Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METALURGI FISIK

ABDULLAHIDIN
20022014036

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2

Proses Pengecoran Logam ................................................................... 2

1. Pengecoran Logam ..................................................................... 2

2. Penempaan Logam ..................................................................... 9

BAB III PENUTUP.................................................................................. 12

A. Kesimpulan ...................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Logam merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih kuat dibandingkan
dengan bahan material lainnya. Logam juga merupakan konduktor terhadap listrik serta
panas yang sangat baik. Pemakaian kogam diperkirakan pada masa mendatang masih
terbuka luas baik sebagai material utama maupun material pendukung dengan ketersediaan
bijih logam di bumi yang melimpah. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peralatan
disekitar kita yang menggunakan material-material seperti logam sebagai bahan baku
utamanya. Bahan Logam dipilih untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku utama
dikarenakan memiliki tekstur yang lebih kuat karena mampu menahan beban yang berat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, kita dapat mendapatkan masalah :
1. Bagaimana mengetahui cara pengecoran logam.
2. Bagaimana mengetahui cara penempaan logam.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara pengecoran logam.
2. Mengetahui cara penempaan logam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Proses Pengecoran Logam


Dalam pembentukan logam menjadi berbagai part terdapat beberapa cara yang
bisa diterapkan, antara lain melalui pengecoran. Metode tersebut diterapakan sesuai
dengan kebutuhan dalam membentuk komponen dan membentuk sifatnya.

1. Pengecoran
Proses pengecoran logam (metal casting) sudah dikenal dalam peradaban
manusia ±4000 tahun SM. Saat itu pengecoran terbatas untuk material yang
tergolong lunak dan benda sederhana. Seiring kemajuan teknologi, pengecoran
logam mengambil peran yang cukup penting dalam proses pembentukan logam
dalam industri manufaktur. Pengecoran dapat didefinisikan sebagai teknik
pembentukan logam dengan cara mengalirkan logam cair ke dalam cetakan dengan
aliran normal akibat grafitasi sehingga logam cair akan mengalami pembekuan
(solidifikasi) dan memiliki bentuk seperti bentuk rongga cetakannya. Tahapan
dalam pengecoran adalah melebur material logam yang akan dicor sehingga
menjadi cair, menuangkan logam cair ke dalam cetakan yang telah disiapkan
hingga volume tertentu dan membiarkan cairan logam tersebut dingin sampai
membeku. Produk hasil coran ada dua macam, yaitu ingot dan produk cor yang
telah memiliki bentuk. Ingot adalah logam hasil coran pada industri logam,
biasanya berbentuk blooms, billets dan slabs seperti yang telah kita bahas pada bab
awal. Ingot masih perlu pengerjaan lanjutan seperti pengerolan dan penempaan.
Produk cor yang memiliki bentuk merupakan produk jadi atau setengah jadi,
seperti perhiasan, barang seni, blok mesin, rumah pompa, crankshaft, rangka
mesin, dll.
Ada banyak kelebihan yang dimiliki pengecoran antara lain, lebih memiliki
variasi dalam bentuk produk, dapat dipakai membuat komponen dengan bentuk

2
yang rumit, dan produk yang berongga. Melalui pengecoran dapat dibuat
komponen dengan ukuran besar. Pengecoran diterapkan pada berbagai logam
yang dapat dicairkan dengan mudah. Biaya pengecoran murah dan dapat untuk
membuat komponen secara masal, menghemat biaya machining, assembly dan
limbahnya dapat didaur ulang. Kekurangan-kekurangan dari metode pengecoran
antara lain rawan terbentuk porosity (rongga), sifat mekanis yang tidak optimum,
ukuran yang kurang presisi, permukaan kasar, dan memerlukan kehati-hatian
ketika peleburan dan penuangan. Kualitas pengecoran sangat dipengaruhi oleh
bentuk komponen, komposisi kimia, proses reduksi, jenis cetakan, proses
penuangan, laju pendinginan, dll. Banyak jenis metode pengecoran, namun pada
modul ini hanya dibahas beberapa saja, antara lain:
a. Sand casting (Cetakan pasir)
Sand casting adalah metode pengecoran paling lama dengan pasir silika.
Metode ini mampu mencetak logam yang memiliki titik lebur tinggi semisal
baja, nikel, dan titanium. Ukuran benda yang dicetak juga beragam, jumlah
produksinya juga bisa banyak. Tahapan pengecoran logam dengan metode
cetakan pasir adalah dengan pembuatan pola yang terbuat dari kayu atau benda
yang akan dicor sebagai master, pola dicetak dalam cetakan dengan pasir silika
(sand) yang dipadatkan pada (rangka cetakan (flask) untuk membentuk bagian
atas cetakan (cope) dan bagian bawah cetakan (drag). Pada cope dibuat lubang
penuangan (pouring basin dan spure), lubang cadangan pengisian apabila terjadi
penyusutan (open riser), lubang pembuang udara yang terjebak (vent). Antara
pouring basin dihubungkan dengan lubang runner serta blind riser. Dan pada
inti cetakan diberikan celah (cavity) (lihat gambar 82).

