Anda di halaman 1dari 23

DAPUR PENGECORAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu teknik Pengecoran Logam adalah salah satu teknik produksi dimana di
indonesia masih memerlukan banyak usaha dalam pembinanya yang lebih terarah,
sehingga kualitas produk, kemampuan produksi dan biaya produksi dalam proses
memproduksi benda-benda coran akan dapat menyaingi benda-benda coran
buatan luar negeri.
Dalam hal ini perlu pembinaan dilakukan, oleh karena itu ahli ilmu
pengecoran harus mampu mengembangkan industri pengecoran di Indonesia yang
mana salah satu caranya adalah dengan memberikan dasar ilmu pengetahuan yang
baik kepada Perguruan Tinggi yang mengambil program studi teknik produksi.
Dengan mempertimbangkan hal itu, maka diperlukan adanya sarana praktek yang
memadai, yang mana salah satu alat utama dalam pengecoran adalah Dapur
Crusible.
Dengan adanya Dapur Crusible maka diharapkan agar dapat mempraktekkan
ilmu yang diperolehnya selama dibangku perkuliahan dan membandingkannya
dengan ilmu praktek untuk lebih memantapkan pemahaman dalam bidang ilmu
teknik pengecoran.

1.2 Tinjuan Pustaka

1.2.1 Dapur Peleburan Alumunium


Proses peleburan adalah proses pencairan bahan (besi cor) dengan jalan
dipanaskan didalam sebuah dapur peleburan, setelah bahan mencair kemudian
dituang kedalam cetakan. Pada proses peleburan alumunium digunakan dapur
jenis crucible. Crucible yang ada dalam dapur berbentuk pot yang terbuat dari
lempung dicampur dengan pasir.
1.2.2 Dapur Crucible
Dapur crucible adalah dapur yang paling tua digunakan. Dapur ini
kontruksinya paling sederhana dan menggunakan kedudukan tetap dimana
pengambilan logam cair dilakukan dengan menggunakan ladle atau gayung.
Dapur ini sangat fleksibel dan serbaguna untuk peleburan dengan skala kecil dan
sedang. Bahan bakar dapur ini adalah gas atau bahan bakar minyak,karena mudah
mengawasi operasinya.

Gambar 1.1 Jenis Dapur Crucible


Sumber: scribd.com
Dalam gambar 1.1 ditunjukkan 3 jenis dapur krusibel yang biasa
digunakan yaitu krusibel angkat (lift-out crucible), pot tetap (stationary pot), dan
dapur tukik (tilting-pot furnance). Krusibel angkat yaitu Krusibel ditempatkan
didalam dapur dan dipanaskan hingga logam mencair. Bila logam telah melebur,
krusibel diangkat dari dapur dan digunakan sebagai label penuangan. Dapur pot
tetap Dapur tidak dapat dipindah, logam cair diambil dari kontainer dengan ladel.
Dapur tukik Dapat ditukik untuk menuangkan logam cair (Mikell P.Groover,
2000).

1.2.3 Tanur
Tanur adalah suatu alat sejenis oven berukuran besar, berupa ruangan
dengan penyekat termal yang dapat dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu,
untuk menyelesaikan tugas atau proses tertentu seperti pengeringan, pengerasan,
peleburan atau perubahan kimiawi. Salah satu tanur yang digunakan di era ini
adalah tanur induksi. Tanur induksi atau tungku induksi adalah tungku pemanas
yang digunakan untuk meleburkan logam dengan menggunakan energi listrik
untuk mendapatkan panas.
Gambar 1.2 Tanur Induksi
Sumber: kopijati.blogspot.co.id
a. Kelebihan menggunakan Tanur Induksi:
1) Hasil peleburan bersih
2) Mudah dalam mengatur/mengendalikan temperatur
3) Komposisi cairan homogen
4) Efesiensi penggunaan energi panas tinggi
5) Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material
b. Kelemahan Tanur Induksi
1) Biaya perawatan besar
2) Tingkat bahaya yang besar, mengingat tanur ini menggunakan energi listrik
yang besar
Alasan penggunaan dapur crusible adalah karena dapur crusible cocok
untuk meleburkan aluminium atau paduannya atau logam lain yang titik lelehnya
dibawah 1000C. Selain itu pengambilan terak juga lebih mudah. Alasan
penggunaan tanur induksi adalah karena menggunakan arus listrik sebagai sumber
energinya, selain mudah juga lebih efisien dan mudah di atur suhunya sesuai
keinginan.

