frekwensi rendah atau kupola. Tungku induksi
frekwensi tinggi biasanya digunakan untuk melebur baja dan material tahan
temperatur tinggi (Abrianto Akuan, 2009).
Tungku yang paling banyak digunakan dalam pengecoran logam antara
lain ada lima jenis yaitu; Tungku jenis kupola, tungku pengapian langsung,
tungku krusibel, tungku busur listrik, dan tungku induksi. Dalam memproduksi
besi cor tungku yang paling banyak digunakan industri pengecoran adalah
krusibel dan tungku induksi, jenis kupola sudah mulai jarang digunakan karena
pertimbangan tertentu. Berikut ini uraian tentang tungku peleburan. Pada unit ini
memperkenalkan tungku dan refraktori dan menjelaskan berbagai aspek
perancangan dan operasinya (Abrianto Akuan, 2009).

7
Pemilihan dapur tergantung pada beberapa faktor (Mikell P.Groover, 2000),
seperti :
1. Paduan logam yang akan dicor
2. Iemperatur lebur dan temperatur penuangan
3. Kapasitas dapur yang dibutuhkan
4. Biaya operasi
5. Pengoperasian
6. Pemeliharaan
7. Polusi terhadap lingkungan.

2.3 Klasifikasi Tungku


Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk mencairkan logam
pada proses pengecoran (casting) atau untuk memanaskan bahan dalam proses
perlakuan panas (heat Treatmet). Karena gas buang dari bahan bakar berkontak
langsung dengan bahan baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi
penting. Sebagai contoh, beberapa bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan
bakar. Bahan bakar padat akan menghasilkan bahan partikulat yang akan
mengganggu bahan baku yang ditempatkan didalam tungku (Abrianto Akuan,
2009).
Idealnya tungku harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai
mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan tenaga kerja sesedikit
mungkin. Kunci dari operasi tungku yang efisien terletak pada pembakaran bahan
bakar yang sempurna dengan udara berlebih yang minimum. Tungku beroperasi
dengan efisiensi yang relatif rendah (dibawah 70 %) dibandingkan dengan
peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90 %).
Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi didalam tungku. Sebagai contoh,
sebuah tungku yang memanaskan bahan sampai suhu 1200 oC akan mengemisikan
gas buang pada suhu 12000C atau lebih yang mengakibatkan kehilangan panas
yang cukup signifikan.

2.3.1 Dapur Crucible


Dapur ini melebur logam tanpa berhubungan langsung dengan bahan

8
pembakaran (indirect fuel-fired furnance).
Krusibel angkat yaitu Krusibel ditempatkan didalam dapur dan dipanaskan
hingga logam mencair. Sebagai bahan bakar digunakan minyak, gas, dan serbuk
batubaru. Bila logam telah melebur, krusibel diangkat dari dapur dan digunakan
sebagai label penuangan. Dapur pot tetap Dapur tidak dapat dipindah, logam cair
diambil dari kontainer dengan ladel. Dapur tukik Dapat ditukik untuk
menuangkan logam cair .
Dapur krusibel digunakan untuk peleburan logam non-besi seperti perunggu,
kuningan, paduan seng dan aluminium. Kapasitas dapur umumnya
terbatas hanya beberapa ratus pound saja. Dapur Crucible adalah dapur yang
paling tua yang digunakan dalam peleburan logam. Dapur ini mempunyai
konstruksi paling sederhana. Dapur ini ada yang menggunakan kedudukan tetap
dimana penmgambilan logam cair dengan memakai gayung. Dapur ini sangat
fleksibel dan serba guna untuk peleburan yang skala kecil dan sedang. Bahan
bakar dapur Crucible ini adalah gas atau bahan bakar minyak karena akan mudah
mengawasi operasinya. Ada pula dapur yang dapat dimiringkan sehingga
pengambilan logam dengan menampung dibawahnya. Dapur ini biasanya dipakai
untuk skala sedang dan skala besar. Dapur Crucible jenis ini ada yang
dioperasikan dengan tenaga listrik sebagai alat pemanasnya yaitu dengan induksi
listrik frekuensi rendah dan juga dapat dengan bahan bakar gas atau minyak,
sedangkan dapur Crucible yang memakai burner sebagai alat pemanas dengan
kedudukan tetap terlihat seperti gambar dibawah (Mikell P.Groover, 2000).
Tanur udara terbuka adalah tanur yang bentuknya seperti tungku yang agak
rendah dan logam cair akan akan melebur dan dangkal. Pada bagian bawah tanur
dipasang 4 buah ruang pemanas (regenerator ). Tanur juga disangga oleh dua
buah rol yang memungkinkan untuk dimiringkan pada saat pengeluaran terak atau
logam cair. Burner diletakkan pada kedua sisi tanur dan dioperasikan secara
periodik untuk mendapatkan panas yang merata. Bahan bakar yang digunakan
adalah gas atau minyak. Udara pembakaran dan bahan bakar biasanya dipanaskan
mula dengan melewatkan pada ruang pemanas dibawah tanur. Pemanasan ini
bertujuan untuk mempeercepat terjadinya pembakaran dan menjaga agar tidak
terjadi perubahan suhu yang mencolok didalam tanur. Pintu pengisian terletak di

