1
Proses pengayaan pasir secara manual
2. PEMBUATAN POLA
pola yang digunakan adalah polalogam. Pola logam digunakan agar dapat
menjaga ketelitian ukuran benda coran, terutama dalam produksi masal,
sehingga pola harus tahan lama dan memiliki produktivitas tinggi.
3. PEMBUATAN CETAKAN
Cetakan yang digunakan adalah cetakan yang dibuat dengan tangan.bahan
yang digunakan terdiri dari campuran tanah lempung, tanah pasir dan air.
Biasanya pasir cetakan dicampur dengan bahan pengikat (bentonit) terlebih
dahulu agar lebih mudah merekat atau dimampatkan, bentonit juga bisa di
tambahkan jika produk yang di buat berukuran kecil dengan bentuk yang
sulit. Pembuatan cetakan pasir biasanya dilakukan dengan urutan sebagai
berikut :
1. Papan cetakan diletakkan pada lantai yang rata dengan pasir yang
tersebar mendatar.
2. Pola dan rangka cetakan untuk drag diletakkan di atas papan
cetakan.Rangka cetakan harus cukup besar sehingga tebalnya pasir
30-50 mm. Letak saluran turun ditentukan terlebih dahulu.
3. Pasir muka yang telah diayak ditaburkan untuk menutupi permukaan
pola dalam rangka cetak. Lapisan pasir muka dibuat setebal 30 mm.
4. Pasir cetak ditimbun di atasnya dan dipadatkan dengan penumbuk.
Dalam penumbukan ini harus dilakukan secara hati-hati agar pola
tidak terdorong langsung oleh penumbuk. Selanjutnya pasir yang
tertumbuk melewati tepi atas dari rangka cetakan digaruk dan cetakan
diangkat bersama dengan pola dari papan cetakan.
5. Cetakan dibalik dan diletakkan pada papan cetakan, dan setengah pola
lainnya bersama - sama rangka cetakan untuk cup dipasang di atasnya,
kemudian bahan pemisah ditaburkan di permukaan pisah dan di
permukaan pola.
2
6. Batang saluran turun dan pola penambah dipasang, kemudian pasir muka dan
pasir cetak dimasukkan dalam rangka cetakan dipadatkan. Selanjutnya cup
dipisahkan dari drag dan diletakkan mendatar pada papan cetakan. Pengalir
dan saluran turun dibuat dengan menggunakan spatula, Pola untuk pengalir
dan saluran dipasang sebelumnya yang bersentuhan dengan pola utama, jadi
tidak perlu dibuat dengan spatula.
4. BAHAN BAKU
Bahan baku yang biasanya di gunakan adalah:
1. Bekas rumah pompa sentrifugal.
2. Produk yang gagal cetak
3. Sisa pengecoaran yaitu dari saluran turun saat penuangan coran.
4. Semua jenis besi tua yang memenuhi syarat besi cor kelabu,
5. PROSES PELEBURAN
Proses produksi benda-benda tuangan dilakukan dengan terlebih dahulu
meleburkan Besi mentah (pig Iron) didalam dapur peleburan, dimana bahan
tuangan ditambah dengan besi tua atau baja tua sebelum dicor. Secara prinsip
terdapat 3 type dapur peleburan yang dapat kita gunakan, yaitu :
1. Dapur Cupola
Dapur cupola merupakan dapur peleburan yang memiliki prinsip kerja
serta konstruksinya sama dengan dapur tinggi, namun dalam sekala yang
lebih kecil. Perbedaannya dapur cupola pemakaiannya tidak bersifat terus-
3
menerus (continuously) sebagaimana dapur tinggi namun dapat digunakan
sewaktu-waktu jika diperlukan pengecoran. Untuk mengoperasikan dapur
cupola ini kokas sebagai bahan bakarnya didesak kedalam dapur,
demikian pula lapisan pengganti yakni pecahan besi mentah serta kokas
juga baja rongsokan dan besi tua dimasukan kedalamnya serta
sejumlah batu kapur (limestone) sebagai fluksi dari asap kokas. Selain
kokas sebagai bahan bakar pada dapur cupola ini juga digunakan oli
atau gas.
4
3. Dapur Putar
Dapur putar (rotary furnance) digunakan sebagai dapur peleburan dalam
memproduksi besi tuang dengan kualitas khusus, pemanasannya diperoleh
dari semburan bahan bakar cair, oli atau gas ke dalam tabung peleburan
yang selalu berputar atau bergerak dengan penggerak rantai atau
penggerak gesek, gerakan memutar ini memungkinkan proses peleburan
menjadi lebih merata.
4. Dapur Listrik
Pada dasarnya dapur peleburan ini merupakan tungku penghasil panas
dengan temperatur kerja diatas titik cair dari bahan yang akan diproses,
demikian halnya dengan dapur listrik ini. Yang berbeda dari dapur listrik
dengan dapur-dapur lainnya adalah system pembentukan panasnya dimana
panas pada dapur listrik diperoleh dari energi listrik yang dialirkan melalui
electrode atau busur sebagai penghantar. Dengan logam sebagai bahan
baku produk dimana juga merupakan penghantar arus listrik , maka
hantaran listrik dapat dilakukan dengan 2 cara yakni secara langsung atau
yang disebut dengan direct arc dan tidak langsung atau yang disebut
indirect arc. Perletakan dari macam-macam Dapur peleburan dapat
dilihat pada gambar berikut.
Besi cair yang dihasilkan kupola dituang kedalam ladel yang telah dilapisi
bata tahan api. Pada proses ini dilakukan inokulasi, yaitu penambahan silikon
ke dalam cairan besi. Penambahan ferro silikon atau zat-zat pembentuk grafit
dalam jumlah yang kecil 0.05-0.25 % maka akan terbentuk grafit tipe A.
Tujuan dari inokulasi adalah:
1. Membentuk inti-inti pembekuan agar pembekuan terarah dan
terkendali.
2. Penyebaran grafit yang merata.
3. Memperbaiki sifat-sifat mekanik.
5
Metode yang lazim digunakan untuk proses inokulasi adalah dengan cara
memasukkan inokulan ke dalam ladel sebelum besi cair dituang dari kupola
ke dalam ladel. Sebelum besi cair dituang ke dalam cetakan, besi cair
dipindahkan kedalam ladel-ladel tuang. Namun sebelum digunakan ladel ini
harus terlebih dahulu dilapisi dengan bata tahan api yang dikeringkan dengan
burner gas atau burner minyak residu selama setengah sampai satu jam
7. PROSES PENDINGINAN
8. PROSES PEMBONGKARAN
Proses pembongkaran coran yang telah di dinginkan di lakukan dengan cara
mengangkat coran tersebut dari cetakannya, dengan salah satu caranya yaitu
mengungkit dengan besi.
9. CORAN
Penyingkiran saluran turun dan penambahan coran dilakukan setelah coran
dilepas dari cetakan. Ada dua cara untuk melepaslan saluran turun dan
penambahan ,yaitu dengan cara mekanis dan manual. Dalam praktek di
lapangan, biasanya saluran-saluran tersebut lepas dengan sendirinya waktu
dilakukan penyingkiran pasir atau kalau belum lepas ,biasanya dilepaskan
dengan cara dipalu atau dibenturkan satu sama lain. Bekas saluran turun ini
selanjutnya akan digunakan pada peleburan selanjutnya
10. CLEANING
Setelah dilakukan pembongkaran, pasir yang melekat di permukaan benda
coran dibersihkan dengan cara disikat dengan sikat kawat
6
11. MACHINING
12. PEMERIKSAAN
Proses selanjutnya setelah proses machining adalah proses pemeriksaan
kualitas produk. Pemeriksaan produk puli terdiri atas:
1. Pemeriksaan rupa
Dalam hal ini yang diteliti adalah ketidak teraturan, inklusi pasir,
retakan dan sebagainya yang terdapat pada permukaan produk.
2. Pemeriksaan cacat dalam
Dalam pemeriksaan ini diteliti adanya cacat-cacat seperti rongga
udara, rongga penyusutan, retakan dan sebagainya yang ada dalam
produk tanpa mematahkannya. Sebagai hasil pemeriksaan produk
mengenai macam-macam cacat, bentuk, tempat yang diteliti, keadaan
produk dan lain-lainnya harus dicatat secara tepat. Selanjutnya bagi
produk yang lulus pemeriksaan, tingkat kualitasnya harus dicatat24
secara tepat dengan jalan yang sama untuk umpan balik dalam
perencanaan teknik sedangkan untuk produk puli yang mengalami
cacat ringan (tidak parah) misalnya adanya rongga/lubang kecil pada
permukaan produk, maka masih dapat diatasi dengan cara
penambalan.