1.3 Alat dan Bahan


a. Dapur pengecoran Crusible

1.4 Prosedur
a. Menghubungkan arus listrik antara dapur crusible dengan arus listrik pusat.
b. Menutup dapur crusibe dengan penutupnya
c. Menghidupkan sakelar lalu memutar regulator voltage sebesar 5 volt/10 menit
hingga mencapai 150 volt.
d. Memanaskan dapur hingga mencapai suhu 780C.

1.5 Pembahasan

Gambar 1.3 Superheating Dapur Crusible

Dapur pengecoran pada laboratorium fakultas Teknik Universitas Jember


berukuran cukup kecil, dan menggunaan tanur induksi yang bahannya terbuat dari
grafit. Pada praktikum ini cara penggunaan dapur pengecoran cukup mudah,
hanya tinggal menghubungkan arus pada dapur crusible dengan arus listrik.
Setelah itu menghidupkan sakelar dan memutar regulator voltage sebesar 5
volt/10 menit hingga mencapai 150 volt. Lalu kami memanaskan hingga mencapai
suhu 780C. Apabila di bandingkan dengan teori menurut kelompok kami dapur
pengecoran ini cukup efisien dan mudah di gunakan dan juga sesuai dengan teori
yang di jabarkan. Diperkuat dengan hasil praktikum di bawah ini:

Data di khusnul
1.6 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dijabarkan dari praktikum dapur pengecoran
adalah bahwa dapur crusible adalah dapur yang memiliki kontruksi sederhana dan
dapat digunakan untuk skala kecil maupun sedang. Dapur crusible sangat cocok di
gunakan untuk penelitian atau praktikum karena penggunaannya yang mudah dan
cepat di tambah dengan adanya tanur induksi yang semakin mempercepat proses
pengecoran. Karena bahan bakar yang digunakan adalah arus listrik.
CETAKAN

1.1 Latar Belakang


Pengecoran Logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk
geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam
cetakan yang memiliki rongga cetak (cavity) sesuai dengan bentuk atau desain
yang diinginkan. Setelah logam cair memenuhi rongga cetak dan tersolidifikasi,
selanjutnya cetakan disingkirkan dan hasil cor dapat digunakan untuk proses
sekunder.
Sehingga dalam hal ini proses pengecoran membutuhkan cetakan sebagai
tempat untuk menuangkan logam cair dan sebagai wadah untuk membentuk benda
yang di inginkan, oleh karena itu pembuatan cetakan yang baik sangat
berpengaruh terhadap hasil pengelasan. Faktornya bisa mempengaruhi kualitas
mold adalah dari segi konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan
lainnya.

1.2 Tinjauan Pustaka


Ada lebih dari satu jenis cetakan pengecoran yang digunakan dalam
pengecoran logam. Masing-masing jenis cetakan digunakan oleh satu atau lebih
metode pengecoran logam. Ini kombinasi dari cetakan dan metode memungkinkan
untuk berbagai ukuran casting, jumlah dan sifat. Namun dalam hal ini kami akan
membahas tentang cetakan pasir. Karena cetakan ini sering sekali digunakan
dalam berbagai pengecoran. Dikarenakan cetakan pasir ini memiliki beberapa
keunggulan yaitu dapat mencetak titik lebur yang tinggi seperti baja, nikel dan
titanium, dapat mencetak cor dari berbagai ukuran, jumlah produksi dari satu
sampai jutaan.
Untuk jenis pasir yang digunakan, biasanya menggunakan pasir Silika (SIO 2)
atau bisa juga dicampur dengan mineral lain seperti tanah lempung atau resin
organik seperti turan. Besar kecilnya ukuran pasir sangat mempengaruhi hasil
cetakan. Ilustrasinya jika pasir yang kita gunakan mempunyai ukuran butir kecil
maka akan menghasilkan permukaan coran yang baik, sedangkan jika kita
menggunakan pasir yang berukuran besar maka hasil yang kita dapatkan akan
memiliki permeabilitas yang baik yang berfungsi untuk membebaskan gas gas
dalam rongga cetak selama proses penuangan logam. Sedangkan jika
menggunakan pasir yang berukuran tidak menentu akan menghasilkan cetakan
yang kekuatanya lebih tinggi , akan tetapi permeabilitasnya kurang baik
Klasifikasi cetakan berdasarkan umurnya ada pengecoran sekali pakai dan
ada pengecoran dengan sekali pakai dan ada pengecoran dengan cetakan
permanen. Cetakan pasir termasuk dalam cetakan sekali pakai karena hanya bisa
digunakan satu kali pengecoran saja setelah itu cetakan dirusak saat pengambilan
benda coran.
Bagian bagian cetakan pasir adalah sebagai berikut:
a.Cavity (rongga cetakan), yaitu tempat logam cair yang di tuangkan ke dalam
cetakan. Cavity ini di buat dengan pola dan bentuk cetakan sama dengan benda
yang akan di cor.
b.Core(inti), biasanya berbahan pasir karena bagian ini diharuskan memiliki daya
tahan yang tinggi untuk menahan temperatur cair logam.
c.Gating sistem (sistem saluran masuk), untuk mengalirkan logam cair ke dalam
rongga cetakan.