Sumber: https://www.bajatunggal.com/?p=176
Gambar 82. Sand Casting

3
Proses pengecoran dilakukan dengan penuangan logam cair melalui
pouring basin. Logam cair akan mengalir melalui gate dan menuju inti cetakan
melalui runner. Cekungan (well) pada gate digunakan untuk menjebak kotoran
coran. Udara yang terbawa diberi ruang pada blind riser agar tidak masuk ke
inri cetakan. Selanjutnya logam cair akan mengisi inti cetakan membentuk
seperti pola cetakan. Logam yang dituang dibiarkan dingin dan beku.

b. Invesment Casting
Investment casting merupakan metode pengecoran untuk membuat part
dalam jumlah banyak sekaligus yang memerlukan tingkat presisi tinggi. Tentu
saja ukuran part yang dibuat memiliki dimensi yang kecil-kecil. Tahap yang
dilakukan adalah dengan membuat pola benda yang akan dicor dengan bahan
lilin menggunakan mesin-mesin berpresisi tinggi seperti dengan plastic
injection. Pola terbuat dari lilin dengan jumlah yang banyak dirangkai menjadi
satu, kemudian dicelup ke dalam cairan keramik sebagai pelapis/cangkang.
(lihat gambar 83)

Sumber: https://www.smile01.com/investment_casting_process.html
Gambar 83. Proses Invesment Casting

Ketka cairan keramik sudah menempel, maka tahap selanjutnya adalah


memanaskannya dalam tungku dengan tujuan agar cangkang mengeras dan

4
pola lilin meleleh sehingga berlubang berbentuk pola. Ketika cangkang sudah
dikeluarkan dari tungku pemanas dan didinginkan, maka pengecoran siap
dilakukan. Ketika logam cair yang dituang telah dingin dan membeku, maka
tahap berikutnya adalah merontokan cangkang keramik, memisahkan setiap
part dan mengoreksi setiap part dengan pengujian-pengujian untuk mengetahui
kualitas dan kecacatan hasil coran. Kekurangan metode ini selain membutuhkan
waktu yang lebih lama juga membutuhkan biaya yang lebih mahal
dibandingkan metode cetak pasir.

c. Die Casting
Pengecoran dengan metode die casting digunakan untuk mencetak part
dari logam nonfero seperti tembaga, seng dan alumunium. Cetakan logam
dibuat dari baja yang memiliki ketahanan terhadap panas. Die casting
diterapkan untuk industri dengan skala produksi yang besar dan komponen
yang membutuhkan presisi tinggi.

Sumber: https://www.custompartnet.com/wu/die-
casting Gambar 84. Die Casting Machine

Proses pengecoran dilakukan dengan menuangkan cairan logam ke dalam


cetakan melalui spure yang didorong oleh hydrolic cylinder, ketika cairan mulai
dingin dan mencapai temperatur ideal, maka akan ditekan dengan tekanan
tinggi oleh moveable platen sehingga memberikan bentuk dan kepadatan pada
logam yang dicetak. Penyemprotan cetakan dengan air

5
dan pemberian lubrican mutlak dilakukan setiap kali akan melakukan
pencetakan untuk menjamin kebersihan cetakan dan kualitan hasil cetakan.
Metode ini kurang sesuai untuk benda cetak yang besar. Investasi alat yang
tinggi menjadikan produk die casting menjadi mahal.

d. Low Pressure Casting


Pada die casting yang telah kita bahas, tekanan yang digunakan adalah
high pressure. Pada low pressure casting menggunakan tekanan yang rendah
dengan kisaran 0,02-0,06 Mpa). Prinsip kerja mesin ini adalah logam cair
(molten metal) dimasukan melalui charging port ke dalam tampungan mesin
dalam volume tertentu, kemudian ditutup. Gas bertekanan dimasukan dalam
tampungan yang tertutup sehingga mendorong cairan logam naik menuju
cetakan (die halves) melalui riser. Dengan demikian akan terbentuk produk
cetakan.