9
sisi depannya. Tanur udara terbuka biasanya digunakan untuk peleburan baja
(Abrianto Akuan, 2009).
Tanur udara adalah bentuk yang dimodifikasi dari tanur udara terbuka.
Bentuknya hampir sama dengan tanur udara terbuka, penampang tempat logam
cair berbentuk lebar dan dangkal. Tanur dipanaskan dengan alat pemanas dengan
bahan bakar minyak . Burner dan udara pembakaran ditempatkan pada salah satu
ujung tanur dan udara sisa pembakaran akan keluar dari ujung yang lain.
Komposisi kimia dapat dikontrol lebih baik pada dapur ini dibanding dengan
dapur kupola. Bila ingin melakukan penambahan dilakukan dengan membuka
tutup tanur dan menuangkannya dari atas (Abrianto Akuan, 2009).
Tanur ini biasanya digunakan untuk melebur besi cor putih dan besi cor
mampu tempa, dan kadang juga digunakan untuk peleburan logam non besi.
Biaya operasi tanur ini lebih tinggi dibandingkan dengan kupola . Sering juga
tanur ini dikombinasikan dengan kupola dalam operasinya. Mula-mula peleburan
dilakukan dengan kupola kemudian cairan dipindahkan ke tanur udara untuk
diatur komposisinya
Tanur induksi listrik adalah tanur yang melebur logam dengan medan
elektromagnet yang dihasilkan oleh induksi listrik, baik yang berfrekuensi rendah
maupun yang berfrekuensi tinggi. Tanur induksi biasanya berbentuk Crucible
yang dapat dimiringkan. Tanur ini dipakai untuk melebur baja paduan tinggi, baja
perkakas, baja untuk cetakan, baja tahan karat,dan baja tahan panas yang tinggi.
Tanur ini bekerja berdasarkan arus induksi yang timbul dalam muatan yang
menimbulkan panas sehingga memanasi crucible dan mencairkan logam di dalam
Crucible.

2.3.2 Tungku Kupola


Kupola merupakan tungku yang memiliki bentuk silinder vertikal yang
memiliki kapasitas besar. Tungku ini diisi dengan material pengisi antara lain
besi, kokas, flux atau batu kapur, dan elemen paduan yang memungkinkan.
Tungku ini memiliki sumber energi panas dari kokas dan gas untuk meningkatkan
temperatur pembakaran. Hasil peleburan dari tungku ini akan ditapping secara
periodik untuk mengeluarkan besi cor yang telah mencair.

10
2.2.3. Tungku Busur Listrik
Peleburan logam menggunakan tungku ini dilakukan dengan
menggunakan energi yang berasal dari listrik berupa arc atau busur yang dapat
mencairkan logam. Tungku jenis busur listrik ini biasanya digunakan untuk proses
pengecoran baja (Abrianto Akuan, 2009).

Sumber: Abrianto Akuan, 2009

Gambar 2.1 Electric furnace indirect system

Sumber: Abrianto Akuan, 2009

Gambar 2.2 Electric furnace direct system

2.2.4 Tungku Induksi


Tungku induksi adalah tungku yang menggunakan energi listrik
sebagai sumber energi panasnya, arus listrik bolak-balik (alternating

11
current) yang melewati koil tembaga akan menghasilkan medan magnetik
pada logam pengisi (charging material) didalamnya. Medan magnet ini juga
akan melakukan mixing pada logam cair akibat adanya gaya magnet antara
koil dan logam cair yang akan menimbulkan efek pengadukan (stiring
effect) untuk menghomogenkan komposisi pada logam cair (Abrianto
Akuan, 2009).
Logam cair didalam tungku harus dihindarkan dari kontak langsung
terhadap koil. Oleh karena itu material tahan temperatur tinggi sebagai
lining tungku harus memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan beban
logam cair didalamnya. Pada gambar dibawah ini ditunjukan beberapa
komponen utama dari suatu tungku induksi (Abrianto Akuan, 2009).