Gambar 1.1 Bagian-bagian cetakan pasir


Sumber: logamceper.com
d.Sprue(saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertical.
e.Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang berfungsi untuk
mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung ke ladle ke sprue.
f.Raiser(penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam
mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
Beberapa indikator untuk menentukan kualitas cetakan pasir :
a. Kekuatan, kemampuan cetakan untuk mempertahankan bentuknya dan tahan
terhadap pengikisan oleh aliran logam cair. Hal ini tergantung pada bentuk pasir,
kualitas pengikat dan faktor-faktor yang lain.
b. Permeabilitas, kemampuan cetakan untuk membebaskan udara panas dan gas
dari dalam cetakan selama operasi pengecoran melalui celah-celah pasir cetak.
c. Stabilitas termal, kemampuan pasir pada permukaan rongga cetak untuk
menahan keretakan dan pembengkokan akibat sentuhan logam cair.
d. Kolapsibilitas (collapsibility), kemampuan cetakan membebaskan coran untuk
menyusut tanpa menyebabkan coran menjadi retak.
e. Reusabilitas, kemampuan pasir (dari pecahan cetakan) untuk digunakan
kembali (didaur ulang).

1.3 Alat dan bahan


1.3.1 Frame
a. Kayu dengan lebar = 4 cm, tebal c. Geraji sudut
=1,5 cm d. Lem
b. 4 paku kecil e. Penggaris dan ATK

1.3.2 Pattern
a. Kayu yang sudah di bentuk pola f. Dempul
b. Ampelas g. Pylox
c. Lidi h. Koran
d. Paku i. Lem
e. Geraji j. ATK

1.3.3 Cetakan Pasir


a. Pasir c. Bak pasir
b. Ayakan mesh 60 d. Clay
e. 1 Corong besar dan 2 corong g. Kayu
kecil. h. Air
f. Palu

1.4 Prosedur
1.4.1 Frame
a. Memotong kayu dengan ukuran panjang 10 cm dengan gergaji sudut, atur sudut
sebesar 45 derajat.
b. Lakukan hingga mendapatkan 8 potong kayu.
c. Setelah itu lem kayu dengan perekat dengan membentuk frame.
d. Tunggu lem hingga agak mengering, lalu paku di beberapa sisi agar tidak geser
dan kuat.

1.4.2 Pattern
a. Memotong kayu dengan panjang 5 cm (2 potong)
b. Mengampelas sisi luar kayu hingga sangat halus dan sesuai pola yang
diinginkan
c. Setelah halus, memberi lubang pada kedua sisi bagian dalam, lalu salah satu sisi
di beri lidi. Coba satukan, jika pas maka pattern berhasil.
d. Jika sudah berhasil, memberi dempul pada pattern hingga halus, lalu keringkan.
e. Apabila sudah kering, ampelas lagi biar semakin halus, lalu cat menggunakan
spray, jangan lupa di beri koran agar tidak meleber ke berbagai tempat.
f. Mengeringkan

1.4.3 Cetakan Pasir


a. Mengayak pasir hingga halus dengan ayakan pasir mesh 60
b. Menyiapkan pattern dan framenya.
c. Memberi pasir sedikit air dan clay
d. Membentuk pasir ke dalam fram separuh saja, lalu masukkan pattern.
e. Mentatak-tatak hingga menggumpal dan padat, lakukan hal sama pada frame
selanjutnya. Jangan lupa beri lubang untuk pasangan frame yang satu dengan pipa
corong kecil.
f. Setelah itu tatak-tatak lagi hingga padat dengan kayu bilis atau palu.
g. Menyatukan frame, jika sudah presisi angkat pattern dari pasir lalu satukan
kembali.