13. PENAMBAHAN
Prosedur penambalan dimulai dengan menambal cacat dengan dempul
kemudian dilanjutkan dengan menghaluskan dempul dengan cara
mengampelas dan mengecat. Sedangkan untuk jenis cacat yang parah
misalnya puli tidak rata atau penyusutannya terlalu besar maka tidak bisa
diperbaiki dan biasanya dilebur kembali untuk pengecoran selanjutnya.
7
14. BARANG JADI
Pada proses ini adalah termasuk proses akhir dari kseluruhan proses yang
telah di lakukan di atas. Untuk selanjutnya produk tersebut hanya
memerlukan satu proses tambahan yaitu puli tersebut harus di cat. Proses
pengecatan disini bertujuan untuk mengindari agar produk tidak berkarat
8
1.3. KARAKTERISTIK BESI TUANG
Karakteristik besi tuang tergantung pada struktur mikronya. Sedangkan struktur
mikro besi cor dipengaruhi oleh komposisi besi, karbon dan temperaturnya. Untuk
menunjukkan jenis fasa yang terjadi dalam keadaan setimbang antara suhu dan
komposisi maka diperlukan diagram fasa besi-karbon (Fe-C). Diagram fasa besi-
karbon dapat menunjukkan daftar rangkaian operasi yang menunjukkan fasa yang
9
terbentuk pada paduan besi-karbon dengan komposisi karbon dan temperatur
tertentu
10
Komposisi Kandungan Besi Cor ( H eine 1981)
Unsur Besi kelabu (%) Besi nodular (%) Besi putih (%) Besi mampu tempa (%)
di atas menunjukkan bahwa unsur karbon dan silikon sangat mempengaruhi jenis
besi cor yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi karena karbon dan silikon
mempengaruhi terbentuknya grafit dalam besi cor bila kadarnya ditingkatkan
sedangkan ketika besi dalam fase cair, karbon bersenyawa dengan besi
membentuk karbida besi. Silikon yang terkandung dalam besi cor akan
menyebabkan sementit menjadi kurang stabil sehingga cenderung membentuk
grafit. Selain kandungan karbon dan silikon, terbentuknya berbagai jenis besi cor
juga dipengaruhi oleh laju pendinginan selama proses pembekuan. Unsur-unsur
paduan logam dan non logam ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat
mekanik besi cor sesuai yang diinginkan. Besi cor mempunyai lapisan yang
mengandung grafit berbentuk flake (serpihan) sehingga mempunyai kekuatan
tarik yang tidak begitu tinggi dan keuletannya sangat rendah sehingga tidak dapat
dibentuk selain dengan proses pengecoran dan permesinan. Bila pada besi cair
ditambahkan sedikit magnesium atau serium, maka grafitnya akan berubah
menjadi bulat (spheroid) yang mempunyai keuletan lebih tinggi
11
Besi cor kelabu adalah besi cor yang kandungan karbonnya bervariasi antara 2,5%
- 4% sementara kandungan silikon antara 1% - 3%. Sebagian besar grafit yang
terbentuk pada besi cor jenis ini adalah serpihan (flakes), yang sekitarnya
dilingkupi matrik ferit atau perlit. Secara umum bentuk mikrostruktur besi cor
kelabu tidak selalu sama, hal ini dipengaruhi oleh komposisi atau pengaruh dari
perlakuan panas Besi cor kelabu terbentuk dari paduan besi dan karbon dengan
laju pendinginan medium (dengan matrik berupa perlit) dan pendinginan lambat
(dengan matrik berupa ferit).
Besi cor putih mempunyai kandungan silikon di bawah 1%, karbon antara 2,8
3,6 %. merupakan paduan besi dan karbon dengan waktu pendinginan yang cepat
dan mempunyai fasa sementit sehingga mempunyai karakteristik yang keras tetapi
sangat rapuh, serta tidak terbentuk grafit seperti besi cor lainnya karena unsur
silikonnya rendah dan tingginya laju pendinginan dan warna patahannya berwarna
putih, sehingga dinamakan besi cor putih. Pada saat proses pengecoran, besi cor
putih biasanya terbentuk pada lapisan tipis permukaan benda hasil coran. Hal ini
disebabkan oleh pembekuan lebih cepat yang dialami oleh benda coran. Lapisan
besi cor putih ini sering disebut sebagai chilled.
12
nodular ferit mempunyai kekuatan tarik 380-480 MPa dengan keuletan 10 20%.
Besi cor jenis ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat roda gigi, katup, bodi
pompa dan berbagai komponen mesin lainnya
13
1.7. KEGUNAAN BESI TUANG
Pipa yang menahan tekanan dari laur sangat tinggi
Tutup lubang saluran drainasi dan alat saniter lain
Bagian struk rangka yang menahan gaya tekan
Bagian mesin, blok mesin
Pintu gerbang,tiang lampu
Sendi, rol jembatan
14
BAB II
BAJA KONTRUKSI
Baja konstruksi merupakan baja yang di buat untuk keperluan konstruksi karena
memiliki sifat mekanik yang memadai (kekuatan , kekakuan daktilitas dan weldability ) .
Karena keperluanya sangat penting, maka baja ini memiliki perlakuan yang berbeda dari
baja lainya, misalnya dari proses manufaktur dan juga kandungan yang ada dalam baja
tersebut. Untuk lebih detailnya akan di jelaskan lebih lanjut .
Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi kasar baik padat maupun cair,
besi bekas ( skrap ) dan beberapa paduan logam. Ada beberapa proses pembuatan baja
antara lain :
1. Proses konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap kesamping.
Sistem kerja
15
si terbakar, p membentuk oksida phospor (p2o5), untuk mengeluarkan besi cair
ditambahkan zat kapur (cao),
Keuntungan :
16
Proses
CO2 C 2CO
17
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % c : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % c : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % c : hammers dan sledges.
Baja karbon tinggi (high carbon steel) tool steel
- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % - 1,50 % c
penggunaan
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Untuk membuat sifat-sifat spesial
18
1. Baja tahan karat (stainless steel)
Sifatnya antara lain:
Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
Tahan temperature rendah maupun tinggi
Memiliki kekuatan besar dengan massa yang kecil
Keras, liat, densitasnya besar dan permukaannya tahan aus
Tahan terhadap oksidasi
Kuat dan dapat ditempa
Mudah dibersihkan
Mengkilat dan tampak menarik
2. High strength low alloy steel (hsls)
Sifat dari hsla adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan
terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang
baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas
maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga
(cu), nikel (ni), chromium (cr), molybdenum (mo), vanadium (va) dan columbium.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas
yang diberikan antara lain:
a. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe w oleh aisi), shock
resisting (tipe s), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan
repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
b. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan
yang berbeda-beda. Tipe o dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak
sedangkan tipe a dan d didinginkan di udara.
c. Hot work steel (tipe h), mula-mula dipanaskan hingga (300 500) c dan
didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan
molybdenum sehingga sifatnya keras.
d. High speed steel (tipe t dan m), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten
dan molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul
dan tahan panas tetapi tidak tahan kejut.
e. Campuran carbon-tungsten (tipe f), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan
tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.
a. Menurut penggunaannya:
Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7 % c.
19
Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % c.
b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
Baja tahan garam (acid-resisting steel)
Baja tahan panas (heat resistant steel)
Baja tanpa sisik (non scaling steel)
Electric steel
Magnetic steel
Non magnetic steel
Baja tahan pakai (wear resisting steel)
Baja tahan karat/korosi
mempunyai sifat mekanik lebih baik dari pada baja karbon biasa.
Kodefikasi adalah penamaan baja tergantung dari keperluanya. Penamaan tersebut bisa di
buat melalui penggolongan komposisi kimia maupun sifat mekanik baja. Adapun
kodefikasi yang sering di gunakan dalam dunia industri adalah :
20
Aisi / sae
Standarisasi dengan sistem aisi dan juga sae merupakan tipe standarisasi dengan
berdasarkan pada susunan atau komposisi kimia yang ada dalam suatu baja. Ada
beberapa ketentuan dalam standarisasi baja berdasarkan aisi atau sae, yaitu :
Dinyatakan dengan 4 atau 5 angka:
Angka pertama menunjukkan jenis baja.
Angka kedua menunjukkan:
Kadar unsur paduan untuk baja paduan sederhana.
Modifikasi jenis baja paduan untuk baja paduan yang kompleks.
Dua angka atau tiga angka terakhir menunjukkan kadar karbon perseratus persen.
