Ilmu teknik Pengecoran Logam adalah salah satu teknik produksi dimana di
indonesia masih memerlukan banyak usaha dalam pembinanya yang lebih terarah,
sehingga kualitas produk, kemampuan produksi dan biaya produksi dalam proses
memproduksi benda-benda coran akan dapat menyaingi benda-benda coran
buatan luar negeri.
Dalam hal ini perlu pembinaan dilakukan, oleh karena itu ahli ilmu
pengecoran harus mampu mengembangkan industri pengecoran di Indonesia yang
mana salah satu caranya adalah dengan memberikan dasar ilmu pengetahuan yang
baik kepada Perguruan Tinggi yang mengambil program studi teknik produksi.
Dengan mempertimbangkan hal itu, maka diperlukan adanya sarana praktek yang
memadai, yang mana salah satu alat utama dalam pengecoran adalah Dapur
Crusible.
Dengan adanya Dapur Crusible maka diharapkan agar dapat mempraktekkan
ilmu yang diperolehnya selama dibangku perkuliahan dan membandingkannya
dengan ilmu praktek untuk lebih memantapkan pemahaman dalam bidang ilmu
teknik pengecoran.
1.2.3 Tanur
Tanur adalah suatu alat sejenis oven berukuran besar, berupa ruangan
dengan penyekat termal yang dapat dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu,
untuk menyelesaikan tugas atau proses tertentu seperti pengeringan, pengerasan,
peleburan atau perubahan kimiawi. Salah satu tanur yang digunakan di era ini
adalah tanur induksi. Tanur induksi atau tungku induksi adalah tungku pemanas
yang digunakan untuk meleburkan logam dengan menggunakan energi listrik
untuk mendapatkan panas.
Gambar 1.2 Tanur Induksi
Sumber: kopijati.blogspot.co.id
a. Kelebihan menggunakan Tanur Induksi:
1) Hasil peleburan bersih
2) Mudah dalam mengatur/mengendalikan temperatur
3) Komposisi cairan homogen
4) Efesiensi penggunaan energi panas tinggi
5) Dapat digunakan untuk melebur berbagai jenis material
b. Kelemahan Tanur Induksi
1) Biaya perawatan besar
2) Tingkat bahaya yang besar, mengingat tanur ini menggunakan energi listrik
yang besar
Alasan penggunaan dapur crusible adalah karena dapur crusible cocok
untuk meleburkan aluminium atau paduannya atau logam lain yang titik lelehnya
dibawah 1000C. Selain itu pengambilan terak juga lebih mudah. Alasan
penggunaan tanur induksi adalah karena menggunakan arus listrik sebagai sumber
energinya, selain mudah juga lebih efisien dan mudah di atur suhunya sesuai
keinginan.
1.4 Prosedur
a. Menghubungkan arus listrik antara dapur crusible dengan arus listrik pusat.
b. Menutup dapur crusibe dengan penutupnya
c. Menghidupkan sakelar lalu memutar regulator voltage sebesar 5 volt/10 menit
hingga mencapai 150 volt.
d. Memanaskan dapur hingga mencapai suhu 780C.
1.5 Pembahasan
Data di khusnul
1.6 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dijabarkan dari praktikum dapur pengecoran
adalah bahwa dapur crusible adalah dapur yang memiliki kontruksi sederhana dan
dapat digunakan untuk skala kecil maupun sedang. Dapur crusible sangat cocok di
gunakan untuk penelitian atau praktikum karena penggunaannya yang mudah dan
cepat di tambah dengan adanya tanur induksi yang semakin mempercepat proses
pengecoran. Karena bahan bakar yang digunakan adalah arus listrik.
CETAKAN
1.3.2 Pattern
a. Kayu yang sudah di bentuk pola f. Dempul
b. Ampelas g. Pylox
c. Lidi h. Koran
d. Paku i. Lem
e. Geraji j. ATK
1.4 Prosedur
1.4.1 Frame
a. Memotong kayu dengan ukuran panjang 10 cm dengan gergaji sudut, atur sudut
sebesar 45 derajat.
b. Lakukan hingga mendapatkan 8 potong kayu.
c. Setelah itu lem kayu dengan perekat dengan membentuk frame.
d. Tunggu lem hingga agak mengering, lalu paku di beberapa sisi agar tidak geser
dan kuat.