Sumber: Abrianto Akuan, 2009

Gambar. 2.3 Tungku induksi listrik


Setelah logam pengisi telah mengalami pencairan maka tungku
induksi ini telah dilengkapi dengan suatu pengendali untuk melakukan
penuangan (titling) kedalam suatu ladle yang lebih kecil yang dibawa hook
crane atau ladle yang dibawa oleh dua operator pouring ke cetakan.

12
2.2.5 Tungku Converter
Converter ialah sebuah tabung baja dengan dinding berlapis dan
tahan terhadap temperatur tinggi serta ditempatkan pada sebuah dudukan
yang dibentuk sedemikian rupa agar posisinya dapat diubah secara vertikal
mapun secara horizontal dengan posisi mulut berada disamping atau diatas
bahkan dibawah. Posisi-posisi ini diperlukan untuk pengisian,
penghembusan karbon dioksida dan penuangan hasil pemurnian (Abrianto
Akuan, 2009).

Sumber: Abrianto Akuan, 2009

Gambar 2.4 Tungku Converter Bessemer


Proses pemurnian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencairkan besi
mentah ke dalam converter yang berada pada posisi horizontal kemudian
converter diubah posisinya pada posisi vertikal dan pada posisi ini udara
bertekanan 140 KN/m2 dihembuskan melalui dasar converter ke dalam besi
mentah cair, dengan demikian maka unsur karbon akan bersenyawa dengan
oksigen menjadi karbon dioxida (CO2) dan mengikat unsur-unsur lainnya
(Abrianto Akuan, 2009).
Dengan tekanan udara 140 KN/m2 unsur-unsur tersebut akan terbawa
keluar dari converter, proses ini dilakukan dalam waktu 20 menit, dari proses ini
besi mentah memiliki unsur-unsur paduan tidak lebih dari 0,05 % dan 0,006 %

13
diantaranya adalah unsur karbon dan dianggap sebagai besi murni atau Ferrit (Fe),
selanjutnya ditambahkan unsur karbon ke dalam converter ini dengan jumlah
tertentu sesuai dengan jenis baja yang dikehendaki hingga 2,06%, coverter ini
berkapasitas antara 25 ton sampai 60 ton. Pada dasarnya berbagai metoda dalam
proses pembuatan baja ini ialah proses pemurnian unsur besi dari berbagai unsur
yang merugikan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, oleh karena itu dalam
proses pembuatan baja dengan menggunakan sistem converter ini ialah salah satu
proses pemurnian atau pemisahan besi dengan menggunakan bejana sebagai alat
pemanasan (peleburan) besi kasar tersebut (Abrianto Akuan, 2009).

Sumber: Abrianto Akuan, 2009

Gambar 2.5 Proses oxigen pada dapur basa untuk pemurnian besi kasar

2.2.6 Tungku Thomas dan Bessemer


Thomas dan Bessemer melakukan proses pemurnian besi kasar dalam
pembuatan baja ini pada prinsipnya sama yakni menggunakan Converter, namun
Bessemer menggunakan Converter dengan dinding yang dilapisi dengan Flourite
dan Kwarsa sehingga dinding Converter menjadi sangat keras kuat dan tahan
terhadap temperature tinggi, akan tetapi dinding converter ini menjadi bersifat
asam sehingga tidak dapat mereduksi unsur Posphor, oleh karena itu dapur.
Bessemer hanya cocok digunakan dalam proses pemurnian besi kasar dari bijih
besi yang rendah Posphor (Low-Posphorus Iron Ores) (Abrianto Akuan, 2009)..
Sedangkan Thomas menyempurnakannya dengan memberikan lapisan

14
batu kapur (limestone) atau Dolomite sehingga dinding converter menjadi basa
dan mampumereduksi kelebihan unsur Posphor dengan mengeluarkannya
bersama terak. Salah satu proses pemurnian besi dengan sistem converter ini
pertama dikembangkan di austria, proses dengan hembusan udara bertekanan
hingga 12 bar di atas convertor dengan posisi vertical, setelah besi mentah (pig
iron) bersama dengan sekrap dimasukan yang kemudian dibakar, udara yang
dihembuskan menghasilkan pembakaran dengan unsur karbon, belerang dan
phosphor yang terkandung didalam besi mentah tersebut, hal ini terjadi pada saat
converter dalam posisi miring (Abrianto Akuan, 2009).