Bila terdapat huruf di depan angka maka huruf tersebut menunjukkan proses
pembuatan bajanya.
Contoh standarisasi baja karbon dengan aisi-sae :
sae 1045, berarti :
Angka 1 : baja karbon
Angka 0 : persentase bahan alloy (tidak ada)
Angka 45 : kadar karbon (0.45% karbon)
21
Jis (japanese industrial standard)
Standarisasi dengan sistem jis merupakan salah satu tipe standarisasi atas dasar aplikasi
produksi dan grade (kualifikasi untuk aplikasi tertentu). Jis standard dikembangkan oleh
japanese industrial standards comitee yang merupakan bagian dari kementrian industri
dan perdagangan internasional di tokyo. Sama halnya dengan standarisasi aisi-sae,
standarisasi jis juga mempunyai beberapa ketentuan, diantaranya :
22
*) contoh standarisasi baja karbon dengan jis :
Din
Dalam standar din , baja konstruksi dinyatakan dengan huruf st yang di ikuti oleh
bilangan yang menunjukan kekuatan tarik minimum dari baja itu. Misalnya st 37, st 60
dll.
Din menetapkan nama baja karbon dengan huruf st c yang di ikuti angka per seratus
persen karbonya. Misalnya baja dengan kadar karbon 0,35% dinyatakan sebagai st c35
dalam proses pembuatan baja konstruksi sering kali digunakan unsur paduan
yang akan meningkatkan sifat mekanik bahan. Penambahan unsur paduan ini karena
kondisi bahan kurang memenuhi kebutuhan untuk di gunakan sebagai bahan konstruksi.
Adanya penambahan carbon meskipun meningkatkan kekuatan namun juga akan
menaikan tingkat kegetasan bahan sehingga bahan tidak mampu menyerap energi dari
beban . Berikut unsur paduan yang di tambahkan pada baja konstruksi :
1. Nikel : kelarutanya dalam austenit dan ferit tinggi sekali sehingga meningkatkan
kekuatan dan ketangguhan bahan.
2. Mangan :
Mengurangi kecenderungan terjadinya hot shortness yang di timbulkan oleh
belerang. Dengan membentuk mns, titik leburnya menjadi tinggi , sehingga dapat
di hot-work dengan baik
3. Chrom :
Dapat larut dalam austenit sampai 13% dan dalam ferit tak terbatas. Pada baja
karbon rendah, chrom cenderung larut sehingga meningkatkan kekuatan dan
ketangguhan .
baja konstruksi dapat di produksi dengan berbagai macam cara. Misalnya seperti
penambahan unsur paduan, perlakuan panas dll. Hal itu di lakukan untuk mencapai sifat
23
mekanik bahan yang diinginkan. Sifat mekanik bahan yang cocok untuk di gunakan
sebagai bahan konstruksi adalah
1. Keuletan tinggi
Bahan yang ulet mampu menyerap energi dari beban sehingga akan meluluh
sebelum terjadi fracture, sehingga akan mudah di ketahui bahan tersebut harus di
ganti atau tidak.
2. Mampu las
Karena konstruksi memerlukan penyambungan, maka baja konstruksi harus
memiliki sifat mampu las yang baik.
3. Tahan korosi ( dalam kondisi tertentu )
Adanya korosi akan mengurangi sifat mekanik bahan dalam penggunaanya.
Karena korosi akan memperkecil fatigue strength pada baja.
4. Kekuatan dan ketangguhan tinggi.
Besi plat
Besi strip
Besi siku
Besi beton, dll
Jika baja memiliki kandungan c = 0.2 -0.3% , digunakan untuk bahan pembuatan :
Mur
Baut
Paku keling
Baja tempa, dll
24
BAB III
BAJA PADUAN
3.1. PENGERTIAN
Baja dikatakan padu jika kompesisi unsur-unsur paduannya secara khusus, bukan
baja karbon biasa yang terdiri dari unsur silisium dan mangan. Baja paduan semakin
banyak digunakan.Unsur yang paling banyak digunakan untuk baja paduan, yaitu: Cr,Mn,
Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb dan Zr.
Penambahan unsur-unsur lain dalam baja karbon dapat dilakukan dengan satu
atau lebih unsur, tergantung dari karakteristik atau sifat khusus yang dikehendaki. Baja
ini memiliki lebih kekuatan, kekerasan, kekerasan panas, memakai perlawanan,
kemampukerasan, atau ketangguhan dibandingkan dengan baja karbon. However, they
may require heat treatment to achieve such properties.
Unsur paduan ditambahkan untuk mencapai sifat tertentu dalam materi. Sebagai
pedoman, unsur paduan ditambahkan dalam persentase lebih rendah (kurang dari 5%)
untuk meningkatkan kekuatan atau kekerasan, atau dalam persentase yang lebih besar
(lebih dari 5%) untuk mencapai sifat-sifat khusus, seperti ketahanan korosi atau suhu
ekstrim stabilitas.
Mangan(Mg), silicon(Si), atau aluminium(Al) ditambahkan selama pembuatan
baja proses untuk menghilangkan oksigen terlarut dari lelehan. Mangan, silikon, nikel,
dan tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dengan membentuk larutan
padat di ferit. Kromium, vanadium, molibdenum, dan tungsten meningkatkan kekuatan
dengan membentuk fase kedua-karbida. Nikel dan tembaga meningkatkan ketahanan
korosi dalam jumlah kecil. Molibdenum membantu untuk melawan embrittlement.
Zirconium, cerium, dan kalsium meningkatkan ketangguhan dengan mengendalikan
bentuk inklusi. Mangan sulfida, timbal, bismut, selenium, dan telurium-mesin meningkat.
Elemen paduan cenderung yang baik untuk membentuk senyawa atau karbida.
Nikel sangat larut dalam ferit, sehingga membentuk senyawa, biasanya Ni 3 Al.
Aluminium larut dalam ferit dan membentuk senyawa Al 2 O 3 dan AlN. Silikon juga
sangat larut dan biasanya membentuk senyawa SiO 2 M x O y. Mangan kebanyakan larut
dalam membentuk senyawa ferit Mns, MnO SiO 2, tetapi juga akan membentuk karbida
dalam bentuk (Fe, Mn) 3 C. Bentuk kromium partisi antara fasa ferit dan karbida di baja,
membentuk (Fe, Cr 3) C, Cr 7 C 3, dan Cr 23 C 6. Jenis bentuk kromium karbida yang
tergantung pada jumlah karbon dan jenis-jenis elemen paduan hadir. Tungsten dan
molibdenum membentuk karbida jika ada karbon yang cukup dan tidak adanya unsur-
unsur pembentuk karbida kuat (yaitu titanium & niobium), mereka membentuk karbida
Mo 2 C dan W 2 C, masing-masing. Vanadium, titanium, dan niobium karbida unsur-
unsur kuat yang membentuk karbida V 3 C 3, TiC, dan NIC satu demi satu.
Unsur paduan juga memiliki mempengaruhi pada suhu eutektoid baja. Mangan
dan nikel eutektoid menurunkan suhu dan dikenal sebagai unsur menstabilkan austenit.
Cukup dengan elemen-elemen ini pada struktur austenitik dapat diperoleh pada suhu
25
kamar. Elemen pembentukan karbida eutektoid menaikkan suhu; elemen ini dikenal
sebagai unsur menstabilkan ferit.
26
3.2. PROSES PEMBUATAN
Proses dalam Dapur Tinggi
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini zat
karbon monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat asam pada suhu
tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi +1800C dengan udara panas,maka dihasilkan suhu
yang dapat menyelenggarakan reduksi tersebut. Agar tidak terjadi pembuntuan karena
proses berlangsung maka diberi batu kapur sebagai bahan tambahan. Bahan tambahan
bersifat asam apabila bijih besinya mempunyai sifat basa dan sebaliknya bahan tambahan
diberikan yang bersifat basa apabila bijih besi bersifat asam.
Gas yang terbentuk dalam dapur tinggi selanjutnya dialirkan keluar melalui
bagian atas dan kedalam pemanas udara. Terak yang menetes ke bawah melindungi besi
kasar dari oksida oleh udara panas yang dimasukkan, terak ini kemudian dipisahkan.
Proses reduksi di dalam dapur tinggi tersebut berlangsung sebagai berikut:
Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi :
C+O2 CO2
Sebagian dari CO2 bersama dengan zat arang membentuk zat yang berada ditempat yang
lebih atas yaitu gas CO.
