TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengecoran
Pengecoran logam merupakan proses pembuatan benda dengan mencairkan
logam dan menuangkannya ke dalam rongga cetakan, sehingga akan terbentuk
suatu model yang sesuai dengan bentuk dan pola cetakan. Kelebihan utama dalam
penggunaan teknik pengecoran untuk pembentukan logam tentunya karena
mampu mencetak produk dari berbagai macam jenis logam dengan bentuk yang
kompleks, selain itu beberapa metode pengecoran sangat sesuai digunakan untuk
keperluan produksi produk logam secara masal.[4]
Proses pengecoran yang dilakukan melalui beberapa proses seperti
pembuatan pola cetakan, peleburan logam, penuangan logam cair kedalam
cetakan, pembongkaran cetakan dan pembersihan produk, Fettling, dan Quality
Control dimensi dan cacat cor.[7]
Pengecoran logam dapat dilakukan untuk bermacam-macam logam seperti,
besi, baja, paduan tembaga (perunggu, kuningan, perunggu aluminium dan lain
sebagainya), paduan logam ringan (paduan aluminium, paduan magnesium, dan
sebagainya), serta paduan lain, semisal paduan seng, monel (paduan nikel dengan
sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang mengandung molibdenum, krom, dan
silikon), dan sebagainya. Beberapa produk cor yaitu perhiasan, penggorengan,
patung, pipa, blok mesin, roda kereta,rangka mesin,dan pompa.[1]
Di dalam proses pengecoran logam dalam usaha untuk menghasilkan suatu
produk benda coran yang berkualitas baik dengan komposisi yang dikehendaki
maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: bahan baku coran,
komposisi bahan baku, kualitas pasir cetak (bila menggunakan cetakan pasir),
sistem peleburan, sistem penuangan dan pengerjaan akhir dari produk coran. [3]
8
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
Sedangkan teknik non-traditional terbagi atas :
1. High-Pressure Die Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting
Perbedaan secara mendasar di antara keduanya adalah bahwa contemporary
casting tidak bergantung pada pasir dalam pembuatan cetakannya. Perbedaan
lainnya adalah bahwa contemporary casting biasanya digunakan untuk
menghasilkan produk dengan geometri yang kecil relatif dibandingkan bila
menggunakan traditional casting. Hasil coran non-traditional casting juga tidak
memerlukan proses tambahan untuk penyelesaian permukaan.[5]
membentuk terak. Terak akan mengapung di atas besi cair dan berfungsi sebagai
pelindung hingga tidak bereaksi dengan lingkungan di dalam kupola [11].
Cairan akan dikeluarkan secara berkala apabila jumlah cairan sudah cukup
banyak. Penambahan bahan baku juga dilakukan secara berkala dan tungku dapat
bekerja secara kontinu [11].
3. Tungku Krusibel
Tungku krusibel merupakan tungku yang melebur logam tanpa berhubungan
langsung dengan bahan pembakaran tidak langsung (indirect fuel-fired furnance).
Tungku krusibel digunakan untuk peleburan logam non-besi seperti perunggu,
kuningan, paduan seng dan aluminium. Kapasitas dapur umumnya terbatas hanya
beberapa ratus pound saja [11].
daya dari tungku ini tinggi, tetapi dapat dirancang utnuk kapasitas lebur tinggi (25
- 50 ton/jam), dan biasanya digunakan untuk pengecoran baja [11].
Cetakan pasir dapat dibuat dengan menggunakan pasir baru atau pasir daur
ulang. Sebelum pembuatan cetakan maka pasir disiapkan terlebih dahulu.
Penyiapan pasir dicetak dilakukan dengan mengolah pasir dengan perlakuan-
perlakuan seperti : penggilingan pasir, penyampuran pasir, pengayaan pasir,
pemisahan dari sisa coran, dan pendinginan.[4]
keuletan yang tinggi (elongasi sebesar 18% pada grade tertentu) dan memiliki
kisaran kekerasan 143 – 217 HBN. Sifat mekanik yang didapatkan ini terjadi
karena besi tuang nodular memiliki jumlah yang tinggi dan bentuk grafit yang
bulat pada struktur mikronya.
Menurut Keough, proses pengecoran BTN menawarkan banyak metoda
untuk menghasilkan atau mengembangkan sutau produk menadi lebih baik dalam
waktu yang lebih pendek dan biaya yang lebih rendah. Berdasarkan ASTM A395,
kebanyakan spesifikasi standar dari BTN mensyaratkan nilai kekuatan dan
keuletan minimun. [13]
a. Inokulasi
Inokulasi adalah peristiwa penambahan bahan silikon (Si) ke dalam logam
cair. Inokulasi bertujuan untuk memicu pertumbuhan grafit sekaligus meratakan
persebaran grafit di dalam logam cair. Fungsi lain penambahan inokulasi yaitu :
1) Memacu pertumbuhan grafit.
2) Meratakan distribusi grafit di dalam logam.