Sumber:https://www.open.edu/openlearn/science-maths-technology/engineering
Gambar 85. Low Pressure Casting Machine

6
Metode ini diaplikasikan untuk produk cetakan komponen otomotif yang
terbuat dari alumunium. Kelebihan metode ini mampu mencetak benda kerja
dengan tingkat presisi tinggi dan meminimalisir porositas.

e. Centifugal Casting
Metode pengecoran yang juga disebut rotocasting ini dilakukan untuk
memperoleh bentuk cincin, silinder atau tabung. Pengecoran dilakukan dengan
menuangkan molten steel ke dalam cetakan berbentuk silinder dengan sumbu
vertikal atau horizontal yang diputar dengan putaran tinggi (300 – 300rpm)
yang menyebabkan terjadinya gaya sentrifugal. Logam cair yang dituang akan
berbentuk bundar karena adanya gaya sentrifugal yang bekerja padanya. Hal ini
tentu berbeda dengan metode pengecoran lain yang memanfaatkan grafitasi
atau tekanan

Sumber: https://www.custompartnet.com/wu/centrifugal-
casting Gambar 86. Centrifugal Casting

7
Proses pendinginan akan berlangsung dari diameter luar (outside
diameter) menuju ke diameter dalam (inner diameter), sedangkan berbagai
kotoran dan oksida akan mengumpul pada bagian dalam diameter benda cor.
Kotoran ini tentu kurang baik dalam kualitas coran, maka setelah pengecoran
akan dibersihkan dengan proses pemesinan seperti pembubutan dalam.
Pengecoran ini menghasilkan benda dengan kepadatan tinggi. Benda kerja yang
dihasilkan antara lain barrel, bushing, pipa, casing kompresor pada mesin jet,
tabung-tabung tungku petrokimia, komponen-komponen senjata militer dan
pertahanan, dan benda-benda lain yang membutuhkan keandalan tinggi.

f. Plaster Casting
Metode ini hampir sama dengan sand casting. Hanya saja bahan untuk
membuat cetakan terbuat dari power silika, powder gypsum, pasir air, dan
beberapa paduan penguat. Pola cetakan terbuat dari plastik atau logam.
Penggunaan pola dari kayu dihindarkan karena akan terendam air dalam waktu
lama selama pencetakan dan dikhawatirkan mempengaruhi kualitas hasil
cetakan. Plaster casting diaplikasikan untuk mencetak bentuk-bentuk yang
rumit, seperti patung dan benda seni lain, dan pada permesinan digunakan
untuk mencetak sudu pompa dan turbin.

Sumber: http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2020/01/plaster-mold-
casting.html
Gambar 87. Plaster Casting

Tahapan yang dilakukan adalah membuat adonan bahan palster,


kemudian ditempelkan menyelubungi pola, kecualli pada bagian lubang untuk

8
menuangkan molten steel. Penempelan plaster dilakukan pada dua tahap pada
dua sisi untuk memudahkan proses pelepaskan cetakan menjadi dua bagian
pada saat mengeluarkan pola dari cetakan. Setelah cetakan kering dan pola
dikeluarkan, maka bagian dalam cetakan bisa dibersihkan dengan air sabun
menggunakan kuas. Setelah itu dikeringkan kembali dan digabungkan menjadi
satu serta dikuatkan menggunakan klem. Lubang- lubang antara kedua cetakan
ditambal dengan gipsum untuk mencegah kebocoran saat penuangan molten
steel. Setelah cetakan kering, maka penuangan molten steel ke dalam cetakan
siap dilakukan. Metode ini sesuai untuk logam dengan titik cair rendah seperti
alumunium, tembaga dan magnesium. Kekurangannya tidak sesuai untuk
pembuatan benda dalam skala masal karena boros bahan cetakan dan
waktunya lama.

2. Penempaan
Pembentukan logam untuk komponen-komponen tertentu dapat dilakukan
dengan penempaan (forging). Melalui proses ini benda kerja dibentuk dengan
ditekan di antara dua permukaan cetakan dengan tekanan kejut atau tekanan yang
diberikan secara bertahap. Penempaan dapat dilakukan dalam kondisi material
panas (hot forging) dan material dingin (cold forging). Hot forging diaplikasikan
pada logam tempa perlu diturunkan kekuatannya namun ditambah sifat mampu
bentuknya. Tekanan yang diperlukan pada hot forging relatif lebih rendah
daripada hot forging, produk forging juga memiliki ukuran yang kurang akurasi
serta permukaan yang kurang baik dibanding cold forging. Hal ini disebabkan sifat
mampu bentuknya yang meningkat. Tempa dingin (cold forging) dilakukan pada
benda kerja dengan temperatur kamar. Gaya yang diperlukan untuk menekan juga
lebih besar. Sifat mampu bentuk logam yang ditempa juga harus baik pada
temperatur kamar, tujuannya agar benda kerja tidak mudah retak atau patah ketika
ditempa. Produk cold forging relatif lebih baik daripada hot forging dalam akurasi
ukuran dan kualitas permukaan. Ditinjau dari arah aliran benda kerja oleh cetakan,
maka penempaan dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu open-die forging,
impression-die forging, dan flashless forging. Penempaan lazim diaplikasikan untuk
pembuatan komponen berkekuatan tinggi, seperti poros engkol (crankshaft),
connecting rod, gear, die, hand tool, struktur pesawat terbang, roda kereta, mesin,
dll.