CO + C 2CO
Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 300-800C oksid besi yang lebih tinggi diubah
menjadi oksid yang lebih rendah oleh reduksi tidak langsung dengan CO tersebut
menurut prinsip :
Fe O + CO 2FeO+CO
Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan terjadi reduksi
tidak langsung menurut prinsip :
FeO+CO FeO+CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang mereduksi
melainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen. Sedangkan reduksi langsung terjadi
pada bagian yang terpanas dari dapur, yaitu langsung diatas pipa pengembus. Reduksi ini
berlangsung sebagai berikut.
FeO+C Fe+CO
CO yang terbentuk itulah yang naik ke atas untuk mengadakan reduksi tidak langsung
tadi.
27
Setiap 4-6 jam dapur tinggi dicerat, pertama dikeluarkan teraknya dan baru
kemudian besi. Besi yang keluar dari dapur tinggi disebut besi kasar atau besi mentah
yang digunakan untuk membuat baja pada dapur pengolahan baja atau dituang menjadi
balok-balok tuangan yang dikirimkan pada pabrik-pabrik pembuatan baja sebagai bahan
baku. Besi cair dicerat dan dituang menjadi besi kasar dalam bentuk balok-balok besi
kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran untuk pembuatan besi tuang (di dalam
dapur kubah) atau masih dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja
(dapur Siemen Martin).
Terak yang keluar dari dapur tinggi dapat pula dimanfaatkan menjadi
bahanpembuatan pasir terak atau wol terak sebagai bahan isolasi atau sebagai bahan
campuran semen. Besi cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi sebelum dituang
menjadi balok besi kasar sebagai bahan ancuran di pabrik penuangan, perlu dicampur
dahulu di dalam bak pencampur agar kualitas dan susunannya seragam. Dalam bak
pencampur dikumpulkan besi kasar cair dari bermacam-macam dapur tinggi yang ada
untuk mendapatkan besi kasar cair yang sama dan merata. Untuk menghasilkan besi kasar
yang sedikit mengandung belerang didalam bak pencampur tersebut dipanaskan lagi
menggunakan gas dapur tinggi.
28
memurnikan baja. Gas oksigen dialirkan ke dalam tungku melalui pipa pengalir
(oxygen lance) dan bereaksi dengan cairan logam di dalam tungku. Gas oksigen
akan mengikat karbon dari besi kasar berangsur-angsur turun sampai mencapai
tingkat baja yang dibuat. Disamping itu, selama proses oksidasi berlangsung terjadi
panas yang tinggi sehingga dapat menaikkan temperatur logam cair sampai diatas 1650
oC.
Pada saat oksidasi berlangsung, ke dalam tungku ditambahkan batu kapur. Batu
kapur tersebut kemudian mencair dan bercampur dengan bahan-bahan impuritas
(termasuk bahan-bahan yang teroksidasi) membentuk terak yang terapung diatas
baja cair.
Bila proses oksidasi selesai maka aliran oksigen dihentikan dan pipa pengalir
oksigen diangkat/dikeluarkan dari tungku. Tungku BOF kemudian dimiringkan dan
benda uji dari baja cair diambil untuk dilakukan analisa komposisi kimia.
Bila komposisi kimia telah tercapai maka dilakukan penuangan (tapping).
Penuangan tersebut dilakukan ketika temperatur baja cair sekitar 1600 oC.
Penuangan dilakukan dengan memiringkan perlahan- lahan sehingga cairan baja
akan tertuang masuk kedalam ladel. Di dalam ladel biasanya dilakukan skimming
untuk membersihkan terak dari permukaan baja cair dan proses perlakuan
logam cair (metal treatment). Metal treatment tersebut terdiri dari proses
pengurangan impuritas dan penambahan elemen-elemen pemadu atau
lainnya dengan maksud untuk memperbaiki kualitas baja cair sebelum
dituang ke dalam cetakan.
29
3.3. KLASIFIKASI BAJA PADUAN
30
3. Berdasarkan strukturnya:
a. Baja pearlit (sorbit dan troostit)
Unsur-unsur paduan relatif kecil maximum 5% Baja ini mampu
dimesin, sifat mekaniknya meningkat oleh heat treatment (hardening
&tempering)
b. Baja martensit
Unsur pemadunya lebih dari 5 %, sangat keras dan sukar dimesin
c. Baja austenit
Terdiri dari 10 30% unsur pemadu tertentu (Ni, Mn atau CO)
Misalnya : Baja tahan karat (Stainless steel), nonmagnetic dan baja
tahan panas (heat resistant steel).
d. Baja ferrit
Terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi
karbonnya rendah. Tidak dapat dikeraskan.
e. Karbid atau ledeburit
Terdiri sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, W,
Mn, Ti, Zr).
31
18-21% Ni, 2-3% Si, ada yang terdiri dari 13-15% Cr, 13-15% Ni,
yang lainnya terdiri dari 2-2,7% W, 0,25-0,4% Mo, 0,4-0,5% C).
32
Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening
dengan pendinginan yang berbeda-beda. Tipe O dijelaskan
dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A dan D
didinginkan di udara.
Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300
500) C dan didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini
banyak mengandung tungsten dan molybdenum sehingga
sifatnya keras.
High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan
baja dengan tungsten dan molybdenum tanpa dilunakkan.
Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan panas
tetapi tidak tahan kejut.
Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras
tapi tidak tahan aus dan tidak cocok untuk beban dinamis
serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.
5. Klasifikasi lain antara lain :
a. Menurut penggunaannya:
Baja konstruksi (structural steel), mengandung karbon kurang dari 0,7
% C.
Baja perkakas (tool steel), mengandung karbon lebih dari 0,7 % C.
b. Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
Baja tahan garam (acid-resisting steel)
Baja tahan panas (heat resistant steel)
Baja tanpa sisik (non scaling steel)
Electric steel
Magnetic steel
Non magnetic steel
Baja tahan pakai (wear resisting steel)
Baja tahan karat/korosi
c. Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan
dan komposisi kimia maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)
d. Selain itu baja juga diklasifisikan menurut kualitas:
Baja kualitas biasa
Baja kualitas baik
Baja kualitas tinggi
33
Baja paduan merupakan campuran dari baja dan beberapa jenis logam lainnya
dengan tujuan untuk memperbaiki sifat baja karon yang relatif mudah berkarat
dan getas bila kadar karbonnya tinggi. Selain itu, penambahan unsur paduan juga
bertujuan untuk memperbaiki sifat mekanik diantaranya:
Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan
perubahan bentuk di bawah tekanan. Penambahan logam (Ni, Cr,
Molibdenum) dengan komposisi sesuai akan menambah kekuatan
baja, sebab Ni dan Cr yang ditambahkan akan masuk ke susunan
atom dan menggantikan berapa atom C. Penambahan tersebut dapat
meningkatkan kekuatan sampai lima kali lipat.
Elasisitas
Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan unuk kembali ke bentuk
semula setelah pembebanan ditiadakan atau dilepas. Modulus
elastisitas merupakan indikator dari sifat elastis. Adanya
penambahan logam pada baja akan meningkatkan kemampuan
elastisitasnya dengan nilai modulus elastisitas yang lebih besar dari
sebelumnya. Berikut beberapa logam dan nilai modulus
elastisitasnya jika ditambahkan pada baja:
Batas mulur (Plastisitas)
Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untukberubah bentuk secara
permanen setelah diberi beban. Logam yang ditambahkan berupa nikel,
vanadium, titanium, tungsten, chrome dsb akan meningkatkan nilai batas
mulur. Hal tersebut disebabkan dengan penambahan logam yang memiliki
batas mulur tinggi akan menghasilkan baja paduan yang batas mulurnya
tinggi pula.
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu material untuk menahan
tarikan dua gaya yang saling berlawanan arah dan segaris. Logam
Ni dan Cr merupakan bahan yang biasa ditambahankan untuk
meningkatkan kemampuan menahan tariakan, selain sebagai
penambah kekutan tekan.
Keuletan
Keuletan adalah kemampuan suatu material untuk diregang atau
ditekuk secara permanent tanpa mengakibatkan pecah atau patah.
Baja dengan kandungan karbon rendah memiliki keuletan yang
tinggi, sehingga dengan paduan logam lain kadar karbonnya akan
turun. Selain itu, kandungan fosfor pada baja paduan yang rendah
akan meningkatkan keuletannya.
34
Tahan aus
Tahan aus merupakan. Paduan logam yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan tahan aus diantaranya nikel, chrom, dan
vanadium.
35
Gambar Kurva Tegangan dan Regangan (baja paduan AISI 4.140)
Baja Paduan tahan terhadap perubahan suhu, ini berarti sifat fisisnya tidak banyak
berubah.