2.2.7 Tungku Besalen


Tanur besalen merupakan tanur yang digunakan ratusan tahun lalu pada
awal mula industri pengecoran logam. Tungku ini berbentuk pipa yang dibuat dari
batu bata dan dilapisi tanah agar tahan api. Bahan bakar tungku besalen adalah
kayu arang baranya dihembuskan dengan blower dijelaskan seperti keterangan
gambar 2.6 tungku besalen.

Sumber: Google Image, 2019

Gambar 2.6 Tungku Besalen

2.2.8 Tungku Tukik


Tanur tukik atau tungku tukik memiliki kapasitas yang lebih besar dari tanur
besalen. Tanur ini menggunakan bahan bakar kayu dan blower yang dijalankan

15
menggunakan tenaga diesel.

Sumber: Google Image, 2019

Gambar 2.7 Tungku Tukik


2.4 Proses Pengecoran
Ada beberapa tahapan pada proses pengecoran sebagai berikut :
- Pembuatan cetakan
- Persiapan dan peleburan logam
- Penuangan logam cair ke dalam cetakan :
a) Untuk cetakan terbuka logam cair hanya dituang hingga memenuhi rongga
yang terbuka
b) Untuk cetakan tertutup logam cair dituang hingga memenuhi sistem saluran
masuk :

Gambar 2.8 Dua macam bentuk cetakan (a) cetakan terbuka, (b) cetakan tertutup

- Setelah dingin benda cor dilepaskan dari cetakannya

16
- Untuk beberapa metode pengecoran diperlukan proses pengerjaan lanjut :
a. Memotong logam yang berlebihan
b. Membersihkan permukaan
c. Memeriksa produk cor
d. Memperbaiki sifat mekanik dengan perlakuan panas (heat treatment),
e. Menyesuaikan ukuran dengan proses pemesinan.

2.5 Cetakan Logam


Cetakan Logam adalah sebuah media pembentuk logam di dalam proses
pengecoran logam.
2.3.1 Bagian-Bagian Cetakan Logam
Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut:
- Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang
dituangkan kedalam cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang
akan dicor. Rongga cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
- Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti
dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan.
- Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga
cetakan dari saluran turun.
- Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi
vertikal. Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan
yang diinginkan.
- Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah
untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue.
Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya
kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
- Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam
mengisi kembali ruangan cetakan.

17
Gambar 2.9 Bagian–bagian Cetakan Logam

2.3.2 Bahan–Bahan Cetakan


Ada beberapa jenis bahan yang biasanya digunakan untuk bahan cetakan, hal ini
tergantung atas benda produksi yang akan dicetak, jens dari bahan– bahan cetakan
yang dimaksud adalah :
- Pasir
- Keramik
- Plaster
- Logam.
Dalam pembuatan logo cetakan Politeknik Negeri Sriwijaya ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
- Rongga cetakan harus dirancang lebih besar dari pada produk cor yang akan
dibuat, hal ini berfungi untuk mengimbangi penyusutan logam.
- Setiap logam memiliki koefisien susut yang berbeda (dalam merancang suatu
cetakan biasanya digunakan mistar susut).

2.3.3 Jenis–Jenis Cetakan :


- Cetakan Tidak Permanen (Expendable Mold)
Cetakan tidak permanen (Expendable mold) hanya dapat digunakan satu kali saja.
Contoh : Cetakan pasir (sand casting), cetakan kulit (shell mold casting), dan
cetakan presisi (precisian casting).
- Cetakan Permanent (Permanent Mold)
Cetakan permanen (permanent mold) dapat digunakan berulang-ulang (biasanya
dibuat dari logam). Permanent mold casting adalah pembuatan logam dengan
cetakan yang dipadukan dengan tekanan hidrostastik. Cara ini tidak praktis untuk
pengecoran yang berukuran besar dan ketika menggunakan logam dengan titik
didih tinggi. Logam bukan baja seperti alumunium, seng, timah, magnesium,
perunggu bila dibuat dengan cara ini hasilnya baik.
Cetakan ini terdiri atas dua atau lebih bagian yang digabung dengan sekrup, klam,
plat atau alat lain yang dapat dilepas setelah produk mengeras. Pada umumnya,
permanent molds dibuat dari close-grain dan dijepit satu sama lain. Cetakan ini