1.5 Pembahasan

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 1.2 Proses pembuatan mold

Pembuatan mold atau cetakan diawali dengan pembuatan frame, yaitu dengan
pemotongan kayu menggunakan gergaji sudut dengan sudut sebesar 45 (Gambar
a). Lalu frame di lem dan di paku kemudian di bor (Gambar b) . Kemudian
pembuatan membuat pattern sesuai dengan ketentuan, pembuatan pattern harus
benar-benar halus agar menghasilkan permukaan coran yang baik dan pada
praktikum ini, kami mengecat pattern dengan dempul dan pylox agar rongga-
rongga yang berlubang dapat tertutupi. Setelah pembuatan pattern selesai, dapat
dilakukan pembuatan cetakan pasir. Pasir diayak dulu untuk mendapatkan pasir
yang halus agar dapat menghasilkan permukaan yang baik. Ukuran pasir sangat
berpengaruh terhadap hasil coran, seperti yang telah di jabarkan pada landasan
teori diatas bahwa pasir yang berukuran besar akan menghasilkan permeabilitas
yang baik dan pasir yang ukurannya tidak menentu akan menghasilkan kekuatan
yang baik.
Gambar diatas adalah proses pembuatan cetakan pasir dimana pasir diaduk
dengan clay dan air (Gambar c). Kemudian frame diisi dengan pasir dengan
ketebalan dari ketebalan frame. Lalu diisi dengan pattern, dan memasukkan
kembali pasir sambil di tatak-tatak agar padat (Gambar d). Lalu kami melakukan
hal yang sama pada frame kedua, bedanya kami memberi corong untuk slauran
masuknya (Gambar e). Setelah itu kami menyatukan kedua frame, dan cetakan
pasir siap digunakan(Gambar f). Jadi jenis cetakan ini adalah cetakan pasir basah.
Namun semua akan percuma apabila pasirnya tidak halus, oleh karena itu pasir
sangat berperan penting terhadap hasil coran Anda.

1.6 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum membuat cetakan adalah bahwa pasir sangat
berpengaruh terhadap hasil pengecoran, oleh karena itu di buatlah pola atau
pattern yang halus dengan mengampelas, mendempul hingga mengecatnya agar di
peroleh pattern yang baik untuk pengecoran. Karena pattern yang sudah di dempul
akan memiliki kehalusan permukaan dan ketika di cat pori-pori udara pada pattern
akan terisi oleh cat. Selain itu pasir juga di ayak untuk memperoleh pasir yang
halus agar hasil pengecoran lebih berkualitas dan permukaannya halus.
PROSES PENGECORAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan logam ternyata tidak hanya sebatas benda dengan permukaan rata.
Kebutuhan akan logam juga berkembang pesat seiring dengan teknologi yang
mendukungnya. Sekarang kita bisa menghasilkan benda logam dalam bentuk
apaun tanpa harus mengalami proses penenmpaan.
Oleh karena itu pengecoran yang baik akan menghasilkan benda yang baik
pula, karena proses pengecoran juga membutuhkan teknik-teknik serta
pengetahuan tentang logam. Instrumen pendukung seperti, jenis dapur, jenis
cetakan, bentuk pola, dan lainnya akan sangat berpengaruh dalam mengurangi
kecacatan hasil pengecoran. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang
proses pengecoran agar dapat meminimalisir kecacatan.

1.2 Tinjauan Pustaka

1.2.1 Proses Pengecoran

Gambar 1.1 Proses Pengecoran


Sumber: academia.edu.com
Dalam gambar 1.1 ditunjukkan tahapan pengecoran logam dengan
menggunakan cetakan pasir sebagai berikut :
a. Pembuatan pola dan persiapan e. Pendinginan
pasir cetak f. Pembongkaran cetakan pasir
b. Pembuatan cetakan pasir g. Pembersihan dan pemeriksaan
b. Persiapan logam aluminium hasil coran
c. Peleburan logam aluminum h. Perlakuan panas jika diperlukan
d. Penuangan logam cair ke cetakan i. Produk cor selesai.