9
a. Open Die Forging
Dalam metode ini, benda kerja ditekan oleh permukaan datar dari dua
cetakan. Logam akan mengalir ke arah samping tanpa ada pembatasan. Tinggi
benda kerja akan berkurang karena tekanan, sedangkan diameter/diagonal
benda kerja akan bertambah. Aplikasi dari open die forging adalah kompresi
billet antara dua cetakan datar. Proses forging ini juga ada yang menyebut
dengan upset forging.

b. Closed Die Forging


Dalam metode tempa ini menambahkan cetakan yang memiliki bentuk
tertentu pada permukaannya. Bentuk cetakan nantinya akan berguna untuk
membatasi aliran logam secara signifikan ketika terjadi penekanan. Meskipun
demikian akan ada material yang keluar dari cetakan yang disebut flash, dan
dapat dihilangkan melalui proses lanjutan atau dengan pemesinan. Metode
tempa tertutup disebut juga sebagai impression die forging.

Sumber:http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.com/2015/06/forging-
penempaan.html Gambar 88. Jenis-jenis penempaan

10
c. Flashless Forging
Pada metode ini benda kerja yang ditempa akan dibatasi sepenuhnya dalam
cetakan sehingga tidak sampai membentuk flash. Dalam pelaksanaanya volume
benda kerja awal harus tidak berbeda jauh dengan lubang pada cetakan. Sebab
jika logam yang dituang volumenya berlebih, maka akan menyebabkan
kerusakan pada penekan dan cetakan. Namun jika logam yang dituang kurang
jauh dari lubang cetakan maka akan menyebabkan lubang cetakan tidak terisi
penuh.

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Logam Merupakan bahan material yang memiliki ketahanan yang lebih
kuatdibandingkan dengan bahan material lainnya. Kekuatan logam tersebut adayang
didapat dengan cara alami dan juga ada yang diberi perlakuan yangdapat menguatkan
logam. Dalam pembentukan logam menjadi berbagai part terdapat beberapa cara yang
bisa diterapkan, antara lain melalui pengecoran. Metode tersebut diterapakan sesuai
dengan kebutuhan dalam membentuk komponen dan membentuk sifatnya.

B. Saran
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam menyusun tugas makalah ini, dapat
kiranya mahasiswa lebih pro-aktif lagi untuk mencari literatur-literatur yang
berhubungan dengan makalah ini, demikian pula kami mengharapkan bimbingan yang
intensif dari pihak dosen, sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Karl Gruber, Alois Schonmetz, (2013). Pengetahuan Bahandalam Pengerjaan


Logam. Bandung Penerbit: Angkasa.
Lawrence H. Van Vlack, (2004). Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material, 6th Ed-
. Jakarta, Penerbit: Erlangga.
Mahi Sahoo, Sam Sahu (2014). Metals Handbook Vol. 5 Forging and Casting Eight
Edition. NY City, Publisher: Mcgraw-Hill Education.
Mariusz Holtzer; Angelika Kmita, (2020). Mold and Core Sands in Metalcasting:
Chemistry and Ecology. Switzerland, Publisher Springer International
Publishing.
W.R. Irving,)1993). Continuous Casting of Steel (Matsci) 1st Edition. USA, Publisher: CRC
Press.

RE. Smallman and R. J. Bishop, (1985). Metal And Materials, Science, Processes, Applications.
London, Publisher: Butterworths Heinmann.
Sofyan, B. T. (20100. Pengantar Material Teknik. Jakarta, Penerbit: Salemba Teknik.
Sumpena, (2017). Pengaruh Paduan Serbuk Fe12% Pada Aluminium Terhadap
Porositas Dan Struktur Mikro Dengan Metode Gravity Casting. Jogjakarta, Publisher:
Jurnal ENGINE Vol.1 No.1, Mei 2017. Prodi Teknik Mesin
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Syamsul Hadi, (2016). Teknologi Bahan, Jogjakarta, Penerbit: ANDI
Tata Surdia, (2000), Teknik Pengecoran Logam. Jakarta, Penerbit: Pradnya
Paramita.
William D. Callister, Jr., (2014). Materials Science and Engineering: An Introduction,
6th ed USA, Publisher: John Wiley & Sons, Inc

13
14

Anda mungkin juga menyukai