Penambahan Molibdenum akan memperbaiki baja menjadi tahan terhadap
suhu tinggi,liat dan kuat
Penambahan Wolfram dan penambahan Kobalt juga memberikan
pengaruh yang sama seperti pada penambahan Molibdenum yaitu membuat
baja paduan tahan terhadap suhu tinggi
36
coran, kawat yang terbuat dari baja karbon, rangka mesin perontok padi, gear pada
mesin milling, alat tap, pipa, dan masih banyak lagi alat atau mesin yang
menggunakan baja karbon.
37
Untuk dua angka pertama dalam sebutan ini menandakan paduan utama (s) dari
baja. Dua angka berikutnya dalam penunjukan menandakan jumlah karbon dalam baja.
Masing-masing unsur logam lainnya memilki angka kode yang mengisi digit pertama,
yaitu:
Baja Karbon:
Digit pertama adalah "1" seperti dalam 10xx, 11xx, dan 12xx
Digit kedua menjelaskan proses: "1" adalah resulfurized dan "2" adalah
resulfurized dan rephosphorized.
Baja Mangan:
Digit pertama adalah "1" seperti dalam 13xx dan, memang, baja karbon. Namun,
karena mangan adalah normal produk baja karbon membuat AISI / SAE telah
memutuskan untuk tidak mengklasifikasikan sebagai baja paduan.
Digit kedua selalu "3"
Baja Molybdenum:
38
43xx Ni 1.82%, Cr 0.50% to 0.80%, Mo 0.25%
44xx Mo 0.40% or 0.52%
46xx Ni 0.85% or 1.82%, Mo 0.20% or 0.25%
47xx Ni 1.05%, Cr 0.45%, Mo 0.20% or 0.35%
48xx Ni 3.50%, Mo 0.25%
50xx Cr 0.27% or 0.40% or 0.50% or 0.65%
50xxx Cr 0.50%, C 1.00% min
50Bxx Cr 0.28% or 0.50%
51xx Cr 0.80% or 0.87% or 0.92% or 1.00% or 1.05%
51xxx Cr 1.02%, C 1.00% min
51Bxx Cr 0.80%
52xxx Cr 1.45%, C 1.00% min
61xx Cr 0.60% or 0.80% or 0.95%, V 0.10% or 0.15% min
86xx Ni 0.55%, Cr 0.50%, Mo 0.20%
87xx Ni 0.55%, Cr 0.50%, Mo 0.25%
88xx Ni 0.55%, Cr 0.50%, Mo 0.35%
92xx Si 1.40% or 2.00%, Mn 0.65% or 0.82% or 0.85%, Cr 0.00% or 0.65%
39
3.7. BENTUK, UKURAN, DAN HARGA YANG ADA DI PASAR
Bentuk Ukuran /Bentuk Harga
Mur dan Baut 10 Rp 1000
12 Rp1250
14 Rp1500
Palu Rp 21.000
Gunting Rp 27.500
2 inchi Rp 550.000
Gembok 20 mm Rp 8.000
30 mm Rp 12.000
35 mm Rp 20.000
Ragum 3 inchi Rp 100.000
8 inchi Rp 750.000
40
BAB IV
BAJA TAHAN KARAT
Kandungan Atom
Chromium: Kromium Adalah Unsur Pembentuk Ferrite, Yang Berarti
Penambahan Kromium Menstabilkan Struktur Bcc Besi. Jumlah Minimum Krom
Sekitar 10.5% Penting Untuk Membentuk Lapisan Pasif Krom Stabil Yang
Berguna Untuk Melindungi Baja Dari Mild Atmospheric Corrosion. Efek
Kromium Ini Penting Karena Pengaruhnya Pada Pembentukan Dan Penghilangan
Scale Oksida Yang Dihasilkan Dari Perlakuan Panas Atau Pengelasan. 6
42
Molibdenum: Molibdenum Berfungsi Untuk Mendukung Kromium Dalam
Ketahanan Korosi
Klorida Tehadap Ss. Ketika Kandungan Krom Dalam Ss Sedikitnya 18%,
Penambahan Molybdenum Menjadi Tiga Kali Lebih Efektif Seperti Penambahan
Krom Dalam Melawan Pitting Dan Crevice Corrosion Di Lingkungan Klorida
Molibdenum Adalah Unsur Pembentuk Ferrite Dan Juga Meningkatkan
Kecenderungan Ss Membentuk Fasa Intermetalik Yang Merusak. Oleh Karena Itu
Kandungan Molibdenum Dibatasi Kurang Dari 4% Dalam Dss.
Nickel: Nickel Adalah Unsur Penstabil Austenit, Yang Berarti Penambahan Nikel
Pada Besi Paduan Mempromosikan Perubahan Struktur Kristal Dari Bcc (Ferritic)
Ke Fcc (Austenitic). Ferritic Ss Mengandung Sedikit Nikel Sedangkan, Dss
Mengandung Nikel Sekitar 4-7%. Seperti Terlihat Pada Gambar
43
Kadar Karbon Tidak Mempengaruhi Kepada Daya Tahap Korosi Terhadap
Air, Asam Maupun Gas.
Mangan (Mn)
Berperan Meningkatkan Kekuatan Dan Kekerasan
Menurunkan Laju Pendinginan Kritik
Meningkatkan Ketahanan Abrasi
Memperbaiki Kualitas Permukaan
Mengikat Sulfur (S) Sehingga Memperkecil Terbentuknya Sulfide Besi
(Fes) Yang Dapat Menimbulkan Rapuh Panas (Hot Shortness).
Posfor (P)
Pada Baja Sangat Merugikan, Oleh Karena Itu Pada Baja Kualitas Tinggi Selalu
Diusahakan Maksimum :0,03-0,05%.
Sulfur (S)
Unsur Belerang Dapat Menyebabkan Baja Menjadi Getas, Oleh Karena Itu Hanya
Diperkenankan Kadarnya Antara 0,025-0,030%.
Silikon (Si)
Seperti Halnya Mn, Si Ini Selalu Akan Terdapat Dalam Baja, Karena Bijih Besi
Selalu Mengandung Mn Dan Si
Pada Baja Maksimum 0,35%
Menaikkan Sifat Mekanik
Menaikkan Ketahanan Terhadap Larutan Kimia (14% S) Tetapi Sifatnya
Menjadi Kaku.
Krom (Cr)
Membentuk Karbida (Tergantung Jenis Perlakuan Dan Kadarnyai)
Meningkatkan Temperatur Austenisasi
Meningkatkan Ketahann Korosi
Meningkatkan Mampu Keras
Meningkatkan Kekuaatna Dan Kekerasan
Meningkatkan Ketahanan Aus
Molibden (Mo)
Sangat Besar Pengaruhnya Terhadap Sifat Mampu Keras Dibanding Unsur
Lain
Menaikkan Kekuatan, Kekerasan
Dikombinasikan Dengan Krom Dan Nikel Akan Menghasilkan Titik
Luluh Dan Kekuatan Tarik Yang Tinggi
44
Mempunyai Kecenderungan Yang Tinggi Untuk Membentuk Karbida
Menurunkan Kepekaaan Terhadap Temper Embrittlement.
Vanadium (V)
Menaikkan Titik Luluh Dan Kekuatan
Pembentuk Karbida Yang Kuat Dan Stabil
Penambahan Sedikit Vanadium Menaikkan Kekerasan Pada Tempertaur
Tinggi Dan Mengurangi Pertumbuhann Butir.
Nikel (Ni)
Menaikkan Kekuatan
Menaikkan Ketangguhan
Meningkatkan Ketahanan Korosi
45
Kekerasan Bervariasi Tergantung Pada Temperatur Transformasinya
Jika Terbentuk Pada Temperatur Yang Relatif Tinggi Disebut Upper
Bainit (Strukturnya Seperti Perlit Yang Sangat Halus).
Jika Terbentuk Pada Temperatur Yang Relatif Rendah Disebut Lower
Bainit (Strukturnya Menyerupai Martensit Temper).
Martensit
Merupakan Fasa Yang Terbentuk Akibat Karbon Larut Lewat Jenuh Pada
Besi Alfa
Terjadi Dengan Pendinginan Yang Cepat Sel Satuannya Body Center
Tetragonal (Bct) Atom Karbon Dianggap Menggeser Latis Kubus Menjadi
Tetragonal
Makin Tinggi Konsentrasi Karbon, Makin Banyak Posisi Interstisi Yang
Terisi Sehingga Efek Tetragonalitasnya Makin Besar.