1.2.2 Jenis-Jenis Pengecoran


a. Sand Casting, Yaitu jenis pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir.
Jenis pengecoran ini paling banyak dipakai karena ongkos produksinya
murah dan dapat membuat benda coran yang berkapasitas bertonton.

Gambar 1.2 Sand Casting


Sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pada Gambar 1.2 di
atas. Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak) yang terdiri dari dua bagian, bagian
atas disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak cetak yang terdiri dari
tiga bagian, bagian tengahnya disebut cheek. Kedua bagian kotak cetakan
disatukan pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.

1.3 Alat dan bahan


a. Logam Alumunium yang bersih dari cat,timah atau bahan lain.
b. Sendok pengambil
(a) kerak (b)
c. Tang
d. Tungku Pengecoran
e.Alat-alat keselamatan kerja
f.Mold
g.Tatakan Pasir.

1.4 Prosedur
a. Memanaskan tungku pengecoran.
b. Setelah suhu mencapai 780C, masukkan logam yang akan dileburkan
menggunakan tang.
c. Menutup tungku dengan penutup bata keramik yang telah disediakan.
d. Menunggu sekitar 30 menit, jika sudah mencapai superheating maka logam
sudah mencair.
e. Menyiapkan mold di atas tatakan pasir, tepatnya di bawah tungku.
f. Mengambil kerak dengan sendok, setelah bersih baru logam bisa di tuang
kedalam cetakan.
g. Menarik tuas dari tungku lalu, tuang logam ke mold dengan hati-hati
h. Memastikan, antara mold dan mulut tungku berada pada posisi yang tepat.
i. Proses penuangan di butuhkan lebih dari 2 orang, ada yang menuang ada yang
memegang tatakan pasir ada yang mengarahkan posisi mold.

1.5 Pembahasan

Gambar 1.3 Proses peleburan logam aluminium


Proses pengecoran diawali dengan pembuatan cetakan yang terdiri dari
pembuatan frame, pattern lalu cetakan pasir. Setelah cetakan jadi, maka logam di
leburkan pada tungku (Gambar 1.2) lalu kerak yang ada pada logam diambil
menggunakan sendok setelah itu logam cair di tuang ke dalam cetakan pasir.

Gambar 1.4 Penuangan logam aluminium ke dalam mold


Seperti pada gambar 1.3 diatas, proses penuangan logam cair ke dalam mold
harus presisi, yaitu antara posisi cetakan dengan mulut tungku agar logam tepat
masuk kedalam saluran masuk dan menghasilkan coran yang utuh. Setelah logam
cair di tuangkan ke dalam mold maka biarkan logam di dalam mold dingin untuk
beberapa saat. Baru setelah itu kita dapat melakukan pembongkaran cetakan untuk
melihat hasil coran. Gambar a menunjukkan logam aluminium setelah di tuang.
Dan gambar b memperlihatkan hasil pengecoran ketika mold belum di hancurkan.

(c)

Gambar 1.4 Proses pengecoran


Setelah hasil coran diambil dari cetakan (Gambar c) maka kita dapat
melakukan finishing pada benda kerja tersebut yaitu dengan menggerinda atau
memotong bentukan aluminium yang tidak diinginkan an memperhalus beberapa
sisi yang kasar dengan gerinda.
1.6 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kami adalah pada saat proses pengecoran yang
paling penting adalah saat menuagkan logam cair ke dalam mold. Proses
penuangan harus dilakukan secara teliti dan hati-hati untuk mendapatkan hasil
coran yang penuh (logam cair memenuhi cetakan saat di tuangkan) dan bagus.
Selain itu saat penuangan juga harus di perhatikan penggunaan alat-alat
keselamatan kerja karena alat keselamatan kerja sangat membantu saat proses
penuangan berlangsung. Seperti dapat menghindari panas dan menghindari
percikan logam yang tidak di inginkan.
CACAT PENGECORAN

1.1 Latar Belakang

Industri pengecoran logam tumbuh seiring dengan perkembangan teknik dan


metode pengecoran serta berbagai model produk cor yang membanjiri pasar
domestik. Produk cor banyak kita jumpai mulai dari perabotan rumah tangga,
komponen otomotif, pompa air sampai propeler kapal. Permintaan pasar akan
produk logam cor yang prospektif dan luas ini, kurang diimbangi dengan
peningkatan kualitas produk yang dihasilkan sehingga banyak kita jumpai produk
dengan kualitas yang rendah yakni banyaknya cacat yang timbul pada produk cor
khususnya pada pengecoran menggunakan cetakan pasir, salah satunya yaitu cacat
permukaan.
Cacat permukaan tersebut dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah
desain sistem saluran yang kurang baik. Sistem saluran pada cetakan pasir meliputi
cawan tuang, saluran turun (sprue), dam atau waduk, saluran pengalir (runner),
saluran penambah (riser), dan saluran masuk (ingate).