18
biasanya dilapisi dengan bahan perekat tahan panas (heatresistingwet mixture)
dan jelaga yang akan menjaga cetakan agar tidak lengket dan mengurangi efek
dingin pada logam.
Setelah cetakan disiapkan, kemudian ditutup dan seluruh bagian inti atau
bagian yang bebas dikunci ditempat. Kedua biji besi dan biji baja dapat digunakan
dalam cetakan jenis ini. Untuk mengantisipasi suhu logam dilakukan dengan
menuangkan air kedalam cetakan melalui pintu yang terbuka. Setelah hasil
cetakan cukup dingin, bagian yang bebas ditarik dan cetakan dibuka dan hasil
cetakan diangkat. Cetakan tersebut kemudian dibersihkan dan susun kembali
bagian-bagian cetakan, cetakan pun siap dituangi lagi (digunakan lagi).
Alat ini sebagian besar digunakan untuk mencetak piston dan bagian- bagian
mesin kendaraan, mesin disel dan mesin kapal. Penerapan lainnya banyak
ditemukan di industri yang membuat beberapa materi seperti gear pada mesin
cuci, bagian-bagian pada vacum cleaner, tutup kipas angin, bagian untuk alat-alat
portable, perlengkapan lampu luar ruangan, dan lain- lain.
Permanent mold casting mempunyai hasil ahir permukaan yang bagus dan detail
yang tajam. Diperoleh keseragaman hasil dengan berat 1 ons sampai 50 pound.
Toleransinya berkisar dari 0,0025 inchi sampai 0,010 inchi.
Permanent mold casting termasuk otomatis, sehingga dapat diperoleh produk yang
cukup banyak.
Contoh Permanent Mold :
- Gravity permanent mold casting
- Pressure die casting
- Centrifugal die casting

2.6 Keuntungan Dan Kerugian Pembentukan Dengan Pengecoran


2.4.1 Keuntungan pembentukan dengan pengecoran :
- Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian luar maupun bentuk
bagian dalam
- Beberapa proses dapat membuat bagian (part) dalam bentuk jaringan
- Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton
- Dapat digunakan untuk berbagai macam logam

19
- Beberapa metode pencetakan sangat sesuai untuk keperluan produksi massal

2.4.2 Kerugian Pembentukan Dengan Pengecoran


Setiap metode pengecoran memiliki kelemahan sendiri-sendiri, tetapi secara
umum dapat disebutkan sebagai berikut :
- Keterbatasan sifat mekanik
- Sering terjadi porositas
- Dimensi benda cetak kurang akurat
- Permukaan benda cetak kurang halus
- Bahaya pada saat penuangan logam panas
- Masalah lingkungan

2.7 Pencairan Logam


Logam dapat dicairkan dengan jalan memanaskan hingga mencapai
temperature 1300°C. Berat jenis logam cair besi cor 6,8 gr/cm3 sampai 7,0
gr/cm3, paduan alumunium (2,2–2,3) gr/cm3, paduan timah (6,6–6,8) gr/cm3.
Karena berat jenis logam tinggi maka aliran logam memiliki kelembaban dan
gaya tumbuk yang besar.
Kekentalan logam tergantung temperaturnya, semakin tinggi temperature
kekentalannya semakin rendah.

2.8 Pembekuan Logam


Proses pembekuan logam cair dimulai dari bagian logam cair yang
bersentuhan dengan dinding cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil
oleh cetakan sehingga bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan itu
mendingin sampai titik beku. Selama proses pembekuan berlangsung, inti-inti
kristal tumbuh. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat daripada bagian
luarnya sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam
coran dan butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom.
Struktur ini muncul dengan jelas apabila gradien temperature yang besar terjadi
pada permukaan coran besar. Akibat adanya perbedaan kecepatan pembekuan,
terbentuklah arah pembekuan yang disebut dendritik.