Karbida
Unsur-Unsur Paduan Banyak Digunakan Untuk Baja-Baja Perkakas
(Misalnya Hot Work Tool Steel, Cold Work Tool Steel, Hss)
Meningkatkan Ketahanan Aus Dan Memelihara Kestabilan Pada
Temperatur Tinggi
Keberadaan Unsur Paduan Pada Baja Akan Menimbulkan Terbentuknya
Karbida Seperti M3c, M23c6, M6c, M7c3
Karbida Mempunyai Kekerasan Yang Tinggi
Banyaknya Karbida Yang Terbentuk Sangat Dipengaruhi Oleh Persentase
Karbon Dan Unsur Paduan Serta Tergantung Jenis Karbida Yang Akan
Terbentuk.
46
Precipitation Hardening Stainless Steel.
1. Austenitic Stainless Steel
Austenitic Mengandung Sedikitnya 16% Chrom Dan 6% Nickel (Grade
Standar Untuk 304), Sampai Ke Grade Super Autenitic Ss Seperti 904l
(Dengan Kadar Chrom Dan Nickel Lebih Tinggi Serta Unsur Tambahan Mo
Sampai 6%). Molybdenum (Mo), Titanium (Ti) Atau Copper (Co) Berfungsi
Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Temperatur Serta Korosi. Austenitic
Cocok Juga Untuk Aplikasi Temperature Rendah Disebabkan Unsur Nickel
Membuat Ss Tidak Menjadi Rapuh Pada Temperatur Rendah.
2. Ferritic Stainless Steel
Kadar Chrom Bervariasi Antara 10,5 - 18 % Seperti Grade 430 Dan 409.
Ketahanan Korosi Tidak Begitu Istimewa Dan Relatif Lebih Sulit Di Fabrikasi
/ Machining. Tetapi Kekurangan Ini Telah Diperbaiki Pada Grade 434 Dan 444
Dan Secara Khusus Pada Grade 3cr12.
3. Martensitic Stainless Steel
Ss Jenis Ini Memiliki Unsur Utama Chrom (Masih Lebih Sedikit Jika
Dibanding Ferritic Ss) Dan Kadar Karbon Relatif Tinggi Misal Grade 410 Dan
416. Grade 431 Memiliki Chrom Sampai 16% Tetapi Mikrostrukturnya Masih
Martensitic Disebabkan Hanya Memiliki Nickel 2%.Grade Ss Lain Misalnya
17-4ph/ 630 Memiliki Tensile Strength Tertinggi Dibanding Ss Lainnya.
Kelebihan Dari Grade Ini, Jika Dibutuhkan Kekuatan Yang Lebih Tinggi Maka
Dapat Di Hardening.
47
4. Duplex Stainless Steel
Duplex Ss Seperti 2304 Dan 2205 (Dua Angka Pertama Menyatakan
Persentase Chrom Dan Dua Angka Terakhir Menyatakan Persentase Nickel)
Memiliki Bentuk Mikrostruktur Campuran Austenitic Dan Ferritic. Duplex
Ferritic-Austenitic Memiliki Kombinasi Sifat Tahan Korosi Dan Temperatur
Relatif Tinggi Atau Secara Khusus Tahan Terhadap Stress Corrosion Cracking.
Meskipun Kemampuan Stress Corrosion Cracking-Nya Tidak Sebaik Ferritic
Ss Tetapi Ketangguhannya Jauh Lebih Baik (Superior) Dibanding Ferritic Ss
Dan Lebih Buruk Dibanding Austenitic Ss. Sementara Kekuatannya Lebih
Baik Dibanding Austenitic Ss (Yang Di Annealing) Kira-Kira 2 Kali Lipat.
Sebagai Tambahan, Duplex Ss Ketahanan Korosinya Sedikit Lebih Baik
Dibanding 304 Dan 316 Tetapi Ketahanan Terhadap Pitting Coorrosion Jauh
Lebih Baik (Superior) Dubanding 316. Ketangguhannya Duplex Ss Akan
Menurun Pada Temperatur Dibawah - 50 Oc Dan Diatas 300 Oc.
5. Precipitation Hardening Steel
Precipitation Hardening Stainless Steel Adalah Ss Yang Keras Dan Kuat
Akibat Dari Dibentuknya Suatu Presipitat (Endapan) Dalam Struktur Mikro
Logam. Sehingga Gerakan Deformasi Menjadi Terhambat Dan Memperkuat
Material Ss. Pembentukan Ini Disebabkan Oleh Penambahan Unsur Tembaga
(Cu), Titanium (Ti), Niobium (Nb) Dan Alumunium. Proses Penguatan
Umumnya Terjadi Pada Saat Dilakukan Pengerjaan Dingin (Cold Work).
Tabel Perbandingan Sifat Mekanik Berbagai Jenis Stainless Steel
Respo Ke-Liat-
Jenis Metode Ketahanan Ketahanan
n Ketahana An Kemampua
Stainless Hardenin Temperat Temperat
Magne n Korosi (Ductility n Welding
Stelll g ur Tinggi ur Rendah
t )
Sgt Cold Sgt
Austenitic Tdk Sgt Tinggi Sgt Tinggi Sgt Tinggi
Tinggi Work Tinggi
Tidak
Duplex Ya Sedang Sedang Rendah Sedang Tinggi
Ada
Tidak
Ferritic Ya Sedang Sedang Tinggi Rendah Rendah
Ada
Martensiti
Ya Sedang Q&T Rendah Rendah Rendah Rendah
c
48
Diagram Hubungan Berbagai Jenis Stainless Steel
49
3. Austenitic
Austenitic Ss Memiliki Struktur Kristal Fcc, Bersifat Non Magnetis Dan Tidak
Bisa Di Heat Treatment Seperti Jenis Ferritic. Sifat Yang Dominan Dari Jenis
Ini Adalah Kekuatannya Rendah Tetapi Ketangguhannya Tinggi.
4.Duplex
Duplex Stainless Steel (Dss) Adalah Jenis Ss Dengan Gabungan Dua Fasa,
Dalam Proporsi Yang Seimbang, Antara Ferit Dan Austenit. Dss
Dikembangkan Untuk Memperoleh Material Superior Dalam Hal Ketahanan
Korosi, Kekuatan Dan Kemudahan Fabrikasi Melalui Penggabungan Struktur
Ferrit Dan Austenit.
5. Precipitation Hardenable Ss
Precipation Hardenable Ss Adalah Baja Paduan Besi-Kromium-Nikel. Tipe Ini
Memiliki Ketahanan Korosi Lebih Tinggi Dibanding Martensitic Ss Juga Nilai
Kuat Tarik Yang Tinggi. Nilai Kuat Tarik Yang Tinggi Dihasilkan Dari
Precipitation Hardening Matrix Martensite Atau Austenite. Tembaga,
Alumunium, Titanium, Niobium Dan Molybdenum Adalah Elemen Utama
Yang Ditambahkan Ke Ss Ini Untuk Mempromosikan Precipitation Hardening.
50
4.3. PENGKODEFIKASI STAINLESS STEEL
100 SeriesAustenitic Paduan Chromium-Nickel-Manganese
- Type 101Austenitic Yang Mengalami Pengerasan Melalui
Proses Pendinginan
- Type 102Austenitic Yang Kegunaan Utamanya Sebagai
Bahan Perabotan Dan Furniture
- 200 SeriesAustenitic Paduan Chromium-Nickel-Manganese
- Type 201Austenitic Yang Mengalami Pengerasan Melalui
Proses Pendinginan
- Type 202Austenitic General Purpose Stainless Steel
51
- Type 430Mudah Dibentuk, Dengan Temperatur Rendah Dan
Tahankarat.
- Type 439Ferritic Grade, Grade Yang Lebih Tinggi Dari
409. Peningkatan Kandungan Krom Untuk Meningkatkan Tingkat
Ketahanterpadap Karat Dan Oksidasi
- Type 440Grade Alat Pemotong Yang Lebih Tinggi Dengan
Lebih Banyak Karbon. Terbagi Atas 4 Tingkat Lagi :
440a(Kandungankarbon Paling Rendah), 440b, 440c(Yang Terbaik,
Sering Digunakansebagai Bahan Dasar Pisau), Dan 440f
- Type 446For Elevated Temperature Service
- 500 SeriesPaduan Chromium Tahan Panas
- 600 SeriesMartensitic Precipitation Hardening Alloys
- 601 Through 604: Martensitic Low-Alloy Steels.
- 610 Through 613: Martensitic Secondary Hardening Steels.
- 614 Through 619: Martensitic Chromium Steels.
- 630 Through 635: Semiaustenitic And Martensitic Precipitation-
Hardening Stainless Steels.