1.2 Tinjauan Pustaka


1.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cacat pada Coran
Proses pengecoran dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari pembuatan
cetakan, proses peleburan, penuangan dan pembongkaran. Untuk menghasilkan
coran yang baik maka semuanya harus direncanakan dan dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Namun hasil coran sering terjadi ketidak sempurnaan atau cacat.
Cacat yang terjadi pada coran dipengaruhi oleh bebrapa factor yaitu :
a. Desain pengecoran dan pola
b. Pasir cetak dan desain cetakan dan inti
c. Komposisi muatan logam
d. Proses peleburandan penuangan
e. Sistim saluran masuk dan penambah.
1.2.2 Macam- macam Cacat Pada Pengecoran
Macam- macam Cacat Coran Komisi pengecoran internasional telah
membuat penggolongan cacat- cacat coran dan dibagi menjadi 9 macam, yaitu :
a. Ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas
b. Lubang-lubang
c.Retakan
d.Permukaan kasar
e. Salah alir
f. Kesalahan ukuran
g. Inklusi dan struktur tak seragam
h. Deformasi
i. Cacat-cacat tak nampak

a. Cacat ekor tikus tak menentu atau kekasaran yang meluas.

Gambar 1.1 Cacat ekor tikus


Sumber: logamceper.com
1) Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
a) Kecepatan penuangan terlalu lambat f) Perbaikan cetakan yang tidak
b) Temperatur penuangan terlalu tinggi sempurna
c) Ketahanan panas pasir cetak rendah g) Pelapisan cetakan yang terlalu tebal
d) Terjadi pemanasan setempat akibat h) Kepadatan cetakan pasir yang
letak saluran turun yang salah kurang
e) Pasir cetak banyak mengandung i) Lubang angin pada cetakan kurang
unsure kental atau lumpur
2) Penanggulangannya sebagai berikut:
a) Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak benyak
mengandung unsure lumpur.
b) Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin yang
cukup dan pelapisan tipis yang merata.
c) Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran, mengecek temperature
logam sebelum penuangan, tempertur tuang harus sesuai yang disyaratkan.
d) Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu.

b. Cacat lubang-lubang
Tabel 1.1. Cacat lubang-lubang penyebab dan pencegahan
Sumber: logamceper.com
Bentuk Cacat Lubang Penyebab Pencegahan

1. Rongga Udara - Logam cair teroksidasi -Diusahakan pada saat


- Saluran cerat dan ladel pencairan alas kokas
tidak cukup kering dijaga agar logam tidak
- Temperatur penuangan berada di daerah
terlalu rendah oksidasi.
- Penuangan terlalu -Temperature tuang
lambat logam sebelum
- Cetakan kurang kering penuangan, dipastikan
sudah sesuai dan
penuangan dengan
cepat.
2. Lubang jarum - Permeabilitas pasir - Pembuatan cetakan
cetak kurang sempurna yang teliti baik
- Terlalu banyak yang permeabilitas,
keluar dari cetakan pemadatan yang cukup,
- Lubang angin kurang lubang angin yang
memadai cukup
- Tekanan di atas terlalu - Diusahakan tekanan di
rendah atas dibuat tinggi

3. Penyusutan dalam - Logam cair teroksidasi -Diusahakan pada saat


- Temperatur penuangan pencairan alas kokas
terlalu rendah dijaga agar logam tidak
- Bahan muatan logam berada di daerah
banyak kotoran dan oksidasi.
berkarat -Temperature tuang
- Perencanaan dan logam sebelum
peletakan penambah penuangan, dipastikan
tidak sempurna sudah sesuai dan
penuangan dengan
cepat.