20
Cetakan logam akan menghasilkan hasil coran dengan permukaan yang lebih
halus dibandingkan dengan cetakan pasir. Alumunium murni membeku pada
temperatur tetap, tetapi panas pembekuan yang dibebaskan pada waktu membeku
begitu besar sehingga permukaan bagian dalam menjadi kasar apabila dicor pada
cetakan pasir, sedangkan pada baja karbon dengan kadar karbon rendah
mempunyai daerah beku yang sempit.
Logam yang dicairkan akan mengalami pembekuan atau mengeras di dalam
cetakan atau terjadi solidifikasi. Cepat atau lambatnya terjadinya solidifikasi
dipengaruhi oleh sifat-sifat termal logam tersebut dan bahan cetakan, volume dan
luas permukaan bidang kontak logam-dinding cetakan serta bentuk pola. Selain
itu, ukuran, bentuk dan komposisi kimia logam yang di cor berpengaruh juga pada
proses solidifikasi.
Daerah mushy atau daerah yang mengalami dua fase sekaligus yakni padat dan
cair memiliki lebar rentang perbedaan temperatur atau disebut rentang beku
( freezing range) sebagai berikut.
- Freezing range
Untuk logam murni memiliki nilai freezing range mendekati harga nol sedangkan
untuk logam paduan berkisar antara 50 ºC-110 ºC. Semakin besar perbedaan
temperatur freezing range maka semakin lebar daerah mushy yang berdampak
pada laju proses solidifikasi akhir lebih lama. Selama proses solidifikasi logam
coran akan mengalami penyusutan (shrinkage) yang harus bisa dicegah dengan
mengontrol aliran logam cair dan desain cetakan yang baik.

2.9 Aliran Logam Cair Dan Shrinkage


Aliran logam cair termasuk kelompok aliran inkompresibel (seperti air).
Karakteristik logam cair dapat dirincikan sebagai berikut :
- Solidifikasi. Perilaku solidifikasi yang semakin singkat menandakan fluiditas
semakin tinggi, terutama pada logam murni. Sedangkan pada logam paduan yang
mengalami solidifikasi lama maka fluiditasnya rendah.
- Viskositas/kekentalan. Semakin tinggi kekentalan semakin rendah fluiditas
logam cair. Kekentalan juga sangat dipengaruhi oleh temperatur.
- Tegangan permukaan. Semakin tinggi tegangan permukaan semakin menurun

21
fluiditas logam cair. Lapisan oksida film yang muncul pada permukaan logam cair
menurunkan fluiditasnya.
- Inklusi/partikel. Inklusi adalah partikel asing yang tidak larut dalam logam
cair.

2.10 Cacat Hasil Pengecoran


Cacat hasil coran telah diberi nama dan dikategorikan dalam tujuh
kelompok jenis cacat oleh International Commitee of Foundry Technical
Associations/ICFTA. Tujuh kategori jenis cacat coran adalah:
- Metallic projections.
- Caviti
- Diskontinyuitas
- Permukaan defective.
- Coran incomplete.
- Ukuran/bentuk tidak tepat.
- Inclusions.

Hasil coran sering terlihat sempurna secara makro tetapi kenyataanya muncul
cacat-cacat terutama jenis kaviti dan cacat permukaan serta inklusi gas.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini, yaitu :
1. Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan
logam dan menuangkan cairan logam tersebut ke dalam rongga cetakan.
2. Macam – macam tungku peleburan, yaitu Tungku Besalen, Tungku Tukik,
Tungku Kupola, Tungku Induksi, Tungku Krusibel, dan Tungku Busur
Listrik.
3.2 Saran

22
Sebelum mencari materi, mahasiswa disarankan untuk memahami materi
terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Akuan, A. 2009. Tungku Peleburan Logam. Bandung : Univeritas Jendral
Ahmad Yani
Anas, Shaleh Havidh. 2016. Karakteristik Tungku Krusibel. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang
Surdia, Tata. 2000. Teknik Pengecoran Logam. Jakarta : PT Pradnya Paramita

23
SOAL DAN JAWABAN “JENIS TUNGKU PELEBURAN LOGAM”

1. Apa yang dimaksud dengan peleburan logam? Jelaskan jenis-jenis logam pada
proses peleburan logam!
Jawab : Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan
logam dan menuangkan cairan logam tersebut ke dalam rongga cetakan. Proses ini
dapat digunakan untuk membuat benda-benda dengan bentuk rumit. Benda
berlubang yang sangat besar dan sangat sulit atau sangat mahal jika dibuat dengan
metode lain, dapat diproduksi masal secara ekonomis menggunakan teknik
pengecoran yang tepat.
Pengecoran logam dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam seperti,
besi, baja paduan tembaga (perunggu, kuningan, perunggu alumunium dan lain
sebagainya), paduan ringan (paduan alumunium, paduan magnesium, dan

24
sebagainya), serta paduan lain, semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan
sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang mengandung molibdenum, chrom, dan
silikon), dan sebagainya.