1.4.2 Pattern
a. Memotong kayu dengan panjang 5 cm (2 potong)
b. Mengampelas sisi luar kayu hingga sangat halus dan sesuai pola yang
diinginkan
c. Setelah halus, memberi lubang pada kedua sisi bagian dalam, lalu salah satu sisi
di beri lidi. Coba satukan, jika pas maka pattern berhasil.
d. Jika sudah berhasil, memberi dempul pada pattern hingga halus, lalu keringkan.
e. Apabila sudah kering, ampelas lagi biar semakin halus, lalu cat menggunakan
spray, jangan lupa di beri koran agar tidak meleber ke berbagai tempat.
f. Mengeringkan
1.5 Pembahasan
Pembuatan mold atau cetakan diawali dengan pembuatan frame, yaitu dengan
pemotongan kayu menggunakan gergaji sudut dengan sudut sebesar 45 (Gambar
a). Lalu frame di lem dan di paku kemudian di bor (Gambar b) . Kemudian
pembuatan membuat pattern sesuai dengan ketentuan, pembuatan pattern harus
benar-benar halus agar menghasilkan permukaan coran yang baik dan pada
praktikum ini, kami mengecat pattern dengan dempul dan pylox agar rongga-
rongga yang berlubang dapat tertutupi. Setelah pembuatan pattern selesai, dapat
dilakukan pembuatan cetakan pasir. Pasir diayak dulu untuk mendapatkan pasir
yang halus agar dapat menghasilkan permukaan yang baik. Ukuran pasir sangat
berpengaruh terhadap hasil coran, seperti yang telah di jabarkan pada landasan
teori diatas bahwa pasir yang berukuran besar akan menghasilkan permeabilitas
yang baik dan pasir yang ukurannya tidak menentu akan menghasilkan kekuatan
yang baik.
Gambar diatas adalah proses pembuatan cetakan pasir dimana pasir diaduk
dengan clay dan air (Gambar c). Kemudian frame diisi dengan pasir dengan
ketebalan dari ketebalan frame. Lalu diisi dengan pattern, dan memasukkan
kembali pasir sambil di tatak-tatak agar padat (Gambar d). Lalu kami melakukan
hal yang sama pada frame kedua, bedanya kami memberi corong untuk slauran
masuknya (Gambar e). Setelah itu kami menyatukan kedua frame, dan cetakan
pasir siap digunakan(Gambar f). Jadi jenis cetakan ini adalah cetakan pasir basah.
Namun semua akan percuma apabila pasirnya tidak halus, oleh karena itu pasir
sangat berperan penting terhadap hasil coran Anda.
1.6 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum membuat cetakan adalah bahwa pasir sangat
berpengaruh terhadap hasil pengecoran, oleh karena itu di buatlah pola atau
pattern yang halus dengan mengampelas, mendempul hingga mengecatnya agar di
peroleh pattern yang baik untuk pengecoran. Karena pattern yang sudah di dempul
akan memiliki kehalusan permukaan dan ketika di cat pori-pori udara pada pattern
akan terisi oleh cat. Selain itu pasir juga di ayak untuk memperoleh pasir yang
halus agar hasil pengecoran lebih berkualitas dan permukaannya halus.
PROSES PENGECORAN
Kebutuhan logam ternyata tidak hanya sebatas benda dengan permukaan rata.
Kebutuhan akan logam juga berkembang pesat seiring dengan teknologi yang
mendukungnya. Sekarang kita bisa menghasilkan benda logam dalam bentuk
apaun tanpa harus mengalami proses penenmpaan.
Oleh karena itu pengecoran yang baik akan menghasilkan benda yang baik
pula, karena proses pengecoran juga membutuhkan teknik-teknik serta
pengetahuan tentang logam. Instrumen pendukung seperti, jenis dapur, jenis
cetakan, bentuk pola, dan lainnya akan sangat berpengaruh dalam mengurangi
kecacatan hasil pengecoran. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang
proses pengecoran agar dapat meminimalisir kecacatan.
1.4 Prosedur
a. Memanaskan tungku pengecoran.
b. Setelah suhu mencapai 780C, masukkan logam yang akan dileburkan
menggunakan tang.
c. Menutup tungku dengan penutup bata keramik yang telah disediakan.
d. Menunggu sekitar 30 menit, jika sudah mencapai superheating maka logam
sudah mencair.
e. Menyiapkan mold di atas tatakan pasir, tepatnya di bawah tungku.
f. Mengambil kerak dengan sendok, setelah bersih baru logam bisa di tuang
kedalam cetakan.
g. Menarik tuas dari tungku lalu, tuang logam ke mold dengan hati-hati
h. Memastikan, antara mold dan mulut tungku berada pada posisi yang tepat.
i. Proses penuangan di butuhkan lebih dari 2 orang, ada yang menuang ada yang
memegang tatakan pasir ada yang mengarahkan posisi mold.
1.5 Pembahasan
(c)
b. Cacat lubang-lubang
Tabel 1.1. Cacat lubang-lubang penyebab dan pencegahan
Sumber: logamceper.com
Bentuk Cacat Lubang Penyebab Pencegahan
a. Dapur Pengecoran
1.4 Pembahasan
1.6 Kesimpulan
Kesimpulan pada cacat pengecoran sebenarnya tidak dapat di pisahkan dari
pembuatan cetakan dan kesalahan pada proses penuangan. Cacat yang terjadi pada
hasil coran kami di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cacat ekor
tikus, lubang jarum dan rongga udara serta kekasaran permukaan. Hal ini
dikarenakan logam cair sudah mendingin karena keterlambatan penuangan dan
ketidaktepatan penuangan akibat posisi mulut dapur dengan mold tidak tepat.