52
Gambar 3. Tensile Properties. Khas Bahan Teranil
Yield Strenght
Sebuah Fitur Yang Tidak Biasa Dari Baja Austenitik Stainless Anil
Adalah Bahwa Kekuatan Luluh Merupakan Bagian Yang Sangat Rendah Dari
Kekuatan Tarik, Biasanya Hanya 40-45%. Angka Yang Sebanding Untuk Baja
Ringan Adalah Sekitar 65-70%. Sebagaimana Ditunjukkan Di Atas Sejumlah
Kecil Pekerjaan Dingin Sangat Meningkatkan Imbal Hasil (Jauh Lebih Daripada
Kekuatan Tarik), Sehingga Hasilnya Juga Meningkat Menjadi Proporsi Yang
Lebih Tinggi Dari Tarik. Hanya Beberapa% Pekerjaan Dingin Akan
Meningkatkan Hasil Dengan 200 Atau 300mpa, Dan Dalam Materi Bekerja
Sangat Dingin Seperti Musim Semi Kawat Marah Atau Strip, Hasil Biasanya
Sekitar 80-95% Dari Kekuatan Tarik.
Sebagai Teknik Perhitungan Desain Sering Dibuat Pada Kriteria Hasil
Kekuatan Hasil Yang Rendah Dari Baja Tahan Karat Austenit Mungkin Berarti
Bahwa Beban Desain Mereka Tidak Dapat Lebih Tinggi Dari Baja Ringan,
Meskipun Kekuatan Tarik Yang Jauh Lebih Tinggi. Desain Tekanan Untuk
Berbagai Kelas Dan Suhu Diberikan Dalam Australia As1210 Standar "Pressure
Vessels Tidak Dipecat".
Daktilitas
Sifat Mekanis Lainnya Untuk Dicatat Adalah Daktilitas, Biasanya Diukur
Dengan Perpanjangan% Selama Uji Tarik. Ini Menunjukkan Jumlah Deformasi
Sepotong Logam Akan Menahan Sebelum Patah Tulang. Baja Nirkarat Austenitic
Memiliki Elongations Sangat Tinggi, Biasanya Sekitar 60-70% Untuk Produk
Anil, Seperti Terlihat Pada Gambar 2. Ini Adalah Kombinasi Dari Tingkat Kerja
Yang Tinggi Pengerasan Dan Perpanjangan Tinggi Yang Memungkinkan Operasi
53
Fabrikasi Berat Yang Secara Rutin Dilakukan, Seperti Deep Drawing Dari Sink
Dapur Dan Palung Binatu.
Kekerasan
Kekerasan (Diukur Dengan Brinell, Rockwell Atau Mesin Vickers) Adalah
Nilai Kekuatan Material. Kekerasan Biasanya Didefinisikan Sebagai Resistensi
Terhadap Penetrasi, Sehingga Mesin Ini Tes Mengukur Kedalaman Mana Sebuah
Indentor Sangat Sulit Dipaksa Menjadi Bahan Di Bawah Tindakan Kekuatan
Dikenal. Setiap Mesin Memiliki Indentor Berbentuk Berbeda Dan Sistem Gaya
Yang Berbeda Aplikasi, Sehingga Konversi Antara Skala Kekerasan Umumnya
Tidak Sangat Akurat. Meskipun Tabel Konversi Telah Dihasilkan Konversi Ini
Hanya Perkiraan, Dan Tidak Boleh Digunakan Untuk Menentukan Kesesuaian
Dengan Standar.
Hal Ini Juga Kadang-Kadang Nyaman Untuk Melakukan Uji Kekerasan Dan
Kemudian Mengkonversi Hasil Kekuatan Tarik. Meskipun Konversi Untuk
Karbon Dan Baja Paduan Rendah Yang Cukup Handal, Yang Untuk Baja Tahan
Karat Jauh Lebih Begitu.
54
Benar-Benar Tidak Cocok Untuk Pembentukan Atau Tenun Aplikasi Karena
Kawat Akan Patah Pada Pembentukan. Kabel Tenun Tersedia Dalam Berbagai
Kekuatan Tarik Dengan Hati-Hati Dipilih Sehingga Layar Tenun Jadi Akan
Memiliki Kekuatan Yang Memadai Untuk Menahan Beban Pelayanan, Namun
Cukup Lunak Untuk Menjadi Berkerut Dan Untuk Dibentuk Menjadi Layar
Memuaskan. Sifat Mekanik Kawat Untuk Pengencang Adalah Contoh Lain Di
Mana Keseimbangan Hati-Hati Dalam Sifat Mekanik Diperlukan.
Dalam Jenis Produk Kawat Harus Ulet Cukup Untuk Membentuk Kepala
Cukup Kompleks Tapi Kawat Harus Cukup Keras Sehingga Benang Tidak Akan
Merusak Ketika Sekrup Atau Baut Yang Dirakit Menjadi Komponen. Contoh
Yang Baik Adalah Atap Baut, Sekrup Kayu Dan Self-Tapping Sekrup, Untuk
Mencapai Sifat Mekanik Yang Diperlukan Untuk Komponen Tersebut
Memerlukan Pertimbangan Cermat Dari Komposisi Baja Sehingga Tingkat
Pengerasan Kerja Akan Cukup Tinggi Untuk Membentuk Benang Keras Pada
Thread Rolling Dan Namun Tidak Begitu Tinggi Untuk Mencegah Kepala Dari
Yang Terbentuk.Untuk Produk Bar Kompromi Juga Harus Dilakukan; Sebagian
Besar Bar Akan Dikerjakan Dengan Mesin, Sehingga Sangat Penting Bahwa
Kekerasan Menjadi Tidak Terlalu Tinggi, Tetapi Beban Yang Lebih Baik Daya
Dukung Dicapai Jika Kekuatan Tinggi, Dan Untuk Bar Ditarik Baik Selesai Cerah
Hanya Akan Tercapai Dengan Penurunan Yang Secara Signifikan Meningkatkan
Kadar Kekuatan.
55
- Kemampuan Stainless Steel Untuk Dapat Dengan Mudah Dibersihkan
Memberikan Keuntungan Higienis Yang Besar
- Karena Daya Tahan Dan Pemeliharaan Rendah Menyediakan Siklus
Hidup Produk Yang Panjang
Rotary Dryer
Rotary Dryer Adalah Suatu Mesin Yang Digunakan Untuk Suatu Bahan Yang
Dimasukkan Kedalam Silinder Yang Berputar Kemudian Bersamaan Dengan Itu
Aliran Panas Mengalir Dan Kontak Dengan Bahan. Didalam Drum Yang Berputar
Terjadi Gerakan Pengangkatan Bahan Dan Menjatuhkannya Dari Atas Kebawah
Sehingga Kumpulan Bahan Basah Yang Menempel Tersebut Tersebut Terpisah
Dan Proses Pengeringan Bisa Berjalan Lebih Efektif. Dengan Nama Rotary Atau
Yang Disebut Memutar, Dan Dryer Atau Yang Disebut Pengering, Jadi Mesin
Ini Adalah Mesin Pengering Yang Cara Bekerjanya Dengan Berputar
56
5. Bahan Yang Telah Kering Itu Kemudian Keluar Dari Suatu Lubang Yang
Berada Dibagian Belakang Pengering Drum
Smelter Adalah Suatu Mesin Pelebur Yang Berguna Untuk Meleburkan Bahan
Baku Dan Bahan Tambahan, Setelah Diproses Dari Mesin Rotary Dryer Dan
Rotary Kiln
Cara Kerja :
1. Setelah Melewati Proses Dari Mesin Rotary Kiln, Bahan Bahan
Dimasukkan Ke Dalam Pintu Dari Smelter
2. Setelah Bahan Masuk, Mulai Proses Peleburan Bahan Bahan
3. Nyala Api Keluar Dari Lubang Yang Ada
4. Selang Beberapa Waktu, Bahan Bahan Yang Ada Akan Segera Terlebur
(Leleh)
5. Setelah Bahan Melebur, Saluran Pembuangan Hasil Peleburan Tadi
Dibuka, Dan Hasil Peleburan Tadi Akan Keluar Dari Smelter.
57
BAB V
BAJA PERKAKAS
5.1. PENGERTIAN
Baja perkakas atau tool steel adalah baja dengan kandungan Carbon antara
0.3 1.6% dan mengandung unsur-unsur paduan lainnya (Cr, V, W, Mo, dll).