c. Cacat Permukaan Kasar


Tabel 2.2 Bentuk, penyebab dan pencegahan cacat permukaan kasar
Sumber: logamceper.com
Bentuk Cacat Penyebab Pencegahan

a. Cetakan rontok Bagian cetakan yang Cermat dan teliti saat


lemah runtuh pembuatan cetakan
Cetakan runtuh.saat
penarikan pola
Kemiringan pola tidak
cukup
Cetakan kurang padat
Kekuatan pasir cetak
kurang
b. Kup terdorong ke atas -Bagian yang cembung -Kedua permukaan
dari cetakan rontok dan pisah harus rata dan
pecahan pasir jatuh betul-betul rapat
dalam cetakan -Pemeriksaan bagian
dalam cetakan sebelum
penuangan
c. Penetrasi logam Logam cair memiliki Menggunakan pasir
tekanan static dan yang tahanan panasnya
dinamik yang berlebihan tinggi
Pemadatan pasir kurang Pemadatan pasir harus
Tahanan panas pasir cukup
kurang Memperhitungkan
tumbukan aliran logam.

1.3 Alat dan Bahan

a. Dapur Pengecoran

b. Aluminium Bekas ( Kaleng, Piston)

1.4 Pembahasan

1.4.1 Pembahasan Pengecoran Pertama

Gambar 1.2 Hasil pengecoran tampak bawah dan tampak samping

Berdasarkan hasil praktikum pengecoran, dengan melebur kaleng bekas


minuman yang berbahan alumunium sebanyak 300 gram. Benda kerja yang di
hasilkan masih terdapat cacat antara lain:
a. Cacat Lubang jarum pada permukaan benda kerja, hal ini disebabkan oleh
Permeabilitas pasir cetak kurang sempurna , terlalu banyak yang keluar dari
cetakan , dan lubang angin kurang memadai. Cacat ini dapat dicegah dengan
membuat cetakan yang teliti baik permeabilitas dan pemadatan yang cukup.
b. Terdapat Penyusutan dalam hal ini disebabakan oleh logam cair teroksidasi,
temperatur penuangan terlalu rendah, bahan muatan logam banyak kotoran dan
berkarat dan perencanaan dan peletakan penambah tidak sempurna.

1.4.2 Pembahasan Pengecoran Kedua

Gambar 1.3 Hasil pengecoran tampak atas dan tampak samping


Untuk memperbaiki hasil pengecoran benda kerja yang pertama kami
melakukan pengecoran yang kedua dengan menggunakan bahan pelebur nya yaitu
piston sebanyak 3 buah, yang dilebur didalam dapur pengecoran selama 30 menit.
Berdasarkan hasil praktikum hasil yang didapat juga masih terdapat beberapa
kekurangan yaitu terdapat
a. Lubang- lubang jarum pada permukaan benda kerja, hal ini disebabkan oleh
permeabilitas pasir cetak kurang sempurna, terlalu banyak yang keluar dari
cetakan, lubang angin kurang memadai. Cacat ini dapat dicegah dengan
pembuatan cetakan yang teliti baik permeabilitas dan pemadatan yang cukup.
Gambar 1.4 Cacat lubang-lubang jarum
b. Rongga udara, hal ini dikarenakan oleh logam cair teroksidasi ,saluran cerat
dan ladel tidak cukup kering , temperatur penuangan terlalu rendah , penuangan
terlalu lambat. Cacat ini dapat dicegah dengan mengusahakan pada saat pencairan
alas kokas dijaga agar logam tidak berada di daerah oksidasi. Temperature tuang
logam sebelum penuangan, dipastikan sudah sesuai dan penuangan dengan cepat.

Gambar 1.5 Cacat rongga udara


c. Terdapat cacat ekor tikus yang diakibatkan dari pasir permukaan cetakan yang
mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut. Kekasaran yang meluas
merupakan cacat pada permukaan yang diakibatkan oleh pasir cetak yang tererosi.

Gambar 1.6 Cacat ekor tikus

1.6 Kesimpulan
Kesimpulan pada cacat pengecoran sebenarnya tidak dapat di pisahkan dari
pembuatan cetakan dan kesalahan pada proses penuangan. Cacat yang terjadi pada
hasil coran kami di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cacat ekor
tikus, lubang jarum dan rongga udara serta kekasaran permukaan. Hal ini
dikarenakan logam cair sudah mendingin karena keterlambatan penuangan dan
ketidaktepatan penuangan akibat posisi mulut dapur dengan mold tidak tepat.

Anda mungkin juga menyukai