3) Memberikan struktur yang homogen pada setiap ketebalan.
4) Mencegah timbulnya chil.
5) Memperbaiki sifat mekanis logam.
6) Mampu menghilangkan karbida eutektik di dalam ledeburit.
Terdapat 2 metoda yang dikenal dalam penambahan inokulen ke dalam logam
cair, yaitu :
1) Metoda Ladle Inokulasi
Inokulen ditambahkan ke dalam ladle. Kelemahan metode ini adalah
penurunan suhu yang terjadi besar dan pemudaran inokulen lebih mudah
terjadi.
2) Metoda Late Inokulasi
Inokulen dilakukan sesaat sebelum logam cair memasuki cetakan.
Kelemahan metoda ini adalah tidak terkontrolnya dan tidak meratanya
inokulasi.
b. Nodularisasi
Nodularisasi adalah peristiwa penambahan senyawa magnesium (Mg) atau
Cerium (Ce) ke dalam logam cair pada temperatur 1450⁰C - 1510⁰C yang
bertujuan untuk mengubah bentuk grafit dari bentuk serpih menjadi bentuk
nodular atau bola – bola kecil. Karena Mg lebih murah dan mudah diperoleh,
maka biasanya unsur yang ditambahkan adalah Mg, sehingga dapat disebut juga
peristiwa Mg – Treatment. Banyaknya Mg yang ditambahkan dan larut dalam
logam cair tergantung pada kadar sulfur dan kadar oksigen. Banyaknya kadar Mg
yang efektif dapat dihitung dengan rumus :
Suhu per a uan er i ar antara 15 8⁰C - 1565⁰C yaitu uhu di ata titi
didih Mg. biasanya Mg ditambahkan dalam bentuk senyawa karena sifatnya
sangat eksplosif. Ada 5 cara penambahan Mg ke dalam logam cair, yaitu :
1) Cara ladle terbuka.
2) Cara sandwich.
3) Cara penambahan permukaan.
4) Cara plunging.
5) Cara vortex.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pada sifat mekanis dari besi
tuang nodular, yaitu :
1) Struktur grafit.
2) Jumlah grafit.
3) Struktur matriks.
4) Ukuran ketebalan.
5) Komposisi kimia.
1. Cacat Lubang-Lubang
Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam.
Tabel 3.1 Bentuk Cacat Lubang,Penyebab dan Pencegahan
Bentuk Cacat Lubang Penyebab Pencegahan
a. Rongga Udara a. Logam cair teroksidasi a. Temperature tuang
b. Saluran cerat dan ladel logam sebelum
tidak cukup kering penuangan, dipastikan
c. Temperatur penuangan sudah sesuai dan
terlalu rendah penuangan dengan
d. Penuangan terlalu cepat
lambat b. Diusahakan pada saat
pencairan alas kokas
dijaga agar logam
tidak berada di daerah
oksidasi
b. Lubang Jarum a. Permeabilitas pasir a. Pembuatan cetakan
cetak kurang sempurna yang teliti baik
b. Terlalu banyak yang permeabilitas,
keluar dari cetakan pemadatan yang
c. Lubang angin kurang cukup, lubang angin
memadai yang cukup
d. Tekanan di atas terlalu b. Diusahakan tekanan
rendah di atas dibuat tinggi
2. Cacat Retakan
Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa.
Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang selama
pembekuan. Penyebab cacat retakan adalah :
a. Perencanaan coran yang tidak memperhitungkan proses pembekuan, seperti
perbedaan tebal dinding coran yang tidak seragam
b. Pemuaian cetakan, dan inti menahan pemuaian dari coran.
c. Ukuran saluran turun da penambah yang tidak memadahi.
Upaya untuk mencegah cacat retakan adalah sebagai berikut:
a. Menyeragamkan proses pembekuan logam dengan memanfaatkan cil bila
perlu.
b. Pengisian logam cair dari beberapa tempat
c. Waktu penuangan harus sesingkat mungkin
d. Menghindakan coran yang memiliki sudut-sudut tajam
e. Menghindarkan perubahan mendadak pada dinding coran.
Bentuk Cacat
Penyebab Pencegahan
Permukaan kasar
d. Penyinteran a. Logam cair memiliki a. Menggunakan pasir
tegangan permukaan yang tahanan
yang kecil panasnya tinggi.
b. Logam cair memiliki b. Pemadatan pasir
tekanan static dan harus cukup
dinamik yang c. Menggunakan
berlebihan distribusi kekasaran
c. Temperatur tuang yang pasir yang sesuai
terlalu tinggi
d. Pasir terlalu kasar
e. Penetrasi Logam a. Logam cair memiliki a. Menggunakan pasir
tekanan static dan yang tahanan
dinamik yang panasnya tinggi
berlebihan b. Pemadatan pasir
b. Pemadatan pasir kurang harus cukup
c. Tahanan panas pasir c. Memperhitungkan
kurang tumbukan aliran
logam