2. Kenapa tungku pada peleburan logam beroperasi dengan efisiensi yang sangat
rendah dibandingkan dengan alat pembakar lainya?
Jawab : Idealnya tungku harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai
mencapai suhu yang seragam dengan bahan bakar dan tenaga kerja sesedikit
mungkin. Kunci dari operasi tungku yang efisien terletak pada pembakaran bahan
bakar yang sempurna dengan udara berlebih yang minimum. Tungku beroperasi
dengan efisiensi yang relatif rendah (dibawah 70 %) dibandingkan dengan
peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90 %).
Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi didalam tungku. Sebagai contoh,
sebuah tungku yang memanaskan bahan sampai suhu 1200 oC akan mengemisikan
gas buang pada suhu 12000C atau lebih yang mengakibatkan kehilangan panas
yang cukup signifikan.

3. Sebutkan jenis-jenis tungku pada proses peleburan logam ?


Jawab : a. Tungku Besalen
b. Tungku Tukik
c. Tungku Kupola
d. Tungku Induksi
e. Tungku Krusibel
f. Tungku Busur Listrik

4. Bagaimana prinsip kerja tungku converter ?


Jawab : Proses pemurnian ini dilakukan dengan terlebih dahulu mencairkan besi
mentah ke dalam converter yang berada pada posisi horizontal kemudian
converter diubah posisinya pada posisi vertikal dan pada posisi ini udara
bertekanan 140 KN/m2 dihembuskan melalui dasar converter ke dalam besi

25
mentah cair, dengan demikian maka unsur karbon akan bersenyawa dengan
oksigen menjadi karbon dioxida (CO2) dan mengikat unsur-unsur lainnya
(Abrianto Akuan, 2009).
Dengan tekanan udara 140 KN/m2 unsur-unsur tersebut akan terbawa
keluar dari converter, proses ini dilakukan dalam waktu 20 menit, dari proses ini
besi mentah memiliki unsur-unsur paduan tidak lebih dari 0,05 % dan 0,006 %
diantaranya adalah unsur karbon dan dianggap sebagai besi murni atau Ferrit (Fe),
selanjutnya ditambahkan unsur karbon ke dalam converter ini dengan jumlah
tertentu sesuai dengan jenis baja yang dikehendaki hingga 2,06%, coverter ini
berkapasitas antara 25 ton sampai 60 ton. Pada dasarnya berbagai metoda dalam
proses pembuatan baja ini ialah proses pemurnian unsur besi dari berbagai unsur
yang merugikan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, oleh karena itu dalam
proses pembuatan baja dengan menggunakan sistem converter ini ialah salah satu
proses pemurnian atau pemisahan besi dengan menggunakan bejana sebagai alat
pemanasan (peleburan) besi kasar tersebut (Abrianto Akuan, 2009).

5. Mengapa pada tungku induksi pada proses peleburan menggunakan energi


listrik
Jawab : energi listrik sebagai sumber energi panasnya, arus listrik bolak-balik
(alternating current) yang melewati koil tembaga akan menghasilkan medan
magnetik pada logam pengisi (charging material) didalamnya. Medan magnet ini
juga akan melakukan mixing pada logam cair akibat adanya gaya magnet antara
koil dan logam cair yang akan menimbulkan efek pengadukan (stiring effect)
untuk menghomogenkan komposisi pada logam cair .

SOAL - SOAL
1. Bagaimana prinsip kerja tungku Thomas dan Bessemer?
2. Keuntungan dan kerugian pada dapur crusible?
3. Tungku busur listrik pada pengoperasianya menggunakan energi apa? Dan
biasanya digunakan pada proses peleburan jenis logam apa,jelaskan!

26
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan proses peleburan logam pda
jenis-jenis tungku ?
5. Syarat bahan logam yang baik digunakan dalam proses peleburan logam?

27

Anda mungkin juga menyukai