Unsur-unsur paduan tersebut membuat baja tersebut mempunyai sifat mekanik
(kekerasan, ketahanan abrasi, kemampuan potong, kekerasan pada temperatur
tinggi) yang sangat baik sehingga baja tersebut dapat digunakan sebagai tool
(perkakas), misalkan sebagai mould, dies atau pisau. Umumnya tool Steel
digunakan setelah di heat treatment (perlakuan panas), hal ini untuk
mendapatkan sifat mekanik yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Tool steel
diproduksi dalam berbagai type atau grade. Pemilihannya tergantung pada jenis
pembebanannya (impact, abrasi) atau pada pekerjaannya : stamping, cutting,
extrusi, forging, dll. Baja perkakas biasanya dilelehkan dalam tungku listrik dan
diproduksi dalam praktek baja perkakas untuk memenuhi persyaratan tertentu.
Baja perkakas biasa digunakan di beberapa perkakas manual atau alat mekanis
untuk proses cutting, shaping/forming, dan pemotongan material pada suhu tinggi
dan biasa. Baja perkakas juga digunakan pada berbagai aplikasi lain di mana daya
tahan, kekuatan, ketangguhan dan sifat lainnya yang dipilih untuk kinerja yang
optimal.
58
3. Pelunakan
Hal yang terpenting dalam pelunakan ialah speroidisasi dari karbida.
Sebaiknya dibuat siklus pemanasan seperti halnya untuk baja bantalan.
Bagi komponen yang jarang diganti diperlukan tungku yang
lingkungannya terkontrol untuk menhindari terjadinya dekarburisasi,
apabila tungku demikian tidak ada, proses pendinginan dalam tungku bisa
dilakukan dalam sebuah kotak yang diisi geram besi cor. Proses ini
dilakukan dalam beberap jam tergantung pada ukuran dari komponen dan
didinginkan sampai 5000C secara perlahan-lahan. Perlu diperhatikan
bahwa baja yang mengandug W setelah pemanasan lama, mungkin karbid
yang ada berubah menjadi WC, karena WC sangat sukar latur dalam
austenite selama pemanasan pada pengerasan, dengan demikian
pemanasannya hampir sama dengan pemanasan untuk baja karbon rendah,
hal ini menyebabkan turunnya mampu-keras. Kalau ini terjadi tidak ada
jalan lain kecuali memanaskannya kembali hingga temperature cukup
tinggi sehingga WC menjadi larut dan baja dapat ditempa.
4. Pencelupan dingin
Baja karbon tinggi perlu mendapat perhatian dekarburisasi, karena
lapisan dekarburisasi menyebabkan keretakan pada waktu celup dingin.
Waktu pencelupan dingin juga harus sesuai. Waktu pencelupan yang
terlalu lama menyebabkan segregasi karbida, pengkasaran butir austenite,
atau pada saat pencelupan dingin meningkatnya austenite sisa yang
menyebabkan turunnya kekerasan. Pendinginan harus dilakukan secara
sempurna. Pendinginan harus dilakukan serata mungkin, pada awalnya
didinginkan cepat dibawah temperature transformasi martensit kemudian
pendinginan perlahan-lahan. Perlu diusahakan agar austenite sisa ada
dalam jumlah sekecil mungkin, oleh karena itu perlu dilakukan perlakuan
dibawah nol. Proses ini adalah transformasi martensit pada temperature
rendah, jadi pendinginan yang perlahan-lahan diperlukan karena terjadi
keretakan akibat pemuaian. Proses tersebut biasanya dilakukan di dalam
alcohol, kemudian temperaturnya diturunkan perlahan-lahan dengan
memasukkan CO2 padat didalamnya.
59
3. Mempunyai ketahanan tinggi terhadap pelunakan temper.
4. Kuat terhadap kerugian karena fusi, kejutan termal, kelelahan
termal, dst
60
5.3. KODEFIKASI DAN KLASIFIKASI BAJA PERKAKAS
61
- Shock-resisting steel (Group S)
a. Digunakan pada tools yang menerima beban kejut berulang-ulang.
b. Kadar karbon 0,45-0,65%, unsur paduan silicon, chrom, tungsten dan
molybdenum.
c. Wear resistance dan machineabilitynya bagus
d. Digunakan untuk forming tool, punch, pneumatic tool, shear blade
- Cold-work tool steel
a. Group O (Oil hardening) mengandung mangan dan memiliki sifat
nondeforming yang baik
b. Group A (Baja paduan medium) mengandung 1% C, 3% Mn, 5% Cr
dan 1% Mo. Sifat Nondeforming istimewa, wear resistance baik,
ketangguhan, red-hardness sedang. Tetapi machineabilitynya jelek.
62
c. Group D (high carbon high chromium) 2,25% C dan 12% Cr. Sifat
wear resitance dan nondeforming istimewa.
63
- Water-hardening tool steel (Group W)
Menurut kadar karbon :
a. 0,6 0,75 % C; aplikasi dimana ketangguhan adh syarat utama
b. 0,75% - 0,95%; aplikasi dimana ketangguhan dan kekerasan adalah
penting
c. 0,95%- 1,40%; aplikasi dimana sifat tahan aus dan ketajaman sisi
potong sangat penting
64
5.5. SIFAT MEKANIS BAJA PERKAKAS
Harus tahan terhadap softening (pelunakan) material pada Temperatur
tinggi (Kemampuan mempertahankan high red hardness atau hot
hardness)
Harus tahan terhadap wear (keausan), deformation (perubahan bentuk) &
perpatahan
Harus Tangguh (toughness) untuk menyerap beban yang besar dan tiba-
tiba
Sifat Mampu Mesin (Machinability)
65
Perkakas dengan kadar karbon rendah dan medium (group S dan H)
akan mempunyai ketangguhan paling baik, karenanya dikelompokkan
dalam shock resisting tool steel
Shallow hardening steel dengan inti yang tangguh dan lunak dianggap
mempunyai ketangguhan baik
Cold-work tool steel, yang kadar karbonnya tinggi, cenderung agak
getas dan dikatakan ketangguhannya rendah
4. Wear resistance
Didefiniskan sebagai ketahanan terhadap abrasi atau ketahanan
terhadap kehilangan toleransi dimensi
Dimiliki oleh semua baja perkakas tetapi ada beberapa baja perkakas
yang sangat baik sifat tahan ausnya terutama yang mengandung
partikel-partikel karbida yang tak larut
Wear resistance teruatama dibutuhkan oleh perkakas potong bermata
tunggal
5. Red-hardness
Disebut juga hot-hardness, dikatakan sebagai kekerasan pada
temperatur tinggi
Red-hardness banyak berkaitan dengan ketahanan terhadap tempering
pada baja
Sifat ini diperlukan pada perkakas potong kecepatan tinggi dan
perkakas untuk hot-working
Unsur paduan carbide former, seperti chromium, tungsten,
molybdenum sangat memperbaiki sifat ini
Baja dengan kandungan unsur-unsur tersebut dalam jumlah banyak
akan memiliki sifat red-hardness yang sangat baik
6. Machinability
Kemampuan suatu bahan untuk dipotong dan menghasilkan
permukaan yang halus
Faktor yang berpengaruh: kekerasan pada kondisi anealed,
strukturmikro dan banyaknya karbida
Baja perkakas lebih sulit dimachining dibandingkan dengan baja
konstruksi
Carbon tool steel (group W) mempunyai machinability paling baik
diantara baja perkakas
Machinability dan workability menurun dengan makin tingginya
kadar karbon dan paduan
Unsur pembentuk karbida yang kuat seperti chromium, vanadium dan
molybdenum membentuk sejumlah besar partikel karbida sesudah
annealing sehingga baja sulit dimachining
66
7. Resistance to decarburization
Keluarnya karbon dari baja yang terjadi selama baja dipanaskan (heat
treatment) diatas 700 oC
Jika terjadi decarburasi maka kekerasan yang diharapkan tidak akan
tercapai
Dekarburasi dapat dicegah dengan beberapa cara perlindungan (misal
pemanasan pada protective atmosphere)
Perkakas dengan desain yang kompleks dan tidak dapat digrinding
setelah pengerasan tidak boleh mengalami decarburasi
Shock-resisting tool steel paling jelek, hot-work tool steel agak baik
dan carbon tool steel paling baik ketahanan terhadap decarburasi.
2.6 KEGUNAAN
Kegunaan dari baja perkakas adalah untuk cutting, forming dan lain lain
untuk membuat part atau komponen komponen
Contohnya :
- Cutting :
Mata Bor
Mata Potong Mesin Frais
- Shearing :
Punches
Blanking Dies
- Forming :
Menekan logam menjadi bentuk seperti bentuk toolnya baik dalam
keadaan dingin/ panas (Termasuk Die Casting)
67